BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kompresor positif
Gas masuk ke dalam silinder dan dikompresikan
b. Kompresor dinamik
Gas yang dihisap masuk dipercepat alirannya oleh sebuah impeler yang
kemudian merubah energi kinetik untuk menaikkan tekanan
Kompresor dapat digolongkan berdasarkan spesifikasinya antara lain :
1. Berdasarkan metode kompresi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Metode kompresi positif dibagi menjadi 4 yaitu :
- Kompresi torak bolak-balik
- Kompresor putar
- Kompresor Sekrup
2. Kondensor
Alat yang berfungsi untuk mengubah refrigerant (zat pendingin) yang
mempunyai fase/wujud uap menjadi cair pada tekanan konstan (sebagai
alat pengembun refrigerant). Kondensor dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
Banyak digunakan pada unit pendinginan air dan penyegar
udara baik untuk amonia maupun freon. Untuk amonia pipa pendingin
biasanya terbuat dari pipa baja. Sedangkan pada freon pipa pendingin
menggunakan pipa tembaga. Jika dikehendaki adanya ketahanan
korosi sebaiknya digunakan pipa kuningan atau cupro nikel dan pelat
pipa kuningan.
3. Katup Ekspansi
Mempunyai fungsi untuk menguapkan cairan refrigerant agar
mudah menguap jika mendapat panas. Ada 3 jenis katup ekspansi, yaitu :
4. Evaporator
Berfungsi untuk menyerap panas dari udara luar sehingga
refrigerant berubah fase menjadi uap. Evaporator dibagi dalam beberapa
golongan sesuai dengan refrigerant yang ada di dalamnya, yaitu :
a. Jenis ekspansi kering
Cairan yang diekspansikan melalui katup ekspansi pada waktu
masuk ke dalam evaporator sudah dalam keadaan campuran dengan
uap sehingga keluar dari evaporator dalam keadaan kering.
b. Jenis setengah basah
Evaporator dengan kondisi refrigerant antara evaporator jenis
ekspansi kering dan evaporator jenis basah. Dalam evaporator jenis
basah selalu ada refrigerant dalam pipa penguapannya.
c. Basah
Dalam evaporator ini sebagian besar evaporator terdiri oleh
cairan refrigerant.
Evaporator memiliki 3 macam konstruksi, yaitu :
Keterangan :
1 - 2 : kompresi adiabatis reversible dari Tb ke Ta
2 - 3 : proses pelepasan panas pada temperatur dan tekanan konstan
3 - 4 : proses ekspansi secara isentropik
4 - 1 : proses penguapan refrigerant pada temperatur dan tekanan konstan
Untuk siklus pendingin aktual dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Keterangan :
1 - 2 : kompresi adiabatis reversible di kompresor
2 - 3 : proses pelepasan panas pada tekanan konstan
(proses kondensasi pada kondensor)
3 - 4 : proses ekspansi secara isoenthalpy pada expansion valve
4 - 1 : proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant
yang berlangsung secara isobaris pada evaporator
Pada komponen-komponen mesin pendingin terjadi perubahan-perubahan,
yaitu :
- pada kompresor (1 - 2)
- Enthalpy, tekanan, dan temperatur naik
- entropy konstan
- perubahan fase dari uap jenuh ke uap panas lanjut
- terjadi pelepasan kalor
- pada kondensor (2 - 3)
- Enthalpy, tekanan, dan temperatur turun
- tekanan konstan
- perubahan fase dari uap panas lanjut ke cair jenuh
- terjadi pelepasan kalor
- pada expansion valve (3 - 4)
- Enthalpy konstan
- entropy naik
- perubahan fase dari cair januh menjadi uap basah
- pada evaporator (4 - 1)
- tekanan dan temperatur konstan
- Enthalpy dan entropy naik
- perubahan fase dari uap basah menjadi uap jenuh
Pada siklus aktual terjadi penyimpangan-penyimpangan yang disebabkan
oleh :
- Sub cooling, terjadi karena jumlah panas yang diambil dari refrigerant
oleh air pada kompresor terlalu berlebihan sehingga menyebabkan
penyimpangan dari titik 3 ke 3’.
- Superheating, terjadi karena jumlah panas yang diserap oleh refrigerant
terlalu banyak sehingga terjadi penyimpangan dari titik 1 ke 1’.
- Pressure drop pada kondensor dan evaporator, terjadi karena uap
refrigerant masuk ke ruang yang lebih besar, adanya losses akibat
belokan, gesekan antara fluida dan dinding pipa, kebocoran, atau isolasi
yang kurang baik pada saluran atau pompa sehingga proses tidak isobarik.
Gambar 2.20 : Daur kompresi uap nyata dibandingkan dengan daur standar
Sumber : Refrigerasi dan Pengkondisian Udara (W.F.Stoecker,1992 : 191)
1.2.6 AC Central
AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik
atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan
kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan
menggunakan saluran udara/ducting ac.
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller/condencing unit/outdoor ac
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem
kompresi uap, komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat
ekspansi, dan evaporator. Pada chiller biasanya tipe kondensornya
adalah water-cooled kondensor. Air untuk mendinginkan kondensor
dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan kembali
secara evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka
fluida yang didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang
dialirkan melalui sistem pemipaan. Air yang mengalami pendinginan
pada evaporator dialirkan menuju sistem penanganan udara (AHU)
menuju koil pendingin.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya sebagai alat untuk mendinginkan air panas dari
kondensor dengan cara dikontakkan langsung dengan udara secara
konveksi paksa menggunakan fan / kipas. Konstruksi cooling water
terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle, fan / blower. Bak
penampung, casing.
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem
AC central dengan sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi,
kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus
tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang
mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke
komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-
cooled condenser yang menggunakan air untuk proses pendinginan
refrigerant. Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell & tube
dimana air memasuki shell/tabung dan uap refrigerant superheat
mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi
proses pertukaran kalor. Uap refrigerant superheat berubah fase menjadi
cair yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi,
sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi karena
air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor maka
tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada
cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju
cooling water/cooling tower melalui sistem pemipaan yang pada
ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap spraying atau semburan.
Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung sementara itu udara
atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah jatuhnya air
panas karena pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower.
Untuk menguapkan 1 kg air diperlukan kira-kira 600 kcl dengan
mengeluarkan kalor laten dengan mengungkapkan sebagian dari air
maka sebagian besar air pendingin dapat didinginkan, misalnya 1% dari
air dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya sebanyak 6˚C
dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu
kondensasina sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang
sudah mengalami penurunan temperatur ditampung dalam bak untuk
kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang berada di dalam
chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan ke
sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi
kehilangan air ketika proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan
“approach” dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati
cooling tower dan approach adalah selisih antara suhu udara wet-bulb
dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada cooling
tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab terjadinya
perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial
antara air dan udara. Suhu pengembunan yang rendah pada cooling
tower membuat sistem ini lebih hemat energi jika digunakan untuk
sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu
kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang
jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan sistem
pemipaan yang relatif panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling
tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida
ke tempat lain dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Merupakan media penghubung antara AHU dengan ruangan yang
dikondisikan udaranya, fungsi utama ducting adalah meneruskan udara
yang didinginkan oleh AHU untuk kemudian didistribusikan ke masing-
masing ruangan.
Kelebihan dan kekurangan sistem AC central
- Kelebihan
- Kebisingan dan getaran mesin pendingin hampir tidak mempengaruhi
ruangan
- Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah
- Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat
dilayani oleh suatu sistem (unit) saja
- Kelembapan udara dapat diatur
- Kekurangan
- Harga pembuatan awal dangat mahal
- Biaya operasional mahal
- Unit central tidak dapat dipakai untuk rumah sakit, karena dapat
menyebarkan kuman/bakteri pasien dari suatu ruangan ke ruangan lain
- Jika salah satu komponen mengalami kerusakan dan sistem ac central
tidak dapa beroperasi
- Jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya
harus pada termostat di koil pendingin pada komponen AHU
qx = P.Bf.CLf
dimana : qx : beban pendinginan peralatan (J/s)
P : power peralatan
Bf : faktor bullast (lampu Fo 1,25 ; lampu pijar = 30)
CLf : faktor beban pendinginan
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara dengan
luar ruangan tetapi terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara
yang dibutuhkan oleh tiap produk (orang). Beban ini tergantung dan
sebanding dengan jumlah orang (n), kebutuhan udara tiap orang (Vr),
besar perbedaan enthalpy udara luar dengan dalam serta densitas (ρ) .
qb = n.mv.∆h.CLf
dimana : qb : beban pendinginan ventilasi (J/s)
mv : kebutuhan udara tiap detik (kg/s)
∆h : kandungan kalor (beda enthalpy luar & dalam)
Kj/kg
b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara
pendinginan denganudara luar tanpa terkendali. Beban ini tergantung
dan sebanding dengan bukaan tiap jalan (x), volume ruangan (Vr),
besar perbadaan enthalpy udara luar dengan dalam, serta densitas (ρ).
qA = mv.∆h.CLf
dimana : qA : beban pendinginan infiltrasi (J/s)
mv : laju infiltrasi
CLf : faktor beban pendinginan
c. Radiasi
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari
luar ruangan berupa radiasi sinar matahari (beban panas matahari
yang melalui permukaan tembus cahaya).
d. Perpindahan panas
Beban pendinginan yang disebabkan adanya kalor yang diserap oleh
dinding (tak tembus cahaya) yang kemudian terkonduksi ke dalam
ruangan.
Q = u.A.∆T (Kj/det)
dimana : u : koefisien perpindahan panas total (KJ/det.m2.K)
A : luas panas (m2)
∆T : beda suhu terhadap lingkungan (K)
2.2.8 Refrigerant
Refrigerant adalah zat yang pada tekanan 1 atm mempunyai titik didih
o
sangat rendah sampai -157 C. refrigerant bertindak sebagai media
penghantar kalor pada proses pemindahan kalor dari produk yang diinginkan
ke media pendingin. Refrigerant mengalir dalam refrigerator dan bersirkulasi
melalui komponen fungsional untuk menghasilkan efek mendinginkan
dengan cara menyerap panas melalui ekspansi dan evaporasi.
10. Enthalpy
Adalah jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat
pada tekanan dan temperatur tertentu ditambah dengan kerja yang
bekerja pada zat tersebut yang merupakan perkalian antara tekanan
yang bekerja pada zat tersebut dengan volume spesifiknya.
11. Coeficient of Performance (COP)
Adalah perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant
(zat pandingan) dengan kerja kompresor.
12. Beban Pendinginan
Yaitu kalor yang diambil tiap detik dari produk yang diinginkan
(kJ/detik). Manfaatnya untuk meramalkan kalor yang mampu diserap
tiap detik oleh instalasi mesin pendingin.
13. Kapasitas Pendinginan
Adalah jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant dari benda
atau fluida yang hendak didinginkan.
14. Tor refrigerant
Laju aliran kapasitas refrigerant digunakan untuk menyerap
panas yang ada di dalam sistem tiap satuan waktu. Jadi tor refrigerant
merupakan satuan daya dalam British (Btu/jam).
● Keseimbangan Energi
mchc – maha = - H2 + HLC-D
● Kekekalan massa aliran fluida:
mc = ma – m0 ; m0 = massa alir
udara lewat oriface pada ujung duct
● Kalor sensibel
[kg/detik]
mo =0 . 0504
√ VD
PH2 = mD . CP . ΔT
Dengan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD = volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa
dicari dari diagram psycometry
hC = enthalpy udara di penampang C
hD = enthalpy udara di penampang D
PH2 = Daya reheater
H1C-D = kerugian energi pada daerah C-D
Cp = panas jenis udara antara C-D
2. Kondisi penampang B – C
● Kesetimbangan energi:
mBhB = Qref + mconhcon + H1B-C + mchc
● Kekekalan massa
¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿
m B-
m C=
m Con → m B=
m C+
m Con
● Didapat
1) Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Qref
COPtot =
W comp
2) Losses of energy
H1B-C dalam [kJ/s]
Dimana :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari
spesifikasi peralatan atau voltmeter dan
amperemeter
h1 = enthalpy refrigerant sesudah keluar evaporator
h2 = enthalpy refrigerant sebelum keluar evaporator
hcon = enthalpy air kondensasi
mcon = laju alir massa air kondensasi
mref = laju alir massa refrigerant
h1B-C = kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC = enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram
psycometry
⮚ Keseimbangan energi
¿ ¿ ¿
m A . hA + m B . hB = Pm - m s . hs + Pp + HL A-B
⮚ Kekekalan massa
¿ ¿ ¿
m B=
m A+
m S
● Didapat:
1) Kerugian Energi (HL A-B)
2) Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi ketel
uap:
QK
ηK=
PK
ms . hs
ηK= %
Pk
Dimana :
PM : daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding
dengan posisi regavolt [%] dan spesifikasi motor
penggeraknya
ms : laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs : enthalpy uap
Pp : daya pemanas preheater
Pk : daya pemanas bolier
mA : laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H 1A-B : kerugian energi pada daerah A-B
Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :
Q1
COPaktual =
W comp
Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
a. Temperatur bola basah
Sensor pada termometer dibalut kain basah untuk menghilangkan efek
radiasi panas.
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Perhitungan
Dari perhitungan didapatkan data sebagai berikut:
● Tekanan refrigerant keluar evaporator P1 = 550 kN/m2
● Tekanan refrigerant keluar kondensor P3 = 1850 kN/m2
● Inclined manometer Pd = 0,98 mmH2O
● Temperatur refrigerant keluar evaporator T1 = 29 ˚C
● Temperatur refrigerant keluar kondensor T3 = 47,3 ˚C
● Temperatur refrigerant masuk evaporator T4 = 10 ˚C
● Temperatur kondensasi Tcon = 25,67 ˚C
● Temperatur bola basah udara TWA = 30 ˚C = 86˚F
TWB = 47,3 ˚C = 117,14˚F
TWC = 27,3 ˚C = 81,14˚F
TWD = 36,3 ˚C = 97,34˚F
● Temperatur ruangan bola basah TWb = 26 ˚C
● Temperatur bola kering udara TDA = 33 ˚C = 91,4˚F
TDB = 52,6˚C = 126,68˚F
TDC = 34,6 ˚C = 94,28˚F
TDD = 39,3˚C = 102,74˚F
● Temperatur ruangan bola kering Tdb = 29 ˚C
● Debit air masuk bolier Q1 = 1826,6 ml /10 mnt
● Debit air kondensasi Q2 = 206,66 ml /10 mnt
● Kelembaban relatif θ = 75 %
● Regavolt Rv = 35 %
● Daya preheater H1 = 1 kW
● Daya reheater H2 = 0,5 kW
● Daya bolier B = 3 kW
● Tekanan udara atmosfer Po = 731,5 mmHg
o
z
mo =0 . 0504
√ VD
= 0,0504 √ ❑
= 0,053 kg/s
❖ Dengan mengabaikan losses pada jenis Cp adalah :
PH 2 1
o
.
ΔT
Cp = mD
0,5 1
Cp = .
0,053 (39,3−34,6)
Cp = 2,007 (kj/kg.oC)
206,66
= 10−3 .
600
= 3,44.10−4 (kg/s)
❖ Kekekalan Massa
o o o
mB = mC + m CON
o
m B = 0,053 kg/s + 3,44.10-4 kg/s
o
m B = 0,053 (kg/s)
❖ Enthalpy air kondensasi hCON pada TCON menurut dengan melihat table A-1
air.
TCON = 25,67OC didapatkan hCON = 107,57 Kj/Kg
T h
24 100,59
25,67 x
26 108,95
26−25,67 108,95−x
=
26−24 108,95−100,59
0,33 108,95−x
=
2 8,36
2,7588 = 217,9 – 2x
X = 107,57
¿ ¿ ¿
Q1 = Qref untuk COP aktual = m B . hB – (
m C . hC +
m Con . hCon)
❖ Kesetimbangan energi
o o o
( m B .h ) – ( m C .h ) = Qref + m CON . h + H
B C CON 1 B-C
● Kesetimbangan energi:
o o o
( m A .h ) – ( m B .h ) = P - ( ms .h ) – P + H
A B M S A 1 A-B
● Kekekalan massa
o o o
mB = mA + ms
o
ms = Q ρ dimana Q1 = debit air pengisi bolier
1.
o o o
mB = mA + ms
H1 A-B = ( m A .h ) – ( m B .h ) + ( ms .h ) – P + P
A B S M P
● Efisiensi bolier :
0
QK ms .h s
ηK= = . 100 %
PK PK
3
= 4,447%
● COP aktual
Q1
COP aktual =
Wcomp
( 0,053.223.296 )−( 0,053.104,67)+(3,44.10−4 .107,57)
COP aktual =
0,896
COP aktual = 6,975
● COP ideal
h 1−h 4
COP ideal =
h 2−h 1
270−95
COP ideal =
305−270
COP ideal = 5
4.2. Pembahasan
A. Pembakaran pada tiap – tiap segmen penampang
- Pada penampang C-D
Aliran fluida bermassa 0,053 kg/s kemudian mengalami pemanasan
kembali oleh reheater berdaya 0,5 kW setelah itu fluida bermassa 0,053 kg/s
tersebut keluar dari mesin pendingin melewati saluran penyempitan yaitu
oriface. Selama proses berlangsung terjadi energi losses sebesar (-2,212)
kj/s. Hal ini terjadi kemungkinan karena beberapa hal antara lain :
1. Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dinding saluran.
2. Kerugian karena tahanan aliran lokal yaitu karena adanya penyempitan
saluran.
3. Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur dan
diagram juga berpengaruh terhadap perhitungan losses yang terjadi.
B. Secara keseluruhan
Dari hasil perhitungan diperoleh perbedaan COP pada mesin pendingin
kompresi uap secara mekanik sebesar : COP aktual = 6,976 dan COP ideal = 5.
Hal ini disebabkan karena pada siklus mesin pendingin kompresi uap ideal
dianggap tidak mengalami perubahan tekanan pada kondensor dan evaporator
(isobarik) sedangkan pada siklus mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi
pressure drop pada kondensor maupun evaporator, dimana kompresor harus
mengkompresi uap refrigerant dari tekanan hisap yang rendah, menyebabkan
daya kompresor yang dibutuhkan meningkat. Selain itu mesin pendingin
kompresi uap aktual terjadi :
● Superheating pada evaporator karena penguapan yang berlebihan, hal
ini disebabkan oleh beban pendinginan yang berlebihan sehingga
penguapan melewati garis saturated vapour.
● Subcolling dari cairan refrigerant saat meninggalkan kondensor akibat
beban pendinginan yang terlalu besar, sehingga refrigerant melewati
garis saturated liquid untuk melepaskan kalor dari kondensor.
● Berdasarkan peredaan hasil perhitungan COP, disebabkan oleh
beberapa hal :
-Regavolt
Semakin besar regavolt maka kapasitas aliran udara meningkat,
sehingga meningkatkan kapasitas pendinginan pada evaporator,
mengakibatkan COP menurun.
-Preheater
Preheater akan memanaskan udara yang mengalir sebelum masuk ke
evaporator, pada preheater udara yang ditiupkan akan menambah
kapasitas pendinginan mengakibatkan kalor yang dibutuhkan untuk
mendinginkan udara sekitarnya lebih besar.
-Reheater
Reheater akan memanaskan udara yang mengalir setelah keluar dari
evaporator, hal ini disebabkan temperatur udara menurun setelah
melewati evaporator karena terjadi perpindahan panas dari udara ke
refrigerant pada evaporator. Oleh karena itu, udara yang mengalir
dari evaporator perlu pemanasan ulang pada reheater untuk mengatur
kelembaban udara yang sesuai.
-Evaporator
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada instalasi mesin pendingin maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1). Enthalpy setiap titik pada T – S mesin pendingin berdasarkan data pengujian
h1 = 118,626 Kj/Kg
h2 = 223,296 Kj/Kg
h3 = 104,67 Kj/Kg
h4 = 155,842 Kj/Kg
2). Kapasitas pendinginan (refrigerant capacity)
Qref = 6,25 KW
3). Debit udara antar penampang air flow duct
- debit udara antar penampang C – D pada air flow duct
mC = mD = 0,053 Kg/s
- debit udara antar penampang B – C pada air flow duct
mB = 0,053 Kg/s
- debit udara antar penampang A – B pada air flow duct
mA = 0,053 Kg/s
4). Energi hilang pada setiap potongan duct
- energi hilang pada potongan C – D = -2,212 Kj/s
- energi hilang pada potongan B – C = 0,003 Kj/s
- energi hilang pada potongan A – B = -4,48 Kj/s
5). COP ideal dan COP aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin
COP ideal = 5 ; COP aktual = 6,975
6). Efisiensi bolier sebagai komponen pelengkap instalasi P.A HILTON
ηbolier = 4,447 %
5.2 Saran
1). Dalam pengambilan data dan pembacaan pada diagram / tabel hendaknya
dilakukan dengan teliti oleh praktikan.
2). Asisten yang bersangkutan seharusnya menjadi pembibing kelompok yang
dibimbing ketika pelaksanaan praktikum.
3). Pada saat praktikum seharusnya mesin yang digunakan praktikum harus dengan
kondisi maksimal agar tidak terjadi masalah dengan mesin saaat praktikum.