Anda di halaman 1dari 64

Laporan Praktikum Mesin Pendingin

Kelompok 08

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin pendingin

merupakan

suatu

bagian

dari

penerapan

ilmu-ilmu

termodinamika yang digunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya dalam kehidupan
sehari-hari tetapi juga dalam berbagai industri, seperti refrigerator (kulkas), pendingin
air ataupun pendingin udara dalam mobil.
Bagi seorang mahasiswa teknik Mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah
yang berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin
pendingin, macam macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas
pendinginan dan menghitung Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.
Untuk membantu mahasiswa mempelajari sistem pendingin dan pengondisian
udara, maka buku panduan ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk
melakukan praktikum mesin pendingin (Air Conditioning Test Bench) pada
laboratorium Mesin Pendingin. Dengan pelaksanaa praktikum akan dapat memahami
aplikasi ilmu yang telah dipelajari diperkuliahan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada laporan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a

Berapa besar kapasitas mesin pendingin, kapasitas kondensor, beban evaporator,

daya kompresor dan Coeficient of Performance (COP).


b Berapa besar losses yang terjadi selama proses percobaan. Seperti faktor lingkungan
sekitar, faktor mesin, dll.
1.3 Batasan Masalah
Pengambilan dan perhitungan data praktikum dilakukan pada peralatan AC
Bench dimana pengaruh konduksi, konveksi dan radiasi udara diabaikan. Mesin
pendingin ini diasumsikan berjalan normal dan aliran diasumsikan steady.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

1.4 Maksud dan Tujuan Praktikum


a. Dari Air Flow Duct, dengan prinsip-prinsip psychrometri dan keseimbangan energi
dapat ditentukan :
1.

Perubahan sifat-sifat udara sepanjang duct dalarn diagram psychrometri

2.

Coeficient of Performance (COP) total dari seluruh instalasi mesin pendingin.

3. Energi yang hilang dari setiap potongan duct.


4.

Efisiensi ketel sebagai komponen pelengkap instalasi P.A. HILTON.


b. Dari siklus refrigerant didapat:
1.

Siklus refrigerasi R-22 yang aktual.

2.

Kapasitas pendinginan (refrigerating capacity).

3.

COP berdasarkan siklus refrigerant.

1.5 Manfaat Praktikum


Dengan melaksanakan praktikum mesin pendingin ini, akan dapat memahami
dan mengenal proses serta siklus-siklus termodinamika yang terjadi dan dapat
mengetahui komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan dapat mengetahui
pengaruh-pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Mesin Pendingin
Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk
memindahkan kalor dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir panas
bertemperatur lebih tinggi dengan menambahkan kerja kalor dari luar

2.2 Mesin Pendingin


2.2.1 Sejarah Mesin Pendingin
Perkembangan siklus refrigerant dan mesin pendingin merintis jalan bagi
pertambahan dan penggunaan mesin penyegar udara (air conditioning). Teknologi ini
dimulai oleh Cagnicered De La Tour (1832) kemudian dilanjutkan oleh Hurprey Day
dan asistennya M.Faraday (1824) lalu Josep M.C.Credy (1887) yang pertama membuat
instalasi mesin pendingin yang dinamakan mesin pencuci udara (air washer) yaitu
sistem pendingin yang menggunakan gerakan air, sedangkan Willis Houlan Carrier
(1906) membuat alat pengukur temperatur dengan kelembapan udara yang kemudian
dipatenkan pada tahun 1911.
Pada peralihan abad 19 20, kompresor digerakkan oleh uap dengan kecepatan
maksimal serpid. Industri refrigerasi di tahun 1990 kental diwarnai peralihan dari
konsumsi es alami ke es buatan dan persaingan antara kedua produk tersebut sekitar 15
tahun.
Air conditioning dngan kapasitas 450 ton untuk pertama kalinya dipasang di
New York Exchange dan sistem yang sama pada waktu yang hampir sama dipasang di
sebuah gedung teater di Jerman. Tahun 1905 Garder T Forness mempatenkan kompresor
temuannya dimana gas refrigerant dari 2 buah evaporator dengan tekanan berbeda bisa
ditarik dan ditekan dalam satu silinder tunggal. Menariknya, penemuan itu baru
dikembangkan 40 tahun kemudian. Memasuki tahun 1911 kecepatan kompresor
meningkat menjadi 100-300 rpm dan pada tahun 1915 untuk pertama kalinya kompresor

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

dua tingkat dioperasikan. Sistem ini masih belum bisa sempurna dan dipakai pada tahun
1940. Setelah perang dunia pertama biro standar Amerika membuat rumusan yang
akurat untuk panas laten es sehingga sistem perancangan jet mulai digunakan pada
industri minyak.
2.2.2 Macam Mesin Pendingin
a. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap
Mesin ini menggunakan kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat
pendingin dari evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah
diembunkan. Siklus pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus
rankine, perbandingannya adalah siklus ini menggunakan klep yang menghasilkan
penurunan tekanan secara isoenthalpy.

Gambar 2.1 Sistem pendinginan kompresi uap


Sumber : Stoecker (1996:187)
b. Mesin pendingin dengan siklus pendinginan absorbsi
Mesin pendingin ini menggunakan dua jenis refrigerant yaitu refrigerant primer
sebagai zat pendingin danrefrigerant sekunder sebagai zat pengikat kalor / yang
membawa refrigerant primer sampai di generator. Untuk siklusnya bisa dilihat pada
gambar 2.2.
Siklusnya dimulai dari evaporator yang menyerap panas dari sistem dan
ditangkap oleh refrigerant primer berbentuk uap bertekanan rendah. Selanjutnya
refrigerant primer diserap ke absorber yang di dalamnya sudah ada refrigerant
sekunder yang memiliki viskositas lebih, ini bertujuan untuk mengikat refrigerant
primer yang berfase uap agar dapat dialirkan oleh pompa ke generator. Pada
generator menghasilkan energi untuk menghidupkan komponen pemanas (seperti
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

heater) agar menghasilkan panas yang digunakan untuk melepas refrigerant primer
dengan refrigerant sekunder. Refrigerant primer dapat terlepas dari refrigerant
sekunder karena sifat dari refrigerant primer yang mudah menguap, selanjutnya
refrigerant primer melanjutkan siklusnya ke kondensor melepaskan kalornya ke
lingkungan. Selepas dari kondensor fase cair dari refrigerant melewati katup
ekspansi, disini refrigerant diturunkan tekanan dan temperaturnya hingga mencapai
temperatur dan tekanan evaporasi dengan cara dikabutkan.
Sedangkan pada refrigerant sekunder yang memiliki viskositas yang lebih
dibanding refrigerant primer setelah dari generator turun bersikulasi ke katup trotel
yang kemudian kembali ke absorber.
Pada absorber refrigerant sekunder masih memiliki temperatur yang tinggi. Di
dalam absorber terdapat proses pelepasan kalor yang berfungsi untuk menyerap uap
refrigerant primer yang keluar dari evaporator karena adanya perbedaan tekanan
yang mana di absorber lebih rendah dari tekanan evaporator.

Gambar 2.2 Sistem Pendinginan Absorbsi


Sumber : Stoecker (1996:309)
2.2.3

Fungsi Mesin Pendingin


Fungsi utama mesin pendingin adalah menyerap kalor dari sistem

bertemperatur rendah ke lingkungan bertemperatur tinggi guna mencapai efek


pendinginan.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

Fungsinya dibagi menjadi :


1. Air Conditioner (AC)
AC digunakan untuk mempertahankan kelembaban relatif di dalam suatu
ruangan sehingga diperoleh kenyamanan. Mesin ini banyak digunakan di kantor,
kendaraan, dan lain-lain.

Gambar 2.3 Air Conditioner (AC)


Sumber : Anonymous 1 (2015)
2. Freezer
Berfungsi untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah dan biasanya
mencapai 0oC (32oF). Digunakan pada pembuatan es, pengawetan daging, dan lainlain.

Gambar 2.4 Freezer


Sumber : Anonymous 2 (2015)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

3. Cold Storage
Berfungsi untuk menstabilkan temperatur nisbi sehingga sering digunakan
untuk menyimpan alat-alat kedokteran.

Gambar 2.5 Cold Storage


Sumber : Anonymous 3 (2015)

2.2.4 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap


1. Kompresor

Fungsi Kompresor : berfungsi menekan refrigeran hingga terjadi kenaikan


tekanan di kondensor dan berfungsi mensirkulasikan refrigeran dalam system

Jenis Kompresor berdasarkan cara kerja kompresi :


a. Kompresor torak (Reciprocating)
Kompresor torak atau kompresor piston adalah kompresor positivedisplacement (perpindahannya positif) kompresor ini menggunakan piston
yang digerakkan oleh crankshaft untuk menyalurkan gas dengan tekanan tinggi

Gambar 2.6 Kompresor Torak


Sumber : Anonymous 4 (2015)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

b. Kompresor putar (Rotary)


Kompresor putar adalah kompresor dengan memanfaatkan perpindahan rotor
yang ditumpangkan di atas poros yang berputar yang memiliki efisiensi
adiabatis 80-85%

Gambar 2.7 Kompresor Putar


Sumber : Anonymous 5 (2015)
c. Kompresor heliks atau sekrup (helix or screw)
Kompresor jenis ini digunakan sebagai pengganti dari kompresor torak, karena
lebih mampu menyuplai udara dengan volume lebih besar. Cara kerja
kompresor ini adalah dengan menggunakan dua penggerak berupa sekrup
berbentuk heliks atau rotor yang memiliki kerapatan sangat tinggi sehingga
ketika keduanya berputar udara akan mengalir dan terisap lalu mengalami
kompresi sebelum dilepas

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

Gambar 2.8 Kompresor Heliks


Sumber : Anonymous 6 (2015)
d. Kompresor skrol (Scroll)
Kompresor skrol adalah kompresor yang memiliki dua spiral dimana satu
bagian spiral diam dan spiral yang lainnya bergerak untuk mengkompresi udara
di sepanjang spiral. Pergerakan yang terjadi membuat udara termampatkan
sehingga tekanannya meningkat

Gambar 2.9 Kompresor Skrol


Sumber : Anonymous 7 (2015)
e. Kompresor Sentrifugal (centrifugal)
Kompresor sentrifugal termasuk dalam kompresor dinamik. Pada pengertian
yang ideal, kompresor dinamik mencapai suatu kenaikan tekanan dengan
penambahan energi kinetik/percepatan untuk aliran kontinu yang melewati
rotor atau impeller. Energi kinetik ini kemudian dikonversi untuk pengingkatan
tekanan statis dengan memperlambat aliran yang melalui diffuser

Gambar 2.10 Kompresor Sentrifugal


Sumber : Anonymous 8 (2015)
2. Evaporator

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

10

Fungsi Evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigeran dan ruang atau
bahan yang akan didinginkan dan refrigeran akan mengalami perubahan fasa dari
cair menjadi uap.

Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya


a. Evaporator Tabung dan Coil
Pada evaporator tabung dan koil terdapat koil pipa tunggal atau ganda didalam
sebuah silinder. Refrigeran mengalir didalam koil pipa untuk mendinginkan air
atau larutan garam yang berada di bagian luar koil. Evaporator tabung dan koil
dapat dibuat dengan mudah. Sebab tidak memerlukan pelat pipa untuk
memasang ujung dan pangkal pipa, seperti yang terdapat pada kondensor
tabung dan pipa.

Gambar 2.11 Evaporator Tabung dan Coil


Sumber : Stoecker (1996)
b. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
Evaporator tabung dan pipa jenis expansi kering menggunakan banyak pipa
yang dipasang di dalam tabung. Refrigeran mengalir di dalam pipa, sedangkan
cairan yang hendak didinginkan mengalir melalui bagian luar pipa refrigeran,
yaitu di dalam tabung, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

11

Gambar 2.12 Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering


Sumber : Stoecker (1996)
c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara
Koil dengan pendinginan udara, seperti yang dipakai untuk mendinginkan
udara pada penyegar udara, terdiri dari koil pipa bersirip pada bagian luarnya.
Ada dua macam koil dengan pendingin udara, yaitu jenis expansi langsung dan
expansi tak langsung.
Pada jenis expansi langsung, refrigeran diuapkan secara langsung di
dalam pipa evaporator; sedangkan pada jenis expansi tak langsung udara
didinginkan oleh refrigeran sekonder seperti air atau larutan garam ysng
mengalir melalui pipa tersebut. Sirip-sirip yang dipasang pada bagian luar pipa
digunakan untuk memperbesar luas bidang perpindahan kalor yang
berhubungan dengan udara, karena konduktivitas termalnya kecil.

Gambar 2.13 Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara


Sumber : Stoecker (1996)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

12

3. Katup Ekspansi

Fungsi Katup Ekspansi : Menurunkan dan Menjaga beda tekanan refrigerant cair
antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan,
sehingga terjaga tekanan yang diinginkan

Jenis katup ekspansi, yaitu :


a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
Katup ekspansi yang peka terhadap perubahan beban, antara lain adalah katup
ekspansi otomatik termostatik yang mejaga kondisi suhu agar tidak mengalami
perubahan yang ekstrim

Gambar 2.14 Katup Ekspansi Termostatik


Sumber : Stoecker (1996:215)
b. Katup Ekspansi Manual
Katup Ekspansi Manual adalah katup expansi dengan trotel yang diatur secara
manual, yaitu menggunakan katup jarum yang berbeda dari katup stop yang
biasa.

Gambar 2.15 Katup Ekspansi Manual


Sumber : Stoecker (1996)
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

13

c. Katup Ekspansi Tekanan Konstan


Katup expansi tekanan konstan adalah Katup expansi tekanan konstan adalah
katup expansi, dimana katup digerakkan oleh tekanan di dalam evaporator,
untuk mepertahankan supaya tekanan di dalam evaporator konstan.

Gambar 2.16 Katup Ekspansi Tekanan Konstan


Sumber : Stoecker (1996)
4. Kondensor

Fungsi Kondensor : Melepaskan kalor dari refrigeran, sehingga refrigeran berubah


fasa dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor yang
diserap di evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.

Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
Kondensor tabung pipa banyak dipergunakan pada unit kondensor berukuran
kecil sampai besar. Unit pendingin dan penyegar udara paket baik untuk
amonia maupun freon. Didalam kondensor tabung dan pipa terdapat banyak
pipa pendingin, dimana air pendingin mengalir didalam pipa-pipa tersebut.
Ujung dan pangkal pipa pendingin terikat pada pelat pipa, sedangkan diantara
pelat pipa dan tutup tabung dipasang sekat-sekat, untuk membagi aliran air

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

14

yang melewati pipa-pipa tersebut tetapi juga mengatur agar kecepatannya


cukup tinggi.

Gambar 2.17 Kondensor Tabung dan pipa Horizontal


Sumber : Stoecker (1996)
b. Kondensor tabung dan pipa coil
Kondensor dan koil banyak dipergunakan pada unit dengan freon sebagai
refrigeran berkapasitas relatif kecil. Pada kondensor tabung dan koil, air
mengalir didalam koil dan pipa pendingin.

Gambar 2.18 Kondensor Tabung dan Pipa Coil


Sumber : Stoecker (1996)
c. Kondensor jenis pipa ganda
Kondensor jenis pipa ganda merupakan susunan dari dua pipa aksial, dimana
refrigeran mengalir melalui saluran yang terbentuk antara pipa dalam dan pipa

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

15

luar, dari atas dan bawah. Sedangkan air pendingin mengalir didalam pipa
dalam arah berlawanan dengan arah aliran refrigeran.

Gambar 2.19 Kondensor jenis pipa ganda


Sumber : Stoecker (1996)
d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat
Kondensor pendingin udara terdiri dari koil pipa pendingin bersirip pelat.
Udara mengalir dengan arah tegak lurus terhadap bidang pendingin. Gas
refrigeran yang bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas koil dan secara
berangsur-angsur mencair dalam alirannya kedalam bagian bawah koil.

Gambar 2.20 Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat


Sumber : Stoecker (1996)
2.2.5

Siklus Mesin Pendingin


Siklus thermodinamika mesin pendingin yang ideal adalah siklus mesin carnot

terbalik, tetapi siklus ini sulit untuk dicapai karena siklus carnot terdapat atau terdiri
dari proses-proses reversibel yang menjadikan efisiensinya lebih tinggi dari pada yang
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

16

dapat dicapai oleh siklus secara aktual. Siklus refrigerasi carnot dapat dilihat pada
gambar 2.3. Dan refrigerasi bermanfaat dan kerja bersih siklus carnot dapat dilihat pada
gambar 2.4.

Gambar 2.21 Siklus Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1996:215)
Keterangan :
1 2 : Proses kompresi adiabatis reversibel
2 3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3 4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4 1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan

Gambar 2.22 Refrigerasi Bermanfaat dan Kerja Bersih Siklus Carnot


Sumber : Stoecker (1996:255)
Daerah yang ada di bawah garis reversibel pada diagram suhu-enthropi
menyatakan perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.4
dapat menyatakan jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih
(net work). Refrigerasi bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 1

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

17

atau daerah di bawah garis 4 1. Daerah di bawah garis 2 3 menyatakan kalor yang
dikeluarkan dari daur, perbedaan antara kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang
ditambahkan ke dalam daur adalah kalor bersih (net heat).
Siklus carnot bias diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan
cara memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan
dengan memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant
memasuki kompresor. Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih
ringan sehingga lifetime komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan
daur refrigerasi carnot dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.23 Perbaikan Daur Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1996:115)
Selain hal di atas, secara aktual diagram T-S secara aktual pada siklus 3 -4
tidak ideal terjadi secara isentropis, nyatanya pada sikuls 3 4 pada katup ekspansi
setelah adanya proses pelepasan kalor pada kondensor, katup ekspansi menurunkan lagi
temperatur refrigerant cair secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses secara
konduksi maupun konveksi yang meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus ideal 3
4 secara isentropis, secara aktualnya akan bergeser dan tidak terjadi secara isentropis
lagi. Skema daur kompresi uap standar dapat dilihat pada gambar 2.6 dan 2.7.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

18

Gambar 2.24 Daur Kompresi Uap Standar (T-s)


Sumber : Stoecker (1996:115)
Keterangan :
1 2 : Proses Kompresi uap refrigerant
2 3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3 4 : Proses penurunan tekanan
4 1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant

Gambar 2.25 Daur Kompresi Uap Standar (P-h)


Sumber : Stoecker (1996:116)
Keterangan :
1 2 : Proses kompresi adiabatik reversibel di kompresor
2 3 : Proses pelepasan panas pada tekanan konstan
3 4 : Proses ekspansi pada ekspantion valve secara isoentalphi
4 1 : Proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant
Siklus dimulai dari titik 4 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigerant
yang ada pada evaporator. Refrigerant lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu
dialirkan ke kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigerant untuk
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

19

meningkatkan tekanan refrigerant sehingga refrigerant bias mencapai tekanan dan


temperature kondensasi, selanjutnya dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari
kondensor adalah melepas kalor refrigerant, hal ini dilakukan dengan cara
mendinginkan refrigerant hingga berubah wujud mencajid cair, kalor yang dilepas oleh
refrigerant dibuang ke lingkungan.
Setelah melewati kondensor refrigerant yang telah berbentuk cair dialirkan ke
katup ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigerant dengan
cara dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigerant yang berwujud uap
jenuh sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.
Tabel 2.1 Proses Terjadinya Siklus Refrigerasi
Proses

Alat

1-2 (Kompresi

Kompresor

2-3
(Pembuangan
Kalor Isobarik)

Kondensor

3-4 (Ekspansi

Katup
Ekspansi

Evaporator

Efek

Perubahan Fase

h2-h1

UJK UPL

h2-h3

UPL cair

Cair UP

h1-h4

UJ UJK

Isentropik)

Isoentalpi)
4-1 (Penyerapan
Kalor)

Sumber : Modul Panduan Praktikum Mesin Pendingin 2014/2015


Pada komponen-komponen mesin pendingin terjadi perubahan-perubahan,
yaitu:
1. Pada kompresor (1 2)

Entalphi, tekanan, dan termperatur naik

Entrophi konstan

Perubahan fase dari uap kering ke uap panas lanjut butuh kerja dari luar

2. Pada kondensor (2 3)

Entalphi dan temperatur turun

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

Tekanan konstan

Perubahan fase dari uap panas lanjut ke fase cair

Terjadi pelepasan kalor

20

3. Pada expantion valve (3 4)

Entalphi konstan

Tekanan dan temperatur turun

Entrophi naik

Perubahan fase dari cair ke uap jenuh

4. Pada evaporator (4 1)

Tekanan dan temperatur konstan

Entalphi dan entrophi naik

Perubahan fase dari uap jenuh menjadi uap kering

Gambar 2.26 Gambar Daur Kompresi Uap Nyata dibanding Daur Standar
Sumber : Stoecker (1996:117)
Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.8, terjadi modifikasi pada
siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :

Sub-Cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum
idealnya, sub-cooling bertujuan memaksimalkan preubahan fase embun ke cair pada
kondensor agar kerja kondensor menjadi lebih ringan. Sub-cooling bermanfaat
karena kerja kondensor lebih ringan. Sub-cooling dapat dilakukan dengan
penambahan coil ganda pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga
didapat efek sub-cooling.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

21

Super Heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal
yang positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super
heating dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke
kompresor.

Pressure Drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubahubah pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding
pipa, belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.

2.2.6 AC Central
AC Central adalah Sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik
atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas
yang sesuai dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran
udara/ducting ac. Skema AC central dapat dilihat pada gambar 2.9

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

22

Gambar 2.27 Skema Instalasi AC Central


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin 2014/2015
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada
chiller biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk
mendinginkan kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan
kembali secara evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang
didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem
pemipaan. Air yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem
penanganan udara (AHU) menuju koil pendingin.
2. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot
udara dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari
lingkungan (fresh air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan.
Campuran udara tersebut masuk menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan
koil pendingin. Setelah itu udara yang telah mengalami penurunan temperatur
didistribusikan secara merata ke setiap ruangan melewati saluran udara (ducting)
yang telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang jauh sekalipun bisa
terjangkau.
AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :
a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga
diharapkan udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruanganruangan.
c. Koil Pendingin
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

23

Berfungsi untuk menurunkan temperatur udara.


Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami
kerusakan dan sistem AC central tidak bekerja, maka semua ruangan tidak akan
merasakan udara sejuk. Selain itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka
pengaturannya harus pada termostat di koil pendingin pada komponen AHU.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara
dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas.
Konstruksi cooling water terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle,
fan/blower, bak penampung dan casing.
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central
dengan sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan
evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja
berupa refrigerant yang mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu
komponen ke komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk watercooled condenser yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigerant. Secara
umum bentuk konstruksinya berupa shell & tube dimana air memasuki shell/tabung dan
uap refrigerantsuperheat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga
terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigerantsuperheat berubah fase menjadi cair
yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar
memiliki temperatur yang lebih tinggi karena air ini akan digunakan lagi untuk proses
pendinginan kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau
didinginkan pada cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling
water/cooling tower melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak
nozzle untuk tahap spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara
langsung sementara itu udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah
jatuhnya air panas karena pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower.
Untuk menguapkan 1 kg air diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor
laten dengan mengungkapkan sebagian dari air maka sebagian besar air pendingin dapat
didinginkan, misalnya 1% dari air dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya
sebanyak 6C dengan menara pendingin.
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

24

Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu
kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah
mengalami penurunan temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa
kembali menuju kondensor yang berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga
dipasang katup yang dihubungkan ke sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air
pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range dan approach
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach
adalah selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor
yang terjadi pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2
penyebab terjadinya perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan
parsial antara air dan udara. Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower
membuat sistem ini lebih hemat energi jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada
skala besar seperti chiller. Salah satu kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak
praktis karena jarak yang jauh antara chiller dan cooling tower sehingga memerlukan
sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu juga biaya perawatan cooling tower
cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat
lain dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya,
fungsi utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk
kemudian didistribusikan ke masing-masing ruangan.
Kelebihan dan kekurangan sistem AC central
Kelebihan
- Kebisingan dan getaran mesin pendingin hampir tidak mempengaruhi ruangan
- Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah
- Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat dilayani oleh suatu
sistem (unit) saja
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

25

- Kelembapan udara dapat diatur


Kekurangan
- Harga pembuatan awal dangat mahal
- Biaya operasional mahal
- Unit central tidak dapat dipakai untuk rumah sakit, karena dapat menyebarkan
kuman/bakteri pasien dari suatu ruangan ke ruangan lain
- Jika salah satu komponen mengalami kerusakan dan sistem ac central tidak dapa
beroperasi
- Jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada
termostat di koil pendingin pada komponen AHU

2.2.7

Beban Pendinginan
Beban pendinginan adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem

pengkondisian udara. Beban pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruangan
dan tambahan panas. Tambahan panas adalah jumlah panas setiap saat yang masuk
kedalam ruangan secara radiasi maupun dinding karena perbedaan temperatur.
Dasar perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan dua cara
Perhitungan besar kalor puncak untuk menetapkan besarnya instalasi
Perhitungan beban kalor sesaat untuk mengetahui biaya operasi untuk mengetahui
karakteristik dinamik instalasi yang bersangkutan
Yang mempengaruhi beban pendinginan antara lain:
1. Internal
a. Produk (orang)
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
produk (orang) yang berada didalam ruang pendingin itu:
q1 = m.h.Clf
Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang
pendingin (I/s)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

26

m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan


h

= laju kalor yang dilepaskan oleh produk (wall)


-benda ; h = F (jenis benda)
-orang ; h = F (aktivitas)

Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)


b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari
peralatan peralatan yang berada diruang pendingin tersebut :
qz = P x BF x CLF
Keterangan:
qz

= beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan


didalamruang pendinginan (joule/detik)

= power /daya (peralatan) (wall)

BF

= factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0

CLF = factor beban pendinginan


2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara luar ruangan
tetapi terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara yang dibutuhkan oleh
tiap produk (orang) :
o

q b n. m v .h.Clf

Keterangan :
qb

= beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar terkendali


(suhu/detik)

= banyaknya produk (orang)

= kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)

= kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

27

CLF = factor beban pendinginan


b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan
dengan udara luar tanpa kendali :
o

q A m vi . h.Clf

Keterangan :
qA

= beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar

tanpa

kendali (joule/s)
o

m vi = laju Infiltrasi (kg/h)

= beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)

CLF = factor beban pendinginan


c. Radiasi
Beban pendingian yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar ruangan
berupa radiasi matahari (beban panas matahari melalui permukaan tembus
cahaya).

qb = . . A

T1

100

4
T2


100

Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
= bilangan Boltzman
= emisitas permukaan
A = luas panas (m)
T1 = temperatur Absolute luar (K)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

28

d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan yang
tidak diinginkan
Qs = U.A.T
Keterangan :
Qs

= beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak


diinginkan

2.2.8

= koefisien perpindahan panas total (joule/cmok)

= 1/RT ; RT = R1 + Ra + Rs +Ra

= luas panas (m)

= beda temperatur (K)

Refrigerant
Refrigerant adalah zat pendingin atau media pembawa kalor yang mudah

diubah bentuknya dari cair menjadi gas atau atau sebaliknya dengan menyerap atau
melepas kalor yang digunakan dalam sirkulasi mesin pendingin.
2.2.8.1

Macam macam Refrigerant

Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b. Refrigerant Sekunder
Cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor bersuhu
rendah dari suatu lokasi ke lokasi lain.
Berdasarkan komponen penyusun:
a. Senyawa Holocarbon

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

29

Mempunyai satu atau lebih atom dari salah satu halogen (klorin,
flourin, bromin)
Tabel 2.2 Beberapa Refrigerant Holocarbon
Nomor Refrigerant
11
12
13
22
40
113
114
Sumber : Stoecker (1992:279)

Nama Kimia

Rumus

Trikloromonofluorometana
Diklorodifluorometana
Triklorotriplorometana
Monoklorodifluorometana
Metil klorida
Triklorotrifluoroetana
Diklorotetrafluoroetana

Kimia
CCl3F
CCl2F2
CClF3
CHClF2
CH3Cl
CCl2FCClF2
CClF2CClF2

b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini,
contoh : amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.

Tabel 2.3 Beberapa Refrigerant Anorganik


Nomor Refrigerant
717
718
729
744
764
Sumber : Stoecker (1992:280)

Nama Kimia
Amonia
Air
Udara
Karbondioksida
Sulfur dioksida

Rumus
Kimia
NH3
H2O
CO2
CO2

c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant,
khususnya untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia.
Diantaranya adalah metana (CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).
Tabel 2.4 Refrigerant Hidrokarbon

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
Nomor Refrigerant

30

Nama Kimia

Rumus

Metana
Etana
Propana

Kimia
CH4
C2H6
C3H8

50
170
290
Sumber : Stoecker (1992:280)
d. Azeotrop

Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat


dipisahkan komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan
mengembun sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda
dengan unsur pembentuknya. Misal : refrigerant 502 yang merupakan
campuran 48,8% R-22 dengan 51,2% R-115.
2.2.8.2

Syarat syarat Refrigerant

1. Tekanan penguapan harus tinggi


Sebaiknya refrigerant memiliki temperatur penguapan pada tekanan yang lebih
tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan
turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi.
2. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi
Apabila tekanan pengembunannya rendah, maka perbandingan kompresinya
menjadi lebih rendah sehingga penurunan prestasi kompresor dapat dihindari. Mesin
dapat bekerja lebih aman.
3. Kalor laten penguapan harus tinggi
Karena menguntungkan untuk kapasitas refrigerasi yang sama jumlah
refrigerant bersirkulasi menjadi lebih kecil.
4. Volume spesifik (terutama dalam fase gas)
Memungkinkan penguapan kompresor dengan volume langkah torak yang
lebih kecil.
5. Koefisien prestasi harus tinggi.
6. Konduktivitas termal yang tinggi.
7. Viskositas yang rendah dalam fase cair maupun gas

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
8. Refrigerant harus stabil dan tidak bereaksi pada material

2.2.9 Kelebihan dan Kekurangan Refrigerant Hydrocarbon dan Holocarbon


a. Refrigerant Holocarbon
Kelebihan
1. Kemudahan mengalir yang tinggi keadaan cair
2. Tidak menyebabkan ledakan
3. Tidak membawa aliran listrik
4. Tekanan kondensasi dan suhu keluar yang tinggi dalam mesin refrigerant
Kekurangan
1. Dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan global
2. Jenis refrigerasi yang kurang aman untuk digunakan dalam proses refrigerant

b. Refrigerant hydrocarbon
Kelebihan
1. Ramah lingkungan yang ditunjukkan dengan nilai ozon depleting potensial
2. Properti termofisika dan karakteristik perpindahan yang baik
3. Kerapatan fase uap yang rendah
4. Kelarutan yang baik
5. Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik 15 25%
Kekurangan
1. Sifatnya mudah terbakar
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

31

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

32

2.2.10 Istilah - istilah Mesin Pendingin


1. Panas Laten
Jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana akan
menyebabkan terjadinya perubahan fase/wujud dari zat yang bersangkutan tanpa
mengalami perubahan temperatur.
2. Panas Sensible
Jumlah panas yang diambil atau diberikan kepada suatu zat dimana akan
menyebabkan terjadinya perubahan temperatur tanpa mengalami perubahan
fase/wujud dari zat yang bersangkutan.
3. Panas Spesifik
Jumlah panas/kalor yang diperlukan setiap kilogram massa zat untuk menaikkan
temperaturnya sebesar satu derajat Celcius.
4. Wet Bulb Temperatur
Temperatur udara yang tidak memperhitungkan pengaruh radiasi, konduksi, dan
konveksi.
5. Dry Bulb Temperatur
Temperatur udara yang memperhitungkan.pengaruh radiasi, konduksi, dan
konveksi.
6. Kelembaban Absolut
Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara kering dalam suatu
volume campuran.
7. Kelembaban Relatif
Perbandingan antara tekanan parsial uap air dalam suatu campuran tehadap
tekanan jenuhnya pada temperatur yang sama.
8. Refrigerant effect
Kemampuan suatu refrigerant (zat pendingin) untuk menyerap panas/kalor agar
berubah fase/wujudnya berubah dari cair menjadi uap.
9. Enthalpy
Jumlah kalor yang dikandung oleh setiap kilogram zat pada tekanan dan
temperatur tertentu ditambah dengan kerja yang bekerja pada zat tersebut yang

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

33

merupakan perkalian antara tekanan yang bekerja pada zat tersebut dengan volume
spesifiknya.
10. Coeficient of Performance (COP)
Perbandingan antara panas yang diserap oleh refrigerant (zat pandingan) dengan
kerja kompresor.
11. Beban Pendinginan
Kalor yang diambil tiap detik dari produk yang diinginkan (kJ/detik).
Manfaatnya untuk meramalkan kalor yang mampu diserap tiap detik oleh instalasi
mesin pendingin.
12. Kapasitas Pendinginan
Jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant dari benda atau fluida yang hendak
didinginkan.
13. Tor refrigerant
Laju aliran kapasitas refrigerant digunakan untuk menyerap panas yang
ada di dalam sistem tiap satuan waktu. Jadi tor refrigerant merupakan satuan daya
dalam British (Btu/jam).

2.2.11 Rumus - Rumus yang Digunakan


1. Antara penampang C-D pada Air Flow Duct

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

34

Gambar 2.28 Penampang C-D


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB (2014)

Keseimbangan Energi
mchc maha = -PH2 + HLC-D

Kekekalan massa aliran fluida:


mc = ma m0 ; m0 = massa alir
udara lewat oriface pada ujung duct

m 0 0.0504

z
kg / det ik
vd

Kalor sensibel
PH2 = mD . CP . T
Dengan : Z
VD

= tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )


= volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari
diagram psycometry

hC

= enthalpy udara di penampang C

hD = enthalpy udara di penampang D

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

35

PH2 = Daya reheater


HLC-D = kerugian energi pada daerah C-D
Cp = panas jenis udara antara C-D

Didapat :
1. Dengan mengabaikan losses, panas jenis Cp adalah :

Cp

PH 2

m D T

kJ / kg.C

Kalor hilang Antara C-D ; HL C-D dalam satuan kJ/s

2. Kondisi penampang B C

Gambar 2.29 Penampang B C


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB (2014)

Kesetimbangan energi:

m B hB m C hC Qref m Con hCon H LB C

Kekekalan massa

m B - m C = m Con m B = m C+ m Con

Didapat

Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.


COPtot

Qref
Wcomp

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

36

Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]
Dimana :
Wcomp= daya sebenarnya kompresor, bisa dilihatdari spesifikasi
peralatanatau voltmeter dan amperemeter
h1= enthalpyrefrigerant sesudah keluar evaporator
h2= enthalpyrefrigerant sebelum keluarevaporator
hcon= enthalpy air kondensasi
mcon= laju alir massa air kondensasi
mref= laju alir massa refrigerant
h1B-C= kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC= enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram psycometry

3. Kondisi Pada penampang A-B

Gambar 2.30 Penampang A B


Sumber :Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB (2014)
a. Keseimbangan energi

m A . hA + m B . hB= Pm- m s . hs + Pp+ HL A-B

b. Kekekalan massa

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

37

mB= mA+ mS

c. Didapat:

Kerugian Energi (HL A-B)

Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :

QK
PK

mh
k s s x100%
Pk
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan
posisi regavolt [%] dan spesifikasi motor penggeraknya
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs

= enthalpy uap

Pp

= daya pemanas preheater

Pk

= daya pemanas bolier

mA

= laju alir massa udara luar yang dihisap blower

H 1A-B = kerugian energi pada daerah A-B


Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :
COPaktual =

Q1
W comp

Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB (mChC + mconhcon)
Sedangkan COPideal dapat dicari dengan persamaan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

COPideal =

38

h1h 4
h2h1

Dimana harga h1,h2 dan h4 bisa dilihat pada diagram (P-h)


2.3 Dasar Pengkodisian Udara
2.3.1 Psikometri
Psikometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air.
Psikometrik mempunyai arti penting dalam pengkondisian udara atau penyegaran udara
karena atmosfer merupakan campuran antara udara dan uap air. Psikometri digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat termodinamika udara dan mengidentifikasi proses fisik
yang terjadi di lingkungan.

Gambar 2.31 Psikometri

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

39

Sumber : Cengel (2006:996)


2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
a.

Temperatur bola basah


Sensor pada termometer dibalut kain basah untuk menghilangkan efek radiasi
panas.

b.

Temperatur bola kering


Temperatur dapat dibaca dengan sensor kering dan terbuka namun tidak tetap
karena pengaruh radiasi panas, kecuali memperoleh ventilasi cukup baik.

2.3.3 Dew Point


Temperatur dew point adalah temperatur dimana embun mulai terbentuk. Artinya
udara mulai berubah menjadi embun setelah mengalami proses pendinginan pada
tekanan konstan.
2.3.4 Absolute Humidity dan Relative Humidity
Apabila atmosfer tanpa kandungan uap air, maka campuran gas dikenakan
dengan udara kering (dry air). Apabila uap air ada dalam gas tersebut dikenal dengan
udara basah (wet air). Jumlah uap air ruang kurang dari tekanan jenuh temperatur
tertentu mengandung uap air maka penguapan akan berlangsung terus sampai
tekanannya menjadi tekanan jenuh untuk temperatur tersebut. Relative humidity
digunakan untuk menyatakan perbandingan antara tekanan parsial uap air suatu
campuran terhadap tekanan jenuhnya pada temperatur yang sama.
2.4

Teknologi Pengkondisian Udara Terbaru

Air-Conditioner dengan Tenaga Surya, Terobosan Baru Pendinginan Hemat Energi


Isu tentang krisis energi dan pemanasan global sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat dunia. Berbagai teknologi dan inovasi terus dikembangkan dalam mencari
solusinya. Di samping pencarian berbagai sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan, penghematan energi pun dilakukan untuk menekan laju konsumsi energi.
Jadi solusi krisis energi tidak hanya datang dari segi produksi energi alternatif, namun
dari segi konsumsinya.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

40

Konsumsi listrik yang terbesar pada gedung adalah sistem pendinginan


udaranya. Pendingin udara/ air-conditioner (AC) konvensional mengkonsumsi energi
listrik yang relatif sangat besar. Hal ini tentunya menuntut daya listrik yang besar. Pada
umumnya listrik masih dihasilkan bahan bakar fosil, sehingga penggunaan AC
konvensional berdampak tidak langsung pada emisi gas rumah kaca, sebagai penyebab
peningkatan efek pemanasan global. Selanjutnya, karena suhu lingkungan semakin
panas, semakin banyak industri, rumah tinggal, dan gedung yang menggunakan AC,
sehingga menyebabkan siklus perusakan lingkungan dan krisis energi terus berlanjut.
Namun, penghambatan penggunaan AC adalah hal yang mustahil dilakukan.
Karena itu, diperlukan inovasi pendingin udara yang menggunakan sumber energi
terbarukan, serta ramah lingkungan, salah satunya adalah AC dengan tenaga surya.
Sistem refrigerasi dasar
Sebelumnya, akan dijelaskan terlebuh dahulu mengenai sistem refrigerasi dasar.
Mungkin sistem refrigerasi merupakan hal yang tidak asing lagi bagi orang-orang yang
bergerak dalam bidang Fisika Teknik. Fluida yang mengalir dalam siklus ini biasa
disebut refrigeran. Refrigeran adalah fluida kerja yang bersirkulasi dalam siklus
refrigerasi. Refrigeran merupakan komponen terpenting siklus refrigerasi karena
menimbulkan efek pendinginan dan pemanasan pada mesin refrigerasi. Refrigeran
menyerap panas dari satu lokasi dan membuangnya ke lokasi yang lain, biasanya
melalui mekanisme evaporasi dan kondensasi.
Konsep dasarnya adalah sebagai berikut:

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

41

Gambar 2.32 Siklus Pendinginan Teknologi Terbaru


Sumber : Anonymous 9 (2015)
Mula-mula kondenser menyebabkan fasa berubah dari gas menjadi cair jenuh
akibat adanya pelepasan kalor ke lingkungan. Kemudian refrigeran masuk ke expansion
valve, dan mengalami drop tekanan, fasanya berubah menjadi campuran cair dan gas.
Expansion valve berfungsi untuk mengatur laju aliran. Lalu refrigeran masuk ke
evaporator dan mengalami perubahan fasa dari campuran menjadi uap jenuh. Pada
evaporator, terjadi perpindahan kalor dari objek yang didinginkan ke evaporator. Setelah
itu, refrigeran masuk ke kompresor dan mengalami kenaikan tekanan. Kemudian masuk
ke kondenser dan siklus berulang. Pada penggunaan AC, umumnya input energi untuk
siklus ini berupa energi listrik yang digunakan untuk menggerakkan kompresor
mekanik.
Sistem solar thermal cooling (refrigerasi absorpsi)
AC dengan tenaga surya menggunakan sistem solar thermal cooling, yaitu
pendinginan ruangan dengan menggunakan panas matahari. Mungkin hal ini terdengar
tidak wajar, bagaimana mungkin mendinginkan ruangan dengan sumber energi panas itu
sendiri. Namun, dengan teknologi sistem solar thermal cooling, hal ini sangat mungkin
dilakukan.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

42

Bila dibandingkan dengan sistem refrigerasi konvensional, pada prinsipnya tidak


ada perbedaan kecuali pada bagaimana fluida dapat dinaikkan titik didihnya sehingga
dapat mengembun (kondensasi) pada kondenser. Pada sistem biasa yang menggunakan
input listrik, titik didih ini dicapai dengan menggunakan kompresi mekanik. Pada sistem
pendingin yang menggunakan energi matahari, titik didih ini dicapai dengan kompresi
thermal.
Untuk menggantikan kompresor pada sistem refrigerasi konvensional, digunakan
tiga komponen di dalam siklus absorpsi, yaitu absorber, pompa, dan generator. Absorber
berfungsi untuk menyerap uap refrigeran ke dalam absorben, sehingga keduanya
bercampur menjadi larutan. Fluida yang digunakan adalah air dengan LiBr (Lithium
Bromida). Air dan LiBr digunakan karena memenuhi kriteria fluida kerja (campuran
antara refrigeran dan absorben), yaitu:
1. Perbedaan titik didih antara refrigeran dan larutan pada tekanan yang sama besar.
2. Refrigeran memiliki panas penguapan yang tinggi dan konsentrasi yang tinggi di
dalam absorben untuk menekan laju sirkulasi larutan diantara absorber dan generator
per-satuan kapasitas pendinginan.
3. Memiliki sifat-sifat transport, seperti viskositas, konduktivitas termal, dan koefisien
difusi, yang baik sehingga dapat menghasilkan perpindahan panas dan massa yang
juga baik.
4. Baik refrigeran dan absorbennya bersifat non-korosif, ramah lingkungan, dan murah.
Kriteria lainnya stabil secara kimiawi, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan tidak
mudah meledak. Dalam sistem solar thermal cooling, air berfungsi sebagai
refrigeran, sedangkan LiBr sebagai absorben.
Pada sistem ini, fluida bersuhu dan bertekanan rendah memasuki evaporator lalu
menguap karena adanya kalor dari lingkungan yang masuk ke evaporator. Lalu fluida
berubah fasa dari cair menjadi gas. Kemudian gas memasuki absorber yang memiliki
larutan yang rendah kadar airnya. Larutan ini menyerap refrigeran dan bertambah kadar
airnya. Karena reaksi di dalam absorber adalah eksoterm (mengeluarkan panas), maka

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

43

perlu dilakukan proses pembuangan panas dari absorber. Tanpa dilakukannya proses
pembuangan panas, maka kelarutan uap refrigeran ke dalam absorben akan rendah.
Selanjutnya larutan dipompa ke generator. Daya pompa yang diperlukan sangat
kecil, sehingga dalam perhitungan COP siklus absorpsi, daya ini biasanya diabaikan. Di
generator, kalor disuplai dengan energi panas matahari, sehingga refrigeran (titik didih
lebih rendah) menguap dan absorber (titik didih lebih rendah) dialirkan ke absorber.
Uap dengan tekanan tinggi masuk ke kondenser lalu mengalami perubahan fasa menjadi
cair, sehingga kalor dilepas ke lingkungan. Cairan masuk ke expansion valve lalu
mengalami drop tekanan. Kemudian, masuk ke evaporator. Siklus terus berulang.
Pada proses ini, input energi panas matahari pada generator menggantikan input
energi listrik pada kompresor. Penyerapan panas terjadi pada evaporator, sama dengan
sistem konvensional dan pembuangan panas terjadi pada absorber dan kondenser.
Dengan menggunakan sistem ini, energi listrik yang mahal dapat digantikan oleh panas
matahari menggunakan proses kompresi. Jika panas matahari sedang tidak mencukupi
dapat di-backup juga dengan pemanas gas.
Kelebihan
Kesesuaian kronologis antara waktu supply (penyediaan energi) dan pada waktu
demand

(permintaan

energi)

yang

terjadi

pada

saat

yang

bersamaan

Hari yang sangat panas umumnya membutuhkan pendinginan yang besar, sehingga
membutuhkan input energi matahari yang besar pula. Demikian pula sebaliknya. Karena
waktu supply dan demand yang hampir bersamaan maka tidak dibutuhkan tangki
penyimpanan thermal yang terlalu besar untuk mengatasi pengaruh musim. Jika area
yang cukup luas untuk kolektor matahari dimiliki, maka hal ini akan membawa
keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, sistem ini cocok digunakan di Indonesia yang
berada di daerah tropis, dimana matahari sangat banyak bersinar terik tiap tahunnya.
Penggunaan LiBr tidak menggunakan refrigeran yang merusak lapisan ozon dan
menimbulkan pemanasan global.
Pada periode 1930an 1980an, refrigeran utama yang digunakan adalah CFCs
yang mempunyai sifat merusak ozon. Setelah keberadaan lubang ozon di lapisan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

44

atmosfer diverifikasi secara saintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan


melarang penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang terkenal dengan
sebutan Protokol Montreal. Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran
yang paling banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara.
Saat ini beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan
refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Padahal R22 juga bersifat merusak ozon.
Sedangkan LiBr tidak merusak lingkungan dan dapat dipakai pada sistem refrigerasi
absorpsi.
Kendala
Dibutuhkan area kolektor yang cukup luas dan cuaca yang tidak terduga. Namun
hal ini bisa diatasi dengan berbagai teknik. Salah satunya adalah dengan menggunakan
kombinasi hybrid dengan sistem sumber energi gas alam, ditambah dengan tangki
thermal storage dan sistem insulasi yang baik, jika diperhitungkan resiko emisi,
keuntungan ekonomis dan energi tetap secara umum lebih baik jika dibandingkan
dengan menggunakan sistem yang berbasis listrik jaringan saja.

Produk dan perkembangan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

45

Gambar 2.33 Produk Teknologi Terbaru


Sumber : Anonymous 10 (2015)
Sudah terdapat suatu produk yang menggunakan sistem ini, yaitu GreenCore
GC-10200. Kapasitas pendinginannya 10.200 BTU yang dapat membuat ruangan
berukuran 54 meter menjadi lebih dingin. Tentunya produk ini ramah lingkungan
sehingga tidak menambah efek pemanasan rumah kaca. Namun, masih harus terus
dilakukan perkembangan untuk sistem AC ini ke depannya, khusunya untuk
penggunaan skala besar.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Peralatan praktikum
a.Alat yang digunakan :
1. Manometer.
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan

Gambar 3.1 Manometer


Sumber : Anonymous (2015)
2. Termometer.
Digunakan untuk mengukur suhu

Gambar 3.2 Termometer


Sumber : Anonymous (2015)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

46

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

3. Regavolt.
Merupakan transformer daya yang berguna untuk mengatur putaran motor

Gambar 3.3 Regavolt


Sumber : Anonymous (2015)
4. Load Control Panel.
Berguna untuk mengatur beban pendinginan

Gambar 3.4 Load Control Panel


Sumber : Anonymous (2015)
5. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur air kondensat

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

47

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
Gambar 3.5 Gelas Ukur
Sumber : Anonymous (2015)
6. Stopwatch
Untuk mencatat waktu tiap periode.

Gambar 3.6 Stopwatch


Sumber : Anonymous (2015)
b.

Fluida yang diuji :

1. Laju alir massa udara pada Air Flow Duct.


2. Laju massa air kondensasi yang terbentuk.
3. Uap air dari Boiler untuk proses Humidifikasi.
4. Refrigerant R-22 yang bersirkulasi.
c.Produk
1. Udara dengan temperatur, kelembaban, dan kapasitas tertentu.
3.2 Spesifikasi Peralatan
a. Tipe : A-573/91159 vapour compression refrigeration units
b. Produk : udara lewat air flow ducts dengan parameter yang bervariasi
c. Refrigeran : Freon, R-22
d. Kompresor : Panasonic 2JS350D3BB02;1760 watt, 220watt, 50hz

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

48

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

Gambar 3.7 Instalasi Mesin Pendingin dan Pengkondisisn Udara


Sumber: Manual Book Mesin AC BENCH PA HILTON A572
3.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan Air Conditioning
a. Persiapan Percobaan
Instalasi telah disiapkan untuk melaksanakan percobaan dan pengambilan data
b. Menjalankan Instalasi
a)

Saklar dipasang pada posisi (I) dengan regavolt 0

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

49

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
b)

50

Regavolt diatur supaya ada aliran udara melalui evaporator denggan


tujuan membebani evaporator dengan mengatur posisi regavolt sesuai varian data
untuk masing-masing kelompok.

c)

Kompresor dijalankan sehingga terjadi siklus refrigeran. Instalasi


dibiarkan beropersi sampai terbentuk air kondensasi pada evaporator dan
ditampung pada gelas ukur yang sudah dipasang termometer.

d)

Akhiri pembebanan air flow duct dengan menggunakan semua saklar


dari komponen pelengkap (boiler, preheater, reheater, regavolt) posisinya
disesuaikan dengan kombinasi dan variasi duct yang telah ditentukan untuk setiap
kelompok praktikan.

c. Menghentikan Operasi
a)

Semua saklar dari semua komponen pelengkap dimatikan

b)

Kompresor dimatikan

c)

Regavolt diturunkan posisinya secara perlahan sampai posisi 0

d)

Matikan saklar induk

e)

Cabut steker dan power supply

3.4 Pengambilan Data


a.

Pengambilan data baru boleh dimulai setelah ada air kondesat yang terbentuk pada
evaporator (terlihat pada jatuhnya tetes air pada gelas ukur penampung air
kondensat).

b.

Setiap kombinasi parameter diambil data sebanyak 3x.

c.

Data-data dianggap valid jika pencatatan dilakukan setelah kondisi betul-betul dalam
keadaan steady.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

51

BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Praktikum
(Lampiran 1)
4.2 Perhitungan
Dari perhitungan didapatkan data sebagai berikut:

Tekanan refrigerant keluar evaporator

P1

= 368,3 kN/m2

Tekanan refrigerant keluar kondensor

P3

= 1833 kN/m2

Inclined manometer

Pd

= 0,65 mmH2O

Temperatur refrigerant keluar evaporator

T1

= 31,83C

Temperatur refrigerant keluar kondensor

T3

= 47,5C

Temperatur refrigerant masuk evaporator

T4

= -0,38 C

Temperatur kondensasi

Tcon

= 26,3 C

Temperatur bola basah udara

TWA

= 31,3 C

TWB

= 43,33 C

TWC

= 30,3C

TWD

= 37,3C

Temperatur ruangan bola basah

TWb

= 43,3 C

Temperatur bola kering udara

TDA

= 32,16 C

TDB

= 47,66C

TDC

= 32,6C

TDD

= 42,66C

Temperatur ruangan bola kering

Tdb

= 28 C

Debit air masuk ketel

Q1

= 126,6 ml /10 mnt

Debit air kondensasi

Q2

= 193 ml /10 mnt

Kelembaban relatif

RH

= 82 %

Regavolt

= 40

Daya Preheater

Rv

H1

= 1 kW

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

52

Daya Reheater

H2

Daya boiler B

= 2 kW

Tekanan udara atmosfer

Po

= kW

= 730 mmHg

Perhitungan-perhitungan sebagai berikut:


-

Tekanan udara atmosfer ( Po )


Po = 730 mmHg

730 mmHg
x 101,325 kPa
760 mmHg

= 97,325 kN/m2 = 97,325 kPa


-

Tekanan refrigerant keluar evaporator (P1=P4)


P1atm = P1 gauge + Po
= (368,3+97,32533) kN/m2
= 465,6253 kN/m2
= 465,625 kPa = 0,465Mpa

Tekanan refrigerant keluar kondensor (P3=P2)


P3 atm = P3 + Po
= (833 + 97,325) kN/m2
= 1930,325 kN/m2
P3 atm = 1930,325kPa =1,930325Mpa

Temperatur refrigerant keluar evaporator


T1 = 31,83 C + 273
= 304,83 K

Temperatur refrigerant keluar kondensor


T3 = 47,5 C + 273
= 320,5 K

Temperatur Freon masuk evaporator


T4 = -0,83 C + 273
= 272,17K

Temperatur air kondensasi


Tcon = 26,3 C + 273
= 299,3 K

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
-

Kondisi udara pada air duct berdasarkan temperatur bola kering dan temperatur
bola kering

- basah berdasarkan diagram Psikometri. (Lampiran 2)

hA berdasarkan diagram Psikometri dan perhitungan interpolasi didapat:


TDA

TWA

hA

330C

320C

110,6 kJ/kg

32,16 0C

31,30C

x kJ/kg

320C

310C

105,5 kJ/kg

3332,16
3332
=
110,6x 110,6105,5
x

= 106,6 kJ/kg

hb berdasarkan diagram Psikometri diketahui nilai TDB= 47,66 0C dan TWB=


43,330C, maka didapat hb= 195,91 kJ/kg
hcberdasarkan diagram Psikometri dan perhitungan interpolasi didapat:
TDC

TWC

hC

330C

310C

108,6 kJ/kg

32,60C

30,30C

x kJ/kg

320C

300C

100,0 kJ/kg

3332,6
3332
=
108,6x 108,6100
x

= 101,1 kJ/kg

hD berdasarkan diagram Psikometri pada TDD = 42,660C ; TWD = 37.30C


didapat hD = 144,01kJ/kg
Volume spesifik udara pada penampang di C-D (Vd)
VD = 0,951 m3/kg
Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap
2014/2015

53

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

A. Antara penampang C-D

Gambar 4.1 : Penampang C-D Air flow duct


Sumber : Buku petunjuk praktikum pengujian mesin pendingin (2014)
Kesetimbangan energi antara C-D :
o

( m c .hc ) ( m D .hD )

= - PH2 + H1 C-D

Kekentalan Massa Aliran Fluida


o

mc = m D = mo
o

m o 0.0504
0,0504

z
(kg / s)
VD

0,65
0,951

= 0,0416 kg/s
Kalor yang hilang antara C-D :
o

H1 C-D
H1 C-D

= PH2 + ( m c .hc ) ( m D .hD )


= + (0,0416.101,1) (0,0416.144,01)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

54

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
H1 C-D

= -1,2850(kJ/s)

B. Antara penampang B-C

Gambar 4.2 : Penampang B-C Air flow duct


Sumber : Buku petunjuk praktikum pengujian mesin pendingin (2014)
Laju aliran massa air kondensasi
o

m con .V . A
o

m con .Q2

Keterangan Q2 = debit air kondensasi

1kg 193ml
liter 10mnt

1kg 193ml
1000ml 600 s

m con

m con
o

m con 3,2167 x10 4 (kg/s)

Enthalpi pada masingmasing titik

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

55

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

56

Dari diagram (p h) untuk refrigerant R-22 didasarkan pada harga satuan


tekanan dan temperatur di dapat :
h1pada T1 = 304,83 K
P1= 0,465MPa
h1 = 648kJ/kg
h3pada T3 = 320 K
P2 =P3 = 1,930325 Mpa
h3 = 477kJ/kg
h4pada

P1= P4= 0,465Mpa


h4 = h3 = 477kJ/kg

h2pada P2 = P3 = 1,930325 Mpa


s1 = s2
h2= 682 kJ/kg
Entalpi air kondensasi hCON pada TCON menurut grafik dari Tabel A-1
Air;Sifat-sifat cairan dan uap jenuh,Refrigerasi dan penkondisian udara :
J.J.Stoecker. (Lampiran 3)
TCON = 26,3OC didapatkan hCON = 110,59 Kj/Kg
Mencari Qref
WComp

= 1,76 kW

PComp

= comp . WComp
= 0.847 . 1,76 kW
= 1,490 kW
o

PComp

= m ref . (h2-h1)
PComp

m ref

(h2 - h1)

1,490 kW
= (682 - 648)kJ/kg

1,490 kJ / s
= 34 kJ/kg

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

57

= 0,043 kg/s
o

= m ref (h1h4)

Qref

= 0,043 (648 477)


= 7,353 kW
Kekekalan Massa
o

m B = m C + m CON
o

4
m B = 0,0416(kg/s) + 3,2167 x10 (kg/s)

m B = 0,0419(kg/s)

Kesetimbangan energi
o

( m B .hB ) ( m C .hC )

= Qref

+ m CON . hCON + H1 B-C


4

(0,0419. 192,91) (0,0416. 101,1) =7,353+ ( 3,2167 x10 .110,59) + H1 B-C


8.087-4,205

= 7,353+ 0,0355+ H1 B-C

H1 B-C

= -7,388+ 3,882 kJ/s


= -3,506 kJ/s

C. Antara penampang A-B

Gambar 4.3 : Penampang A-B Air flow duct


Sumber : Buku petunjuk praktikum pengujian mesin pendingin (2014)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

58

Kesetimbangan energi:
o

( m A .hA ) ( m B .hB ) = -PM - ( m s .hS ) PA + H1 A-B

Kekekalan massa
o

mB = m A + ms
o

m s = Q1.

KeteranganQ1 = debit air pengisi boiler

= massa jenis air


126,6ml 1kg
.
m s = 10mnt
l
o

126,6ml 1kg
.
m s = 600s 1000ml
o

m s = 2,11 x 10-4(kg/s)
o

mB

= m A + ms
= 0,041511
o

0,0419(kg/s) = m A + 2,11 x 10-4(kg/s)


o

mA

= 0,041689 (kg/s)

Daya motor penggerak blower


PM= V . I . Rv
= 220. 8. 0,40
= 704 W = 0,704 kW

Dari table A-1 Air : Sifat-sifat cairan dan uap jenuh, Refrigerasi dan
pengkondisian udara : J.J.Stoecker (Lampiran 4)
PO = 97,325 kPa dapat diperoleh hs ;
P (kPa)

hs (kJ/kg)

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
94,30

2672,9

97,325

101,33

2676

59

2676x
101,3397,325
=
26762672,9 101,3394,30
18.812,28-7,03x = 12,4155
x

Energi yang hilang Hl-A-B


o

H1 A-B

= 2674,23 kJ/kg

= ( m A .hA ) ( m B .hB) + ( m s .hS ) PM+ PP

H1 A-B = (0,041689.106,6kJ/kg)-(0,0419.192,91)+(2,11 x 10-4.2674,23) -0.704+2


H1 A-B = 4,444 8,082 + 0,564 -0,704 + 2
H1 A-B = -1,778 kJ/s
0

m s .hs
Q
K K
.100%
PK
PK
Efisiensi boiler :

0,564
.100%
2
=

0,1513
x 100
1

= 28,21%

COP actual
COPaktual

m .h (m C .hC m Con .hCon )


Q1
B B
Wcomp.84%
1,76.84%

0,0419.192,91 (0,0416. 101,1 3,2167 x10 4 .110,59)


COPaktual
1,490
COPaktual 3,847 / 1,490 2,66

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

COP ideal
Wcomp = h2-h1= kerja kompresor
COPideal

h1 h4
h2 h1

648 477
= 682 648

= 5,02

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

60

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

61

4.3. Pembahasan
A. Pembahasan pada tiap tiap segmen penampang
-

Pada penampang C-D


Aliran fluida bermassa 0,0416kg/s keluar dari mesin pendingin selama
proses berlangsung terjadi energi losses sebesar -1,250 kJ/s. Hal ini terjadi
kemungkinan karena beberapa hal antara lain :

1.

Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dinding saluran.


2.

Kerugian karena tahanan aliran lokal yaitu karena adanya penyempitan


saluran.

3.

Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur dan diagram
juga berpengaruh terhadap perhitungan losses yang terjadi.

Pada penampang B-C


Aliran

fluida

bermassa

0,0419kg/s

kemudian

didinginkan

oleh

Evaporator.Sebagian fluida berubah menjadi air kondensasi yang bermassa


0,0416kg/s. Selama proses berlangsung terjadi energi losses sebesar -3,4057
kJ/s, hal ini terjadi kemungkinan beberapa hal :
1.Kerugian karena tahanan gesek antara fluida udara dengan uap air dengan
dinding duct.
2. Isolasi saluran duct yang kurang sempurna.
3.Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur.
-

Pada penampang A-B


Motor penggerak blower berdaya 0,704 kW menghisap fluida bemassa
0,041689(kg/s) ke dalam mesin pendingin hingga menumbuk uap bermassa
2,111 x 10-4yang dihasilkan oleh boiler berdaya 2 KW. Selama proses
berlangsung, terjadi losses energi sebesar -1,778 kJ/s. Kemungkinan terjadinya
losses dikarenakan beberapa hal yaitu :
1. Kerugian karena tahanan gesek antara fluida dengan dinding-dinding saluran.
2. Kerugian antara fluida udara dengan uap saat memasuki blower yang
menghasilkan gesekan antara fluida tersebut.
3. Kalor panas yang kurang sempurna sehingga terjadi perpindahan panas dari
dalam atau keluar system.

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

62

4.Tingkat ketelitian dan kesalahan dalam pembacaan alat ukur.


B. Secara keseluruhan

Dari hasil perhitungan diperolehCOP pada mesin pendingin kompresi uap


secara mekanik sebesar : COP aktual = 2,66 dan COP ideal = 5,02. Hal ini
disebabkan karena pada siklus mesin pendingin kompresi uap ideal dianggap
tidak mengalami perubahan tekanan pada kondensor dan evaporator
(isobarik) sedangkan pada siklus mesin pendingin kompresi uap aktual terjadi
pressure drop pada kondensor maupun evaporator, dimana kompresor harus
mengkompresi uap refrigerant dari tekanan hisap yang rendah, menyebabkan
daya kompresor yang dibutuhkan meningkat.

Berdasarkan perbedaan hasil perhitungan COP, disebabkan oleh beberapa hal :


- Regavolt
Semakinbesarregavoltmakakapasitasaliranudarameningkat,sehinggameningkat
kankapasitaspendinginanpadaevaporator, mengakibatkanCOPmenurun.
- Evaporator
Di dalam evaporator terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerat,
sehingga temperatur udara setelah lewat evaporator lebih rendah dibanding
sebelum masuk evaporator ada yang berubah fasa menjadi air kondensasi
karena menurunnya

temperatur. Massa aliran udara sebelum masuk

evaporator sama dengan jumah massa aliran udara di setelah evaporator dan
massa aliran air kondensat.

Efisiensi dari boiler pada instalasi memiliki nilai sebesar 28,21%

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari air flow duct dapat ditentukan:
1). Perubahan sifat udara sepanjang duct dalam diagram psychometri
ma = 0,041689 kJ/kg
mb = 0,0419 kJ/kg
mc = 0,0416 kJ/kg
md = 0,0416 kJ/kg
2). COP aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin
COPaktual 3,847 / 1,490 2,66

3). Energi hilang pada setiap potongan duct


- energi hilang pada potongan C D = -1,288 kJ/s
- energi hilang pada potongan B C = -3,506kJ/s
- energi hilang pada potongan A B = -1,778 kJ/s
4). Efisiensi boiler sebagai komponen pelengkap instalasi P.A HILTON
boiler = 28,21%

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

63

Laporan Praktikum Mesin Pendingin


Kelompok 08

64

Dari siklus refrigerant didapat


1. Siklus refrigerasi R-22 aktual

Gambar 5.1 Diagram P-h


Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Kapasitas pendinginan (Qref)
Qref dari hasil perhitungan = 7,353 kW
3. COP berdasarkan siklus refrigerant
COP yang didapat dari siklus refrigerant = 5,02
5.2 Saran
1. Dalam praktikum sebaikanya menggunakan jenis refrigerant yang berbeda-beda
untuk masing-masing kelompok sehingga praktikan dapat membandingkan data
untuk tiap refrigerant yang berbeda.
2. Dalam pengambilan data dan pembacaan pada diagram / tabel hendaknya dilakukan
dengan teliti oleh praktikan.
3. Dalam penyediaan literatur sebaiknya laboratorium juga menyediakan buku yang
dapat digunakan oleh praktikan
4. Keramahan dan dedikasi untuk para asisten sudah baik, perlu dipertahankan

Laporan Praktikum Mesin Pendingin Semester Genap


2014/2015

Anda mungkin juga menyukai