Anda di halaman 1dari 125

MODUL PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

Materi :
1. Refrigerator
2. Motor Bakar
3. Pompa
4. Turbin Air

Nama :

NPM :

Kelas :

LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
MODUL PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
REFRIGERATOR
AC

Disusun Oleh:
1. Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT.
2. Bayu Ariesta, ST.
3. Andi Cahya Ichi, ST.

Revisi :
1. Dr. Heru Kuncoro
2. M. Rizki Agil, ST.
3. Amir Ash Shiddiqy
4. Tim Asisten

LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah kedalam
banyak bidang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali di bidang Teknik atau
Engineering. Mekanisasi dan otomatisasi sangat diprioritaskan dalam aspek-aspek
bidang teknik, terutama teknik mesin. Ini dimaksudkan agar memudahkan dalam
mencapai tingkat praktis, efisien, dan presisius.
Di bidang teknik mesin, terdapat banyak sistem otomatisasi dan mekanisasi.
Mekanisasi dan otomatisasi merupakan suatu gejala atau fenomena dasar yang
dapat dipelajari melalui teori dan aplikasi teori atau praktikum.
Aplikasi teori praktikum prestasi mesin mempelajari berbagai mekanisasi
dan otomatisasi, yang meliputi; Pompa, Motor Bakar, Pendingin (Refrigerator), dan
Turbin Air.
Hal tersebut sangatlah penting untuk tidak sekedar diketahui, namun harus
diaplikasikan. Melalui sebuah praktikum, maka dapat diketahui, dipelajari, dan
dianalisa berbagai fenomena dasar mesin, yang kemudian dapat menjadi suatu dasar
atau pedoman dalam menciptakan suatu desain ataupun produk dengan
mengaplikasikan sistem mekanisasi dan otomatisasi tersebut.

1.2 Tujuan
Secara garis besar tujuan diadakannya Praktikum Prestasi Mesin ini, antara
lain adalah :
1. Dapat mengaplikasikan teori yang mempelajari tentang prestasi mesin,
khususnya refrigerator (Air conditioner).
2. Dapat mengetahui dan menganalisa rangkaian dan sistem kerja dari sistem
refrigerator (Air conditioner).
3. Menambah pengetahuan, terutama mengenai prestasi mesin, yang meliputi
refrigerator (Air conditioner).
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Refrigerasi dan Refrigerator


Refrigerator ialah suatu alat yang dikondisikan untuk sistem refrigerasi.
Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan panas/kalor dari suatu
benda/ruangan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari
temperatur lingkungannya. Sehingga menghasilkan suhu/temperatur dingin. Sesuai
dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat dimusnahkan tetapi dapat
dipindahkan. Siklus refrigerasi yang paling banyak dipakai adalah daur refrigerasi
kompresi uap yang melibatkan empat komponen dasar, yaitu: kompresor,
kondensor, katup ekspansi, dan evaporator.

2.2 Jenis-jenis Mesin Pendingin


Dari berbagai mesin pendingin yang ada serta ditinjau dari segi kegunaan
dan fungsinya, macam-macam mesin pendingin antara lain:
1. Refrigerator
Jenis ini lebih dikenal dengan sebutan kulkas atau lemari es. Tipe
dan kapasitasnya bermacam-macam, dan umumnya digunakan untuk rumah
tangga. Fungsinya tidak lain adalah untuk mendingikan minuman,
mengawetkan bahan makanan seperti sayur-sayuran, daging, ikan laut, dan
lain-lain. Untuk kapasitas besar dapat digunakan untuk es batu.
2. Cool Box
Jenis yang satu ini tidak berbeda dengan kulkas atau lemari es, hanya
saja kapasitasnya jauh lebih besar. Sebab umumnya digunakan oleh
perusahaan-perusahaan pembuat es maupun untuk penyimpanan makanan
dalam jumlah banyak.
3. Air Conditioner (AC)
Pada waktu yang lalu peralatan penghasil ruangan sejuk yang
dinamakan AC ini, masih tergolong barang mewah dan hanya gedung-
gedung tinggi saja yang mempergunakannya seperti kantor-kantor, gedung-
gedung pemerintahan, hotel-hotel maupun restaurant-restaurant besar.
Tetapi sejak pabrik-pabrik penghasil AC mulai berlomba dengan
produknya, dan mengeluarkan berbagai tipe untuk berbagai keperluan,
seperti untuk mobil, ruangan kamar rumah, dan sebagainya dengan harga
yang bersaing. Sejak itu AC menjadi barang umum dan kian memasyarakat.
Sehingga tidak hanya gedung-gedung saja melainkan ruangan dalam kamar.

Sedangkan ditinjau dari sistem kompresi pada siklus refrigerator,


refrigerator dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Refrigerator Siklus Kompresi Uap
Siklus pendingin kompresi uap merupakan sistem yang banyak
digunakan dalam sistem refrigerasi, pada sistem ini terjadi proses kompresi,
pengembunan, ekspansi dan penguapan.
2. Refrigerator Siklus Absorbsi
Dasar siklus absorbsi disajikan pada gambar 2.1 pada gambar
ditunjukkan adanya dua tingkat tekanan yang bekerja pada sistem, yaitu
tekanan rendah yang meliputi proses penguapan pada evaporator dan
penyerapan pada absorber, serta tekanan tinggi yang meliputi proses
pembentukan uap pada generator dan pengembunan pada kondensor.
Siklus absorbsi juga menggunakan dua jenis zat yang umumnya
berbeda, zat pertama disebut penyerap sedangkan yang kedua disebut
refrigeran. Selanjutnya, efek pendinginan yang terjadi merupakan akibat
dari kombinasi proses pengembunan dan penguapan kedua zat pada kedua
tingkat tekanan tersebut. Proses yang terjadi di evaporator dan kondensor
sama dengan pada siklus kompresi uap.

Gambar 2.1 Siklus Refrigerasi Absorpsi


Untuk melakukan proses kompresi tersebut, sistem pendingin
absorbs memerlukan masukan energi panas. Oleh sebab itu, siklus absorbs
disebut sebagai siklus yang digerakkan dengan panas (HEAT
OPERATED). Salah satu keunggulan sistem absorbs adalah karena
menggunakan panas sebagai energi penggerak. Panas sering disebut sebagai
energi tingkat rendah (low level energy) karena panas merupakan hasil akhir
dari perubahan energi dan sering kali tidak didaur ulang. Pemberian panas
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan kolektor surya,
biomassa, limbah, atau dengan boiler yang menggunakan energi komersial.

2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


2.3.1 Proses Dasar Terjadinya Dingin
Dingin merupakan hasil yang diciptakan oleh mesin pendingin terutama
kulkas dan freezer, sedangkan AC lebih ke keadaan sejuk. Proses terjadinya
pendinginan yang diciptakan oleh mesin pendingin sebenarnya merupakan tiruan
terjadinya dingin yang disebabkan oleh alam. Dingin yang sebenarnya merupakan
suatu proses penguapan karena adanya panas akan menimbulkan udara dingin
disekitarnya. Dingin yang terjadi karena adanya penguapan, dan penguapan
berlangsung karena adanya panas.
Proses dingin di dalam mesin pendingin terjadi karena adanya pemindahan
panas. Setiap mesin pendingin mampu menghasilkan suhu dingin dengan cara
menyerap panas dari udara yang ada dalam ruang pada mesin pendingin itu sendiri.
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan penguapan yang begitu cepat sehingga
mampu menghasilkan udara dingin. Biasanya untuk keperluan ini digunakan
refrigerant.
Refrigerant dalam sistem pendinginan memiliki bentuk yang berubah-ubah,
yaitu dari bentuk cairan menjadi bentuk uap. Di dalam kompresor, refrigerat yang
telah berubah menjadi uap tadi tekanan dan panasnya dinaikkan untuk selanjutnya
uap panas yang berasal dari refrigerant tersebut diturunkan atau didinginkan pada
bagian kondensor sampai refrigerant berubah menjadi cair. Kemudian sesampainya
di evaporator refrigerant tersebut diturunkan tekanannya sehingga refrigerant
tersebut menguap dan menyerap panas yang ada disekitarnya. Kemudian dalam
bentuk uap, refrigerant tadi dihisap kembali oleh bagian kompresor. Proses seperti
ini berlangsung secara berulang-ulang. Dalam sistem mesin pendingin jumlah
refrigerant yang digunakan adalah tetap, yang berubah adalah bentuknya karena
adanya proses seperti diatas.

2.4 Siklus Refrigerasi Absorbsi


Pada gambar 2.1 Siklus Refrigerasi Absorbsi secara lengkap ialah sebagai
berikut:
Proses 1-2/1-3: Larutan encer campuran zat penyerap dengan refrigerant
(konsentrasi zat penyerap rendah) masuk ke generator pada tekanan tinggi. Di
generator panas dari sumber bersuhu tinggi ditambahkan untuk menguapkan dan
memisahkan refrigerant dari zat penyerap, sehingga terdapat uap refrigerant dan
larutan pekat zat penyerap. Larutan pekat campuran zat penyerap mengalir ke
absorber dan uap refrigerant mengalir ke kondensor.
Proses 2-7: Larutan pekat campuran zat penyerap dengan refrigerant
(konsentrasi zat penyerap tinggi) kembali ke absorber melalui katup cekik.
Penggunaan katup cekik bertujuan untuk mempertahankan perbedaan tekanan
antara generator dan absorber.
Proses 3-4: Di kondensor, uap refrigerantbertekanan dan bersuhu tinggi
diembunkan, panas dilepas ke lingkungan, dan terjadi perubahan fase refrigerant
dari uap ke cair. Dari kondensor dihasilkan refrigerant cair bertekanan tinggi dan
bersuhu rendah.
Proses 4-5: Tekanan tinggi refrigerant cair diturunkan dengan
menggunakan katup cekik (katup ekspansi) dan dihasilkan refrigerant cair
betekanan dan bersuhu rendah yang selanjutnya dialirkan ke evaporator.
Proses 5-6: Di evaporator, refrigeran cair mengambil panas dari lingkungan
yang akan didinginkan dan menguap sehingga terjadi uap refrigeran bertekanan
rendah.
Proses 6-8/7-8:Uap refrigeran dari evaporator diserap oleh larutan pekat zat
penyerap di absorber dan membentuk larutan encer zat penyerap. Jika proses
penyerapan tersebut terjadi secara adiabatik, terjadi peningkatan suhu campuran
larutan yang pada gilirannya akan menyebabkan proses penyerapan uap
terhenti. Agar proses penyerapan berlangsung terus-menerus, absorber didinginkan
dengan air yang mengambil dan melepaskan panas tersebut ke lingkungan.
Proses 8-1:Pompa menerima larutan cair bertekanan rendah dari absorber,
meningkatkan tekanannya, dan mengalirkannya ke generator sehingga proses
berulang secara terus menerus.

2.5 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Dalam Diagram P-H


Untuk melihat besaran-besaran seperti tekanan, suhu, enthalpy dalam siklus
refrigerasi biasanya digunakan diagram P-h refrigerant tertentu. Ada banyak jenis
refrigeran, setiap refrigerant memiliki diagram P-h yang berbeda-beda. Refrigerant
yang biasa di pasaran antara lain R22, R134a, R12, dan lain-lain.
Walaupun refrigeran memiliki diagram P-h yang berbeda-beda, namun pola
siklus refrigerasinya sama dan dengan cara yang sama pula dapat diketehui dan
analisis besaran-besaran tersebut.Siklus refrigerasi dapat dapat digambarkan dalam
diagram P-h seperti pada gambar.

Gambar 2.2 Diagram P-H

Berikut penjelasan siklus refrigerasi ideal dalam diagram P-H (Gambar) :


1. Proses 1-2, Proses kompresi menyebabkan kenaikan tekanan dari tekanan
rendah (LP) ke tekanan tinggi (HP). Proses ini berlangsung secara
isentropik. Garis 1 ke 2 mengikuti garis isentropik pada diagram P-h.
Karena berlangsung secara isentropik maka entropi pada titik 1 dan titik 2
adalah sama. Kondisi pada titik 1 berupa saturasi gas dan dan titik 2 dalam
keadaan superheated. Enthalpynya naik dari h1 ke h2. Refrigerant pun
mengalami kenaikan suhu.
2. Proses 2-3, Proses kondensasi ini terjadi pada tekanan yang sama
(Isobarik). Dalam proses ini terjadi pelepasan kalor sehingga terjadi
penurunan suhu dan enthalpy refrigeran sampai dengan saturasi gas (2a).
Kemudian refrigerant terus melepaskan kalor dan mulai berubah menjadi
cair. Dari titk 2a ke titik 3 tidak terjadi penurunan suhu tetapi terjadi
perubahan fasa. Karena terjadi pelepasan kalor maka refrigerant mengalami
penurunan enthalpy dari h2 ke h3.
3. Proses 3-4, Proses ekspansi ini terjadi secara isoenthalpy sehingga enthalpy
di titik 3 dan titik 4 adalah sama. Tekanan pada titik 3 masih tekanan tinggi
(HP) kemudian turun hingga titik 4 di tekanan rendah (LP). Penurunan
tekanan ini disertai dengan penurunan suhu. Kondisi refrigerant yang
tadinya saturasi cair (titik 3) menjadi campuran gas dan cair.
4. Proses 4-1, Proses evaporasi ini terjadi pada tekanan yang sama (isobarik).
Dalam proses ini terjadi penarikan kalor sehingga terjadi kenaikan enthalpy.
Suhu tidak mengalami kenaikan karena kalor yang diambil digunakan untuk
mengubah fasa dari yang tadinya campuran (titik 4) menjadi gas jenuh (titik
1). Dalam proses inilah terjadi pendinginan terhadap objek karena kalor
pada objek ditarik oleh refrigeran dalam evaporator. Kapasitas pendinginan
ditentukan pada proses ini yaitu besarnya penarikan kalor. Setelah
mengetahui siklus refrigerasi dalam diagram P-h maka kita dapat
menentukan/menghitung laju aliran massa dalam perangkat refrigerasi.
Misalnya suatu perangkat refrigerasi memiliki kapasitas pendinginan, dan
telah diketahui siklus dalam diagram P-h. Maka dapat ditentukan besar
enthalpynya. Berikut merupakan diagram mohr dari refrigrant R22 dan
R134A.
Gambar 2.3 Diagram P-h R22

Gambar 2.4 Diagram P-h R134A

2.6 Prinsip Pengkondisian Udara


Prinsip pengkondisian udara merupakan terapan dari teori perpindahan
kalor dan thermodinamika. Berbagai konsep, model, dan hukum thermodinamika
dan perpindahan kalor dikembangkan dari konsep yang dikembangkan dari dunia
fisika, model khusus dan juga hukum yang digunakan untuk memecahakan masalah
dan sistem rancangan. Massa dan energi merupakan dua konsep dasar yang menjadi
titik tolak perkembangan sains rekayasa (engineering science). Hukum pertama dan
kedua thermodinamika, dan persamaan laju perpindahan kalor merupakan contoh
yang tepat untuk hal ini. Sesuai dengan konsep kekekalan energi, panas tidak dapat
dimusnahkan, tetapi dapat dipindahkan ke suatu bahan/benda lain yang dapat
menyerap kalor.
1. Sifat Termodinamika
Bagian yang penting dalam menganalisis dalam sistem thermal
adalah penemuan sifat thermodinamika yang bersangkutan. Suatu sifat
adalah karakteristik atau ciri dari bahan yang dapat dijajaki dalam hal
perubahan sifat-sifatnya, tetapi keduanya bukan merupakan sifat itu sendiri,
melainkan merupakan hal yang dilakukan terhadap suatu sistem untuk
merubah suatu sifatnya. Kerja dan kalor dapat diukur hanya pada pembatas
sistem atau jumlah energi yang dipindahkan tergantung pada terjadinya
perubahan.
Oleh karena itu, thermodinamika berkisaran pada energi maka
seluruh sifat-sifat thermodinamika berkaitan dengan energi. Dalam hal ini
sifat-sifat thermodinamika yang diutamakan adalah tekanan, suhu, rapat
massa, volume spesifik, kalor spesifik, entalpi, dan sifat cair uap dari suatu
keadaan. Suhu (t), dari suatu bahan menyatakan keadaan thermal dan
kemampuannya untuk bertukar energi dengan bahan lain yang bersentuhan
dengannya. Jadi suatu bahan yang suhunya lebih tinggi akan memberikan
kepada bahan yang suhunya lebih rendah. Titik acuan bagi skala Celcius
adalah titik beku air (0°C) dan titik didih air (100°C).
2. Suhu Absolut (T)
Suhu absolut adalah derajat diatas suhu nol absolut yang dinyatakan
dengan skala Kelvin (K) yaitu = t°C + 273. Oleh karena itu, interval suhu
pada kedua skala suhu tersebut identik maka beda suhu pada Celcius
dinyatakan dengan Kelvin.
3. Tekanan (P)
Tekanan adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan oleh suatu
fluida persatuan luas benda yang terkena gaya tersebut. Tekanan absolut
adalah ukuran diatas nol (tekanan yang sebenarnya berada diatas nol).
Tekanan pengukuran (gauge preassure) diukur diatas tekanan atmosfir
suatu tempat (nol tekanan pengukuran = tekanan atmosfir ditempat
tersebut). Satuan yang dipakai untuk tekanan adalah Newton/m 2 disebut
juga Pascal (Pa).
4. Tekanan Atmosfer Standar
Tekanan atmosfer standar adalah 101.325 Pa = 101,3 Mpa, tekanan
dapat diukur dengan instrument seperti ukuran tekanan (preassure gauge)
atau Manometer (yang diperlihatkan secara skematik).
5. Rapat Massa dan Volume Spesifik
Rapat massa dari suatu fluida adalah massa yang mengisi satu-
satuan volume, sebaliknya volume spesifik adalah volume yang diisi oleh
satu-satuan massa, rapat massa dan volume spesifik saling berkaitan satu
dengan yang lainnya.
6. Kalor Spesifik
Kalor spesifik dari suatu bahan adalah jumlah energi yang
diperlukan untuk menaikkan satu-satu massa bahan tersebut sebesar 1°K.
Oleh karena itu, besaran ini dipengaruhi oleh cara proses berlangsung, maka
cara kalor ditambahkan atau dilepaskan harus disebutkan. Nilai pendekatan
untuk nilai spesifik dari beberapa bahan yang penting adalah sebagai
berikut:
Cp 1,0 kJ/kg.K Udara kering
Cp 4,19 kJ/kg.K Air
Cp 1,88 kJ/kg.K Uap air

7. Entalpi
Perubahan entalpi (h) adalah jumlah kalor yang dilepaskan atau
diberikan persatuan massa melalui proses tekanan konstan. Sifat entalpi
dapat juga dinyatakan laju perpindahan kalor untuk proses yang padanya
terjadi penguapan atau pengembunan, misalnya proses dalam ketel air atau
koil pendinginan udara dimana uap air mengembun.
8. Entropi
Walaupun entropi memiliki arti teknis dan filosofi, tapi sifat ini
hanya digunakan dalam hal khusus dan terbatas. Entropi terdapat pada
banyak grafik dan tabel-tabel sifat bahan. Berikut adalah sifat entropi, yaitu:
a. Jika suatu gas uap ditekan atau diekspansikan tanpa gesekan dan tanpa
penambahan atau pelepasan kalor selama proses berlangsung, maka
bahan itu akan tetap.
b. Dalam proses yang akan disebutkan dalam butir, perubahan entalpi
menyatakan jumlah kerja persatuan massa yang diperlukan oleh poros
penekanan atau yang dilepaskan oleh proses ekspansi tersebut.
9. Hukum Gas Ideal
Model idealisasi dari perilaku gas yang berhubungan dengan
tekanan, suhu, dan volume spesifik suatu gas ideal memenuhi :
P . v = R .T ………………………….................(2.1)

Dimana :
P = Tekanan (Pa)
v = Volume spesifik (m/kg)
R = Terapan gas = 287 J/kg.K ; untuk udara
= 426 J/kg.K ; untuk air
T = Suhu absolut (K)

Persamaan gas ideal berlaku pada udara kering dan uap air dengan
derajat panas lanjut yang tinggi sekali dan tidak berlaku bagi uap air serta
refrigran yang suhunya dekat dengan kondisi jenuh.
10. Laju Aliran Massa
Untuk perhitungan laju aliran massa, menggunakan persamaan berikut:
m = ρ x Q (kg/s) ……………….. ……… (2.2)
ref
Dimana:
3
ρ = Densitas refrigeran (kg/m )
3
Q = Debit aliran refrigeran (m /s)

11. Konversi Massa


Massa adalah suatu “konsep” yang mendasar, karena itu tidak mudah
untuk didefinisikan. Definisi massa sering dirumuskan dengan menunjukan
pada hukum Newton, yaitu :
Gaya = m . a = m . dV dt …………………………………(2.3)
Dimana :
m = Massa (kg)
V = Kecepatan (m/s)
a = Percepatan (m/s2)
t = Waktu (s)

12. Pemanasan dan Pendinginan


Pada kebanyakan proses pemanasan dan pendinginan, misalnya pada
pemanas air, pada ketel, perubahan beberapa bagian energi diabaikan.
Seringkali perubahan energi kinetik sebesar V2/2 dan energi potensial dari
titik yang satu ke titik yang lain sebesar 9,81 z dapat diabaikan jika terlalu
kecil dibandingkan dengan besarnya perubahan entalpi, kerja yang
dilakukan atau perpindahan kalor. Apabila dalam proses tidak ada kerja
yang dilakukan oleh pompa kompresor atau mesin, maka W = 0 karena itu
persamaan energi disederhanakan menjadi :
𝑄ℎ = 𝑚̇ (ℎ2 − ℎ3 ) …………………………... (2.4)

𝑄𝑐 = 𝑚̇ (ℎ1 − ℎ4 ) …………….…..................... (2.5)


Dimana :
𝑚̇ = Laju Aliran Massa (kg/s)
ℎ1−4 = Energi Entalpi (KJ/kg)
𝑄ℎ &𝑄𝑐 = Laju Kalor (kWatt)
Artinya laju perpindahan kalor sama dengan laju aliran massa
dikalikan dengan perubahan entalpi.
13. Proses Adiabatik
Adiabatik berarti tidak ada kalor yang dipindahkan, jadi q = 0. Proses
adiabatik dapat terjadi jika pembatas sistem diberi sekat penahan aliran
kalor. Tetapi walaupun sistem tidak disekat asalkan laju energi total didalam
sistem jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang dimasukan atau
dikeluarkan ke lingkungan dalam bentuk kalor, maka proses tersebut dapat
dikatakan dengan adiabatik.
14. Kerja Kompresi
Suatu contoh yang dapat dijadikan sebagai model proses adiabatik
adalah pengkompresian suatu gas. Perubahan energi kinetik dan potensial
serta laju perpindahan kalor (q) didapat :
𝑄𝑘𝑜𝑚𝑝 = 𝑚̇ (ℎ2 − ℎ1 )………………………... (2.6)
Dimana :
𝑚̇ = Laju Aliran Massa (kg/s)
ℎ1−4 = Energi Entalpi (KJ/kg)
𝑄𝑘𝑜𝑚𝑝 = Laju Kalor (kWatt)
Artinya, daya yang dibutuhkan sama dengan laju aliran massa
dikalikan dengan perubahan entalpi. Kerja W berharga negatif untuk
kompresor dan positif untuk mesin.
15. Kompresi Isentropic
Merupakan bahan lain yang tersedia untuk memperkirakan
perubahan entalpi selama proses berlangsung kompresi. Jika kompresi
bersifat adiabatik dan tanpa gesekan maka kompresi tersebut terjadi pada
entropi tetap.
16. Perpindahan Kalor
Analisis perpindahan kalor digali dari hukum thermodinamika
tentang konservasi massa energi, hukum kedua dan ketiga persamaan
tentang konduksi, radiasi dan konveksi. Persamaan ini dikembangkan dari
pengalaman gejala fisika tentang energi yang merupakan ungkapan
matematis dari model-model yang dibuat untuk menjelaskan gejala tersebut.
Perpindahan kalor melalui suatu bahan padat yeng disebut peristiwa
konduksi, menyangkut pertukaran energi tingkat molekuler. Sebaliknya,
radiasi adalah proses yang membawa energi dalam jalan pelompatan proton
dari suatu permukaan ke permukaan yang lain. Radiasi dapat memindahkan
energi menyebrangi energi ruang vakum yang tidak tergantung pada
medium perantara untuk menghubungkan dua permukaan. Perpindahan
kalor konveksi tergantung pada konduksi antara permukaan benda padat
dengan fluida terdekat yang bergerak.
Gambar rangkaian
REFRIGERATOR EXPANTION EVAPORATOR
DEMONSTRATOR CD-52930 VALVE

SIGHT FILTER
GLASS H.P GAUGE

L.P GAUGE
PREASURE
CONDENSOR GAUGE

TEMP.
CONTROL

POWER
ON
OFF

LIQUID COMPRESOR
RECEIVER
TANK

Gambar 2.5 Rangkaian Refrigerator (AC)

2.7 Bagian-Bagian Pada Refrigerator


2.7.1 Kompresor
Kompressor merupakan bagian terpenting dalam refrigerator, kompressor
dapat dikatakan jantungnya refrigerator. Dalam refrigerator kompressor berfungsi
untuk menaikan tekanan dari refrigeran. Menurut hukun fisika, jika gas atau uap
dikompresikan maka temperaturnya juga akan naik. Ketika tekanan dan temperatur
naik, refrigeran cepat mengalami kondensasi pada kondensor. 5 jenis utama dari
kompressor yang digunakan dalam sistem refrigerasi adalah
1. Kompressor Recriprocating
Kompressor recriprocating dikatagorikan dari konstruksinya dan
mekanismenya ialah :
a. Kompressor Hermetik
Kompresor dan motor penggeraknya dilas berada satu rumah
dengan housing kompresornya.

Gambar 2.6 Kompressor hermetik

b. Kompressor Semihermatik
Kompresor dan motor penggeraknya disambung dengan
sambungan bolt berada satu rumah dengan housing kompresornya

Gambar 2.7 Kompressor Semi Hermetik

c. Kompresor Open-Drive
Kompressor open drive menurut konstruksi nya dibedakan menjadi
2 yaitu:
1) Kompresor belt drive
Kompressor ini merupakan kompressor jenis pertama dan masih
digunakan untuk beberapa pengembangan. Dengan belt drive berada
pada motor dan porosnya terdapat pada kompressor dan
terhubung.motor terletak disamping kompressor
2) Kompresor direct drive
Kompressor direct drive ini merupakan kompressor dimana susunan
beltnya tersambung secara seri dimana motor dan kompressor
disusun secara end to end.

A B
Gambar 2.8 (A) Belt Drive Kompressor (B) Direct Drive
Kompressor
2. Kompresor Screw
Kompresor screw adalah kompressor dengan menggunakan metode
ulir untuk mengkompresikan refrigerant.

Gambar 2.9 Kompressor screw

3. Kompresor Rotary
Kompressor putar ini dapat menghasilkan tekanan yang sangat
tinggi, pada kompressor rotary getaran yang dihasilkan relatif kecil
dibandingkan dengan kompressor torak.hal ini disebabkan ooleh sudu sudu
pada kompressor putar, yang merupakan elemen bolak balik, mempunyai
massa yang jauh lebih kecil dibanding kompressor torak.
Gambar 2.10 Kompressor rotary

4. Kompresor Scroll
Kompressor scroll memiliki prinsip kerja dengan cara pengkompresian
gas dengan putaran scroll sehingga udara termampatkan.

Gambar 2.11 Kompressor Scroll

5. Kompresor Sentrifugal
Kompressor sentrifugal ini memiliki bantalan magnetik, kecepatan
yang bisa divariabel kan serta teknologi elektronik digital untuk mencapai
efisiensi yang sangat tinggi

Gambar 2.12 Kompressor Sentrifugal


Rumus dasar menghitung daya kompresor dapat dicari dengan :
𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝 = 𝑚̇ [(ℎ2 − ℎ3 ) ̇ − (ℎ1 − ℎ4 )]……...……….. (2.7)

Untuk menghitung efisiensi volumetrik dan efesiensi isentropik pada


kompressor ialah :
1. Efisiensi volumetris (ASHRAE Handbook, 1985):
𝑚𝑟𝑒𝑓
………….……………………………..(2.8)
𝜌𝑠𝑢𝑐 . 𝑉𝑑𝑖𝑠𝑝 . 𝑅𝑃𝑀/60

Dimana :
m =Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
ref
3
ρ = Densitas refrigeran pada sisi hisap (suction) kompresor (kg/m )
suc
3
V = Volume perpindahan (displacement) kompresor per putaran (m )
disp

RPM = Putaran kompresor (rpm)

2. Efisiensi isentropis (efisiensi kompresi). (ASHRAE Handbook, 1985):


𝑚𝑟𝑒𝑓 (ℎ2𝑠−ℎ1 )
𝑤𝑘𝑜𝑚𝑝
………………..…………………………..(2.9)

Dimana:
h = Enthalpi refrigeran saat kompresi isentropik (kJ/kg)
2S

h = Enthalpi refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)


2

h = Enthalpi refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)


1

W = Daya kompresor (kW)


komp

Untuk simbol kompressor ialah sebagai berikut:

Gambar 2.13 Kompresor


2.7.2 Kondensor
Tujuan dari kondensor adalah untuk mengkondensasikan udara menjadi
mencairkan gas refrigeran yang telah dikompresikan bertekanan tinggi,
bertemperatur tinggi yang keluar dari kompresor. Kondensor dibagi menjadi dua
bagian, yaitu : Air Cooled Type dan Water Cooled Type.

Gambar 2.14 Kondensor

Simbol :

Gambar 2.15 Simbol Kondensor

2.7.3 Liquid Receiver


Liquid receiver menyimpan refrigeran yang telah dikondensasikan dalam
bentuk cairan secara berkala sebelum melalui expantion valve (katup ekspansi).

Gambar 2.16 Liquid Receiver


Simbol :

Gambar 2.17Simbol Liquid Receiver


2.7.4 Sight Glass
Sight glass akan memberikan informasi keadaan dari refrigeran
(bercampurnya fasa cair dengan gas, kualitas dari refrigeran, dan lain-lain) alat inin
dipasang diantara pipa cairan refrigeran diantara kondensor dan expantion valve.

Gambar 2.18 Sight Glass


Simbol :

Gambar 2.19 Simbol Sight Glass

2.7.5 Strainer/Drier
Alat ini memisahkan fasa cair dan gas refrigerant yang menuju expantion
valve agar fasanya menjadi cair.
Standar : 1,4 inchi.

Gambar 2.20 Strainer Drier


Simbol :

Gambar 2.21 Strainer (filter)


2.7.6 Expantion Device
Digunakan untuk mempertahankan derajat suhu super heat dengan
mengontrol aliran refrigeran. Expantion Device memiliki beberapa jenis, yaitu :
1. Thermostatic Expantion Valve, mengatur banyak nya jumlah refrigerant
yang masuk ke dalam evaporator dengan menggunakan sensor thermal
untuk memantau seberapa besarnya superheat yang ada.

Gambar 2.22 Thermostatic Ekspansi Valve

2. Auto Expantion Valve, mengatur banyak nya jumlah refrigerant yang masuk
ke dalam evaporator dengan menggunakan sensor tekanan.
Perangkat ini adalah juga sebuah katup yang mengubah dimensi katup
dalam menanggapi nya sensor tekanan nya.

Gambar 2.23 Auto Expantion Valve

3. Fix Bored, seperti tabung kapiler, mengatur banyaknya jumlah refrigerant


yang masuk kedalam evaporator dengan mengatur pressuredrop yang
terjadi. Ini merupakan tube dengan material tembaga dengan
pengkalibrasian didalam tube tersebut. Panjang tabung menentukan berapa
banyak cairan yang akan melewati tabung disetiap penurunan tekanan yang
terjadi.
Gambar 2.24 Pipa Kapiler

Digunakan untuk refrigeran : freon 12 (R12), dan freon 134A (R134A).


Standar : daerah temperatur yang dikontrol -40 - 10°C.
Simbol :

Gambar 2.25 Expantion Valve

2.7.7 Evaporator
Evaporator adalah bagian alat dari refrigeration system yang digunakan
untuk menguapkan refrigeran dengan cara menangkap panas dari lingkungan.
Dengan kata lain alat ini menguapkan cairan refrigeran dengan cara heat
exchanging (pertukaran panas) antara temperatur rendah, tekanan rendah cairan
refrigeran dengan udara.

Gambar 2.26 Evaporator


Simbol :

Gambar 2.27 Simbol Evaporator


2.7.8 Dual
Alat ini digunakan untuk menghentikan kompresor pada saat tekanan
berlebihan dari tekanan normal operasi dan akan kembali dihidupkan jika kembali
normal. Dan akan menghentikan kompresor untuk mengurangi tekanan pada
tekanan rendah untuk membuat pompa bekerja pada tekanan rendah yang
berhubungan dengan selenoid valve.
Daerah tekanan dapat dikontrol :
1. High Preassure : 8-30 kg/cm2
2. Low Preassure : 0,5-2 kg/cm2
3. Daerah tekanan diferensial : 50 mmHg – 6 kg/cm2

Gambar 2.28 Dual


Simbol :

L.P H.P
GAUGE GAUGE

Gambar 2.29 SimbolDual

2.7.9 Pressure Gauge


Alat ini akan memberikan informasi dan rendahnya tekanan pada sistem
daerah yang dapat dibaca.
Daerah tekanan yang dapat dibaca :
1. High Preassure : 30-70 kg/cm2
2. Low Preassure : 0-15 kg/cm2
Gambar 2.30Pressure Gauge

Simbol :

Gambar 2.31Simbol Preassure Gauge

2.7.10 Thermostat
Alat ini mengontrol solenoid valve dengan tujuan untuk memelihara
temperatur udara pada outlet evaporator dan temperatur ruangan pada temperatur
konstan. Daerah udara dapat dikontrol : 30-50°C.

Gambar 2.32 Thermostat

Simbol :

Gambar 2.33 Simbol Thermostat


2.7.11 Termometer
Alat ini akan menemukan volume keluar penukar dengan mengukur
temperatur dalam sistem.

Gambar 2.34 Termometer


Simbol :

Gambar 2.35 Termometer


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Flowchart Pengambilan Data

Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Data


Untuk mendapatkan data langkah langkah pengambilan data ialah sebagai berikut:
1. Ubah kondisi MCB yang sebelumnya keadaan kontak off menjadi kontak
on
2. Selanjutnya kompressor, kondensor, katup expansi, evaporator dalam
keadaan stand by menyala
3. Nyalakan Air Conditioner dengan menggunakan remote control
4. Atur suhu keluaran evaporator sesuai keinginan
5. Tunggu hingga suhu dan tekanan berubah konstan
6. Ambil data tekanan dengan tampilan yang terdapat pada pressure gauge,
dengan menggunakan satuan bar
7. Ambil data dengan suhu tampilan yang terdapat pada pengukur suhu,
dengan menggunakan satuan celcius
8. Pengolahan data praktikum

3.2 FlowchartPengolahan Data


Gambar 3.2 Flowchart Pengolahan Data

3.3 Pengolahan dan Perhitungan Data


Berikut ini langkah-langkah untuk pengolahan data pada Air Conditioner
dengan refrigerant R22 :
1. Membuat gambar skema kerja sistem refrigerasi

Gambar 3.3 Skema Kerja Sistem Refrigerasi


2. Data Blade Kondensor
Selanjutnya menghitung nilai luas area blade kipas kondensor (𝐴𝑏 )
dan nilai luas area inner hub kipas kondensor (𝐴𝑖ℎ ), nilai 𝐴𝑏 dan 𝐴𝑖ℎ akan
digunakan untuk mencari luas area efektif kipas kondensor (𝐴𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 ),
serta menghitung luas area efektif blower evaporator (𝐴𝑒 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 ).
Diketahui :
𝑑𝑏 = diameter blade kipas = 36 cm = 36 x 10-2 m
𝑑𝑖ℎ = diameter inner hub kipas = 10 cm = 10-2 m
𝜋 = 3.14
P = 6.96𝑥10−2 m
l = 5.5𝑥10−2 m
𝜋 . 𝑑𝑏 2
𝐴𝑏 =
4
𝜋 . 𝑑𝑖ℎ 2
𝐴𝑖ℎ =
4

𝐴𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 = 𝐴𝑏 − 𝐴𝑖ℎ

𝐴𝑒 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑃 𝑥 𝑙

Tabel 3.1 Tabel Luas Area Blade Kipas pada AC


𝐴𝑏 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 𝐴𝑖ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 𝐴𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟 𝐴𝑒 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟

3. Mencatat data pengamatan pada tabel pengamatan

Tabel 3.2 Tabel Pengamatan FreonR22


FreonR22
𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑇4 𝑃1 𝑃2 𝑃3 𝑃4
Tabel 3.3 Tabel Pengamatan Udara Di Sekitar Kondensor

Udara Di Sekitar Kondensor


Altitude 𝑣1 𝑣2 In Out
(m) (m/s) (m/s) 𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑅ℎ1 𝑅ℎ2 𝑅ℎ3 𝑇1 𝑇2 𝑅ℎ1 𝑅ℎ2

Tabel 3.4 Tabel Pengamatan Udara Di Sekitar Evaporator


Udara Di Sekitar Evaporator

Altitude 𝑣1 𝑣2 𝑣3 In Out
(m) (m/s) (m/s) (m/s) 𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑅ℎ1 𝑅ℎ2 𝑅ℎ3 𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑅ℎ1 𝑅ℎ2 𝑅ℎ3

4. Pengolahan Data

Tabel 3.5 Tabel Pengolahan Data Freon R22

FreonR22
𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑇4 ℎ1 ℎ2 ℎ3 ℎ4 𝑠1 𝑠2 𝑠3 𝑠4

Dari data yang telah didapat pada tabel pengamatan dapat diolah untuk
mencari entalpi (h) dan juga entropi (s) menggunakan diagram P-h R22

Tabel 3.6 Tabel Pengolahan Data Udara Di Sekitar Kondensor

Udara Di Sekitar kondensor

In Out
Altitude 𝑣̅
𝜌 𝜌
(m) (m/s) ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑇̅ 𝑅ℎ ℎ 𝑀𝑐 (kg/ 𝑇̅ 𝑅ℎ ℎ 𝑀𝑐 (kg/
m3) m3)
Tabel 3.7 Tabel Pengolahan Data Udara Di Sekitar Evaporator

Udara Di Sekitar Evaporator

In Out
Altitude 𝑣̅
𝜌 𝜌
(m) (m/s) ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑇̅ 𝑅ℎ ℎ 𝑀𝑐 (kg/ 𝑇̅ 𝑅ℎ ℎ 𝑀𝑐 (kg/
m3) m3)

Dari data yang telah didapat pada tabel 3.5 dan tabel 3.6,nilai 𝑣̅ ,𝑇̅,dan ̅̅̅̅
𝑅ℎ didapat
dari merata-ratakan 𝑣, 𝑇, dan 𝑅ℎ. Data yang kita gunakan yaitu data bagian
OUT, baik tabel 3.5 dan 3.6. Kemudian data tersebutdapat diolah dengan
menggunakan aplikasi mobileAirLite Psychometric Calculator atau
AirProPsychometric Calculator.

Gambar 3.4 Air Lite Psychometric Calculator

Gambar 3.5 Aplikasi Air LitePsychometric Calculator


Pada aplikasi tersebut, pertama centang terlebih dahulu satuan SI, kemudian
masukkan nilaiAltitude (sesuai dengan lokasi pengambilan data), Dry Bulb
̅̅̅̅ ). Setelah itu calculate data
Temp (𝑇̅), dan nilai Relative Humidity (𝑅ℎ
tersebut dan kemudian akan didapat nilai density (𝜌), entalpi udara (ℎ), dan
Moisture Content (𝑀𝑐 ).

5. Perhitungan Data
Tabel 3.8 Tabel Perhitungan

̅ 𝒌𝒐𝒏𝒅
𝑸 ̅ 𝒆𝒗𝒂𝒑
𝑸 𝒎̇𝒖 𝒌𝒐𝒏𝒅 𝒎̇𝒖 𝒆𝒗𝒂𝒑 𝒎̇𝒇 𝒌𝒐𝒏𝒅 𝒎̇𝒇 𝒆𝒗𝒂𝒑 ̅̅̅̅
𝒎̇𝒇 (𝑾𝒌𝒐𝒎𝒑𝒓𝒆𝒔𝒐𝒓 )

Hasil pengolahan data sebelumnya digunakan untuk perhitungan debit (𝑄̅)


dan mass flow udara (𝑚̇𝑢 )dengan rumus dibawah ini :
̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑄𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝐴𝑒 𝑘𝑜𝑛𝑑 . 𝑣̅𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
̅̅̅̅̅̅̅
𝑄𝑒𝑣𝑎𝑝 = 𝐴𝑒 𝑒𝑣𝑎𝑝 . 𝑣̅𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝑚̇𝑢 𝑘𝑜𝑛𝑑 = 𝑄̅𝑘𝑜𝑛𝑑 . 𝜌𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑜𝑟
𝑚̇𝑢 𝑒𝑣𝑎𝑝 = 𝑄̅𝑒𝑣𝑎𝑝 . 𝜌𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟

Setelah menghitung data diatas, barulah dapat dicari nilai dari mass flow
freon (𝑚̇𝑓 ), dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
𝑚̇𝑓 . ℎ2 + 𝑚̇𝑢 . ℎ𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑓 . ℎ3 + 𝑚̇𝑢 . ℎ𝑜𝑢𝑡

Gambar 3.6Aliran Udara dan Freon Pada Kondensor


𝑚̇𝑓 . ℎ4 + 𝑚̇𝑢 . ℎ𝑖𝑛 = 𝑚̇𝑓 . ℎ1 + 𝑚̇𝑢 . ℎ𝑜𝑢𝑡

Gambar 3.7Aliran Udara dan Freon Pada Evaporator


Setelah didapat nilai mass flow freon (𝑚̇𝑓 ) kondensor dan evaporator,
kemudian nilai tersebut dirata-ratakan.Barulah dapat dicari kerja
kompresor, menggunakan rumus dibawah ini :
𝑚̇𝑓 𝑘𝑜𝑛𝑑 + 𝑚̇𝑓 𝑒𝑣𝑎𝑝
̅̅̅̅
𝑚̇𝑓 =
2
𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 = ̅̅̅̅
𝑚̇𝑓 [(ℎ2 − ℎ3 ) − (ℎ1 − ℎ4 )]

Lalu barulah dapat dicari Coefficient Of Performance (COP) dari


pemanas (kondensor) ataupun pendingin (evaporator), dengan
menggunakan rumah berikut ini :
a. Coefficient Of Performance (COP) Pendingin
𝑚̇𝑓 (ℎ1 − ℎ4 )
𝐶𝑂𝑃(𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛) =
𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
b. Coefficient Of Performance (COP) Pemanas
𝑚̇𝑓 (ℎ2 − ℎ3 )
𝐶𝑂𝑃(𝑃𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠) =
𝑊𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟

Tabel 3.9 Tabel COP

Pemanas Pendingin
(Kondensor) (Evaporator)
MODUL PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
TURBIN AIR

Disusun Oleh:
1. Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT.
2. Elbi Wiseno, ST., MT
3. Andi Cahya Ichi, ST.

Revisi :
1. Dr. Heru Kuncoro
2. Akbar Sutarya Putra, ST.
3. M. Rio Rizky Saputra
4. Tim Asisten

LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah kedalam
banyak bidang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali di bidang Teknik atau
Engineering. Mekanisasi dan otomatisasi sangat diprioritaskan dalam aspek-aspek
bidang teknik, terutama teknik mesin. Ini dimaksudkan agar memudahkan dalam
mencapai tingkat praktis, efisien, dan presisius.
Di bidang teknik mesin, terdapat banyak sistem otomatisasi dan mekanisasi.
Mekanisasi dan otomatisasi merupakan suatu gejala atau fenomena dasar yang
dapat dipelajari melalui teori dan aplikasi teori atau praktikum.
Aplikasi teori / praktikum Prestasi Mesin mempelajari berbagai mekanisasi
dan otomatisasi, salah satunya ialah Turbin air. Dimana turbin air merupakan mesin
penggerak dimana energi fluida berkerja digunakan langsung untuk memutar roda
turbin. Bagian turbin yang dipergunakan langsung untuk berputar dimana rotor atau
roda turbin. Dalam turbin fluida kerja mengalami proses kerja ekspansi, yaitu
proses penurunan tekanan yang mengalir secara kontinyu.
Hal tersebut sangatlah penting untuk tidak sekedar diketahui, namun harus
diaplikasikan. Melalui sebuah praktikum, maka dapat diketahui, dipelajari, dan
dianalisa berbagai fenomena dasar mesin, yang kemudian dapat menjadi suatu dasar
atau pedoman dalam menciptakan suatu desain ataupun produk dengan
mengaplikasikan sistem mekanisasi dan otomatisasi tersebut.

1.2 Tujuan
Secara garis besar tujuan diadakannya Praktikum Prestasi Mesin mengenai
turbin air jenis turbin pelton, antara lain :
1. Memahami sistem kerja dari turbin air
2. Mengetahui daya mekanik turbin
3. Mengetahui Efisiensi turbin air
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Turbin Air


Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk
tenaga industri untuk jaringan listrik. Sekarang lebih umum dipakai untuk generator
listrik. Turbin kini dimanfaatkan secara luas dan merupakan sumber energi yang
dapat diperbaharukan. Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi
potensial, tekanan dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran poros. Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga
listrik. Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
1. Turbin Impuls (Cross-Flow, Pelton & Turgo)
2. Turbin Reaksi ( Francis, Kaplan,Buld,Tubular & propeller)

Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa
daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan jenis
turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan yang lebih
mendalam.
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan
PLTA dengan tinggi jatuhan 1 - 1000 m, yang dapat dikategorikan pada head
High,medium dan rendah.

Tabel 2.1 Daerah Operasi Turbin


Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan,Propeller & Buld 3 < H < 70
Francis 9 < H < 350
Pelton 30 < H < 1000
Crossfiow 3 < H < 200
Turgo 50 < H < 250
Gambar 2.1 klasifikasi operasi turbin bedasarkan head dan debit aliran
Sumber : http://greenbugenergy.com/

2.2 Turbin Impuls


Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozzle. Air keluar
nozzle yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu turbin. Setelah
membentur sudu, arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan
momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar. Turbin impuls adalah
turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nozzle tekanannya adalah
sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya.
2.2.1 Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri dari satu set
sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih
alat yang disebut nozel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang
paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.⁽³⁾

Gambar 2.2 Sudu Turbin Pelton


Sumber: http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/layman2.pdf

Gambar 2.3 Nozzel


Sumber: http://europa.eu.int/en/comm/dg17/hydro/layman2.pdf

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk
sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran
air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air
dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan
daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nozel. Dengan
demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.

1. Runner pelton
2. Nozzle
3. Deflector jet
5. Casing
6. Penstock
7. Hydraulic brake

Gambar 2.4 Turbin Pelton dengan banyak nozel

Turbin Pelton untuk PLTA skala besar membutuhkan head lebih kurang
1000 meter tetapi untuk skala PLTMH membutuhkan head (10 - 120) meter sudah
mencukupi.

2.2.2 Turbin Turgo


Turbin Turgo dapat beroperasi pada head (50 – 250) m. Seperti turbin pelton
turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari
nozle membentur sudu pada sudut 20 o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar
dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke
generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya
perawatan.

Gambar 2.5 Sudu turbin Turgo dan nozel


Gambar 2.6 Turbin turgo
Sumber : http://tamarhydro.com.au/products/turgo-hydro-turbines/

2.2.3 Turbin Crossflow


Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-
Banki yang merupakan penemunya. Selain itu juga disebut Turbin Osberger yang
merupakan perusahaan yang memproduksi turbin crossflow. Turbin ini dapat
dioperasikan pada debit 300 L/s hingga 9000 L/s dan head antara 3 s/d 200 m.

Gambar 2.7 Konturksi Turbin Crossflow


Sumber : http://cink-hydro-energy.com/id/turbin-crossflow/

Turbin crossflow menggunakan nozel persegi panjang yang lebarnya sesuai


dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi
konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur
sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian
meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada
sepasang piringan paralel.
Gambar 2.8 Runner turbine crossflow
Sumber: http://home.carolina.rr.com/microhydro

2.3 Turbin Reaksi


Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan
terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini
memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat
berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai
turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam
rumah turbin.

2.3.1 Turbin Francis


Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara
sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan
air masuk. Sudu pengarah pad turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah
yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya.
Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu
pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat. Turbin francis memiliki
dua tipe aliran masuk yaitu:
1. Turbin Francis, aliran radial (aliran radial)
2. Turbin Francis, aliran campuran (mixed flow)
(a) (b)
Gambar 2.9 (a) aliran radial dan (b) aliran campuran

Jenis konstruksi turbin ini pertama kali dilaksanakan sekitar tahun 1950.
Sekarang turbin francis adalah yang paling banyak dipakai, karena tinggi air jatuh
dan kapasitasnya yang paling sering sesuai dengan kebutuhannya. Dari hasil
penggunaan dan penelitian yang terus-menerus untuk pengembangan selanjutnya,
turbin francis sekarang sudah bisa digunakan untuk tinggi air jatuh sampai 700m
dengan kapasitas air dan kecepatan air dan kecepatan putar yang sesuai memenuhi
harapan.

Gambar 2.10 Turbin Francis


Sumber : http://www.hitachi.com/rev/pdf/2006/r2006_03_107.pdf

Pada gambar Turbin francis yang kecil sering terletak di bawah daerah
tersebut, karena harus menggerakkan generator yang mempunyai kecepatan putar
yang tinggi dan dihubungkna langsung dengan roda gigi transmisi. Didalam daerah
batas antara turbin francis dengan turbin kaplan, Turbin kaplan lebih
menguntungkan yaitu pada keadaan beban tidak penuh randemennya lebih tinggi,
karena sudu-suda turbin kaplan bisa diatur sesuai dengan beban yang ada.

2.3.2 Turbin Kaplan, Buld & Propeller


Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin
ini tersusun dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya
mempunyai tiga hingga enam sudu. Sesuai dengan persamaan euler, maka makin
kecil tinggi air jatuh yang tersedia,makin sedikit belokannya aliran air di dalam
sudu jalan. Dengan bertambahnya kapasitas air yang masuk ke dalam turbin, maka
akan bertambah besar pula luas penampang salauran yang dilalui air, dan selain itu
kecepatan putar yang demikian bisa ditentukan lebih tinggi. Kecepatan spesifik
bertambah,kelengkungan sudu, jumlah sudu, dan belokan aliran air di dalam sudu
berkurang.

Gambar 2.11 Turbin Kaplan


Sumber : https://www.zeco.it/zeco-turbines/kaplan-turbine/

Pada permulaan sekali disaat pengembang pusat tenaga sungai, turbinnya


menggunakan roda baling-baling dengan sudu-sudu tetap yang dituang. Untuk
tempat pusat listrik tenaga sungai harus dihitung lebih dahulu besarnya perubahan
tinggi air jatuhnya sepanjang tahun. Dan aliran sungai tersebut bisa diatur dengan
memakai bendungan. Makin besar kapasitas air yang mengalir pada saat air tinggi,
akan makin tinggi air jatuh yang bisa dimamfaatkan, karena tinggi permukaan air
atas adalah konstan sedangkan air kelebihan pada permukaan air bawah akan naik.
Turbin yang bekerja pada kondisi tinggi air jauh yang berubah-ubah
mempunyai kerugian, karena dalam perencanaan sudu turbin telah disesuaikan
bahwa perpindahan energi yang baik hanya terjadi pada titik normal yaitu pada
kondisi perbandingan kecepatan dan tekanan yang tertentu. Bila terjadi
penyimpangan yang besar baik ke atas maupun ke bawah, seperti yang terdapat
pada pusat tenaga listrik sungai, randamen roda baling-balingnya turbin cepat atau
lambat akan turun.
Keuntungan turbin baling-baling dibandingkan dengan turbin francis adalah
kecepatan putarnya bisa dipilih lebih tinggi, dengan demikian roda turbin bisa
dikopel langsung dengan langsung dengan generator dan ukurannyapun lebih kecil.
Turbin Bulb adalah turbin reaksi tipe kaplan yang digunakan untuk head (5
– 25) m yang sangat rendah. fitur karakteristik turbin ini adalah bahwa komponen
turbin serta generator ditempatkan di dalam bohlam. Bulb turbin sepenuhnya
mengahasilkan aliran axial dan memiliki efisensi beban penuh yang lebih tinggi dan
kapasitas aliran yang lebih tinggi dibandingkan dengan turbin kaplan.

Gambar 2.12 Turbin buld


Sumber : http://voith.com/corp-en/turbines-generators/turbines/bulbpit-
turbines.html

2.4 Klasifikasi Turbin Air


Dengan kemajuan ilmu Mechanical fluida dan Hidrolics serta
memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya
timbullah perencanaan-perencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh
( head ) dan debit air yang tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi
masalah yang menarik dan menjadi objek penelitian untuk mencari sistem, bentuk
dan ukuran yang tepat dalam usaha mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum.
Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan
beberapa kriteria.

2.4.1 Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner.


Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi
menjadi tiga tipe yaitu :
1. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial
atau tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar,
contohnya Turbin Pelton dan Turbin Crossflow.

Gambar 2.12 Turbin Aliran Tangensial

2. Turbin Aliran Aksial


Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros
runner, Turbin Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tipe
turbin ini.

Gambar 2.13 Turbin Aliran Aksial


3. Turbin Aliran Aksial - Radial
Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner
secara aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis
turbin ini.

Gambar 2.14 Turbin Aksial-Radial

2.4.2 Berdasarkan Head dan Debit.


Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan
debit yang ada yaitu :
1. Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka
Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.
2. Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka
untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Crossflow.
3. Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka
gunakanlah turbin impuls jenis pelton.

2.6 Perhitungan Data


Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena
pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air
mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang
mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud
energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan
dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu
air terjun atau aliran air di sungai.
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada
besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka head
adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar dari
kincir air/turbin air. Selain memanfaatkan air jatuh hydropower dapat diperoleh dari
aliran air datar. Dalam hal ini energi yang tersedia merupakan energi kinetik.

2.6.1 Perhitungan Debit Aliran


Dari volume dan waktu yang telah didapatkan, maka dapat dicari debit
aliran dengan menggunakan persamaan (2.1).

Q = V/t ………………...…………............................. (2.1)


Keterangan :
Q = Debit aliran
V = volume (m3)
t = waktu (s)

2.6.2 Mengukur Luas penampang (A)


Pengukuran luas penampang bertujuan untuk menentukan diameter nozzle
sehingga akan didapatkan luas penampang (A). Dengan luas penampang nozzle
dalam m2 yang didapatkan melalui persamaan (2.2) :

1
A =4 𝜋𝐷 2.......................................................................(2.2)

2.6.3 Perhitungan Kecepatan Aliran


Untuk mendapatkan kecepatan aliran fluida (v) dalam m/s Dari volume dan
waktu yang telah didapatkan, maka dapat dicari debit aliran dibagi luas penampang
menggunakan persamaan (2.3) sehingga persamaannya menjadi:
𝑄
𝑣 = 𝐴 ..........................................................................(2.3)
Keterangan :
 = Kecepatan aliran fluida (m/s)
𝑄 = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang aliran air ( m2)
2.6.4 Penentuan Laju Aliran Massa Fluida
Laliran massa fluida dapat dihitung dengan persamaan berikut:
ṁ = air x A x  ...........................................................(2.4)
Keterangan :
ṁ = Laju aliran massa fluida air (kg/s)
air = Massa jenis fluida zat cair (kg/m3)
A = Luas penampang nozzle yang digunakan (m2)
 = Kecepatan aliran fluida air (m/s)

2.6.5 Perhitungan Head


Tekanan hidrostatis adalah tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh
berat zat cair itu sendiri. Tekanan hidrostatis sebanding dengan massa jenis
(ρ) cairan dan kedalaman (h) titik dari permukaan fluida. Dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:

P = ρ . g . h…………………….………………………(2.5)
Keterangan :
h = head (m)
 = Massa jenis (kg/m3)
g = Gravitasi (m/s2)
P =Tekanan (N/m2)

2.6.6 Perhitungan Torsi


Torsi dapat diketahui dari nilai gaya pengereman, jari-jari katrol, dan
gravitasi. Nilai torsi ini digunakan sebagai data untuk menghitung nilai output
turbin. Dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝐹 = 𝑀𝑟 . 𝜇. 𝑔……..........................................................(2.6)
𝜏 = 𝐹. 𝑟………………………………….…….……...(2.7)
Keterangan :
τ = Torsi (J)
F = Gaya total (Kg.m/s2)
r = Radius Pulley (m)
g = Gravity (m/s2)
Mr = Beban Pengereman (Kg)
μ = Koefisien Gesek

2.6.7 Perhitungan Daya Input


Perhitungan daya input didapat dengan menggunakan Energi Kinetik.
Dimana nilai dari perhitungan daya dapat dihitung bila mempunyai nilai-nilai dari
Laju aliran massa fluida air (ṁ), kecepatan aliran (v), massa jenis (ρ), dan debit
aliran (Q). Daya air yang tersedia dinyatakan sebagai berikut :

1
𝐸𝑘 = ṁ𝑣 2 ..............................................................(2.8)
2

2.6.8 Perhitungan Daya Output


Perhitungan daya output didapat dengan menggunakan BHP (Break Horse
Power). Dimana nilai dari perhitungan daya dapat dihitung bila mempunyai nilai-
nilai dari :
2𝜋𝑛
𝐵𝐻𝑃 = 𝜏..........................................................(2.9)
60
Keterangan :
BHP = Break Horse Power (watt)
𝜏 = Torsi (N.m)

2.6.9 Perhitungan Efisiensi


Perhitungan efisiensi dapat dihitung dengan perbandingan daya output dan
input.
𝐵𝐻𝑃
𝜂 𝑥 100%......................................................(2.10)
𝑃𝐼
BAB III
METODE PRAKTIKUM TURBIN PELTON

3.1 Diagram Alir Proses Pengambilan Data

Mulai

Mengambil Koefisien Gesek

Menyalakan Pompa

Mengambil data Debit

Mengambil data
putaran turbin

Mengambil data
Tekanan

Pengolahan Data

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengambilan Data


3.2 Uraian Sistem Kerja Turbin Pelton
Air ditampung didalam bak penampung, kemudian air yang berada pada bak
penampung dihisap oleh pompa dimana pompa berfungsi untuk menghisap dan
memompa air untuk dialirkan ke sudu turbin. Kemudian terhubung dengan saluran
nozzle dimana nozel berfungsi sebagai pemancar air yang dipancarkan langsung ke
arah sudu turbin sehingga sudu turbin berputar. Pada sudu-sudu turbin, energi aliran
diubah menjadi energi mekanik yaitu putaran roda turbin. Apabila roda turbin
dihubungan dengan poros generator listik, maka energi mekanik putaran roda turbin
diubah menjadi energi listrik pada generator. Kemudian air yang telah digunakan
untuk memutar sudu turbin jatuh kedalam bak penampung untuk kembali ke tahap
awal maka terjadilah sirkulasi.
Turbin pelton merupakan salah satu jenis turbin air yang prinsip kerjanya
memanfaatkan energi potensial air menjadi energi listrik tenaga air (hydropower).
Prinsip kerja turbin pelton adalah mengkonversi daya fluida dari air menjadi daya
poros untuk digunakan memutar generator listrik, dimana energi potensial air
disemprotkan ke bucket untuk dirubah menjadi energi mekanik yang digunakan
untuk memutar poros generator. Turbin Pelton mempunyai beberapa keuntungan
antara lain efisisensi turbin yang relatif stabil pada berbagai perubahan debit aliran.
Turbin pelton cocok dipakai untuk tinggi jatuh air (Head) yang tinggi dan debit
aliran yang kecil.

3.2 Komponen Turbin Pelton


Berikut komponen pada tubin pelton :
1. Rangka turbin pelton
Rangka turbin berfungsi sebagai tempat/dudukan daripada pompa,
bak penampung dan alat-alat lain yang digunakan untuk pembuatan turbin
pelton.
Gambar 3.2 Rangka Turbin Pelton

2. Nozzle Turbin
Nozzle berfungsi sebagai Nozzle berguna untuk mengarahkan
pancaran air ke sudu turbin. Fungsi lainnya juga mengatur kapasitas air yang
masuk ke turbin dan mengubah tekanan menjadi energi kinetik.

Gambar 3.3 Nozzel Turbin

Tabel 3.1 Ukuran Nozel


Ukuran Nozel (mm)
Nozel Panjang
Diameter Ujung Luar Nozzel Diameter Dalam Nozzel
Total
Nozel I
80 mm 4 mm 10 mm
900
Nozel II
80 mm 4 mm 10 mm
600
3. Sudu Turbin Pelton
Sudu merupakan sarana untuk merubah energi air menjadi energi
mekanik berupa torsi pada poros sudu dimana aliran air yang ditembakkan
oleh nozel kearah sudu mengakibatkan daun-daun sudu terdorong dan
berputar.

Gambar 3.4 Sudu Turbin Pelton

4. Pompa Jet Pump


Berfungsi untuk menghisap air yang berada didalam bak penampung
dan memompa air menuju sudu turbin melalui nozel dimana pada nozel
inilah air disemprotkan ke arah daun-daun sudu sehingga sudu dapat
berputar akibat adanya tekanan dari kecepatan air yang mengalir.

Tabel 3.2 Spesifikasi Pompa


DAB MODE ITALY
MAX CAP 75 ltr/m
Suct Head 30 m
Disc Head 30 m
Tot. Head 60 m
Size 1¼”x1”x1”
Output 250 watt
V/Hz 220/50/7
RPM 2850
Gambar 3.5 Jet Pump

5. Bak Penampung Air


Bak penampung berfungsi sebagai tempat untuk menampung air
yang jatuh setelah disemprotkan nozel kearah sudu. Selain itu bak
penampung ini juga berfungsi untuk menampung air dimana air ini akan
dihisap oleh pompa untuk kemudian di semprotkan ke arah sudu.

Gambar 3.6 Bak Penampung Air

6. Buffer tank
Tangki penyangga berfungsi agar tekanan stabil/konstan karena
fluktuasi aliran pompa sangat besar.

Gambar 3.7 Buffer tank


7. Gate Valve
Gate Valve berfungsi sebagai pengatur debit aliran yang akan masuk
ke flow meter.

Gambar 3.8 Gate Valve

8. Ball Valve
Ball Valve digunakan sebagai pemutus atau penghubung aliran

Gambar 3.9 Ball Valve

9. Pressure Gauge
Pressure Gauge berfungsi sebagai indikator dari tekanan pada aliran
fluida air yang ada pada pompa dan buffer tank.

Gambar 3.10 Pressure Gauge


3.3 Gambar Design Perancangan Turbin Pelton
Berikut dibawah ini adalah skema alat uji dan display dari turbin pelton

Gambar 3.11 Skema Turbin Pelton

Gambar 3.12 Display Turbin Pelton


3.4 Alat Ukur yang Digunakan Dalam Proses Pengambilan Data
Untuk mendukung pengujian turbin Pelton, digunakan beberapa alat ukur.
Adapun alat ukur yang digunakan adalah :
a. Flow Meter
Flow meter berfungsi untuk mengetahui debit aliran fluida yang mengalir
dalam satuan GPM dan LPM.

Gambar 3.13 Flow meter

b. Tachometer
Tachometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui besaran
putaran pada suatu poros yang berputar atau biasa disebut dengan rotasi
permenit (RPM). Tachometer ini menggunakan inframerah yang
ditembakkan cahayanya kearah poros yang berputar sehingga dapat
diketahui RPM pada poros tersebut.

Gambar 3.14 Tachometer


c. Timbangan Gantung, Pulley and Belt dan Timbangan Digital
komponen ini adalah alat ukur untung menghitung massa. Pada turbin,
alat ini digunakan untuk menghitung gaya pada saat pengeraman.

Gambar 3.15 Timbangan gantung

Gambar 3.16 Pulley da belt metode bandul

Gambar 3.17 Timbangan Digital


BAB IV
PENGOLAHAN DATA PRAKTIKUM TURBIN PELTON

4.1 Diagram Alir Pengolahan Data Praktikum Turbin Pelton

Mulai

Menghitung Koefisen Gesek

Menghitung luas penampang nozzel

Menghitung Kecepatan
aliran

Menghitung Head

Menghitung massa
aliran

Menghitung Torsi

Menghitung Daya
input dan output

Menghitung
Efisiensi

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Pengolahan Data Praktikum Turbin Pelton


4.2 Data
Sebelum melakukan pengambilan data, berikut ini merupakan data yang
sudah ada meliputi :
a. Dimensi nozzle, dimensi suatu nozzle sangat berpengaruh terhadap
kecepatan putaran turbin.
b. Nilai Gravitasi yang digunakan ialah 9,807 m/s2.
c. Massa jenis yang digunakan ialah 995,65 Kg/m3 pada Temperatur 30O C.

4.3 Menentukan Koefisien Gesek


Nilai koefisien gesekan pada setiap objek yang akan digunakan sebagai
perangkat pengereman bervariasi tergantung pada bahan perangkat pengereman.

𝑀𝑏 × 𝐿 = 𝑟 × 𝑀𝑎 × 𝜇

Keterangan :

𝑀𝑏 = Berat Pendulum (gr)

𝐿 = Panjang (m)

𝑟 = Radius pulley (m)

𝑀𝑎 = Beban Penggereman (Kg)

𝜇 = koefisien gesek

Gambar 4.2 Skema menentukan koefisein gesekan


Gambar 4.3 Pendulum dan Penggereman

Tabel 4.1 Data Perhitungan koefisien gesek


Berat Pendulum Panjang Radius pulley Beban Koefisien
Mb (gr) L (m) r (m) Penggereman gesek 𝜇
Ma (Kg)
0.33 0.039

4.4 Menentukan Debit Aliran


Dalam pengukuran kali ini kita menggunakan alat yaitu Flow meter yang
berfungsi untuk membaca debit aliran dalam satuan GPM (Gallon per minute) dan
LPM (Liter per minute)

4.5 Menentukan Putaran Sudu Permenit (RPM)


Dalam pengukuran kali ini kita menggunakan alat yaitu Tachometer yang
berfungsi untuk membaca putaran dalam satuan per-menit (rotation per-minute.
Berikut merupakan hasil dari pengukuran putaran turbin dapat dilihat pada tabel 4.4
dan 4.5.
4.6 Menentukan Luas Penampang dan Kecepatan Aliran
Sebelum menentukan luas penampang, hal yang harus dilakukan ialah
melakukan pengukuran terhadap diameter pipa. Setelah pengukuran telah selesai
maka selanjutnya ialah memasukan kedalam persamaan berikut:
𝐴 = 𝜋𝐷 2 /4
Keterangan:
A = Luas Penampang (m2)
d = Diameter lingkaran (m)

Setelah luas penampang didapat, selanjutnya ialah menentukan kecepatan


aliran dengan persamaan berikut:
𝑄
𝑣=
𝐴
Keterangan:
V = Kecepatan Aliran (m/s)
3
Q = Debit Aliran (𝑚 ⁄𝑠)
A = Luas Penampang (m2)

Tabel 4.2 Data Pengamataan Nozzel I sudut 90o


Beban Pengereman Putaran n
Tekanan P (Bar)
No Mr (kg) Debit Q (L/m) (Rpm)
1 0.6 10
2 0.7 12
3 1 13

Tabel 4.3 Data Pengamataan Nozzel II sudut 60o


Beban Pengereman Putaran n
Tekanan P (Bar)
No Mr (kg) Debit Q (L/m) (Rpm)

1 0.6 8

2 0.8 9

`3 0.9 13
4.7 Perhitungan Laju Aliran
Laju aliran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

ṁ =Q x ρ
Keterangan:
3
Q = Debit Aliran (𝑚 ⁄𝑠)
ρ = Density (kg/m3)
ṁ = Laju aliran (kg/s)

Tabel 4.4 Data Perhitungan Laju aliran Nozzel II sudut 90o


Laju
Debit Tekanan Putaran Kecepatan
aliran ρ(kg/ms)
No (m3/s) (N/m2) (Rpm) Aliran(m/s)
(kg/s)

`3

Tabel 4.5 Data Perhitungan Laju aliran Nozzel II sudut 600


Laju
Debit Tekanan Putaran Kecepatan
aliran ρ(kg/ms)
No (m3/s) (N/m2) (Rpm) Aliran(m/s)
(kg/s)
1

2
3

4.8 Perhitungan Daya Input


Daya kinetik digunakan sebagai nilai daya input dalam pengujian turbin.
Daya ini ditemukan setelah air melewati nozzel atau sebelum menyentuh bilah
turbin. Dengan menggunakan rumus berikut:
1
𝑃𝐸𝑘 = ṁ𝑣 2
2
Setelah menentukan daya kinetik selanjutnya ialah menentukan daya
tekanan digunakan sebagai nilai daya input dalam pengujian turbin. Daya ini ada di
pipa dan nilai tekanan dapat dideteksi melalui tangki penyangga yang telah
dipasang dengan pengukur tekanan.

𝑃𝑃 = 𝑃. 𝑄

Untuk mendapatkan nilai daya input total, energi tekanan ditambahkan ke


energi kinetik.

𝑃𝐼 = 𝑃𝐸𝑘 + 𝑃𝑃

Setelah menetukan daya total yang dihasilkan telah selesai selanjutnya


ialah menuangkan data dalam bentuk tabel 4.6 dan 4.7

Tabel 4.6 Data Besaran daya yang dibutuhkan pada Turbin Pelton nozzle sudut 900
Diameter Daya Kinetik PEK Daya Tekanan Total Daya
NO
Nozzle (mm) (watt) Pp (Watt) input PI (watt)

Tabel 4.7 Data Besaran daya yang dibutuhkan pada Turbin Pelton nozzle sudut 600
Diameter Daya Kinetik PEK Daya Tekanan Total Daya
NO
Nozzle (mm) (watt) Pp (Watt) input PI (watt)

3
4.9 Perhitungan Daya Output
Daya output yang dihasilkan turbin pelton berupa daya mekanik yang
dibangkitkan oleh rotor turbin yang diakibatkan oleh hentakan fluida ke sudu-sudu
turbin sehingga menyebabkan turbin berputar. Daya output dapat di hitung dengan
persamaan berikut :

2𝜋𝑛
𝐵𝐻𝑃 = 𝜏
60

Tabel 4.8 Daya yang dikeluarkan pada Turbin Pelton nozzle sudut 900

Debit Putaran Torsi BHP Efisiensi


NO
Q (m3/s) n (Rpm) 𝜏 (N.m) (watt) η (%)

Tabel 4.9 Daya yang dikeluarkan pada Turbin Pelton nozzle sudut 600

Debit Putaran Torsi BHP Efisiensi


NO
Q (m3/s) n (Rpm) 𝜏 (N.m) (watt) η (%)

3
MODUL PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
POMPA

Disusun Oleh:
1. Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT.
2. Bayu Ariesta, ST.
3. Andi Cahya Ichi, ST.

Revisi :
1. Dr. Heru Kuncoro
2. Galih Seto, ST.
3. Mochammad Resha
4. Tim Asisten

LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum


Pompa merupakan mesin konversi energi yang sering dijumpai di berbagai
tempat mulai dari perumahan hingga industri besar. Pompa termasuk ke dalam
mesin konversi energi karena pompa mengubah energi mekanik dari poros menjadi
energi spesifik (head) fluida cair. Pompa pada umumnya digerakkan oleh sebuah
motor. Daya dari motor diberikan pada poros pompa yang akan memutar impeller
pompa yang terhubung pada poros tersebut.
Spesifikasi pompa ditentukan dari jumlah fluida yang dapat dialirkan
persatuan waktu atau debit (Q) dan head (tinggi energi angkat). Umumnya pompa
dapat digunakan untuk mentransfer fluida cair dari satu tempat ke tempat lainya
pada sistem perpipaan, contohnya seperti pada pemenuhan kebutuhan air di rumah
tangga, gedung, serta berbagai jenis industri dan proses produksi memerlukan
pompa untuk memindahkan fluida cair.
Pada penggunaannya, pompa dapat dioperasikan baik secara tunggal, seri
maupun paralel. Pada praktikum prestasi mesin ini, pompa yang akan diuji
efisiensinya yaitu pompa sentrifugal yang beroperasi secara tunggal, seri, maupun
paralel. Jenis pengujian yang dilakukan yaitu pengujian efisiensi pada masing-
masing pompa sentrifugal, pengujian efisiensi rangkaian pompa seri, dan pengujian
efisiensi rangkaian pompa paralel.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum pengujian pompa sentrifugal pada praktikum
prestasi mesin ini antara lain:
1. Mengetahui Head dan kapasitas aliran yang dihasilkan dari pompa
sentrifugal pada saat dioperasikan secara tunggal, seri, dan paralel.
2. Mengetahui Daya Input dari motor listrik yang digunakan (Winput) dan daya
air (WHP) yang dihasilkan pompa sentrifugal saat dioperasikan secara
tunggal, seri, dan paralel.
3. Menentukan efisiensi pompa baik saat dioperasikan secara tunggal, seri, dan
paralel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pompa
Pompa adalah mesin konversi energi yang digunakan untuk memindahkan
fluida (cair) dari tempat yang satu menuju tempat yang lain. Pompa memberikan
energi kinetik atau energi potensial pada fluida non-compressible (cair) sehingga
fluida tersebut dapat dipindahkan. Masing-masing pompa memiliki karakteristik
tersendiri bergantung pada desain dari pompa tersebut.
Dalam pemilihan pompa, spesifikasi pompa dinyatakan dengan kapasitas
pompa yaitu jumlah aliran yang dialirkan per satuan waktu dan juga head yaitu
tinggi energi angkat dari pompa. Faktor yang mempengaruhi spesifikasi tersebut
antara lain:
1. Kapasitas (Q)
Merupakan volume dari fluida yang dialirkan oleh pompa persatuan waktu.
Kapasitas pompa dinyatakan dalam satuan liter per menit (LPM), m 3/s, atau
ft3/s.
2. Putaran (n)
Putaran yang digunakan untuk penentuan spesifikasi yaitu putaran poros
yang terhubung dengan impeller pompa. Putaran ini dinyatakan dalam
satuan RPM dan dapat diketahui dengan menggunakan tachometer.
3. Torsi (T)
Pengukuran torsi diawali dengan pengukuran gaya menggunakan
dynamometer yang kemudian hasilnya dikalikan dengan lengan pengukur
momen (L). Satuan dari torsi adalah Nm.
4. Daya (P)
Daya yang digunakan terbagi dalam dua macam, yaitu daya input yang
digunakan oleh pompa serta daya output berupa daya air yang dihasilkan
oleh pompa. Satuan daya dinyatakan dalam Joule per sekon (J/s) atau Watt.
5. Efisiensi (η)
Merupakan perbandingan antara daya air yang dihasilkan dari pompa,
dengan daya input yang digunakan oleh pompa.
2.2 Jenis-jenis Pompa
Pompa dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut prinsip kerjanya.
Berdasarkan prinsip kerjanya pompa terbagi atas dua jenis antara lain positive
displacement pump dan pompa dinamik.

2.2.1 Positive displacement pump


Pada positive displacement pump, volume ruangan dalam pompa akan
berubah secara periodik dari besar ke kecil atau sebaliknya. Saat pompa bekerja,
energi yang dimasukkan ke fluida yaitu energi potensial sehingga fluida berpindah
dari volume per volume. Aliran fluida terjadi akibat mekanisme penghisapan dan
kempa/desak. Contoh pompa ini adalah pompa ulir, pompa roda gigi, pompa torak
dan lain-lain.
Pompa jenis ini dapat digunakan untuk mengalirkan fluida dengan
viskositas yang relatif besar. Contoh-contoh pompa yang termasuk positive
displacement pump antara lain:
1. Reciprocating Pump (pompa torak)
Pada pompa ini, tekanan pada fluida dihasilkan oleh gerakan bolak-balik
translasi torak (piston), dengan perantaran crankshaft, camshaft, dan lain-
lainnya. Pompa jenis ini memiliki katup masuk dan katup buang yang mengatur
keluar dan masuknya aliran fluida ke ruang kerja. Tekanan yang dihasilkan
sangat tinggi, yaitu lebih dari 10 atm. Kecepatan putar pompa iniyaitu 250
sampai 500 rpm. Oleh karena itu, dimensinya besar dan sangat berat. Pompa ini
banyak dipakai pada pabrik minyak dan industri kimia untuk memompa cairan
kental. Skema pompa torak ditunjukkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.1 Skema Pompa Torak


2. Pompa Roda Gigi (Rotary Pump)
Pompa roda gigi termasuk pada positive displacement pump jenis rotary.
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya dua buah roda gigi berpasangan
yang terletak dalam rumah pompa. Putaran ini akan menghisap dan menekan
fluida yang dipompakan. Fluida yang mengisi ruang antar gigi ditekan ke sisi
buang. Akibat diisinya ruang antar sisi tersebut maka pompa ini dapat
beroperasi. Pemakaian dari pompa ini adalah pada sistem pelumasan dan
hidrolik karena pompa ini menghasilkan head yang tinggi dan debit yang rendah.
Contoh pompa roda gigi terdapat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pompa Roda Gigi.

2.2.2 Pompa Dinamik


Pada pompa dinamik, volume ruangannya tidak berubah. Saat pompa
bekerja, energi yang dimasukkan ke fluida yaitu energi kinetik secara kontinu
sehingga fluida berpindah dari akibat perubahan kecepatan. Saat pompa dinamik
bekerja, energi ditambahkan pada fluida dengan cara melewatkan fluida pada sudu
yang berputar cepat. Contoh pompa ini adalah pompa radial/sentrifugal, pompa
aksial. Contoh-contoh pompa yang termasuk pompa dinamik antara lain :
1. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah putaran impeller akan menghisap
fluida yang dipompakan dan menekan fluida tersebut ke sisi tekan dalam
arah aksial. Pompa ini cocok untuk pemakaian yang membutuhkan head
rendah dan kapasitas tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa
aksial terdapat pada gambar 2.3 sebagai berikut :
Gambar 2.3 Pompa aksial

2. Pompa Sentrifugal
Pompa ini bekerja melalui rotor dengan sudu-sudu yang berputar pada
kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh impeller yang
menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar fluida keluar
melalui volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran medium.
Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal banyak digunakan untuk proses
pengisian air pada ketel uap dan pompa rumah tangga. Skema pompa
sentrifugal dapat dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut :

Gambar 2.4 Skema Pompa Sentrifugal

2.3 Pompa Sentrifugal dan Bagian-bagiannya


Pompa sentrifugal bekerja dengan prinsip membuat perbedaan tekanan pada
sisi masuk (suction) dan sisi keluar (discharge). Pompa ini mengubah energi
mekanis dari sumber penggerak menjadi energi kinetis berupa kecepatan aliran
fluida. Bagian-bagian dari pompa sentrifugal dapat dilihat pada gambar 2.5 sebagai
berikut :
Gambar 2.5 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal

Penjelasan bagian-bagian pompa sentrifugal :


1. Stuffing Box
Stuffing box berfungsi untuk mencegah kebocoran pada daerah poros pompa
yang menembus casing/volute.
2. Packing
Packing berfungsi untuk mencegah dan mengurangi kebocoran cairan dari
casing pompa. Biasanya terbuat dari Teflon.
3. Poros
Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama
beroperasi dan juga tempat kedudukan impeller pompa.
4. Shaft Sleeve
Berfungsi untuk melindungi poros dari korosi dan keausan pada stuffing box.
5. Vane
Bagian ini berperan sebagai sudu dari impeller yang akan dilewati oleh fluida.
6. Casing/Volute
Casing/Volute (Rumah pompa) memiliki beberapa fungsi antara lain :
a. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeller.
b. Tempat perubahan energi kinetik fluida menjadi tekanan akibat gaya
sentrifugal yang diterima fluida saat menuju pompa tekan.
c. Menutup impeller pada sisi masuk dan sisi keluar dan sehingga berbentuk
tangki tekanan.
d. Sebagai tempat dudukan untuk bantalan poros untuk batang torak dan
impeller.
7. Eye of Impeller
Bagian ini berperan sebagai sisi masuk pada arah hisap impeller.
8. Impeller
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya pada air,
sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa kecepatan dan tekanan.
Impeller pada pompa sentrifugal terdiri dari beberapa jenis antara lain :
a. Impeller Tertutup
Disebut sebagai impeller tertutup karena baling-baling di dalamnya tetutupi
oleh mantel di kedua sisi. Jenis impeller ini banyak digunakan pada pompa
air dengan tujuan mengurung air agar tidak berpindah dari sisi keluar ke sisi
masuk. Impeller jenis ini memiliki kelemahan karena akan kesulitan jika
terdapat sumbatan atau kotoran.
b. Impeller Terbuka dan Semi Terbuka
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka kemungkinan
adanya sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini memungkinkan adanya
pemeriksaan impeller dengan mudah.
9. Casing Wear Ring
Bagian ini berfungsi untuk memperkecil kebocoran di bagian depan impeller
dengan memperkecil celah antara casing dan impeller.

2.3.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal


Secara garis besar, pompa bekerja dengan mengubah energi mekanik dari
poros yang menggerakkan sudu-sudu pompa, menjadi energi kinetik dan tekanan
pada fluida. Demikian pula pada pompa sentrifugal, pompa membutuhkan daya dari
penggerak pompa. Putaran impeller menyebabkan tekanan vakum pada sisi isap
pompa, akibatnya fluida yang mengalir terhisap masuk ke dalam impeller.
Di dalam impeller, fluida mendapatkan percepatan akibat terkena gaya
sentrifugal, sehingga fluida keluar dari impeller dengan kecepatan tertentu.
Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan berubah menjadi energi
tekanan di dalam rumah pompa. Besarnya tekanan yang timbul tergantung pada
besarnya kecepatan fluida.
2.3.2 Jenis-jenis Pompa Sentrifugal
Pemilihan jenis pompa air sentrifugal tersebut berdasarkan ketersediaan
teknologi secara lokal dan biaya pembuatan/fabrikasi yang lebih murah. Jenis
pompa sentrifugal berdasarkan posisi impeller dan casing pompa antara lain :
1. Pompa Jenis Rumah Keong
Pompa jenis ini mengunakan impeller untuk membuang cairan ke dalam
rumah spiral yang secara berangsur-angsur berkembang. Pompa ini dibuat
sedemikian rupa untuk mengurangi kecepatan cairan yang dapat diubah menjadi
tekanan statis, seperti yang terlihat pada gambar 2.6. Pompa jenis rumah keong
seperti ini dapat menghasilkan kesimetrian yang hampir radial pada pompa
bertekanan tinggi dan pompa yang dirancang untuk aliran yang sedikit. Posisi
impeller pada pompa ini eksentris dengan casing pompa.

Gambar 2.6 Pompa Rumah Keong.

Gambar 2.7 Skema Pompa Rumah Keong.

2. Pompa Jenis Diffuser


Pompa jenis ini memiliki baling-baling penggarah yang tetap dengan posisi
mengelilingi runner atau impeller. Pada pompa jenis diffuser aliran fluida yang
berkembang ini akan diubah menjadi tekanan tinggi. Pompa jenis diffuser juga
biasa disebut sebagai pompa turbin.
Gambar 2.8 Pompa jenis diffuser

Gambar 2.9 Skema Pompa Diffuser.

3. Pompa Vortex
Pompa vortex memiliki impeller dengan posisi konsentris dengan casing
pompa. Pompa ini tidak memiliki diffuser, namun memiliki saluran yang
lebar sehingga aliran fluida tidak mudah tersumbat dan cocok untuk pemakaian
pada pengolahan cairan limbah.

Gambar 2.10 Skema Pompa Vortex.

2.4 Peristiwa Kavitasi


Kavitasi merupakan gejala timbulnya gelembung udara karena menguapnya
zat cair yang sedang mengalir. Hal ini dapat terjadi saat zat cair tersebut tekanannya
berkurang hingga dibawah tekanan uap jenuhnya sehingga fluida menguap saat
tekanannya cukup rendah pada temperatur fluida pada tekanan tersebut tercapai.
Dalam hal ini temperatur fluida lebih besar dari temperatur jenuhnya. Ketika
gelembung yang timbul tersebut menguap, maka terjadi peristiwa meletusnya
gelembung secara berantai yang menyebabkan kerusakan pada pompa.

Gambar 2.11 Skema Kavitasi

Kavitasi berawal dari kecepatan fluida yang tinggi saat memasuki pompa
sehingga tekanannya rendah dan menyebabkan titik didihnya menurun. Saat fluida
mencapai titik didihnya maka menguap dan timbul gelembung-gelembung yang
bergerak dengan kecepatan tinggi yang akan menabrak sudu. Tempat-tempat yang
rawan terhadap kavitasi yaitu tempat yang aliran airnya bertekanan rendah dan yang
berkecepatan tinggi. Pada pompa, daerah yang rawan terhadap terjadinya kavitasi
yaitu sisi hisapnya (suction line). Kavitasi pada pompa akan berakibat pada :
1. Suara berisik dan getaran dari pompa.
2. Menurunnya performa pompa secara tiba-tiba, sehingga pompa tidak dapat
bekerja dengan baik.
3. Jika pompa dijalankan dalam keadaan kavitasi secara terus menerus dalam
waktu yang lama, maka permukaan dinding akan tergerus sehingga menjadi
berlubang-lubang. Peristiwa ini disebut erosi kavitasi, sebagai akibat dari
tumbukan gelembung uap yang pecah pada dinding secara terus menerus.

Gambar 2.12 Kerusakan Impeller Pompa akibat Kavitasi


Macam - macam tipe kavitasi pada pompa sentrifugal berdasarkan
penyebabnya yaitu:
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSHa (NPSH available).
Aturan umumnya adalah NPSHa minimal harus sama atau lebih besar dari
NPSHr (NPSH required) untuk menghindari suction cavitation. Perbedaan
yang besar antara NPSHa dengan NPSHr dapat menyebabkan resiko
kerusakan pada pompa terutama pada air yang relatif dingin.
2. Recirculation Cavitation
Kavitasi jenis ini diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang rendah
pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction side
dan discharge side dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun
terpisah. Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik
pada jarak yang berdekatan satu sama lain.

2.4.1 NPSH (Net Positive Suction Head)


Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan awal bernilai positif yang
terdapat pada sisi inlet pompa. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kavitasi akan
terjadi apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai di bawah tekanan
uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu
bagian dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari
tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan. Pertama, tekanan yang
ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang. Kedua, tekanan yang
ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.
Oleh karena itu, didefinisikan suatu tekanan kavitasi atau jika dinyatakan dalam
satuan Head disebut dengan Net Positive Suction Head (NPSH). Jadi, NPSH dapat
dinyatakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi. NPSH terdiri dari dua
jenis yaitu;
1. NPSHa (Net Positive Suction Head available)
NPSHa merupakan kebutuhan tekanan maksimum yang terdapat pada
sisi hisap yang bernilai positif. Nilai NPSHa dirumuskan dengan persamaan
berikut:
𝑃𝑎 𝑃𝑣
ℎ𝑠𝑣 = − − ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠
𝛾 𝛾
Dimana:
ℎ𝑠𝑣 = NPSH yang tersedia (m)
𝑃𝑎 = Tekanan atmosfer (kgf/m2)
𝑃𝑣 = Tekanan uap jenuh (kgf/m2)
𝛾 = Berat jenis zat cair (kgf/m2)
ℎ𝑠 = Head hisap statis (m)
ℎ𝑙𝑠 = Kerugian head dalam pipa hisap (m)

2. NPSHr (Net Positive Suction Head required)


NPSHr merupakan nilai tekanan pompa positif yang dibutuhkan agar
memiliki kemampuan hisap yang baik. Nilai NPSHr dirumuskan dengan
persamaan berikut:
ℎ𝑠𝑣𝑛 = σ . Hn
Dimana:
ℎ𝑠𝑣𝑛 = NPSH yang dibutuhkan (m)
σ = Koefisien Kavitasi (Gambar 2.13)
Hn = Head sistem (m)

Gambar 2.13 Koefisien Kavitasi


Pada gambar 2.13 terdapat variabel kecepatan spesifik pada pompa (𝑛𝑠 )
yang dapat dicari dengan persamaan berikut:

𝑄0.5
𝑛𝑠 = 𝑛 𝐻 0.75

Dimana:
𝑛𝑠 = Kecepatan spesifik pompa

𝑛 = Putaran pompa (rpm)

𝑄 = Kapasitas terbaik (m3)

𝐻 = Head sistem (m)

Setelah mendapatkan nilai dari NPSHa dan NPSHr, maka dapat


mengetahui apakah pompa tersebut mengalami kavitasi atau tidak dengan
membandingkan nilai NPSHa dengan NPSHr. Jika NPSHa > NPSHr maka pompa
tidak mengalami kavitasi begitu juga sebaliknya.

2.5 Teori yang Berhubungan dengan Pompa Sentrifugal


2.5.1 Segitiga Kecepatan
Pada pompa sentrifugal, Fluida mengalir menuju pompa karena terhisap
oleh putaran impeller. Jika aliran fluida yang terjadi diasumsikan sebagai aliran dua
dimensi, dan fluida mengikuti sudu-sudu impeller dengan tepat, maka fluida keluar
melalui impeller yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke belakang. Skema
segitiga kecepatan dapat dilihat pada gambar 2.14 sebagai berikut :

Gambar 2.14 Skema Segitiga Kecepatan


Keterangan :
u = Kecepatan tangensial pada impeller
w = Kecepatan partikel fluida terhadap kecepatan putar impeller (kecepatan
relatif)
c = kecepatan absolut fluida (kecepatan relatif suatu titik pada impeller
terhadap casing pompa yang diam).
𝛼 = Sudut kecepatan fluida.
𝛽 = Sudut kecepatan fluida.

2.5.2 Persamaan Bernoulli


Persamaan Bernoulli berhubungan dengan aliran fluida. Suatu aliran fluida
incompresible yang memiliki tekanan (P), kecepatan (v), dan beda ketinggian (z)
mempunyai energi aliran fluida sebesar :

P v2
w= z+ + =c
  g 2g
Dimana :
z = Head elevasi

P
= Head tekanan
g
v2
= Head kecepatan
2g

2.5.3 Pemasangan Pompa Seri dan Pompa Paralel


Pompa dapat dioperasikan baik secara tunggal maupun dengan banyak
pompa. Jika pompa yang digunakan lebih dari satu pompa maka pompa dapat
dipasangkan secara seri atau paralel.
1. Pemasangan Pompa Seri
Pemasangan pompa secara seri bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan nilai head tekanan yang sangat tinggi. Grafik karakteristik dari
pemasangan pompa secara seri dapat dilihat pada gambar 2.15 sebagai
berikut :
Gambar 2.15 Grafik Karakteristik Pompa Seri

2. Pemasangan Pompa Paralel


Pemasangan pompa paralel bertujuan untuk memperoleh fluida dengan
nilai kapasitas fluida yang tinggi. Grafik karakteristik dari pemasangan
pompa secara seri dapat dilihat pada gambar 2.16 sebagai berikut :

Gambar 2.16 Grafik Karakteristik Pompa Paralel


2.6 Perlengkapan Sistem Perpipaan
2.6.1 Katup (Valve)
Katup atau valve yang merupakan alat atau bagian yang berfungsi untuk
mengatur aliran suatu fluida dengan cara menutup, membuka atau menghambat
sebagian jalan aliran fluida tersebut. Pada perpipaan, jenis-jenis katup yaitu :
1. Katup Bola (ball valve)
Ball valve atau katup pintu ini mempunyai bentuk bola yang dapat
membuka dan menutup. Bisa juga digunakan untuk posisi buka atau tutup
sempurna dan tidak disarankan untuk posisi sebagian terbuka.

Gambar 2.17 Katup Bola

2. Katup gerbang (Gate valve)


Gate valve adalah katup yang mempunyai penyekat gerbang berbentuk
pelat persegi panjang atau lingkaran yang berfungsi untuk membuka dan
menutup aliran fluida dalam pipa dengan mekanisme buka tutup gerbang.
Gate valve mempunyai kontrol ulir yang sangat presisi sehingga cocok
untuk digunakan sebagai pengatur debit aliran dalam pipa.

Gambar 2.18 Katup Gerbang (Gate Valve)


3. Katup Cek (Check valve)
Check valve ini mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida hanya satu
arah dan mencegah aliran kearah sebaliknya atau aliran balik. Check valve
mempunyai beberapa jenis lagi berdasarkan bagian dalamnya seperti
double-plate, swing, tilting, dan axial.

Gambar 2.19 Katup Cek Jenis Pegas (Spring Check Valve)

4. Katup Pengaman (Safety valve)


Safety valve dapat mengatur seberapa batasan tekanan yang dapat
terjadi (disesuaikan dengan keinginan). Safety valve digunakan untuk
mencegah terjadinya kelebihan tekanan (overpressure) pada sistem
perpipaan dan mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan dan piping.
Valve jenis ini sangat menguntungkan jika harus segera melepaskan
sejumlah fluida dalam waktu yang singkat.

Gambar 2.20 Safety Valve


5. Katup Diafragma (Diaphragm valve)
Katup diafragma ini berfungsi untuk membuka dan menutup dengan
diafragma. Kelebihan valve ini dibandingkan dengan jenis valve yang lain
adalah menghasilkan aliran tanpa riak (tenang/smooth) dan fluida mengalir
tanpa tahanan.

Gambar 2.21 Katup Diafragma

6. Katup Globe (Globe valve)


Globe valve ini digunakan untuk mengatur banyaknya aliran fluida.
Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, maka membuat globe valve
menjadi efisien mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi
piringan dan dudukan.

Gambar 2.22 Globe Valve

2.6.2 Sambungan (Fitting)


Pada sistem instalasi perpipaan sambungan (fitting) merupakan bagian dari
suatu instalasi perpipaan yang berfungsi sebagai penyambung antar pipa dan
sebagai akhir perpipaan (outlet fitting). Sambungan pipa ada banyak jenis dan
kegunanaannya masing-masing. Berikut merupakan sambungan pipa yang sering
ditemui pada sistem perpipaan.
1. Siku (elbow)
Sambungan siku (elbow) adalah jenis fitting yang merupakan
komponen sistem perpipaan yang berfungsi untuk merubah arah aliran
fluida. Elbow terdiri dari 3 jenis yang paling umum digunakan yaitu elbow
45°, 90° dan 180°.

Gambar 2.23 Elbow atau Knee


2. Tee
Tee dalam fitting berfungsi untuk membagi aliran, biasanya cabang ini
memiliki ukuran diameter yang sama dengan ukuran diameter pipa
utamanya, dengan nama lain straight tee untuk ukuran diameter yang sama,
sedangkan jika ukurannya berbeda antar cabangnya maka namanya tee
reducer.

Gambar 2.24 Tee

3. Reducer
Sambungan reducer, fitting jenis ini berfungsi untuk mengurangi
aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti katup (valve), tetapi ukuran
pipanya saja yang berkurang. Sehingga reducer ini berfungsi untuk
menyambungkan pipa dari diameter yang lebih besar ke pipa yang memiliki
diameter lebih kecil.
Gambar 2.25 Reducer

4. Watermoor (Union Socket)


Merupakan sambungan yang berfungsi untuk mempermudah teknisi
dalam melakukan pengecekan pada sistem perpipaan dengan cara
membongkar pasang pada bagian sambungan watermoor.

Gambar 2.26 Watermoor

5. Cap
Sambungan cap berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung
pipa. Sambungan ini dilas langsung pada bagian pipa utama.

Gambar 2.27 Cap


6. Flange
Suatu komponen sambungan yang digunakan untuk menggabungkan
antara dua element pipa dengan valve atau pipa dengan komponen lainnya
menjadi satu kesatuan yang utuh dengan menggunakan baut sebagai
perekatnya. Berfungsi untuk mencegah terjadinya kebocoran pada
sambungan perpipaan.
Gambar 2.28 Flange

2.7 Rumus Perhitungan


1. Head Total Pompa

𝑃𝑑 − 𝑃𝑠 𝑉𝑑 2 − 𝑉𝑠 2
𝐻= + + (𝑍𝑑 − 𝑍𝑠) + 𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠
𝛾 2𝑔

Dimana : 𝑃𝑑 = Tekanan buang (Pa)


𝑃𝑠 = Tekanan hisap (Pa)
𝑉𝑑 = Kecepatan air pada saluran tekan (m/s)
𝑉𝑠 = Kecepatan air pada saluran hisap (m/s)
𝑍𝑑 = Ketinggian air pada sisi tekan (m)
𝑍𝑠 = Ketinggian air pada sisi hisap (m)
𝑔 = Percepatan gravitasi (m/s2)
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 = Kerugian pada sistem perpipaan (m)
γ = Berat jenis air (N/m3)
Atau jika tekanan hisap (Ps) dan tekanan buang (Pd) diketahui
persamaan Head total bisa dicari melalui persamaan :

𝑃𝑑 − 𝑃𝑠
𝐻=
𝛾

Dimana: Pd = Tekanan buang (Pascal atau N/m2)


Ps = Tekanan hisap (Pascal atau N/m2)
γ = Berat Jenis Air (N/m3)

2. Debit Aliran
𝑉
𝑄=
𝑡
Dimana: Q = Debit aliran (m3/s)
t = Waktu (s)
V = Volume fluida (m3)

3. Daya Output Pompa / WHP (Water Horse Power)

WOutput = 𝑊𝐻𝑃 = 𝜌. 𝑔. 𝑄. 𝐻

Dimana : WOutput = Daya yang Dihasilkan Pompa (Watt)


WHP = Water Horse Power (Watt)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Q = Debit aliran (m3/s)
H = Head total (m)

4. Daya Input (Winput)


a) Daya Motor Listrik (PI)

PI = 𝑉 ∙ 𝐼

Dimana : PI = Daya motor listrik (Watt)


V = Tegangan (Volt)
I = Kuat arus (Ampere)

b) Daya Poros / Brake Horse Power (BHP)

2𝜋𝑛
𝐵𝐻𝑃 = 𝑚 . 𝑔 . 𝐿 .
60

Dimana : BHP = Brake Horse Power (Watt)


m = Massa (kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
L = Panjang lengan (m)
n = Putaran mesin (RPM)
Untuk pemakaian 2 pompa atau lebih, Daya input total yang
digunakan dapat dihitung dengan :

𝑊𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑊𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 1 + 𝑊𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 2 + ⋯ + 𝑊𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑛

5. Efisiensi Pompa (η)

𝑊𝐻𝑃
𝜂= × 100%
𝑊𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
BAB III
PENGAMBILAN DATA

3.1 Flowchart Pengambilan Data Pompa Sentrifugal Tunggal, Seri, dan


Paralel

Pengambilan Data :
1. Tekanan Hisap 4. Tegangan Motor Listrik
2. Tekanan Dorong 5. Kuat Arus Motor Listrik
3. Debit Aliran

ran
Gambar 3.1 Flowchart Pengambilan Data Pompa Sentrifugal Pemasangan
Tunggal, Seri Dan Pararel

3.2 Pengamatan Pompa


Kegiatan pengamatan praktikum pompa sentrifugal terbagi menjadi 4 yaitu
pengamatan pompa 1 dan pompa 2 secara single, pengamatan pompa secara seri,
serta pengamatan pompa secara paralel.
1. Rangkaian Pompa
a. Rangkaian Sistem Perpipaan
Berikut merupakan desain rangkaian sistem perpipaan pada praktikum
pompa terdapat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 Rangkaian Perpipaan pada Pengamatan Pompa Sentrifugal
3. Pengamatan Pemasangan Pompa Seri dan Paralel
a. Rangkaian Pompa Seri

Flowmeter 2

Gambar 3.3 Rangkaian Pengamatan Pompa Seri


b. Rangkaian Pompa Paralel

Gambar 3.4 Rangkaian Pengamatan Pompa Paralel.


c. Tabel Pengamatan Pompa Seri
Pompa 1 Pompa 2
No Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus
(LPM) (CmHg) (Kg/cm2) (Volt) (Ampere) (LPM) (CmHg) (Kg/cm2) (Volt) (Ampere)

d. Tabel Pengamatan Pompa Paralel


Pompa 1 Pompa 2
No Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus
(LPM) (CmHg) (Kg/cm2) (Volt) (Ampere) (LPM) (CmHg) (Kg/cm2) (Volt) (Ampere)

3
3.3 Pengolahan dan Perhitungan Performa Pompa Seri dan Paralel
a. Tabel Perhitungan Pompa Seri
Pompa 1 Pompa 2
No Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus
(m3/s) (Pa) (Pa) (Volt) (Ampere) (m3/s) (Pa) (Pa) (Volt) (Ampere)

Debit Head (m) Daya Input (Watt) Daya Output (Watt)


Efisiensi
No Total Input Output
Pompa 1 Pompa 2 Total SERI Pompa 1 Pompa 2 Pompa 1 Pompa 2 (𝜂)
(m3/s) Total Total

3
b. Tabel Perhitungan Pompa Paralel
Pompa 1 Pompa 2
No Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus Debit Suction Discharge Tegangan Kuat Arus
(m3/s) (Pa) (Pa) (Volt) (Ampere) (m3/s) (Pa) (Pa) (Volt) (Ampere)

Debit Head (m) Daya Input (Watt) Daya Output (Watt)


Efisiensi
No Total Total Input Output
Pompa 1 Pompa 2 Pompa 1 Pompa 2 Pompa 1 Pompa 2 (𝜂)
(m3/s) PARALEL Total Total

3
3.4 Spesifikasi Pompa
Spesifikasi pompa 1 dan pompa 2 yang digunakan untuk praktikum
pengujian pompa sentrifugal yaitu :
Merek : Wasser
Tipe : PW-131E
Dimensi : 285 x 250 x 185 mm
Tegangan : 220V / 50 Hz
Arus Masukan : 1,5 Ampere
Kapasitas/Debit : 24 LPM (Max)
Temperatur Air : 40oC (Max)
Head : 25 m (Max)
Konsumsi Daya : 125 Watt

Gambar 3.5 Spesifikasi Pompa Air Wasser PW-131E


MODUL PRAKTIKUM PRESTASI MESIN
MOTOR BAKAR

Disusun Oleh:
1. Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT.
2. Bayu Ariesta, ST.
3. Andi Cahya Ichi, ST.

Revisi :
4. Dr. Heru Kuncoro
5. Cecep Mualana Ahsan, ST.
6. M. Zaky Maulana Yusuf
7. Tim Asisten

LABORATORIUM TEKNIK MESIN MENENGAH


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah kedalam
banyak bidang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali di bidang Teknik atau
Engineering. Mekanisasi dan otomatisasi sangat diprioritaskan dalam aspek-aspek
bidang teknik, terutama teknik mesin. Ini dimaksudkan agar memudahkan dalam
mencapai tingkat praktis, efisien, dan presisius.
Di bidang teknik mesin, terdapat banyak sistem otomatisasi dan mekanisasi.
Mekanisasi dan dapat dipelajari melalui teori dan aplikasi teori atau praktikum.
Aplikasi teori praktikum prestasi mesin juga merupakan suatu mata kuliah yang
mempelajari berbagai mekanisasi dan otomatisasi, yang meliputi; Pompa, Motor
Bakar, Pendingin (Refrigerator) dan Turbin.
Hal tersebut sangatlah penting untuk tidak sekedar diketahui, namun harus
diaplikasikan. Melalui sebuah praktikum, maka dapat diketahui, dipelajari, dan
dianalisa berbagai prestasi mesin, yang kemudian dapat menjadi suatu dasar atau
pedoman dalam menciptakan suatu desain ataupun produk dengan mengaplikasikan
sistem mekanisasi dan otomatisasi tersebut.

1.2 Tujuan
Secara garis besar tujuan diadakannya Praktikum Prestasi Mesin, antara lain
adalah:
4. Dapat mengaplikasikan teori yang mempelajari tentang prestasi mesin,
khususnya motor bakar.
5. Dapat mengetahui, menganalisa rangkaian, sistem kerja dari sistem, motor
bakar dan cara pengambilan data.
6. Menambah pengetahuan, terutama mengenai prestasi mesin, khususnya
motor bakar.
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Pengertian Motor Bakar


Motor bakar adalah engine atau pesawat yang mengubah energi kimia dari
bahan bakar dan udara menjadi energi mekanik pada gerakan naik turun piston.
Dimana energi kimia dari bahan bakar tersebut menghasilkan energi panas dan
menggunakan energi tersebut untuk melakukan kerja mekanik.

2.2 Klasifikasi Motor Bakar


Motor bakar dapa diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam. Adapun
pengklasifikasian motor bakar adalah sebagai berikut :
A. Berdasarkan Sistem Pembakaran
Jika ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini (proses
pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Mesin pembakaran luar (external combustion engine), yaitu proses
pembakaran yang terjadi diluar mesin, energi termal dari gas hasil
pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding
pemisah, sebagai contohnya mesin uap, turbin uap, dan lain-lain.

Gambar 2.1 Turbin Uap

2. Mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang pada


umumnya dikenal dengan nama motor bakar. Proses pembakarannya
berlangsung didalam ruang bakar gas hasil pembakaran tersebut
berfungsi sebagai fluida kerja untuk menghasilkan gerak mekanik.
Contoh : motor diesel dan motor bensin.

Gambar 2.2 Motor Pembakaran Dalam

B. Berdasarkan Sistem Penyalaan


Berdasarkan system penyalaannya motor bakar terbagi menjadi dua
jenis penyalaan :
1. Spark Ignition Engine (SIE)
Motor bakar jenis ini menggunakan bantuan bunga api dari busi yang
digunakan untuk proses pembakaran. motor bakar ini sering disebut
motor Otto dan motor bensin. Lebih lanjutnya akan dijelaskan pada
subbab berikutnya.
2. Compression Ignition Engine (CIE)
Motor bakar jenis ini dikenal juga motor diesel. Sistem pembakarannya
melalui penyalaan kompresi udara pada tekanan tinggi (oleh karena itu
mesin ini disebut compression ignition engine).

2.3 Motor Pembakaran Dalam


Motor Pembakaran dalam (internal combustion engine) adalah mesin kalor
yang berfungsi untuk mengkonversikan energy kimia yang terkandung dalam bahan
bakar menjadi energi mekanis dan prosesnya terjadi di dalam suatu ruang bakar
yang tertutup. Energi kimia dalam bahan bakar terlebih dahulu diubah menjadi
energi termal melalui proses pembakaran. energi termal yang diproduksi akan
menaikan tekanan yang kemudian menggerakan mekanisme pada mesin seperti
torak, batang torak, dan poros engkol. Berdasarkan metode penyalaan campuran
bahan bakar-udara, motor pembakaran dalam dapat diklasifikasikan menjadi spark
ignition engine (contohnya motor bensin) dan compression ignition engine (motor
diesel).
A. Motor Pembakaran Dalam Jenis Spark Ignition Engine (SIE)
Motor Otto, atau Beau de Roches, merupakan mesin pengonversi
energi tak langsung, dari energi bahan bakar menjadi energy panas dan baru
kemudian menjadi energi mekanik. Jadi energi kimia bahan bakar tidak
dikonversikan langsung menjadi energi mekanik. Motor Otto dengan
system spark ignition menggunakan bantuan bunga api yang digunakan
berasal dari busi. Busi akan menyala saat campuran bahan bakar-udara
mencapai rasio kompresi, temperature, dan tekanan tertentu sehingga akan
terjadi reaksi pembakaran yang menghasilkan tenaga untuk mendorong
torak bergerak bolak – balik. Siklus langkah kerja yang terjadi pada mesin
jenis ini dinamakan siklus otto dengan mempergunakan bahan bakar bensin.
Bahan bakar standar motor bensin adalah iso-oktan (C8H18). Sistem siklus
kerja motor bensin dibedakan menjadi motor bensin dua langkah (two
stroke) dan empat langkah (four stroke).
Berdasarkan prinsip kerjanya motor bakar dibagi atas 2 macam, yaitu :
1. Motor Bakar Otto (Motor Bensin)

Gambar 2.3 Mesin Diesel

Motor bakar bensin merupakan salah satu jenis penggerak mula


yangmengkonversikan energi termal menjadi energi mekanik. Energi termal
tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar dan udara. Motor bakar
bensin menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat torak
yang bergerak translasi (bolak-balik). Didalamsilinder itulah terjadi
pembakaran campuran bahan bakar dan udara (Air-fuel mixture) yang di
bantu dengan busi (spark plug). Gas pembakaran yang dihasilkan oleh
proses tersebut mampu menggerakan torak dan batang penghubung
(connecting Rod) yang dihubungkan dengan poros engkol (Crank shaft) dan
sebaliknya gerak rotasi poros engkol menimbulkan gerak translasi pada
torak.Motor bakar bensin termasuk dalam mesin pembakaran dalam
(internal combustion engine) yang dimana proses pembakarannya terjadi
pada ruang bakar. Lain halnya dengan pembakaran luar yang mana proses
pembakarannya terjadi diluar mesin yang kemudian energi panas tersebut
dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding pemisah.
Berdasarkan atas langkah torak terhadap putaran poros engkol mesin
bensin dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. Motor Bakar Bensin 2 langkah (Gasoline Engine)
Langkah kerja Motor Bensin 2 Tak
1) Langkah Kompresi dan Langkah Hisap
• Pada bagian atas dari piston terjadi aksi kompresi
• Secara bersamaan aksi hisap terjadi pada ruang engkol atau pada
bagian bawah piston.
• Torak bergerak dari TMB (titik mati bawah) ke tma (titik mati
atas).
• Pada saat saluran pembilasan tertutup mulai dilakukan langkah
kompresi pada ruang silinder.
• Pada saat saluran hisap membuka maka campuran udara dan
bensin akan masuk ke dalam ruang engkol.

Gambar 2.4 Motor Bakar 2 Langkah kompresi dan hisap

2) Langkah Usaha dan Buang


• Sebelum piston mencapai TMA (titik mati atas), busi akan
memercikan bunga api listrik sehingga campuran udara dan
bahan bakar akar terbakar dan menyebabkan timbulnya daya
dorong terhadap piston, sehingga piston akan bergerak dari
TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah).
• Sesaat setelah saluran hisap tertutup dan saluran bias serta
saluram buang membuka maka campuran udara dan bahan bakar
yamg berada diruang engkol akan mendorong gas sisa hasil
pembakaran melalui saluran bias ke saluran buang.
Gambar 2.5 Langkah Usaha dan Buang

b. Motor Bakar Bensin 4 langkah (Gasoline Engine)


1. Langkah Hisap
a. Katup hisap terbuka dan katup buang tertutup
b. Piston bergerak kebawah dan menghisap
campuran bahan bakar dan udara masuk
kedalam ruang bakar.
2. Langkah Kompresi
a. Katup hisap dan katup buang keduanya tertutup
b. Piston bergerak keatas dan menekan campuran
bahan bakar dan udara didalam ruang bakar.
3. Langkah Usaha
a. Kedua katup masih tertutup. Campuran bahan
bakar dan udara yang bertekanan tinggi
dinyalakan oleh api busi
b. Piston bergerak cepat kebawah akibat dorongan
hasil pembakaran
4. Langkah Buang
a. Katup hisap tertutup dan katup buang terbuka
b. Piston bergerak keatas dan mendorong gas sisi
pembakaran keluar ruang bakar.
2.4 Motor Pembakaran Dalam Jenis Compression Ignition Engine (CIE)
Motor bakar jenis ini dikenal juga dengan nama motor diesel. konsep dasar
pada motor diesel adalah melalui proses penyalaan kompresi udara pada tekanan
tinggi (oleh karenanya mesin ini disebut compression ignition engine (CIE).
Pembakaran itu dapat terjadi karena udara dikompresi pada ruang dengan
perbandingan kompresi jauh lebih besar daripada motor bensin, yaitu antara 14-22.
Akibatnya udara akan mempunyai tekanan dan temperature melebihi suhu dan
tekanan penyalaan bahan bakar.
Udara dan bahan bakar yang dipanaskan secara bersamaan menghasilkan
pembakaran, yang kemudian menghasilkan gaya yang dibutuhkan untuk
memutarkan engine. Oksigen yang terdapat pada udara diperlukan untuk membakar
bahan bakar, yang kemudian menciptakan gaya. Bila dikabutkan, bahan bakar
diesel akan mudah terbakar secara efisien. Proses pembakaran terjadi pada saat
campuran bahan bakar dan udara sudah cukup panas untuk disulut. Ia harus terbakar
cepat dan terkontrol untuk menghasilkan energi panas yang paling tinggi. Intinya :
Udara + Bahan bakar + Panas = Pembakaran.

Gambar 2.6 Mesin Diesel

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran


Proses pembakaran diatur oleh 3 faktor sebagai berikut :
1. Volume udara yang dimampatkan.
2. Jenis bahan bakar yang digunakan.
3. Jumlah campuran bahan bakar dan udara.
Ruang Pembakaran
Ruang pembakaran dibentuk oleh :
1. Cylinder Liner
2. Piston
3. Intake Valve
4. Exhaust Valve
5. Cylinder Head

Gambar 2.7 Ruang Pembakaran Mesin Diesel 4 langkah

A. Motor Bakar Diesel 2 langkah


1) Langkah Kompresi Dan Hisap ,:
• Pada saat langkah hisap, udara bersih masuk kedalam ruang silinder dengan
bantuan pompa hisap.
• Piston bergerak dari TMB (titik mati bawah) ke TMB (titik mati atas).
• Saluran masuk membuka sehingga udara bersih masuk ke dalam dengan
bantuan pompa udara.
• Sesaat setelah saluran hisap menutup dan saluran buang menutupmaka mulai
dilakukan langkah kompresi hingga tekanan udara mencapai 700-900 C

Gambar 2.8 Motor Diesel Langkah Kompresi dan Hisap


2) Langkah Usaha Dan Buang,
Sebelum piston mencapai TMA (titik mati atas), injector akan
menyemprotkan bahan bakar ke ruang bakar dan ini sebagai pembakaran
awal, karena bahan bakar bercampur dengan udara bersih dan bertekanan
tinggi maka akan terjadi proses pembakaran sempurna, akibatnya akan
mendorong piston dan piston pun bergerak dari TMA ke TMB, sesaat piston
belum mencapai TMB (titik mati bawah) katup buang sudah mulai
membuka. Dan bila saluran hisap membuka maka udara bersih akan
membantu mendorong gas sisa hasil pembakaran keluar.

Gambar 2.9 Motor Diesel 2 Langkah Usaha Dan Buang

B. Motor Bakar Diesel 4 langkah


1) Intake Stroke (Langkah isap)
Siklus engine dimulai dari intake stroke. Mula-mula, intake valve
terbuka. Bersamaan dengan itu, pistonbergerak menuju BDC (Bottom Dead
Center) atau TMB yaitumerupakan titik terbawah yang mampu dicapai
pistondan akanmenghisap udara ke dalam ruang pembakaran. Crankshaft
berputar 180o atau setengah putaran, sementara exhaust valve tetap tertutup.
2) Compression Stroke (Langkah Kompressi/Tekan)
Pada langkah kompresi (compression stroke) intakevalve menutup,
menyekat ruang pembakaran. Piston bergerak naik sampai posisi teratas pada
cylinder liner. Posisi ini disebut TDC (Top Dead Center) atau TMA. Udara
yang terperangkap akan tertekan dan menjadi sangat panas. Perbandingan
antara volume udara sebelum dan sesudahditekan disebut perbandingan
kompresi (compressionratio). Umumnya Diesel Engine memiliki
perbandingankompresi antara 13 : 1 sampai 20 : 1. Saat ini Crankshafttelah
berputar 360oatau satu putaran penuh.
Perbandingan Kompressi= Volume TMB / Volume TMA
3) Power Stroke (Langkah Tenaga)
Bahan bakar diesel disemprotkan menjelang akhir compression stroke.
Ini menghasilkan pembakaran dan dimulainya langkah tenaga (power
stroke).Intake dan exhaust valve tetap tertutup untuk menyekat ruang
pembakaran. Gaya dari hasil pembakaran mendorong piston turun dan
menyebabkan connecting rod memutar crankshaft 180olagi.Pada saat ini
crankshaft telah melakukan satu setengah putaran sejak siklus pertama
dimulai.
4) Exhaust Stroke (Langkah Buang)
Exhaust stroke adalah langkah terakhir dari Siklus 4 Langkah. Pada
langkah buang (exhaust stroke), exhaust valve terbuka, piston bergerak naik
dan mendorong gas hasil pembakaran keluar dari silinder. Pada posisi TDC
(Top Dead Center) exhaust valve menutup, intake valve membuka, dan siklus
dimulai dari awal lagi. Saat ini connecting rod kembali memutar crankshaft
180o.

Gambar 2.10 Tahap langkah mesin diesel 4 langkah


2.5 Siklus Diagram Motor Bakar
A. Siklus Motor Bakar Bensin

Gambar 2.11 Siklus Otto Aktual

Gambar 2.12 Siklus Otto ideal

Gambar 2.30 merupakan siklus otto ideal dimana :


1-2 : Proses kompresi campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder pada
kondisi isentropis.
2-3 : Proses pembakaran campuran bahan bakar udara pada volume tetap.
3-4 : Proses ekpansi pada kondisi isentropis.
4-1 : Proses pembungan gas hasil pembakaran pada volume tetap.
B. Siklus Mesin Diesel 4 langkah

Gambar 2.13 Siklus P-V Diesel ideal

Gambar 2.31 merupakan siklus diesel ideal dimana:


0-1: langkah hisap udara, pada tekanan konstan.
1-2: langkah kompresi, pada keadaan isentropik.
2-3: langkah pemasukan kalor, pada tekanan konstan.
3-4: langkah ekspansi, pada keadaan isentropik.
4-1: langkah pengeluaran kalor, pada tekanan konstan.
0-1 : langkah buang, pada tekanan konstan.

2.6 Perbedaan Mesin Bensin dengan Mesin Diesel


Berikut dibawah ini adalah perbedaan mesin bensin dan mesin diesel antara
lain adalah:
a. Spark plug/busi
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua engine itu adalah
bahwa diesel engine tidak membutuhkan pemantik (ignition) untuk
menyalakan engine. Seperti diketahui bahwa diesel engine menggunakan
tekanan udara dengan compression ratio yang tinggi untuk memanaskan
udara di dalam ruang pembakaran sampai cukup panas untuk menyalakan
bahan bakar.
b. Desain ruang pembakaran mesin diesel
Perbedaan antara diesel engine dengan gasoline engine juga terletak
pada desain ruang pembakarannya. Pada diesel engine, ruangan antara
cylinder head dengan piston pada saat di posisi TDC (Top Dead
Center)/TMA adalah sangat kecil,sehingga menghasilkan rasio kompresi
yang tinggi.Kebanyakan piston untuk diesel engine memiliki
ruangpembakaran yang terletak tepat di atas piston.
c. Tenaga Engine
Perbedaan lain yang mencolok adalah kemampuan engine untuk
dibebani pada rpm rendah. Umumnya, diesel engine biasa beroperasi antara
800 rpm dan 2200 rpm, menghasilkan torque yang lebih besar dan
menghasilkan tenaga yang lebih besar disbanding gasoline engine.
d. Bahan Bakar
Diesel engine umumnya lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar
daripada gasoline engine. Rata-rata outputhorsepower-nya membutuhkan
bahan bakar yang relative lebih sedikit.
e. Bobot Engine
Diesel engine lebih berat daripada gasoline engine karena ia harus
mampu menahan tekanan dan suhu tinggipada saat proses pembakaran.
f. Perbandingan Kompressi
Diesel Engine menggunakan rasio kompresi yang lebih tinggi untuk
memanaskan udara ke suhu pembakaran yang dibutuhkan.Umumnya
berkisar antara 13:1 sampa 20:1.Sementara gasoline engine hanya
menggunakan rasio kompresi antara 8:1 sampai 11:1.

2.7 Siklus Udara Ideal


Proses thermodinamika dan kimia yang terjadi pada motor bakar sangatlah
kompleks untuk dianalisis menurut teori. Oleh karena itu maka diperlukan adanya
asumsi keadaan yang ideal.
Semakin ideal suatu keadaan maka semakin mudah untuk dianalisis, akan
tetapi keadaan tersebut dapat menyimpang jauh dari keadaan sebenarnya.
Umumnya untuk menganalisis motor bakar dipergunakan siklus udara ideal.
Siklus udara tersebut menggunakan beberapa keadaan yang sama dengan siklus
sebenarnya, misalnya mengenai:
a. Urutan proses.
b. Perbandingan kompresi.
c. Temperatur dan tekanan.
d. Penambahan kalor.

Pada keadaan sebenarnya banyak terjadi penyimpangan alur siklus ideal


tersebut. Hal tersebut antara lain :
a. Katup tidak terbuka dan tertutup tepat pada titik mati atas dan titik mati
bawah torak.
b. Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal.
c. Pada motor bakar torak tidak terdapat pemasukan kalor seperti yang terjadi
pada siklus udara, akan tetapi perubahan temperatur yang terjadi merupakan
akibat dari pembakaran bahan bakar dan udara.
d. Tidak ada pembakaran yang sempurna.
e. Terjadi kerugian-kerugian gesek, thermal dan kerugian energi lain.

2.8 Parameter Performa Mesin


Untuk mengetahui unjuk kerja motor bakar torak yang berpoperasi pada
kondisi tertentu. beberapa parameter dasar yang harus diukur. bebrapa yang akan
dibahas adalah kecepatan putar, Torsi dan daya, konsumsi bahan bakar, konsumsi
bahan bakar spesifik, dan efisiensi motor bakar.
A. Kecepatan Putar
Salah satu dari pengukuran dasar adalah pengukuran kecepatan
putar. terdapat banyak peralatan pengukuran kecepatan putar yang tersedia
di pasaran. Mulai dari tachometer mekanik sampai digital dan triggered
electrical tachometer. Metode terbaik pengukuran kecepatan putar adalah
menghitung jumlah putaran untuk beberapa waktu yang ditentukan. Hal ini
akan memberikan pengukuran kecepatan putar yang akurat. Banyak mesin
yang telah dilengkapi dengan pengukuran putar ini.
B. Torsi dan Daya
Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan
menggunakan dynamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Trosi
merupakan kemampuan suatu mesin untuk melakukan kerja. Prinsip operasi
dynamometer bisa dilihat pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Skematik Prinsip Operasi Dari Dynamometer

Gambar 2.14 memperlihatkan prinsip dasar sebuah dynamometer.


rotor digerakan oleh mesin yang sedang diuji, yang dikopel secara elektrik,
hidrolik atau magnetic ke sebuah stator.

2.9 Rumus Dasar


Pengolahan data :
A. Torsi yang dihasilkan (output torque) dengan persamaan :

τ=F.L
…………………………………………(2.1)

Dimana :
τ = Torsi (Nm)
L = Panjang Langkah (m)
F = Gaya (N)

B. Daya yang dihasilkan/BHP (Break Horse Power)


Daya yang dihasilkan keluaran poros ini sering disebut dengan Break
Horse Power (BHP) dan dihitung dengan menggunakan persamaan
BHP = (2.π.N.T) / 60…………………………..(2.2)

Dimana :
BHP = Break Horse Power (Watt)
n = Putaran Mesin (RPM)
T = Torsi (Nm)

C. Fuel Consumtion (Brake Fuel Consumtion)

BFC = Vg/t ……………………………(2.3)

Dimana :
BFC= Break Fuel Comsumtion (L/s)
Vg = Volume Bahan Bakar (L)
t = Waktu (Detik)

Terdapat dua metode pengukuran dasar konsumsi bahan bakar, yaitu


metode volumetrik dan metode grafimetrik. Metode Volumetrik, metode ini
mengukur laju aliran volume bahan bakar yang dikonsumsi mesin. Metode
yang paling sederhana dengan metode ini adalah metode burrete. Pada
metode ini bahan bakar ditempatkan dalam burrete (gelas ukur). Dari burrete
ini bahan bakar dialirkan ke dalam mesin melalui selang. Volume bahan
bakar yang dikonsumsi selama selang waktu tertentu dicatat. Demikian juga
waktu mengkonsumsi bahan bakar di catat juga.
Metode grafimetrik, metode ini mengukur laju aliran masa bahan
bakar yang dikonsumsi mesin. Metode ini hampir sama dengan metode
Volumetrik, namun dalam metode ini tabung berisi bahan bakar ditimbang
sehingga berat bahan bakar yang dikonsumsi selama selang waktu tertentu
dapat diukur dan di catat.

D. Spesific Fuel Consumtion and Power / SFC


Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan jumlah bahan bakar yang
dikonsumsi per satuan daya. Seperti yang ditunjukan pada persamaan
SFC = BFC / BHP
…………………………………………….(2.4)

Dimana :
SFC = Spesific Fuel Consumtion and Power (Liter/KWH)
BFC = Break Fuel Comsumtion (L/h)
BHP = Break Horse Power (W)

E. Efisiensi Thermal
Parameter tak berdimensi yang menghubungkan output mesin yang
diinginkan (kerja per siklus atau tenaga) dengan input yang diperlukan (laju
aliran bahan bakar) akan memiliki nilai yang lebih mendasar. Rasio kerja
yang dihasilkan per siklus terhadap jumlah energi yang dipasok per siklus
yang bisa dilepaskan dalam proses pembakaran Ini adalah ukuran efisiensi
mesin. Ukuran efisiensi mesin ini, yang akan disebut efisiensi konsumsi
bahan bakar diberikan oleh persamaan (2.5)

Dimana :
Ƞ = efisiensi termal
Qhv = Heating value / nilai kalor bahan bakar, pertalite = 29400 kJ/L

Tujuan pengolahan data untuk Mengetahui grafik perubahan


transmisi terhadap konsumsi bahan bakar.

F. Menentukan Koefisien Gesek


Nilai koefisien gesekan pada setiap objek yang akan digunakan
sebagai perangkat pengereman bervariasi tergantung pada bahan
perangkat pengereman.
𝑀𝑏 × 𝐿 = 𝑟 × 𝑀𝑎 × 𝜇
Dimana :
𝑀𝑏 = Berat Pendulum (gr)
𝐿 = Panjang (m)
𝑟 = Radius pulley (m)
𝑀𝑎 = Beban Penggereman (Kg)
𝜇 = koefisien gesek

2. 10 Pengujian Emisi Gas Buang


Berdasarkan pasal 9 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 33 Tahun
2018 tentang pengujian Tipe Kendaraan Bermotor diatur bahwa setiap kendaraan
bermotor yang akan dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan
laik jalan, yang salah satu item pengujian laik jalan berupa uji emisi gas buang.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 resmi
menerapkan standar emisi EURO 4 bagi kendaraan bermotor.
Baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum
zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang
kendaraan bermotor. Emisi gas buang merupakan zat sisa hasil pembakaran bahan
bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesit jet yang
dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Emisi kendaraan bermotor ini
mengandung gas karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon
(HC), dan partikulat lain (Particulate Matter/PM) yang berdampak negatif pada
manusia ataupun lingkungan bila melebihi ambang konsentrasi tertentu.
Gas analyzer adalah suatu alat instrumen yang berfungsi mengukur jumlah
dan komposisi dari gabungan gas. Gas yang biasa diukur oleh gas analyzer yaitu :
CO, NOx, HC, O2.

Gambar 2.15 Gas Analyzer


Tabel 2.1 Spesifikasi Gas Analyser
Gas Analyser 4/5 Gas
Pengukuran CO,HC,CO2,O2,𝜆 (tingkat udara berlebih), AFR (Air
utama Fuel Ratio), NOx(optional)
Metode CO,HC, CO2 : Metode NDIR
pengukuran O2, NOx : Sel Elektrokimia
Nilai Perkiraan 0.00~9.99% 0~9999 ppm
Pengukuran
Resolusi CO 0.01% HC 1 ppm
Display 4 digit 7 segmen 4 digit 7 segmen
LED LED
Nilai Perkiraan 0.0~20.0% 0.0~25.00%
Pengukuran
Resolusi CO2 0.1% O2 0.01%
Display 4 digit 7 segmen 4 digit 7 segmen
LED LED
Nilai Perkiraan 0.0~2.000% 0~5000 ppm
Pengukuran
NOx
Resolusi 𝜆 0.001 1 ppm
(optional)
Display 4 digit 7 segmen 4 digit 7 segmen
LED LED
Lembar Data Pengamatan

Tabel 3.1 Spesifikasi gasoline Engine 4 langkah


D (m) A (m2) g (m/s2) L (m)
0.05 0.00196 9.184 0.31

Tabel 3.2 Tabel data pengamatan gasoline engine 4 langkah


No n P (Kg/cm2) t (s) Vg (ml) Vg (m3)
1
2
3

Tabel 3.3 Tabel hasil perhitungan Motor Bakar

No F T BHP BFC SFC 𝝁 η

1
2
3
4
5

Proses Perhitungan
1. Perhitungan Torsi
Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan
menggunakan dynamometer dikopel dengan poros output mesin. Alat /
mesin peraga praktikum motor bakar di Laboratorium Teknik Mesin
Menegah belum terpasang dynamometer, maka digunakan metode bandul
pada piringan pengereman guna untuk mencari torsi (τ) pada saat tekanan
P. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar Berikut.
Gambar 3.2 Metode Bandul

Cara ini kami (Asistan) sebut metode bandul. Metode ini


merupakan cara manual untuk mencari torsi. Karena waktu praktikum yang
kurang mencukupi, maka nilai torsi akan menjadi variable yang sudah
diketahui atau akan disediakan oleh asisten.
Selengkap untuk mengetahui cara mencari torsi dari metode bandul
ini akan disampaikan pada praktikum.

Berikut data – data yang dibutuhkan untuk mencari torsi

Anda mungkin juga menyukai