Anda di halaman 1dari 28

MODUL PRAKTIKUM 1

MODUL PRAKTIKUM

MESIN PENDINGIN

Disusun Oleh:

Ir. Johannes M. Mawa, MT

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan


Politeknik Negeri Manado
Nopember 2013
LABORATORIUM MESIN
PENDINGIN
MODUL 2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Mesin pendingin merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi saat ini. Mesin pendingin merupakan suatu bagian dari penerapan ilmu-ilmu
termodinamika yang digunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-
hari tetapi juga dalam berbagai industri, seperti refrigerator (kulkas), pendingin air ataupun
pendingin udara dalam mobil.

Bagi seorang mahasiswa teknik Mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah yang
berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin pendingin,
macam – macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas pendinginan dan
menghitung Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.

Untuk membantu mahasiswa mempelajari sistem pendingin dan pengondisian udara,


maka buku panduan ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan
praktikum mesin pendingin (Air Conditioning Test Bench) pada laboratorium Mesin
Pendingin. Dengan pelaksanaa praktikum akan dapat memahami aplikasi ilmu yang telah
dipelajari diperkuliahan.

1.2 Rumusan Masalah


Pada laporan ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
a Berapa besar kapasitas pendinginan, ,daya kompresor, efisiensi boiler dan Coeficient of
Performance (COP) yang diukur berdasarkan variasi waktu.
b Berapa besar losses yang terjadi selama proses percobaan. Seperti faktor lingkungan
sekitar, faktor mesin, dll.

1.3 Batasan Masalah


Pengambilan dan perhitungan data praktikum dilakukan pada peralatan AC Bench
dimana pengaruh konduksi, konveksi dan radiasi udara diabaikan. Mesin pendingin ini
diasumsikan berjalan normal dan aliran diasumsikan steady.

1.4 Maksud dan Tujuan Praktikum


a. Dari Air Flow Duct, dengan prinsip-prinsip psychrometry dan keseimbangan energi dapat
ditentukan :
1. Perubahan sifat-sifat udara sepanjang duct dalam diagram psychrometry

LABORATORIUM MESIN
MODUL 3

2. Coeficient of Performance (COP) aktual dari seluruh instalasi mesin pendingin.


3. Energi yang hilang dari setiap potongan duct.
4. Efisiensi boiler sebagai komponen pelengkap instalasi P.A. HILTON.
b. Dari siklus refrigerant didapat:
1. Siklus refrigerasi R-22 yang aktual.
2. Kapasitas pendinginan (refrigerating capacity).
3. COP ideal berdasarkan siklus refrigerant.

1.5 Manfaat Praktikum


Dengan melaksanakan praktikum mesin pendingin ini, akan dapat memahami dan
mengenal proses serta siklus-siklus termodinamika yang terjadi dan dapat mengetahui
komponen yang terlibat di dalamnya sehingga praktikan dapat mengetahui pengaruh-
pengaruhnya dalam unjuk kerja mesin.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 4

BAB II DASAR
TEORI

2.1 Definisi Mesin Pendingin


Mesin pendingin adalah mesin konversi energi yang dipakai untuk memindahkan
kalor dari reservoir panas bertemperatur tinggi menuju reservoir panas bertemperatur lebih
tinggi dengan menambahkan kerja dari luar. Secara jelasnya mesin pendingin merupakan
peralatan yang digunakan dalam proses pendinginan suatu materi (fluida) sehingga mencapai
temperatur dan kelembaban yang diinginkan, dengan jalan menyerap kalor dari materi
(fluida) yang akan dikondisikan, atau dengan kata lain menyerap panas (kalor) dari suatu
reservoir dingin dan diberikan ke reservoir panas.

2.2 Mesin Pendingin


2.2.1 Sejarah Mesin Pendingin
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.2 Kalor (Heat)


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.2.1 Kalor Jenis


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.2.2 Kalor Sensible


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.2.3 Kalor Laten


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

LABORATORIUM MESIN
MODUL 5

2.2.4 Macam Mesin Pendingin


a. Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap
Mesin ini menggunakan kompresor untuk menaikkan tekanan uap zat pendingin dari
evaporator kemudian mendorongnya ke dalam kondensor agar mudah diembunkan. Siklus
pada mesin ini hampir menggunakan kebalikan dari siklus carnot, perbandingannya adalah
siklus ini menggunakan katup yang menghasilkan penurunan tekanan secara isoenthalpy.

Gambar 2.1 Sistem pendinginan kompresi uap


Sumber : Stoecker (1996:187)

b. Mesin pendingin dengan siklus pendinginan absorbsi


Mesin pendingin ini menggunakan dua jenis refrigeran yaitu refrigeran primer
sebagai zat pendingin dan refrigeran sekunder sebagai zat pengikat kalor / yang membawa
refrigeran primer sampai di generator. Untuk siklusnya bisa dilihat pada gambar 2.2.
Evaporator yang menyerap panas dari sistem, ditangkap oleh refrigeran primer
berbentuk uap bertekanan rendah. Selanjutnya refrigeran primer diserap ke absorber yang
di dalamnya sudah ada refrigeran sekunder yang memiliki viskositas lebih, ini bertujuan
untuk mengikat refrigeran primer yang berfase uap agar dapat dialirkan oleh pompa ke
generator. Pada generator menghasilkan energi untuk menghidupkan komponen pemanas
(seperti heater) agar menghasilkan panas yang digunakan untuk melepas refrigeran primer
dengan refrigeran sekunder. Refrigeran primer dapat terlepas dari refrigeran sekunder
karena sifat dari refrigeran primer yang mudah menguap, selanjutnya refrigeran primer
melanjutkan siklusnya ke kondensor melepaskan kalornya ke lingkungan. Selepas dari
kondensor fase cair dari refrigeran melewati katup ekspansi, disini refrigeran diturunkan
tekanan dan temperaturnya hingga mencapai temperatur dan tekanan evaporasi dengan
cara dikabutkan.
Sedangkan pada refrigeran sekunder yang memiliki viskositas yang lebih dibanding
refrigeran primer setelah dari generator turun bersikulasi ke katup trotel yang kemudian
kembali ke absorber.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 6

Pada absorber refrigerant sekunder masih memiliki temperatur yang tinggi. Di dalam
absorber terdapat proses pelepasan kalor yang berfungsi untuk menyerap uap refrigerant
primer yang keluar dari evaporator karena adanya perbedaan tekanan yang mana di
absorber lebih rendah dari tekanan evaporator.

Gambar 2.2 Sistem pendinginan absorbsi


Sumber : Stoecker (1996:309)

2.2.5 Fungsi Mesin Pendingin

....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.6 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap


1. Kompresor
 Fungsi Kompresor : berfungsi menaikkan tekanan di kondensor dan berfungsi
mensirkulasikan refrigeran dalam system
 Jenis Kompresor berdasarkan cara kerja kompresi :
a. Kompresor torak (Reciprocating)
b. Kompresor putar (Rotary)
c. Kompresor heliks atau sekrup (helix or screw)
d. Kompresor skrol (Scroll)
e. Kompresor sentrifugal (centrifugal).
2. Evaporator
 Fungsi Evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigeran dan ruang atau bahan
yang akan didinginkan dan refrigeran akan mengalami perubahan fasa dari cair menjadi
uap.
 Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya

LABORATORIUM MESIN
MODUL 7

a. Evaporator Tabung dan Coil


b. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara
3. Katup Ekspansi
 Fungsi Katup Ekspansi : Menurunkan dan menjaga beda tekanan refrigerant cair antara
sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan, sehingga terjaga
tekanan yang diinginkan
 Jenis katup ekspansi, yaitu :
a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
b. Katup Ekspansi Manual
c. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
4. Kondensor
 Fungsi Kondensor : Melepaskan kalor dari refrigeran, sehingga refrigeran berubah fasa
dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor yang diserap di
evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.
 Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
b. Kondensor tabung dan pipa coil
c. Kondensor jenis pipa ganda
d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat

2.2.7 Siklus Mesin Pendingin


Siklus termodinamika mesin pendingin yang ideal adalah siklus mesin carnot terbalik,
tetapi siklus ini sulit untuk dicapai karena siklus carnot terdapat atau terdiri dari proses-proses
reversibel yang menjadikan efisiensinya lebih tinggi dari pada yang dapat dicapai oleh siklus
secara aktual. Siklus refrigerasi carnot dapat dilihat pada gambar 2.3. Dan refrigerasi
bermanfaat dan kerja bersih siklus carnot dapat dilihat pada gambar 2.4.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 8

Gambar 2.3 Siklus Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1996:215)

Keterangan :
1–2 : Proses kompresi adiabatis reversibel
2–3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3–4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4–1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan

Gambar 2.4 Refrigerasi bermanfaat dan kerja bersih siklus carnot


Sumber : Stoecker (1996:255)

Daerah yang ada di bawah garis reversibel pada diagram suhu-enthropi menyatakan
perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.4 dapat menyatakan
jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih (net work). Refrigerasi
bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 – 1 atau daerah di bawah garis 4 –
1. Daerah di bawah garis 2 – 3 menyatakan kalor yang dikeluarkan dari daur, perbedaan
antara kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang ditambahkan ke dalam daur adalah
kalor bersih (net heat).
Siklus carnot biasa diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan cara
memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan dengan
memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant memasuki kompresor.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 9

Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih ringan sehingga lifetime
komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan daur refrigerasi carnot dapat
dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Perbaikan Daur Refrigerasi Carnot


Sumber : Stoecker (1996:115)

Selain hal di atas, secara aktual diagram T-S secara aktual pada siklus 3 -4 tidak
ideal terjadi secara isentropis, nyatanya pada sikuls 3 – 4 pada katup ekspansi setelah adanya
proses pelepasan kalor pada kondensor, katup ekspansi menurunkan lagi temperatur
refrigerant cair secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses secara konduksi
maupun konveksi yang meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus ideal 3 – 4 secara
isentropis, secara aktualnya akan bergeser dan tidak terjadi secara isentropis lagi. Skema daur
kompresi uap standar dapat dilihat pada gambar 2.6 dan 2.7.

Gambar 2.6 Daur Kompresi Uap Standar


Sumber : Stoecker (1996:115)

Keterangan :
1–2 : Proses Kompresi uap refrigerant
2–3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3–4 : Proses penurunan tekanan

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

4–1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant

Gambar 2.7 Daur Kompresi Uap Standar


Sumber : Stoecker (1996:116)

Keterangan :
1–2 : Proses kompresi adiabatik reversibel di kompresor
2–3 : Proses pelepasan panas pada tekanan konstan
3–4 : Proses ekspansi pada ekspantion valve secara isoentalphi
4–1 : Proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant

Siklus dimulai dari titik 4 – 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigeran yang
ada pada evaporator. Refrigeran lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu dialirkan ke
kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigeran untuk meningkatkan
tekanan refrigeran sehingga refrigeran bias mencapai tekanan dan temperature kondensasi,
selanjutnya dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari kondensor adalah melepas kalor
refrigeran, hal ini dilakukan dengan cara mendinginkan refrigeran hingga berubah wujud
menjadi cair, kalor yang dilepas oleh refrigeran dibuang ke lingkungan.

Setelah melewati kondensor refrigeran yang telah berbentuk cair dialirkan ke katup
ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigeran dengan cara
dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigeran yang berwujud uap jenuh
sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Tabel 2.1 Proses Terjadinya Siklus Refrigerasi

Efek
Proses Alat P T S H Perubahan Fase
Q W

1-2 (Kompresi Uap Jenuh →


Kompresor ↑ ↑ c ↑ 0 h2-h1
Isentropik) Uap Panas
Lanjut

2-3 (Pembuangan Uap Panas Lanjut →


Kondensor c ↓ ↓ ↓ h2-h3 0
Kalor Isobarik) Cair Jenuh

3-4 (Ekspansi Katup Cair Jenuh →


↓ ↓ ↑ C 0 0
Isoentalpi) Ekspansi Campuran

4-1 (Penyerapan Campuran → Uap


Evaporator c c ↑ ↑ h1-h4 0
Kalor) Jenuh

Pada komponen-komponen mesin pendingin terjadi perubahan-perubahan, yaitu :


1. Pada kompresor (1 – 2)
 Entalphi, tekanan, dan termperatur naik
 Entrophi konstan
 Perubahan fase dari uap kering ke uap panas lanjut butuh kerja dari luar
2. Pada kondensor (2 – 3)
 Entalphi dan temperatur turun
 Tekanan konstan
 Perubahan fase dari uap panas lanjut ke fase cair
 Terjadi pelepasan kalor
3. Pada expantion valve (3 – 4)
 Entalphi konstan
 Tekanan dan temperatur turun
 Entrophi naik
 Perubahan fase dari cair ke uap jenuh
4. Pada evaporator (4 – 1)
 Tekanan dan temperatur konstan
 Entalphi dan entrophi naik
 Perubahan fase dari uap jenuh menjadi uap kering

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Gambar 2.8 Gambar daur kompresi uap nyata dibanding daur standar
Sumber : Stoecker (1996:117)

Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.8, terjadi modifikasi pada
siklus ideal siklus kompresi uap antara lain :
 Sub-Cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum idealnya, sub-
cooling bertujuan memaksimalkan perubahan fase embun ke cair pada kondensor agar
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling bermanfaat karena dapat
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling dapat dilakukan dengan
penambahan coil ganda pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga didapat
efek sub-cooling.
 Super Heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal yang
positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super heating
dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke kompresor.
 Pressure Drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubah-ubah
pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding pipa,
belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.

2.2.8 AC Central
AC Central adalah Sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau
tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai
dengan ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara/ducting ac. Skema
AC central dapat dilihat pada gambar 2.9

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Gambar 2.9 Skema instalasi AC central


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin 2015/2016

Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central dengan
sistem kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Proses
ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang
mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen lainnya.
Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser yang menggunakan air
untuk proses pendinginan refrigerant. Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell &
tube dimana air memasuki shell/tabung dan uap refrigerantsuperheat mengalir dalam pipa
yang berada di dalam tabung sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Uap
refrigerantsuperheat berubah fase menjadi cair yang memiliki tekanan tinggi mengalir
menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi karena
air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor maka tentu saja
temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada cooling tower.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling water/cooling
tower melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap
spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung sementara itu
udara atmosfer dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah jatuhnya air panas karena
pengaruh fan/blower yang terpasang pada cooling tower. Untuk menguapkan 1 kg air
diperlukan kira-kira 600 kcl dengan mengeluarkan kalor laten dengan mengungkapkan
sebagian dari air maka sebagian besar air pendingin dapat didinginkan, misalnya 1% dari air
dapat diuapkan, air dapat diturunkan temperaturnya sebanyak 6˚C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya
sangat rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan
temperatur ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang
berada di dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan ke
sumber air terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika
proses evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan “approach”
dimana range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah
selisih antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi
pada cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab terjadinya
perpindahan kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara.
Suhu pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi
jika digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu
kekurangannya adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang jauh antara chiller
dan cooling tower sehingga memerlukan sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu
juga biaya perawatan cooling tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.

Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap,
komponennya terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada chiller
biasanya tipe kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk mendinginkan
kondensor dialirkan melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan kembali secara
evaporative cooling pada cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang
didinginkan tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem pemipaan. Air

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

yang mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem penanganan udara
(AHU) menuju koil pendingin.
2. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot udara
dari ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari lingkungan (fresh
air) dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan. Campuran udara tersebut
masuk menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan koil pendingin. Setelah itu udara
yang telah mengalami penurunan temperatur didistribusikan secara merata ke setiap ruangan
melewati saluran udara (ducting) yang telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang
jauh sekalipun bisa terjangkau.
AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :
a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga diharapkan
udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-ruangan.
c. Koil Pendingin
Berfungsi untuk menurunkan temperatur udara.
Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami kerusakan
dan sistem AC central tidak bekerja, maka semua ruangan tidak akan merasakan udara sejuk.
Selain itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada
termostat di koil pendingin pada komponen AHU.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara
dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas.
Konstruksi cooling water terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak
penampung dan casing.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat lain
dalam sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya, fungsi
utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk kemudian
didistribusikan ke masing-masing ruangan.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1
Kelebihan dan kekurangan sistem AC central
Kelebihan
- Kebisingan dan getaran mesin pendingin hampir tidak mempengaruhi ruangan
- Perbaikan dan pemeliharaan lebih mudah
- Seluruh beban pendingin semua ruangan dalam bangunan dapat dilayani oleh suatu sistem
(unit) saja
- Kelembapan udara dapat diatur
Kekurangan
- Harga pembuatan awal dangat mahal
- Biaya operasional mahal
- Unit central tidak dapat dipakai untuk rumah sakit, karena dapat menyebarkan
kuman/bakteri pasien dari suatu ruangan ke ruangan lain
- Jika salah satu komponen mengalami kerusakan dan sistem ac central tidak dapa
beroperasi
- Jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada termostat
di koil pendingin pada komponen AHU

2.2.9 Beban Pendinginan


Beban pendinginan adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem
pengkondisian udara. Beban pendinginan terdiri atas panas yang berasal dari ruangan dan
tambahan panas. Tambahan panas adalah jumlah panas setiap saat yang masuk kedalam
ruangan secara radiasi maupun dinding karena perbedaan temperatur.
Dasar perhitungan beban pendinginan dilakukan dengan dua cara
 Perhitungan besar kalor puncak untuk menetapkan besarnya instalasi
 Perhitungan beban kalor sesaat untuk mengetahui biaya operasi untuk mengetahui
karakteristik dinamik instalasi yang bersangkutan
Yang mempengaruhi beban pendinginan antara lain:
1. Internal
a. Produk (orang)
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari produk
(orang) yang berada didalam ruang pendingin itu:
q1 = m.h.Clf

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang pendingin
(I/s)
m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan
h = laju kalor yang dilepaskan oleh produk (wall)
-benda ; h = F (jenis benda)
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)
b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari peralatan
– peralatan yang berada diruang pendingin tersebut :
qz= P x BF x CLF
Keterangan:
qz = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan di dalam
ruang pendinginan (joule/detik)
P = power /daya (peralatan) (wall)
BF = factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0
CLF = factor beban pendinginan
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara luar ruangan tetapi
terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara yang dibutuhkan oleh tiap produk
(orang) :
o
qb  n. mv .h.Clf

Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar terkendali
(suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
m = kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)
Δh = kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
b. Infiltrasi

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan dengan


udara luar tanpa kendali :
o
qA  mvi. h.Clf

Keterangan :
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa kendali
(joule/s)
o
m vi = laju Infiltrasi (kg/h)
Δh = beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
c. Radiasi
Beban pendingian yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar ruangan berupa
radiasi matahari (beban panas matahari melalui permukaan tembus cahaya).
 T  4  T  
qb = τ. Ε. A  1    2  4 
 100   100  
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
τ = bilangan Boltzman
ε = emisitas permukaan
A = luas panas (m²)
T1 = temperatur Absolute luar (ºK)
d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
Qs = U.A.ΔT
Keterangan;
Qs = beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
U = koefisien perpindahan panas total (joule/cm²ok)
A = luas panas (m²)
ΔT = beda temperatur (ºK)

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

2.2.10 Refrigerant
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.10.1 Macam – macam Refrigerant


Berdasarkan penggunaan refrigerant dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Refrigerant Primer
Refrigerant yang digunakan pada sistem kompresi uap (R-22, R-134).
b. Refrigerant Sekunder
Cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor bersuhu rendah
dari suatu lokasi ke lokasi lain.

Berdasarkan komponen penyusun


a. Senyawa Holocarbon
Mempunyai satu atau lebih atom dari salah satu halogen (klorin, flourin,
bromin)
Tabel 2.2 Beberapa refrigerant holocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
11 Trikloromonofluorometana CCl3F
12 Diklorodifluorometana CCl2F2
13 Triklorotriplorometana CClF3
22 Monoklorodifluorometana CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotrifluoroetana CCl2FCClF2
114 Diklorotetrafluoroetana CClF2CClF2
Sumber : Stoecker (1992:279)

b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini, contoh
: amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.

Tabel 2.3 Beberapa refrigerant anorganik


Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
717 Amonia NH3

LABORATORIUM MESIN
MODUL 1

718 Air H2O


729 Udara
744 Karbondioksida CO2
764 Sulfur dioksida SO2
Sumber : Stoecker (1992:280)

c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant,
khususnya untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia. Diantaranya
adalah metana (CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).

Tabel 2.4 Refrigerant hidrokarbon


Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
50 Metana CH4
170 Etana C2H6
290 Propana C3H8
Sumber : Stoecker (1992:280)

d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat
dipisahkan komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan
mengembun sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda dengan
unsur pembentuknya. Misal : refrigerant 502 yang merupakan campuran 48,8% R-
22 dengan 51,2% R-115.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

2.2.10.2 Syarat – syarat Refrigerant


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Refrigerant Hydrocarbon dan Holocarbon


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.12 Istilah - istilah Mesin Pendingin


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.2.13 Rumus - Rumus yang Digunakan


1. Antara penampang C-D pada Air Flow Duct

Gambar 2.10 Penampang C-D


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB Semester Genap 2015/2016
a. Keseimbangan Energi
mchc – mdhd = - PH2 + HLC-D
b. Kekekalan massa aliran fluida:
mc = md – m0 ; m0 = massa
alir udara lewat oriface pada ujung duct

 z
m = 0.0504 kg/ detik
0
vd
Dengan: Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD= volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari diagram
psycometry
hC= enthalpy udara di penampang C

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

hD= enthalpy udara di penampang


D PH2= Daya reheater
HLC-D= kerugian energi pada daerah C-D
c. Didapat :
Kalor hilang Antara C-D ; HL C-D dalam satuan kJ/s

2. Kondisi penampang B – C

Gambar 2.11 Penampang B – C


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB Semester Genap 2015/2016

a. Kesetimbangan energi:
  
mB 
mC hC  ref

mCon hCon  HLBC
hB Q
b. Kekekalan massa
     
m B - m C = m Con → m B = m C+ m Con

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

c. Didapat
 Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Qref
COPaktual 
Wcomp

 Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]

Dimana :
Wcomp= daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi peralatan
atau voltmeter dan amperemeter
h1= enthalpy refrigerant sesudah keluar
evaporator h2= enthalpy refrigerant sebelum
keluarevaporator hcon= enthalpy air kondensasi
mcon= laju alir massa air
kondensasi mref= laju alir massa
refrigerant
h1B-C= kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC= enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram psycometry

3. Kondisi Pada penampang A-B

Gambar 2.12 Penampang A – B


Sumber : Modul Praktikum Mesin Pendingin Mesin FT-UB Semester Genap 2015/2016

a. Keseimbangan energi
  
m A . hA - m B . hB = Pm - m s . hs – Pp + HL A-B
b. Kekekalan massa
  
m B = m A + m S

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

c. Didapat:
 Kerugian Energi (HL A-B)
 Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :

Q
K  PK
K

m s hs
k  x100 %
Pk
Dimana:
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan posisi
regavolt [%] dan spesifikasi motor penggeraknya
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs = enthalpy uap
Pp = daya pemanas preheater
Pk = daya pemanas bolier
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H LA-B = kerugian energi pada daerah A-B

 Untuk COPaktual dapat dicari dengan persamaan :

Dimana :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon) Sedangkan
COPideal dapat dicari dengan persamaan

Dimana harga h1,h2 dan h4 bisa dilihat pada diagram (P-h)

2.3 Dasar Pengkodisian Udara


2.3.1 Psikometri
Psikometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap air.
Psikometrik mempunyai arti penting dalam pengkondisian udara atau penyegaran udara
karena atmosfer merupakan campuran antara udara dan uap air. Psikometri digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat termodinamika udara dan mengidentifikasi proses fisik yang terjadi di
lingkungan.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.3.3 Dew Point


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

2.3.4 Absolute Humidity dan Relative Humidity


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

d. Teknologi Pengkondisian Udara Terbaru


....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1.1 Peralatan praktikum


a. Alat yang digunakan :
1. Manometer.
Jelaskan dan Tambahkan Gambar !
2. Termometer.
Jelaskan dan Tambahkan Gambar !
3. Regavolt.
Jelaskan dan Tambahkan Gambar !
4. Load Control Panel.
Jelaskan dan Tambahkan Gambar !
5. Gelas pengukur air kondensat.
Tambahkan Gambar !
6. Pengukur waktu setiap periode.
Tambahkan Gambar !

b. Fluida yang dilayani :


1. Laju alir massa udara pada Air Flow Duct.
2. Laju massa air kondensasi yang terbentuk.
3. Uap air dari Boiler untuk proses Humidifikasi.
4. Refrigerant R-22 yang bersirkulasi.

c. Produk
1. Udara dengan temperatur, kelembaban, dan kapasitas tertentu.

1.2 Spesifikasi Peralatan


a. Tipe : A-573/91159 vapour compression refrigeration units
b. Produk : udara lewat air flow ducts dengan parameter yang bervariasi
c. Refrigeran : Freon R-22
d. Kompresor : Panasonic 2JS350D3BB02; 1760 watt, 220 watt, 50hz

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

Gambar 3.1 Instalasi Mesin Pendingin dan Pengkondisisn Udara


Sumber: Manual Book Mesin AC BENCH PA HILTON A572

1.3 Prosedur Pelaksanaan Percobaan Air Conditioning


a. Persiapan Percobaan
Instalasi telah disiapkan untuk melaksanakan percobaan dan pengambilan data.
b. Menjalankan Instalasi
1. Saklar dipasang pada posisi (ON) dengan regavolt “0”
2. Regavolt diatur supaya ada aliran udara melalui evaporator dengan tujuan membebani
evaporator dengan mengatur posisi regavolt sesuai varian data untuk masing-masing
kelompok.

LABORATORIUM MESIN
MODUL 2

3. Kompresor dijalankan sehingga terjadi siklus refrigeran. Instalasi dibiarkan beropersi


sampai terbentuk air kondensasi pada evaporator dan ditampung pada gelas ukur yang
sudah dipasang termometer.
4. Pembebanan air flow duct dilakukan dengan menggunakan semua saklar dari
komponen pelengkap (boiler, preheater, reheater, regavolt) posisinya disesuaikan
dengan kombinasi dan variasi duct yang telah ditentukan untuk setiap kelompok
praktikan.
c. Menghentikan Operasi
a) Semua saklar dari semua komponen pelengkap dimatikan
b) Kompresor dimatikan
c) Regavolt diturunkan posisinya secara perlahan sampai posisi “0”
d) Matikan saklar induk
e) Cabut steker dan power supply

1.4 Pengambilan Data


a. Data yang diambil adalah temperatur (bola basah dan bola kering) pada setiap termometer;
temperatur refrigerant masuk dan keluar evaporator serta kondensor; tekanan refrigerant
keluar evaporator dan kondensor; tekanan pada Inclined manometer; temperatur
kondensasi; debit air masuk boiler dan debit air kondensasi; yang terpasang pada AC
Bench
b. Pengambilan data baru boleh dimulai setelah ada air kondesat yang terbentuk pada
evaporator (terlihat pada jatuhnya tetes air pada gelas ukur penampung air kondensat).
c. Setiap kombinasi parameter diambil data sebanyak 3x.
d. Data-data dianggap valid jika pencatatan dilakukan setelah kondisi betul-betul dalam
keadaan steady.

LABORATORIUM MESIN

Anda mungkin juga menyukai