Anda di halaman 1dari 32

Tugas I

Karakteristik Refrigerant, Pengaruhnya Terhadap Lingkungan Global


Dan Alternatif Yang Harus Dilakukan

Disusun Oleh :

Nama : Deni Lumban Tobing

Kelas : B2

Npm : 207023256

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem refrigerasi telah memainkan peranan yang sangat penting saat ini. Hal
ini terlihat dari semakin banyaknya penggunaan sistem ini baik di industri maupun
rumah tangga. Sebagai contoh adalah pada pemrosesan maupun pengawetan
makanan, penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia, pengkondisian udara dan
sebagainya.

Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia.


Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan
sistem kontrol yang menunjang kinerja dari sistem refrigerasi.

Apalikasi dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi yang paling banyak
digunakan adalah untuk pengawetan makanan dan pendingin suhu, misalnya lemasi es
gambar 1 freezer, cold strorage, air conditioner/AC Window, AC split dan AC mobil.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, refrigeran (bahan pendingin) yang di
pasarkan dituntut untuk ramah lingkungan, disamping aspek teknis lainnya yang
diperlukan. Apapun refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan
kekurangan masingmasing oleh karena itu, diperlukan kebijakan dalam memilih
refrigerant yang paling aman berdasarkan kepentingan saat ini dan masa yang akan
datang.

Pada sistem refrigerasi terdapat beberapa komponen utama yaitu kompresor


untuk menaikkan tekanan refrigeran, kondenser untuk membuang panas dari
refrigeran, alat ekspansi untuk menurunkan tekanan refrigeran, dan evaporator untuk
menyerap panas dari luar kedalam refrigeran.

Pada makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai sistem refrigerasi, baik
itu siklus – siklus pada refrigerasi, macam – macam refrigerant yang digunakan dalam
proses refrigerasi, dll.
1.2 Tujuan

a. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika II


b. Memahami prinsip kerja dari berbagai jenis siklus refrigerasi
c. Memahami konsep dasar perubahan bentuk energi di siklus – siklus refrigerasi
d. Mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan menganalisa persoalan keseimbangan
energi yang terjadi pada siklus – siklus refrigerasi
e. Mengetahui jenis – jenis dari refrigeran serta memilih refrigeran yang sesuai

1.3 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan Refrigerasi ?


b. Apakah yang dimaksud dengan siklus Refrigerasi ?
c. Apa sajakah macam – macam dari siklus Refrigerasi ?
d. Apa sajakah yang termasuk kedalam refrigeran ?
e. Bagaimanakah menentukan refrigeran yang tepat dan sesuai ?

1.4 Manfaat

a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari berbagai jenis siklus refrigerasi
b. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar perubahan bentuk energi di siklus
refrigerasi
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan menganalisa persoalan
keseimbangan energi yang terjadi pada siklus refrigerasi
d. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis dari refrigeran serta dapat memilih
refrigeran yang sesuai

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN REFRIGERASI

Refrigeran merupakan bahan pendingin atau fluida yang digunakan untuk


menyerap panas melalui perubahan fase dari cair ke gas (evaporasi) dan membuang
panas melalui perubahan fase dari gas ke cair (kondensasi), sehingga refrigeran dapat
dikatakan sebagai pemindah panas dalam sistem pendingin. Adapun pengertian
lainnya adalah Refrigerasi atau pendinginan merupakan proses pengambilan atau
pengeluaran kalor dari suatu materi atau ruangan dan mempertahankan keadaannya
sedemikian rupa sehingga temperaturnya lebih rendah dari pada lingkungan
sekitarnya. Pada prinsipnya refrigerasi adalah terapan dari mata kuliah Perpindahan
Panas dan Thermodinamika, dimana kalor akan mengalir atau berpindah dari suatu
keadaan yang mempunyai temperatur tinggi ke suatu keadaan yang bertemperatur
rendah.
Sedangkan pengkondisian udara atau penyegaran udara adalah merupakan satu
dari teknik-teknik refrigerasi. Penyegaran udara itu sendiri adalah suatu proses
pendinginan udara sehingga dapat dicapai temperatur dan kelembaban yang sesuai
dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu serta
mengatur aliran udara dan kebersihan udaranya.
Untuk mencapai tujuan dari penyegaran udara tersebut, dibutuhkan suatu
fluida kerja yang disebut refrigeran. Dimana refrigeran akan dialirkan melalui sistem.
Dalam sistem tersebut, refrigeran mengalami beberapa proses atau perubahan fase
(cair dan uap), yaitu refrigeran yang mula-mula pada keadaan awal (cair), setelah
melalui beberapa proses akan kembali ke keadaan awalnya.
2.2 PERALATAN - PERALATAN POKOK REFRIGERASI

Operasi refrigerasi butuh suatu mesin yang disebut dengan refrigerator. Refrigerator
merupakan kumpulan serangkaian peralatan, seperti:
1. Kompressor.
2. Kondensor.
3 Akumulator.
4. Mesin ekspansi / katup ekspansi.
5. Evaporator.

2.2.1 Kompresor
Kompressor adalah alat yang digunakan untuk menghisap uap refrigerant dan
mengkompresinya sehingga tekanan uap refrigerant naik sampai ke tekanan yang
diperlukan untuk pengembunan (kondensasi) uap regrigerant di dalam kondensor.
Kompressor ini digerakkan oleh sumber tenaga dari mesin penggerak, seperti:

• Motor listrik
• Motor bakar
• Diesel
• Mesin uap
• Turbin gas
Pada kompressor, berlaku persamaan neraca energi;

=H –H
W kompressor 1 2
Karena kompressi, fluida kerja (uap refrigerant) terkompressi menjadi naik
entalpinya (H2 > H J, sehingga dapat dikatakan energi dari sumber digunakan
untuk menaikkan entalpi fluida kerja.

- W kompressor = ΔH

2.2.2 Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar panas yang berguna untuk mendinginkan
uap refrigerant dari kompressor agar dapat mengembun menjadi cairan. Pada saat
pengembunan ini, refrigerant mengeluarkan sejumlah kalori (panas
pengembunan) yang mana panas ini diterima oleh media pendingin di dalam
kondensor.

2.2.3 Akumulator

Merupakan alat yang berguna untuk mengumpulkan cairan refrigerant yang


berasal dari kondensor. Dengan adanya alat ini akan memudahkan pengaturan
stock dari total refrigerant.

2.2.4 Mesin Ekspansi atau Katup Ekspansi


Mesin atau katup ekspansi ini berfungsi untuk menurunkan tekanan dari cairan
refrigerant sebelum masuk ke evaporator, sehingga akan memudahkan refrigerant
menguap di evaporator dan menyerap kalori (panas) dari media yang didinginkan.

2.2.5 Evaporator

Juga merupakan alat penukar panas. Refrigerant cair dengan tekanan rendah
setelah proses ekspansi, diuapkan dalam alat ini. Untuk penguapan refrigerant
cair ini tentunya diperlukan sejumlah kalori, yang mana diambil dari media yang
akan didinginkan oleh sistem refrigerasi. Misalnya pada mesin Air Conditioning
(AC), media yang didinginkan adalah udara di dalam ruangan (kamar). Begitu
pula pada kulkas, media yang didinginkan adalah ruangan dalam kulkas dan
segala sesuatu yang berada dalam kulkas. Uap refrigerant yang terbentuk di
evaporator langsung dihisap oleh kompressor, demikian seterusnya mengulangi
langkah pertama tadi sehingga membentuk suatu siklus, yang disebut dengan
siklus refrigerasi.
2.3 SIKLUS REFRIGERASI

Siklus refrigerasi adalah siklus kerja yang mentransfer kalor dari media
bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi dengan menggunakan kerja dari
luar sistem. Secara prinsip merupakan kebalikan dari siklus mesin kalor (heat engine).
Dilihat dari tujuannya maka alat dengan siklus refrigerasi dibagi menjadi dua yaitu
refrigerator yang berfungsi untuk mendinginkan media dan heat pump yang
berfungsi untuk memanaskan media. Ilustrasi tentang refrigerator dan heat pump
dapat dilihat pada gambar di bawah.

Prinsip terjadinya suatu pendinginan di dalam sistem refrigerasi adalah


penyerapan kalor oleh suatu zat pendingin yang dinamakan refrigeran. Karena kalor
yang berada disekeliling refrigeran diserap, akibatnya refrigeran akan menguap,
sehingga temperatur di sekitar refrigeran akan bertambah dingin. Hal ini dapat terjadi
mengingat penguapan memerlukan kalor.

Di dalam suatu alat pendingin (misal lemari es) kalor diserap di “evaporator”
dan dibuang ke “kondensor”. Uap refrigeran yang berasal dari evaporator yang
bertekanan dan bertemperatur rendah masuk ke kompresor melalui saluran hisap. Di
kompresor, uap refrigerant tersebut dimampatkan, sehingga ketika ke luar dari
kompresor, uap refrigeran akan bertekanan dan bersuhu tinggi, jauh lebih tinggi
dibanding temperatur udara sekitar. Kemudian uap menunjuk ke kondensor melalui
saluran tekan. Di kondensor, uap tersebut akan melepaskan kalor, sehingga akan
berubah fasa dari uap menjadi cair (terkondensasi) dan selanjutnya cairan tersebut
terkumpul di penampungan cairan refrigeran. Cairan refrigeran yang bertekanan tinggi
mengalir dari penampung refrigeran ke katup ekspansi. Keluar dari katup ekspansi
tekanan menjadi sangat berkurang dan akibatnya cairan refrigeran bersuhu sangat
rendah. Pada saat itulah cairan tersebut mulai menguap yaitu di evaporator, dengan
menyerap kalor dari sekitarnya hingga cairan refrigeran habis menguap. Akibatnya
evaporator menjadi dingin. Bagian inilah yang dimanfaatkan untuk mengawetkan
bahan makanan atau untuk mendinginkan ruangan. Kemudian uap refrigeran akan
dihisap oleh kompresor dan demikian seterusnya proses-proses tersebut berulang
kembali.

Siklus refrigerasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut,


1. Siklus kompresi uap (vapor compression refrigeration cycle) dimana refrigeran
mengalami proses penguapan dan kondensasi, dan dikompresi dalam fasa uap.
2. Siklus gas (gas refrigeration cycle), dimana refrigeran tetap dalam kondisi gas.
3. Siklus bertingkat (cascade refrigeration cycle), dimana merupakan gabungan lebih
dari satu siklus refrigerasi.
4. Siklus absorpsi (absorption refrigeration cylce), dimana refrigeran dilarutkan
dalam sebuah cairan sebelum dikompresi.
5. Siklus termoelektrik (thermoelectric refrigeration cycle), dimana proses refrigerasi
dihasilkan dari mengalirkan arus listrik melalui 2 buah material yang berbeda.

Kinerja suatu refrigerator dan heat pump dinilai dari besarnya koefisien kinerja
(coefficient of performance COP) yang didefinisikan sebagai berikut,

Harga COPR dan COPHP umumnya lebih besar dari satu dimana COP HP = COPR + 1
untuk suatu rentang tekanan kerja yang sama.

2.3.1 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


Gambar di bawah menunjukkan siklus refrigerasi kompresi uap ideal secara
skematis. Di sini refrigeran dalam kondisi uap jenuh masuk ke kompresor dan keluar
sebagai uap panas lanjut. Refrigeran kemudian masuk ke kondenser untuk melepas
kalor sehingga terjadi kondensasi sampai ke kondisi cairan jenuh. Keluar kondenser
refrigeran masuk ke katup ekspansi untuk menjalani proses pencekikan (throttling)
sehingga mengalami penurunan tekanan dan berubah menjadi campuran jenuh. Proses
terakhir ini bisa juga diganti dengan sebuah turbin isentropis untuk menaikkan
kapasitas pendinginan dan menurunkan kerja input (dengan kompensasi kompleksnya
sistem). Selanjutnya refrigeran masuk ke evaporator untuk menyerap kalor sehingga
terjadi proses evaporasi dan siap untuk dilakukan langkah kompresi berikutnya.

Siklus refrigerasi kompresi uap ideal dapat digambarkan dalam diagram T-s
seperti gambar di atas-kanan. Proses-proses yang terjadi adalah,
1-2 : Kompresi isentropis dalam kompresor
2-3 : Pembuangan kalor secara isobaris dalam kondenser
3-4 : Throttling dalam katup ekspansi atau tabung kapiler
4-1 : Penyerapan kalor secara isobaris dalam evaporator

Persamaan energi untuk komponen-komponen refrigerator bisa dituliskan sebagai

berikut: dimana diasumsikan perubahan energi kinetik dan potensial bisa diabaikan.

Dari notasi-notasi pada gambar di atas maka COPs dapat dituliskan sebagai

berikut: di mana dan .

Contoh Soal
Refrigerator menggunakan refrigeran R-12 dan beroperasi dengan siklus kompresi
uap ideal antara 0,14 dan 0,8 MPa. Apabila laju massa refrigeran 0,05kg/s, tentukan (a)
laju kalor dari ruangan yang didinginkan dan kerja kompresor, (b) laju kalor yang
dibuang ke lingkungan, (c) COP

Solusi
Dari tabel Refrigeran-12 (Tabel A-11A13)
Kondisi 1 (uap jenuh) :

Kondisi 2 (uap panas lanjut) :

Kondisi 3 (cairan jenuh) :

Kondisi 4 (campuran jenuh) :

(a) Laju kalor yang diserap dari media yang didinginkan:


Kerja kompresor:

(b) Kalor yang dibuang ke lingkungan: (c) Coefficient of

Performance:

2.3.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Aktual


Pada kenyataannya refrigerator atau heat pump akan bekerja dengan suatu proses
yang menyimpang dari siklus idealnya akibat ireversibilitas dalam tiap komponennya.
Ireversibilitas ini pada umumnya disebabkan oleh gesekan fluida dan perpindahan kalor
dari atau ke lingkungan sekitar. Siklus refrigerasi kompresi uap aktual dapat
digambarkan secara skematis seperti gambar di bawah.
Hal-hal yang terjadi dalam siklus aktual:
1. Refrigeran sudah dalam kondisi uap panas lanjut sebelum masuk ke kompresor.
2. Akibat cukup panjangnya pipa penghubung kompresor-evaporator akan
mengakibatkan rugi tekanan. Rugi tekanan yang disertai peningkatan volume
spesifik dari refrigeran membutuhkan power input yang lebih besar.
3. Dalam proses kompresi ada rugi gesekan dan perpindahan kalor yang akan
meningkatkan entropi (1-2) atau menurunkan entropi (1-2') dari refrigeran
tergantung kepada arah perpindahan kalornya. Proses (1-2') lebih disukai karena
volume spesifiknya turun sehingga power input bisa lebih kecil. Hal ini bisa
dilakukan apabila dilakukan pendinginan dalam langkah kompresi.
4. Di dalam kondenser akan terjadi juga rugi tekanan.
5. Refrigeran dalam kondisi cairan terkompresi ketika masuk dalam katup ekspansi.

Contoh Soal
Dalam sebuah refrigerator aktual, R-12 masuk ke kompresor sebagai uap panas
lanjut pada 0,14MPa, 20C, laju massa 0,05kg/s, dan keluar pada 0,8MPa, 50C.
Refrigeran didinginkan dalam kondenser sampai 26C, 0,72MPa dan di-throttling
sampai 0,15MPa. Dengan mengabaikan rugi kalor dan rugi tekanan dalam pipa-pipa
sambungan tentukan (a) laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor,
(b) efisiensi adaibatik kompresor, (c) COP.

Solusi
Dari Tabel refrigeran
Kondisi 1 (uap panas lanjut) :
Kondisi 2 (uap panas lanjut) :

Kondisi 3 (cairan terkompresi)

Kondisi 4 (campuran jenuh) : (a)

Laju kalor yang diserap dari

media yang didinginkan:

Kerja kompresor:

(b) Efisiensi adiabatis:

di sini

Sehingga,

(c) Coefficient of Performance:

2.3.3 Inovasi Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


Dalam aplikasi sistem refrigerasi di industri, gedung bertingkat dan lain-lain,
sistem dengan siklus sederhana seperti dijelaskan sebelumnya tidak mencukupi. Untuk
itulah diperlukan modifikasi supaya memenuhi kriteria penggunaan.

Sistem Cascade
Di industri sering dibutuhkan kondisi refrigerasi dengan temperatur yang cukup
rendah dan sekaligus dalam rentang temperatur yang lebar. Rentang temperatur yang
lebar berarti bahwa sistem refrigerasi harus bisa beroperasi dalam beda tekanan yang
besar dimana hal ini hanya bisa dipenuhi apabila tingkat refrigerasi dibuat lebih dari
satu. Di sini prinsipnya adalah menggabungkan dua buah siklus kompresi uap di mana
kondenser dari siklus dengan tekanan kerja lebih rendah akan membuang panas ke
evaporator dari siklus dengan tekanan kerja lebih tinggi dalam sebuah alat penukar
kalor (heat exchanger).
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

Dalam heat exchanger antara siklus bawah dan siklus atas terjadi hubungan:

Juga,

Dalam sistem cascade maka jenis refrigeran untuk siklus tekanan tinggi (A) dan siklus
tekanan rendah (B) tidak perlu sama sehingga pemilihan refrigeran akan bisa lebih
fleksibel karena bisa disesuaikan dengan batas bawah dan atasnya.

Contoh Soal
Sistem refrigerasi cascade 2 tingkat beroperasi antara 0,8 dan 0,14 MPa. Setiap
tingkat beroperasi dengan siklus kompresi uap ideal dengan R-12 sebagai fluida kerja.
Kalor dibuang dari siklus tekanan rendah ke tekanan tinggi dilewatkan alat penukar kalor
adiabatik dimana masing-masing fluida kerja bertekanan 0,32MPa. Apabila laju fluida
kerja pada siklus tekanan tinggi adalah 0,05 kg/s, tentukan (a) laju fluida kerja pada
siklus tekanan rendah, (b) laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor,
(c) COP

Solusi
Misal siklus tekanan tinggi diberi indeks A, siklus tekanan rendah dengan indeks B

(a) Dari keseimbangan energi di alat penukar kalor Dari Tabel R-12 didapatkan:

sehingga

(b) Laju kalor yang diserap dari media yang akan didinginkan:

Dari Tabel R-12 diketahui:

sehingga

Kerja kompresor:

(c) Coefficient of Performance

Sistem Banyak Tingkat (Multistage System)


Pada prinsipnya adalah tidak berbeda dengan sistem cascade. Perbedaannya
adalah digantinya heat exchanger dengan mixing chamber dan flash chamber di mana
di sini akan terjadi pencampuran refrigeran yang melewati siklus tekanan atas dan
siklus tekanan bawah. Secara skematis sistem banyak tingkat dapat digambarkan seperti
gambar dibawah.
Disini yang perlu diperhatikan adalah dalam tiap proses akan mempunyai jumlah laju
yang berbeda walaupun dalam satu siklus yang sama.

Sistem Multi Purpose Dengan Kompresor Tunggal


Seperti dalam sebuah lemari es di rumah tinggal, beberapa jenis refrigerator
membutuhkan beberapa ruang dengan temperatur yang berbeda. Untuk sistem seperti ini
maka penggunaan beberapa katup ekspansi adalah solusinya, dimana pada proses
throttling pertama akan didapatkan temperatur moderat (misal bagian refrigerator  5C)
dan pada throttling selanjutnya akan didapatkan temperatur yang lebih rendah (bagian
freezer  -10C). Gambar di bawah menunjukkan prinsip kerja secara skematis.
Pencairan Gas (Liquefaction of Gases)

Di lapangan sering dibutuhkan kondisi dengan temperatur yang sangat rendah (di
bawah -100C), seperti pada proses pemisahan gas oksigen dan nitrogen dari udara,
pembuatan hidrogen cair untuk bahan bakar mesin roket, riset tentang superkonduksi dan
lain-lain.
Pada sebuah proses pencairan gas, gas harus didinginkan sampai pada temperatur di
bawah temperatur kritisnya. Misal temperatur kritis untuk helium, hidrogen, dan nitrogen
adalah masing-masing –268, -240, dan -147C. Salah satu metode refrigerasi yang
memungkinkan untuk mendapatkan temperatur sangat rendah ini adalah metode
LindeHampson seperti pada gambar di bawah.

Di sini gas baru yang akan dicairkan (1) dicampur dengan gas yang tidak berhasil
dicairkan pada tahap sebelumnya (9) sehingga temperaturnya turun sampai titik (2) dan
kemudian bersama-sama masuk ke kompresor bertingkat. Pengkompresian dilakukan
bertingkat sampai titik (3) dengan dilengkapi intercooling. Gas tekanan tinggi kemudian
didinginkan sampai titik (4) dalam after-cooler dengan menggunakan media pendingin
dan didinginkan lebih lanjut sampai titik (5) dalam alat penukar kalor regenerative dengan
membuang kalornya ke gas yang tidak berhasil dicairkan pada tahap sebelumnya dan
akhirnya di-throttled ke titik (6) sehingga berubah menjadi campuran jenuh. Uap
dipisahkan dari gas yang telah berubah menjadi cair untuk kemudian dilewatkan melalui
alat penukar kalor regenerative untuk menjalani tahap berikutnya.
2.3.4 Siklus Refrigerasi Gas
Dalam pembahasan mengenai siklus Carnot diketahui bahwa apabila arah siklus
dibalik akan didapatkan siklus Carnot terbalik (reversed Carnot cycle) yang merupakan
sebuah refrigerator ideal. Hal ini menimbulkan ide bahwa siklus mesin kalor (heat
engine) dan siklus refrigerator sebenarnya adalah mempunyai prinsip kerja sama hanya
arahnya saja yang berlawanan (perhatikan bahwa siklus refrigerasi yang dibahas di atas
adalah sangat mirip dengan siklus Rankine dengan arah terbalik). Oleh karena itu maka
apabila siklus Brayton dibalik arahnya akan didapatkan apa yang disebut siklus
refrigerasi gas (reversed Brayton cycle).

Disini akan berlaku bahwa,

dimana,

Siklus refrigerasi gas ini akan mempunyai COP yang lebih rendah dibandingkan
dengan siklus kompresi uap. Tetapi karena konstruksi yang sederhana dan komponen
yang ringan maka siklus ini banyak dipakai di pesawat terbang dan dapat
dikombinasikan dengan proses regenerasi.

2.3.5 Siklus Refrigerasi Absorpsi


Peningkatan COP dari mesin refrigerasi dapat dilakukan dengan menurunkan
kerja yang dibutuhkan oleh kompresor. Dibanding dengan sebuah kompresor, pompa
dapat melakukan proses kompresi fluida cair dengan kerja input yang jauh lebih kecil
untuk laju
massa yang sama. Oleh karena itu dalam sistem refrigerasi absorpsi, refrigeran akan
dilarutkan dalam fluida cair sebagai media transport sehingga refrigeran dapat
dikompresi dengan kerja yang lebih kecil. Refrigeran yang sering dipakai adalah
amoniak dengan media transport berupa air. Refrigeran lain yang juga dipakai adalah
air dengan media transport berupa lithium bromide atau lithium chloride. Keunggulan
sistem ini lebih terasa apabila ada sumber panas dengan temperatur 100200C yang
murah seperti misalnya energi surya, geotermal dan lain-lain. Skema sistem refrigerasi
absorpsi bisa dilihat pada gambar di atas.

Amoniak murni keluar dari evaporator dan masuk ke absorber. Di dalam absorber,
amoniak larut dalam air sehingga terbentuk larutan air-amoniak. Karena pelarutan
amoniak akan berlangsung dengan lebih baik pada temperatur yang lebih rendah maka
larutan dalam absorber didinginkan dengan cooling water. Larutan air-amoniak
kemudian masuk ke pompa untuk mengalami proses kompresi dan masuk ke
regenerator untuk menerima panas. Pemanasan larutan air-amoniak lebih lanjut
dilakukan dalam generator dengan sumber panas, misalnya dari energi surya, sehingga
terjadi proses penguapan larutan. Larutan yang menguap kemudian masuk ke rectifier
untuk dilakukan pemisahan amoniak dan air. Amoniak murni masuk ke kondenser dan
melanjutkan siklus refrigerasi, sedangkan air kembali masuk generator untuk dipakai
kembali sebagai media transport. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa prinsip sistem
absorpsi adalah sama dengan dengan sistem kompresi uap, hanya berbeda pada bagian
dalam garis putus-putus.

2.3.6 Sistem Refrigerasi Termoelektrik


Telah diketahui dari apa yang disebut efek Seebeck bahwa dua buah logam yang
berbeda apabila ujung-ujungnya dihubungkan kemudian dipanaskan salah satu
ujungnya maka akan timbul arus listrik dalam rangkaian logam tersebut.

Efek Seebeck ini kemudian bisa dimanfaatkan untuk sebuah generator listrik yang
biasa disebut sebagai thermoelectric power generator. Seperti pada bagian sebelumnya
bahwa siklus daya dan siklus refrigerasi adalah mempunyai prinsip kerja yang sama
hanya dengan arah yang berlawanan, maka siklus daya termoelektrik ini bisa juga
dipakai untuk siklus refrigerasi. Siklus refrigerasi termoelektrik akan memanfaatkan
efek Peltier dimana apabila dialirkan arus listrik dalam rangkaian yang terbuat dari dua
buah logam yang berbeda, maka pada ujung yang satu terjadi penyerapan kalor dan
pada ujung yang satunya terjadi pembuangan kalor. Prinsip kerja dan susunan sistem
secara skematis dapat dilihat di gambar di bawah.

Pada aplikasinya refrigerasi termoelektrik akan menggunakan semikonduktor sebagai


media untuk menyerap dan membuang kalor. Walaupun sistem ini mempunyai
kelemahan yaitu rendahnya efisiensi, tetapi karena ringan, sederhana, dan tidak berisik
maka dipandang sebagai teknologi refrigerasi masa depan.

2.3.7 Sistem Heat Pump

Karena heat pump biasanya dipakai di daerah dengan iklim yang dingin maka
persoalan dari manakah panas dapat diambil menjadi persoalan. Sumber panas yang
sering dipakai dalam sebuah heat pump adalah:
1. Udara atmosfer (paling umum). Sumber panas ini paling praktis tetapi ada
problemfrosting pada koil evaporator sehingga akan menurunkan laju perpindahan
kalor.

2. Air tanah. Pada kedalaman tertentu air tanah mempunyai temperatur berkisar
518C sehingga didapatkan heat pump dengan COP tinggi, tidak ada frosting tetapi
konstruksi rumit. 3. Tanah

Untuk tujuan pemanasan suatu media, pemanasan dengan proses pembakaran dari
sumber energi primer (bahan bakar) secara ekonomis lebih menguntungkan
dibandingkan dengan heat pump. Oleh karena itu jarang ditemui sebuah heat pump
yang bekerja sendiri. Tetapi karena prinsip kerja yang sama antara refrigerator dan heat
pump maka sekarang ini banyak diproduksi sistem refrigerasi yang bekerja secara dual
yaitu sebagai pendingin dalam musim panas dan sebagai pemanas dalam musim dingin.
Di sini pada prinsipnya koil (heat exchanger) di dalam dan di luar ruangan akan
berubah fungsinya sebagai evaporator dan kondenser sesuai dengan mode kerjanya
dengan bantuan katup pembalik arah. Prinsip kerja sistem dual dapat dilihat pada
gambar di bawah.
2.4 PEMILIHAN REFRIGERAN

Jenis refrigeran adalah sangat banyak dimana pemilihan refrigeran secara tidak
tepat akan bisa membuat kerja refrigerator menjadi tidak optimal. Refrigeran ada dua
macam yaitu refrigeran primer dan sekunder. Adapun pengertian refrigeran primer
adalah refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap. Dan refrigeran sekunder
adalah cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor bersuhu rendah dari
satu lokasi ke tempat lain. Nama lain dari refrigersai sekunder adalah cairan anti beku
atau brines (larutan garam).
Tabel
Penggunaan Refrigeran

REFRIGERA KOMPRESOR KETERANGAN PENGGUNAAN


N
R11 Sentrifugal Pendinginan air sentrifugal
R12 Torak putar Penyegar udara, refrigerasi, dan
Sentrifugal pendinginan
Pendinginan air sentrifugal ukuran
besar
R13 Torak putar Refrigerasi temperatur sangat rendah
R21 - Pendingin kabin alat pengangkat
R22 - Penyegar udara, refrigerasi pada
umumnya, pendinginan beberapa unit
refrigerasi, unit temperatur rendah
Sentrifugal Pendingin air sentrifugal temperatur
rendah ukuran besar
R113 Sentrifugal Pendingin air sentrifugal ukuran kecil
R114 Torak putar Pendingin kabin alat pengangkat
sentrifugal Pendingin air sentrifugal
R500 Torak putar Refrigerasi pada umumnya dan
pendinginan,
Sentrifugal misal penyegar udara
Pendingin air sentrifugal temperatur
rendah
R502 Torak putar Lemari pamer, unit temperatur rendah,
refrigerasi dan pendinginan pada
umumnya
R717 Torak Unit pembuat es, ruang dingin,
pendinginan larutan garam, peti es,
pendinginan pabrik (prose) kimia
Sentrifugal Ring es, pendingin larutan garam,
pendingin pabrik (proses) kimia
Dibawah ini ada beberapa jenis refrigeran yang biasa dipergunakan, antara lain :

1. Udara
Refrigeran ini sangat murah, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Koefisien prestasi rendah. Biasanya digunakan pada pesawat terbang.

2. Carbon Dioksida (CO2)


Senyawa ini tidak berwarna, tidak berbau dan lebih berat dari udara. Titik
didihnya -78,5˚C, berat jenisnya 1,56 dan hanya dapat beroperasi pada tekanan
tinggi sehingga pemakaiannya terbatas dan biasanya dipakai pada proses
refrigerasi dengan tekanan per ton yang besar.
3. Methil Clorida (CH3Cl)
Berupa cairan tidak berwarna dan tidak berbau merangsang. Titik didihnya –
23,7 0F.

4. Freon atau Cloro Fluoro Carbon (CFC)


Freon merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan dalam sistem
pendingin. Bahan dasarnya ethane dan methane yang berisi fluor dan chlor dalam
komposisinya. Karena mengandung unsur chlor refrigeran jenis ini mempunyai
dampak penipisan ozon dimana akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan
makhluk hidup di bumi. Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim, yaitu
meningkatkan suhu rata-rata dan perubahan iklim global serta pencemaran udara.

Spesifikasi freon yang biasa digunakan dalam pendinginan

Nama Rumus Kimia Titik Didih (˚C)


Freon – 11 CCl3F 23,8
Freon – 12 CCl3F2 - 29,8
Freon – 13 CClF3 - 81,4 Freon – 21
CHCL2F 8,9
Freon – 22 CHClF2 - 40,8
5. Uap Air
Refrigeran ini paling murah dan paling aman. Pemakaiannya terbatas untuk
pendingin suhu tinggi karena mempunyai titik beku yang tinggi, yaitu 0˚C.
pemakaian utamanya untuk comfort air cionditioning dan water cooling.

6. Hidrocarbon
Dipakai pada industri karena harganya murah. Jenisnya butana, iso butana,
propana, propylana, etana dan etylana. Semuanya mudah terbakar dan meledak.

Berikut ini macam-macam nama kimia dari hidrokarbon :


Ketentuan penomoran+ Nama Rumus
kimia kimia
50 Metana CH4
170 Etana C2H6
290 Propana C3H8
7. Amonia (NH3)
Amonia ini digunakan secara luas pada mesin refrigerasi industri atau
refrigerasi kapasitas besar. Titik didihnya kurang lebih - 33˚C. zat ini mempunyai
karakteristik bau meskipun pada konsentrasi kecil di udara. Tidak dapat terbakar,
tetapi meledak jika bereaksi dengan udara dengan prosentase 13,28 %. Oleh
karena itu efek korosi amonia, tembaga atau campuran tembaga tidak boleh
digunakan pada mesin dengan refrigeran amonia.

8. Azetropes
Merupakan campuran dari beberapa refrigeran yang mempunyai sifat berbeda.
Jenis yang banyak dipakai :

 Correne-7
Yang terdiri dari campuran 73,8 % freon-12 dan 26,2% genetron 100.

 Refrigeran-502
Merupakan campuran dari 98,8 % freon-12 dan 51,2 % freon-115

9. Larutan Garam (brine)


Larutan garam (brine) juga digunakan untuk refrigeran misalnya untuk
pendinginan lokasi lapangan es (ice skating rinks).

10. Sulfur Dioksida (SO2)


Berupa gas atau cairan yang tidak berwarna, sangat beracun dan berbau
merangsang. Senyawa ini tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak.
Dengan titik didih – 10,1˚C.

11. Hydro Fluoro Carbon (HFC)


HFC merupakan refrigeran baru sebagai alternatif untuk menggantikan posisi
freon. Hal ini disebabkan karena refrigeran freon mengandung zat chlor (Cl) yang
dapat merusak lapisan ozon. Sedangkan HFC terdiri dari atom-atom hidrogen,
fluorine dan karbon tanpa adanya zat chlor (Cl).

Macam-macam HFC dan pemakaiannya :

 HFC 125 (CHF2CF3)


Sebagai pengganti freon–115 / R115 untuk pendingin air.

 HFC 134a (CH3CH2F)


Merupakan alternatif pengganti freon-12 / R-12. tidak mudah meledak dan
tingkat kandungan racun rendah, digunakan untuk pengkondisian udara,
lemari es dan pendingin air.

 HFC 152a (CH3CHF2)


Sebagai pengganti freon-12 / R-12 digunakan untuk penyegaran udara,
pendingin air.

Dampak Penggunaan Refrigerant terhadap Lingkungan

Refrigerant adalah gas beracun atau cair yang memiliki efek pada lingkungan, khususnya
lapisan ozon dan pemanasan global. Penggunaannya di industri seperti pendingin ruangan
dan sistem AC rumah sangat umum di Indonesia, dan sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, refrigerant memiliki dampak yang sangat
merugikan. Ketika refrigerant bocor, gas beracun terlepas ke udara dan memperparah
pemanasan global. Hal ini terjadi karena freon dan gas lainnya mengandung klorin, yang
berperan dalam menghancurkan lapisan ozon. Lapisan ozon adalah perlindungan alami planet
kita dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya.

Dampak negatif refrigerant tidak hanya berdampak pada lapisan ozon. Refrigerant juga
berperan dalam pemanasan global. Ini karena refrigerant memiliki kemampuan untuk
menyerap dan memancarkan panas. Jika refrigerant merembes ke atmosfer, ia dapat
mempercepat pemanasan global dan mempengaruhi iklim dunia.

Selain itu, efek pendinginan yang dihasilkan oleh refrigerant juga dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan melalui salah penggunaannya. Misalnya, pemakaian pendingin
ruangan dalam waktu yang lama bisa membuat udara menjadi sangat dingin, sehingga
menimbulkan masalah pernapasan, terutama pada orang yang sensitif terhadap suhu dingin.
Ini bisa menyebabkan serangan asma, pneumonia, dan berbagai masalah pernapasan lainnya.

Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, terdapat beberapa solusi yang bisa diterapkan di
Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem pengganti refrigerant yang
lebih ramah lingkungan. Di beberapa negara, sudah ada perusahaan yang menggunakan
refrigerant yang tidak merugikan lingkungan dan tidak memiliki dampak negatif seperti yang
ditimbulkan oleh refrigerant standar yang ada saat ini. Dengan menerapkan solusi ini, kita
bisa meminimalkan dampak buruk dari pemakaian refrigerant tersebut.

Tidak hanya itu, penting untuk membiasakan diri hidup sederhana dalam keseharian untuk
mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengurangi penggunaan AC dan pendingin ruangan, menutup pintu dan jendela,
menggunakan kipas angin, dan memperhatikan penyaringan udara agar bahan kimia
berbahaya dari industri tidak masuk ke dalam rumah kita.

Akan tetapi, penyebaran informasi mengenai dampak penggunaan refrigerant terhadap


lingkungan ini perlu ditingkatkan, khususnya di Indonesia. Masyarakat harus lebih sadar akan
dampak yang ditimbulkan oleh refrigerant sehingga mereka dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam penggunaannya dan juga terdorong untuk menggunakan alternatif yang lebih
ramah lingkungan. Dengan demikian, lingkungan sekitar akan terlindungi dan generasi
mendatang tetap bisa menikmati keindahan alam yang ada.
Alternatif Pengganti Refrigerant yang Lebih Ramah Lingkungan

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, para
ahli teknologi bangkit mengeluarkan alternatif pengganti refrigerant yang lebih ramah
lingkungan. Gas-gas tersebut termasuk sumber energi yang dapat didaur ulang, menghentikan
pencemaran udara, dan lebih hemat energi jika digunakan.

Berikut adalah beberapa alternatif pengganti refrigerant yang lebih ramah lingkungan:

1. Hydrocarbon refrigerant

Hydrocarbon refrigerant adalah jenis gas pengganti refrigerant alamiah yang sering
digunakan untuk menggantikan refrigerant buatan manusia yang berbahaya bagi
lingkungan. Refrigerant ini terdiri dari propana dan isobutana dalam kadar tertentu.

Hydrocarbon refrigerant sangat efisien dan berfungsi dengan baik pada suhu rendah
dan tinggi. Selain itu, refrigrant ini juga hemat energi serta ramah lingkungan dan
aman bagi komponen pendingin.

2. CO2 refrigerant

CO2 refrigerant, juga dikenal sebagai R744, adalah refrigerant alamiah lain yang
ramah lingkungan. Gas ini aman bagi lingkungan dan dapat didaur ulang ke dalam
produk yang jauh lebih bermanfaat.

Refrigerant CO2 ini sangat baik digunakan pada suhu rendah, karena memiliki sifat
pengurangan tekanan, sehingga dapat mengurangi jumlah bahan kimia berbahaya
yang menyebar di udara. Selain itu, refrigerant ini juga hemat energi dan tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia.

3. Ammonia refrigerant

Ammonia refrigerant adalah gas yang ramah lingkungan dan paling efektif untuk
aplikasi industri. Gas ini sangat baik dalam mendinginkan minyak-minyak dan cairan,
menggunakan jumlah listrik yang lebih sedikit dari pada penggunaan refrigerant
buatan manusia.

Berbekal kemampuan pendinginan yang kuat, refrigerant ammonia sangat cocok


digunakan dalam industri pengolahan makanan, minuman, dan produk lainnya. Selain
itu, amonium juga dapat mengurangi tekanan pada komponen sistem pendingin.

4. HFC refrigerant

HFC refrigerant, atau Hydrofluorocarbon, adalah alternatif pengganti refrigerant yang


ramah lingkungan. Gas ini memiliki efek rumah kaca yang lebih rendah daripada
HCFC refrigerant, yang sering membahayakan lingkungan.

Meskipun harganya lebih mahal dari pada gas lain, bahkan dari pada HCFC
refrigerant, penggunaan HFC refrigerant harus dianggap sebagai investasi jangka
panjang untuk kebaikan lingkungan dan menjaga keberlanjutan planet kita.

Alternatif pengganti refrigerant yang ramah lingkungan adalah pilihan cerdas untuk menjaga
lingkungan. Namun, pastikan untuk memilih gas alami yang sesuai dengan jenis perangkat
atau sistem pendingin Anda dan mempertimbangkan dampak keseluruhan pada lingkungan.

Jadi, apapun jenis sistem pendingin yang Anda miliki, pilihlah refrigerant yang ramah
lingkungan dan teruskan untuk menjaga planet kita agar tetap aman dan sehat.

Peraturan dan Kebijakan Terkait Penggunaan Refrigerant di Indonesia

Refrigerant adalah bahan kimia yang digunakan dalam pendingin, seperti AC, lemari
pendingin, dan alat pendingin lainnya. Namun, kebanyakan jenis refrigerant memiliki efek
merusak lapisan ozon dan berkontribusi pada pemanasan global. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan peraturan dan kebijakan terkait penggunaan refrigerant untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendorong penggunaan refrigerant
yang lebih ramah lingkungan.

1. Peraturan Perizinan Penggunaan Refrigerant

Salah satu peraturan terkait penggunaan refrigerant adalah UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU ini, setiap perusahaan yang
menggunakan refrigerant harus memiliki perizinan dari pemerintah yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perizinan ini diperlukan untuk memastikan
bahwa perusahaan memenuhi persyaratan pengelolaan bahan kimia berbahaya seperti
refrigerant.

2. Penghapusan Refrigerant Bermuatan Ozon Tinggi

Pemerintah Indonesia juga memperhatikan perlunya penghapusan refrigerant bermuatan ozon


tinggi karena efeknya yang buruk terhadap lapisan ozon dan lingkungan. Melalui program
Banks on Ozone Depleting Substances Phase-out Management Plan (BOSS-PMO),
pemerintah menetapkan jadwal untuk menghapus refrigerant bermuatan ozon tinggi dan
menggantinya dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Program BOSS-PMO berfokus
pada sektor industri, termasuk pendingin dan AC, dan dijalankan oleh Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT).

3. Penentuan Kuota Impor Refrigerant

Pemerintah Indonesia juga menetapkan kuota impor refrigerant untuk mengendalikan


penggunaan refrigerant dalam negeri. Kuota impor ini dikeluarkan oleh Kementerian
Perindustrian dan bertujuan untuk membatasi ketersediaan refrigerant di pasaran. Dengan
adanya kuota impor, diharapkan penggunaan refrigerant lebih diatur dan terkontrol.

4. Kebijakan Penghematan Energi AC

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM) juga mendorong
penggunaan AC yang lebih hemat energi melalui program penghematan energi AC. Program
ini menetapkan standar efisiensi energi untuk AC dan memberikan insentif kepada konsumen
yang menggunakan AC yang memenuhi standar tersebut. Dengan demikian, penggunaan AC
yang ramah lingkungan dan hemat energi dapat meningkat.

5. Pengembangan Refrigerant Ramah Lingkungan

Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mengembangkan refrigerant yang lebih ramah
lingkungan dan memiliki dampak yang lebih rendah terhadap lingkungan. Salah satu
contohnya adalah refrigerant M-32, yang telah dikembangkan oleh PT Daikin
Airconditioning Indonesia. Refrigerant ini memiliki potensi global warming yang sangat
rendah dan aman bagi lapisan ozon. Selain M-32, beberapa alternatif refrigerant lain yang
ramah lingkungan seperti R-32, R-1234ze, dan R-134a juga mulai digunakan di Indonesia.

Dalam konteks pemanasan global dan perubahan iklim, penggunaan refrigerant yang ramah
lingkungan sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia terus mengembangkan peraturan dan kebijakan terkait
penggunaan refrigerant yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih
baik.

Karakteristik Refrigeran
Karena refrigeran merupakan bahan yang penting dalam proses refrigerasi,
agar dapat menyerap panas (evaporasi) dan mengeluarkan panas (kondensasi) dengan
baik. Karakteristik thermodinamikanya antara lain meliputi temperatur penguapan
serta temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan.

Persyaratan refrigeran untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut :

 Tekanan penguapan harus tinggi


 Tekanan pengembunan yang tidak terlalu tinggi
 Kalor laten penguapan harus tinggi
 Volume spesifik (refrigeran) yang cukup kecil
 Koefisisen prestasinya harus tinggi
 Konduktifitas thermal yang tinggi
 Viskositas yang rendah dalam fase cair maupun fase gas
 Konstanta dielektrika dari refriegerasi yang kecil, tahanan listrik yang besar,
serta tidak menyebabkan korosi pada material
 Refrigerasi tidak boleh beracun dan berbau merangsang
 Refrigerasi tidak boleh mudah terbakar dan meledak
 Refrigerasi harus mudah didieteksi, jika terjadi kebocoran
 Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan refrigeran:


1. Temperatur media yang akan didinginkan.
Disini perlu perbedaan temperatur yang cukup antara media dan refrigeran (yang
optimal 510C). Misal, untuk mendinginkan media pada temperatur -10C maka
temperatur refrigeran adalah sekitar -20C.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tekanan minimum (tekanan dalam
evaporator) dalam sistem harus sedikit lebih besar dari tekanan atmosfer untuk
mencegah masuknya udara masuk dalam sistem perpipaan. Dengan kata lain
refrigeran harus mempunyai tekanan jenuh sedikit lebih besar dari 1 atm pada -
20C (dalam contoh di atas).
2. Temperatur media dimana panas dibuang
Temperatur ini akan menentukan temperatur minimum refrigeran. Misal, untuk
refrigerator rumah tangga maka refrigeran tidak boleh dibawah 40C (kondisi
Indonesia). Juga tekanan jenuh dari refrigeran di kondenser harus dibawah tekanan
kritisnya.
Dari semua uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Setiap refrigeran mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, dan juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan
2. Titik didih refrigeran sangat mempengaruhi dalam penyerapan kalor pada suatu
ruangan. Apabila titik didih refrigeran tinggi maka kalor ruangan akan sulit
diserap oleh refrigeran dan titik didih refrigeran yang rendah maka kalor ruangan
dapat diserap oleh refrigeran.
3. Kemampuan penyerapan kalor pada ruangan semakin besar apabila titik didih
suatu fluida refrigeran semakin rendah.
4. Dalam memilih refrigeran haruslah selektif mungkin agar tidak terjadi dampak
yang merugikan pada lingkungan sekitar.
5. Freon atau HFC mempunyai sifat yang dapat merusak lapisan ozon, oleh karena
itu diciptakanlah HFC yang lebih ramah lingkungan dan tidak merusak lapisan
ozon.

Anda mungkin juga menyukai