Disusun Oleh :
Kelas : B2
Npm : 207023256
Sistem refrigerasi telah memainkan peranan yang sangat penting saat ini. Hal
ini terlihat dari semakin banyaknya penggunaan sistem ini baik di industri maupun
rumah tangga. Sebagai contoh adalah pada pemrosesan maupun pengawetan
makanan, penyerapan kalor dari bahan-bahan kimia, pengkondisian udara dan
sebagainya.
Apalikasi dari sistem refrigerasi tidak terbatas, tetapi yang paling banyak
digunakan adalah untuk pengawetan makanan dan pendingin suhu, misalnya lemasi es
gambar 1 freezer, cold strorage, air conditioner/AC Window, AC split dan AC mobil.
Dengan perkembangan teknologi saat ini, refrigeran (bahan pendingin) yang di
pasarkan dituntut untuk ramah lingkungan, disamping aspek teknis lainnya yang
diperlukan. Apapun refrigeran yang dipakai, semua memiliki kelebihan dan
kekurangan masingmasing oleh karena itu, diperlukan kebijakan dalam memilih
refrigerant yang paling aman berdasarkan kepentingan saat ini dan masa yang akan
datang.
Pada makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai sistem refrigerasi, baik
itu siklus – siklus pada refrigerasi, macam – macam refrigerant yang digunakan dalam
proses refrigerasi, dll.
1.2 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari berbagai jenis siklus refrigerasi
b. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar perubahan bentuk energi di siklus
refrigerasi
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi, menguraikan, dan menganalisa persoalan
keseimbangan energi yang terjadi pada siklus refrigerasi
d. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis dari refrigeran serta dapat memilih
refrigeran yang sesuai
BAB II
PEMBAHASAN
Operasi refrigerasi butuh suatu mesin yang disebut dengan refrigerator. Refrigerator
merupakan kumpulan serangkaian peralatan, seperti:
1. Kompressor.
2. Kondensor.
3 Akumulator.
4. Mesin ekspansi / katup ekspansi.
5. Evaporator.
2.2.1 Kompresor
Kompressor adalah alat yang digunakan untuk menghisap uap refrigerant dan
mengkompresinya sehingga tekanan uap refrigerant naik sampai ke tekanan yang
diperlukan untuk pengembunan (kondensasi) uap regrigerant di dalam kondensor.
Kompressor ini digerakkan oleh sumber tenaga dari mesin penggerak, seperti:
• Motor listrik
• Motor bakar
• Diesel
• Mesin uap
• Turbin gas
Pada kompressor, berlaku persamaan neraca energi;
=H –H
W kompressor 1 2
Karena kompressi, fluida kerja (uap refrigerant) terkompressi menjadi naik
entalpinya (H2 > H J, sehingga dapat dikatakan energi dari sumber digunakan
untuk menaikkan entalpi fluida kerja.
- W kompressor = ΔH
2.2.2 Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar panas yang berguna untuk mendinginkan
uap refrigerant dari kompressor agar dapat mengembun menjadi cairan. Pada saat
pengembunan ini, refrigerant mengeluarkan sejumlah kalori (panas
pengembunan) yang mana panas ini diterima oleh media pendingin di dalam
kondensor.
2.2.3 Akumulator
2.2.5 Evaporator
Juga merupakan alat penukar panas. Refrigerant cair dengan tekanan rendah
setelah proses ekspansi, diuapkan dalam alat ini. Untuk penguapan refrigerant
cair ini tentunya diperlukan sejumlah kalori, yang mana diambil dari media yang
akan didinginkan oleh sistem refrigerasi. Misalnya pada mesin Air Conditioning
(AC), media yang didinginkan adalah udara di dalam ruangan (kamar). Begitu
pula pada kulkas, media yang didinginkan adalah ruangan dalam kulkas dan
segala sesuatu yang berada dalam kulkas. Uap refrigerant yang terbentuk di
evaporator langsung dihisap oleh kompressor, demikian seterusnya mengulangi
langkah pertama tadi sehingga membentuk suatu siklus, yang disebut dengan
siklus refrigerasi.
2.3 SIKLUS REFRIGERASI
Siklus refrigerasi adalah siklus kerja yang mentransfer kalor dari media
bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi dengan menggunakan kerja dari
luar sistem. Secara prinsip merupakan kebalikan dari siklus mesin kalor (heat engine).
Dilihat dari tujuannya maka alat dengan siklus refrigerasi dibagi menjadi dua yaitu
refrigerator yang berfungsi untuk mendinginkan media dan heat pump yang
berfungsi untuk memanaskan media. Ilustrasi tentang refrigerator dan heat pump
dapat dilihat pada gambar di bawah.
Di dalam suatu alat pendingin (misal lemari es) kalor diserap di “evaporator”
dan dibuang ke “kondensor”. Uap refrigeran yang berasal dari evaporator yang
bertekanan dan bertemperatur rendah masuk ke kompresor melalui saluran hisap. Di
kompresor, uap refrigerant tersebut dimampatkan, sehingga ketika ke luar dari
kompresor, uap refrigeran akan bertekanan dan bersuhu tinggi, jauh lebih tinggi
dibanding temperatur udara sekitar. Kemudian uap menunjuk ke kondensor melalui
saluran tekan. Di kondensor, uap tersebut akan melepaskan kalor, sehingga akan
berubah fasa dari uap menjadi cair (terkondensasi) dan selanjutnya cairan tersebut
terkumpul di penampungan cairan refrigeran. Cairan refrigeran yang bertekanan tinggi
mengalir dari penampung refrigeran ke katup ekspansi. Keluar dari katup ekspansi
tekanan menjadi sangat berkurang dan akibatnya cairan refrigeran bersuhu sangat
rendah. Pada saat itulah cairan tersebut mulai menguap yaitu di evaporator, dengan
menyerap kalor dari sekitarnya hingga cairan refrigeran habis menguap. Akibatnya
evaporator menjadi dingin. Bagian inilah yang dimanfaatkan untuk mengawetkan
bahan makanan atau untuk mendinginkan ruangan. Kemudian uap refrigeran akan
dihisap oleh kompresor dan demikian seterusnya proses-proses tersebut berulang
kembali.
Kinerja suatu refrigerator dan heat pump dinilai dari besarnya koefisien kinerja
(coefficient of performance COP) yang didefinisikan sebagai berikut,
Harga COPR dan COPHP umumnya lebih besar dari satu dimana COP HP = COPR + 1
untuk suatu rentang tekanan kerja yang sama.
Siklus refrigerasi kompresi uap ideal dapat digambarkan dalam diagram T-s
seperti gambar di atas-kanan. Proses-proses yang terjadi adalah,
1-2 : Kompresi isentropis dalam kompresor
2-3 : Pembuangan kalor secara isobaris dalam kondenser
3-4 : Throttling dalam katup ekspansi atau tabung kapiler
4-1 : Penyerapan kalor secara isobaris dalam evaporator
berikut: dimana diasumsikan perubahan energi kinetik dan potensial bisa diabaikan.
Dari notasi-notasi pada gambar di atas maka COPs dapat dituliskan sebagai
Contoh Soal
Refrigerator menggunakan refrigeran R-12 dan beroperasi dengan siklus kompresi
uap ideal antara 0,14 dan 0,8 MPa. Apabila laju massa refrigeran 0,05kg/s, tentukan (a)
laju kalor dari ruangan yang didinginkan dan kerja kompresor, (b) laju kalor yang
dibuang ke lingkungan, (c) COP
Solusi
Dari tabel Refrigeran-12 (Tabel A-11A13)
Kondisi 1 (uap jenuh) :
Performance:
Contoh Soal
Dalam sebuah refrigerator aktual, R-12 masuk ke kompresor sebagai uap panas
lanjut pada 0,14MPa, 20C, laju massa 0,05kg/s, dan keluar pada 0,8MPa, 50C.
Refrigeran didinginkan dalam kondenser sampai 26C, 0,72MPa dan di-throttling
sampai 0,15MPa. Dengan mengabaikan rugi kalor dan rugi tekanan dalam pipa-pipa
sambungan tentukan (a) laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor,
(b) efisiensi adaibatik kompresor, (c) COP.
Solusi
Dari Tabel refrigeran
Kondisi 1 (uap panas lanjut) :
Kondisi 2 (uap panas lanjut) :
Kerja kompresor:
di sini
Sehingga,
Sistem Cascade
Di industri sering dibutuhkan kondisi refrigerasi dengan temperatur yang cukup
rendah dan sekaligus dalam rentang temperatur yang lebar. Rentang temperatur yang
lebar berarti bahwa sistem refrigerasi harus bisa beroperasi dalam beda tekanan yang
besar dimana hal ini hanya bisa dipenuhi apabila tingkat refrigerasi dibuat lebih dari
satu. Di sini prinsipnya adalah menggabungkan dua buah siklus kompresi uap di mana
kondenser dari siklus dengan tekanan kerja lebih rendah akan membuang panas ke
evaporator dari siklus dengan tekanan kerja lebih tinggi dalam sebuah alat penukar
kalor (heat exchanger).
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.
Dalam heat exchanger antara siklus bawah dan siklus atas terjadi hubungan:
Juga,
Dalam sistem cascade maka jenis refrigeran untuk siklus tekanan tinggi (A) dan siklus
tekanan rendah (B) tidak perlu sama sehingga pemilihan refrigeran akan bisa lebih
fleksibel karena bisa disesuaikan dengan batas bawah dan atasnya.
Contoh Soal
Sistem refrigerasi cascade 2 tingkat beroperasi antara 0,8 dan 0,14 MPa. Setiap
tingkat beroperasi dengan siklus kompresi uap ideal dengan R-12 sebagai fluida kerja.
Kalor dibuang dari siklus tekanan rendah ke tekanan tinggi dilewatkan alat penukar kalor
adiabatik dimana masing-masing fluida kerja bertekanan 0,32MPa. Apabila laju fluida
kerja pada siklus tekanan tinggi adalah 0,05 kg/s, tentukan (a) laju fluida kerja pada
siklus tekanan rendah, (b) laju kalor dari media yang didinginkan dan kerja kompresor,
(c) COP
Solusi
Misal siklus tekanan tinggi diberi indeks A, siklus tekanan rendah dengan indeks B
(a) Dari keseimbangan energi di alat penukar kalor Dari Tabel R-12 didapatkan:
sehingga
(b) Laju kalor yang diserap dari media yang akan didinginkan:
sehingga
Kerja kompresor:
Di lapangan sering dibutuhkan kondisi dengan temperatur yang sangat rendah (di
bawah -100C), seperti pada proses pemisahan gas oksigen dan nitrogen dari udara,
pembuatan hidrogen cair untuk bahan bakar mesin roket, riset tentang superkonduksi dan
lain-lain.
Pada sebuah proses pencairan gas, gas harus didinginkan sampai pada temperatur di
bawah temperatur kritisnya. Misal temperatur kritis untuk helium, hidrogen, dan nitrogen
adalah masing-masing –268, -240, dan -147C. Salah satu metode refrigerasi yang
memungkinkan untuk mendapatkan temperatur sangat rendah ini adalah metode
LindeHampson seperti pada gambar di bawah.
Di sini gas baru yang akan dicairkan (1) dicampur dengan gas yang tidak berhasil
dicairkan pada tahap sebelumnya (9) sehingga temperaturnya turun sampai titik (2) dan
kemudian bersama-sama masuk ke kompresor bertingkat. Pengkompresian dilakukan
bertingkat sampai titik (3) dengan dilengkapi intercooling. Gas tekanan tinggi kemudian
didinginkan sampai titik (4) dalam after-cooler dengan menggunakan media pendingin
dan didinginkan lebih lanjut sampai titik (5) dalam alat penukar kalor regenerative dengan
membuang kalornya ke gas yang tidak berhasil dicairkan pada tahap sebelumnya dan
akhirnya di-throttled ke titik (6) sehingga berubah menjadi campuran jenuh. Uap
dipisahkan dari gas yang telah berubah menjadi cair untuk kemudian dilewatkan melalui
alat penukar kalor regenerative untuk menjalani tahap berikutnya.
2.3.4 Siklus Refrigerasi Gas
Dalam pembahasan mengenai siklus Carnot diketahui bahwa apabila arah siklus
dibalik akan didapatkan siklus Carnot terbalik (reversed Carnot cycle) yang merupakan
sebuah refrigerator ideal. Hal ini menimbulkan ide bahwa siklus mesin kalor (heat
engine) dan siklus refrigerator sebenarnya adalah mempunyai prinsip kerja sama hanya
arahnya saja yang berlawanan (perhatikan bahwa siklus refrigerasi yang dibahas di atas
adalah sangat mirip dengan siklus Rankine dengan arah terbalik). Oleh karena itu maka
apabila siklus Brayton dibalik arahnya akan didapatkan apa yang disebut siklus
refrigerasi gas (reversed Brayton cycle).
dimana,
Siklus refrigerasi gas ini akan mempunyai COP yang lebih rendah dibandingkan
dengan siklus kompresi uap. Tetapi karena konstruksi yang sederhana dan komponen
yang ringan maka siklus ini banyak dipakai di pesawat terbang dan dapat
dikombinasikan dengan proses regenerasi.
Amoniak murni keluar dari evaporator dan masuk ke absorber. Di dalam absorber,
amoniak larut dalam air sehingga terbentuk larutan air-amoniak. Karena pelarutan
amoniak akan berlangsung dengan lebih baik pada temperatur yang lebih rendah maka
larutan dalam absorber didinginkan dengan cooling water. Larutan air-amoniak
kemudian masuk ke pompa untuk mengalami proses kompresi dan masuk ke
regenerator untuk menerima panas. Pemanasan larutan air-amoniak lebih lanjut
dilakukan dalam generator dengan sumber panas, misalnya dari energi surya, sehingga
terjadi proses penguapan larutan. Larutan yang menguap kemudian masuk ke rectifier
untuk dilakukan pemisahan amoniak dan air. Amoniak murni masuk ke kondenser dan
melanjutkan siklus refrigerasi, sedangkan air kembali masuk generator untuk dipakai
kembali sebagai media transport. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa prinsip sistem
absorpsi adalah sama dengan dengan sistem kompresi uap, hanya berbeda pada bagian
dalam garis putus-putus.
Efek Seebeck ini kemudian bisa dimanfaatkan untuk sebuah generator listrik yang
biasa disebut sebagai thermoelectric power generator. Seperti pada bagian sebelumnya
bahwa siklus daya dan siklus refrigerasi adalah mempunyai prinsip kerja yang sama
hanya dengan arah yang berlawanan, maka siklus daya termoelektrik ini bisa juga
dipakai untuk siklus refrigerasi. Siklus refrigerasi termoelektrik akan memanfaatkan
efek Peltier dimana apabila dialirkan arus listrik dalam rangkaian yang terbuat dari dua
buah logam yang berbeda, maka pada ujung yang satu terjadi penyerapan kalor dan
pada ujung yang satunya terjadi pembuangan kalor. Prinsip kerja dan susunan sistem
secara skematis dapat dilihat di gambar di bawah.
Karena heat pump biasanya dipakai di daerah dengan iklim yang dingin maka
persoalan dari manakah panas dapat diambil menjadi persoalan. Sumber panas yang
sering dipakai dalam sebuah heat pump adalah:
1. Udara atmosfer (paling umum). Sumber panas ini paling praktis tetapi ada
problemfrosting pada koil evaporator sehingga akan menurunkan laju perpindahan
kalor.
2. Air tanah. Pada kedalaman tertentu air tanah mempunyai temperatur berkisar
518C sehingga didapatkan heat pump dengan COP tinggi, tidak ada frosting tetapi
konstruksi rumit. 3. Tanah
Untuk tujuan pemanasan suatu media, pemanasan dengan proses pembakaran dari
sumber energi primer (bahan bakar) secara ekonomis lebih menguntungkan
dibandingkan dengan heat pump. Oleh karena itu jarang ditemui sebuah heat pump
yang bekerja sendiri. Tetapi karena prinsip kerja yang sama antara refrigerator dan heat
pump maka sekarang ini banyak diproduksi sistem refrigerasi yang bekerja secara dual
yaitu sebagai pendingin dalam musim panas dan sebagai pemanas dalam musim dingin.
Di sini pada prinsipnya koil (heat exchanger) di dalam dan di luar ruangan akan
berubah fungsinya sebagai evaporator dan kondenser sesuai dengan mode kerjanya
dengan bantuan katup pembalik arah. Prinsip kerja sistem dual dapat dilihat pada
gambar di bawah.
2.4 PEMILIHAN REFRIGERAN
Jenis refrigeran adalah sangat banyak dimana pemilihan refrigeran secara tidak
tepat akan bisa membuat kerja refrigerator menjadi tidak optimal. Refrigeran ada dua
macam yaitu refrigeran primer dan sekunder. Adapun pengertian refrigeran primer
adalah refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap. Dan refrigeran sekunder
adalah cairan-cairan yang digunakan untuk membawa energi kalor bersuhu rendah dari
satu lokasi ke tempat lain. Nama lain dari refrigersai sekunder adalah cairan anti beku
atau brines (larutan garam).
Tabel
Penggunaan Refrigeran
1. Udara
Refrigeran ini sangat murah, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Koefisien prestasi rendah. Biasanya digunakan pada pesawat terbang.
6. Hidrocarbon
Dipakai pada industri karena harganya murah. Jenisnya butana, iso butana,
propana, propylana, etana dan etylana. Semuanya mudah terbakar dan meledak.
8. Azetropes
Merupakan campuran dari beberapa refrigeran yang mempunyai sifat berbeda.
Jenis yang banyak dipakai :
Correne-7
Yang terdiri dari campuran 73,8 % freon-12 dan 26,2% genetron 100.
Refrigeran-502
Merupakan campuran dari 98,8 % freon-12 dan 51,2 % freon-115
Refrigerant adalah gas beracun atau cair yang memiliki efek pada lingkungan, khususnya
lapisan ozon dan pemanasan global. Penggunaannya di industri seperti pendingin ruangan
dan sistem AC rumah sangat umum di Indonesia, dan sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari.
Namun, jika dilihat dari sudut pandang lingkungan, refrigerant memiliki dampak yang sangat
merugikan. Ketika refrigerant bocor, gas beracun terlepas ke udara dan memperparah
pemanasan global. Hal ini terjadi karena freon dan gas lainnya mengandung klorin, yang
berperan dalam menghancurkan lapisan ozon. Lapisan ozon adalah perlindungan alami planet
kita dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya.
Dampak negatif refrigerant tidak hanya berdampak pada lapisan ozon. Refrigerant juga
berperan dalam pemanasan global. Ini karena refrigerant memiliki kemampuan untuk
menyerap dan memancarkan panas. Jika refrigerant merembes ke atmosfer, ia dapat
mempercepat pemanasan global dan mempengaruhi iklim dunia.
Selain itu, efek pendinginan yang dihasilkan oleh refrigerant juga dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan melalui salah penggunaannya. Misalnya, pemakaian pendingin
ruangan dalam waktu yang lama bisa membuat udara menjadi sangat dingin, sehingga
menimbulkan masalah pernapasan, terutama pada orang yang sensitif terhadap suhu dingin.
Ini bisa menyebabkan serangan asma, pneumonia, dan berbagai masalah pernapasan lainnya.
Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, terdapat beberapa solusi yang bisa diterapkan di
Indonesia. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem pengganti refrigerant yang
lebih ramah lingkungan. Di beberapa negara, sudah ada perusahaan yang menggunakan
refrigerant yang tidak merugikan lingkungan dan tidak memiliki dampak negatif seperti yang
ditimbulkan oleh refrigerant standar yang ada saat ini. Dengan menerapkan solusi ini, kita
bisa meminimalkan dampak buruk dari pemakaian refrigerant tersebut.
Tidak hanya itu, penting untuk membiasakan diri hidup sederhana dalam keseharian untuk
mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengurangi penggunaan AC dan pendingin ruangan, menutup pintu dan jendela,
menggunakan kipas angin, dan memperhatikan penyaringan udara agar bahan kimia
berbahaya dari industri tidak masuk ke dalam rumah kita.
Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, para
ahli teknologi bangkit mengeluarkan alternatif pengganti refrigerant yang lebih ramah
lingkungan. Gas-gas tersebut termasuk sumber energi yang dapat didaur ulang, menghentikan
pencemaran udara, dan lebih hemat energi jika digunakan.
Berikut adalah beberapa alternatif pengganti refrigerant yang lebih ramah lingkungan:
1. Hydrocarbon refrigerant
Hydrocarbon refrigerant adalah jenis gas pengganti refrigerant alamiah yang sering
digunakan untuk menggantikan refrigerant buatan manusia yang berbahaya bagi
lingkungan. Refrigerant ini terdiri dari propana dan isobutana dalam kadar tertentu.
Hydrocarbon refrigerant sangat efisien dan berfungsi dengan baik pada suhu rendah
dan tinggi. Selain itu, refrigrant ini juga hemat energi serta ramah lingkungan dan
aman bagi komponen pendingin.
2. CO2 refrigerant
CO2 refrigerant, juga dikenal sebagai R744, adalah refrigerant alamiah lain yang
ramah lingkungan. Gas ini aman bagi lingkungan dan dapat didaur ulang ke dalam
produk yang jauh lebih bermanfaat.
Refrigerant CO2 ini sangat baik digunakan pada suhu rendah, karena memiliki sifat
pengurangan tekanan, sehingga dapat mengurangi jumlah bahan kimia berbahaya
yang menyebar di udara. Selain itu, refrigerant ini juga hemat energi dan tidak
berbahaya bagi kesehatan manusia.
3. Ammonia refrigerant
Ammonia refrigerant adalah gas yang ramah lingkungan dan paling efektif untuk
aplikasi industri. Gas ini sangat baik dalam mendinginkan minyak-minyak dan cairan,
menggunakan jumlah listrik yang lebih sedikit dari pada penggunaan refrigerant
buatan manusia.
4. HFC refrigerant
Meskipun harganya lebih mahal dari pada gas lain, bahkan dari pada HCFC
refrigerant, penggunaan HFC refrigerant harus dianggap sebagai investasi jangka
panjang untuk kebaikan lingkungan dan menjaga keberlanjutan planet kita.
Alternatif pengganti refrigerant yang ramah lingkungan adalah pilihan cerdas untuk menjaga
lingkungan. Namun, pastikan untuk memilih gas alami yang sesuai dengan jenis perangkat
atau sistem pendingin Anda dan mempertimbangkan dampak keseluruhan pada lingkungan.
Jadi, apapun jenis sistem pendingin yang Anda miliki, pilihlah refrigerant yang ramah
lingkungan dan teruskan untuk menjaga planet kita agar tetap aman dan sehat.
Refrigerant adalah bahan kimia yang digunakan dalam pendingin, seperti AC, lemari
pendingin, dan alat pendingin lainnya. Namun, kebanyakan jenis refrigerant memiliki efek
merusak lapisan ozon dan berkontribusi pada pemanasan global. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan peraturan dan kebijakan terkait penggunaan refrigerant untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendorong penggunaan refrigerant
yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu peraturan terkait penggunaan refrigerant adalah UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU ini, setiap perusahaan yang
menggunakan refrigerant harus memiliki perizinan dari pemerintah yang dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perizinan ini diperlukan untuk memastikan
bahwa perusahaan memenuhi persyaratan pengelolaan bahan kimia berbahaya seperti
refrigerant.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia (ESDM) juga mendorong
penggunaan AC yang lebih hemat energi melalui program penghematan energi AC. Program
ini menetapkan standar efisiensi energi untuk AC dan memberikan insentif kepada konsumen
yang menggunakan AC yang memenuhi standar tersebut. Dengan demikian, penggunaan AC
yang ramah lingkungan dan hemat energi dapat meningkat.
Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mengembangkan refrigerant yang lebih ramah
lingkungan dan memiliki dampak yang lebih rendah terhadap lingkungan. Salah satu
contohnya adalah refrigerant M-32, yang telah dikembangkan oleh PT Daikin
Airconditioning Indonesia. Refrigerant ini memiliki potensi global warming yang sangat
rendah dan aman bagi lapisan ozon. Selain M-32, beberapa alternatif refrigerant lain yang
ramah lingkungan seperti R-32, R-1234ze, dan R-134a juga mulai digunakan di Indonesia.
Dalam konteks pemanasan global dan perubahan iklim, penggunaan refrigerant yang ramah
lingkungan sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia terus mengembangkan peraturan dan kebijakan terkait
penggunaan refrigerant yang lebih aman dan ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih
baik.
Karakteristik Refrigeran
Karena refrigeran merupakan bahan yang penting dalam proses refrigerasi,
agar dapat menyerap panas (evaporasi) dan mengeluarkan panas (kondensasi) dengan
baik. Karakteristik thermodinamikanya antara lain meliputi temperatur penguapan
serta temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan.
1. Setiap refrigeran mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda, dan juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan
2. Titik didih refrigeran sangat mempengaruhi dalam penyerapan kalor pada suatu
ruangan. Apabila titik didih refrigeran tinggi maka kalor ruangan akan sulit
diserap oleh refrigeran dan titik didih refrigeran yang rendah maka kalor ruangan
dapat diserap oleh refrigeran.
3. Kemampuan penyerapan kalor pada ruangan semakin besar apabila titik didih
suatu fluida refrigeran semakin rendah.
4. Dalam memilih refrigeran haruslah selektif mungkin agar tidak terjadi dampak
yang merugikan pada lingkungan sekitar.
5. Freon atau HFC mempunyai sifat yang dapat merusak lapisan ozon, oleh karena
itu diciptakanlah HFC yang lebih ramah lingkungan dan tidak merusak lapisan
ozon.