Anda di halaman 1dari 12

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

EFEK BEBAN PENDINGIN TERHADAP PERFORMA SISTEM MESIN PENDINGIN


Khairil Anwar *

Abstract
This research discuss about effet of cooling load on the performance of refrigeration sistem
include the following : refrigerating capacity, coefficient of performance and the cooling time.
An experimental method was used in this research, with various cooling load, obtained by
placing light bulb, 60, 100, 200, 300 and 400 watt in cold box. Retrieval of data was conducting by
taking an amount of direct testing data at Refrigeration Unit HRP Focus model 802. Data are
analysed theoretically based on experimental test-data by determining condition of refrigerant in
each point at cycle, refrigerating capacities and COP sistem.
The result of this research indicate that the increase of cooling load causes Coefficient of
Performance of refrigeration sistem will form a parabolic curve. Optimum performance of this test
during 30 minutes, obtained on the 200 watt light bulb with Coefficient of Performance (COP) of
2.64. While for the longest cooling time was obtained at the highest cooling load (400 watt light
bulb).
Key words : Cooling load, refrigerating capasity, COP, cooling time

Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai efek beban pendingin terhadap kinerja sistem mesin
pendingin meliputi kapasitas refrigerasi, koefisien prestasi dan waktu pendinginan.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan variasi beban pendingin yang
diperoleh dengan menempatkan bola lampu 60, 100, 200, 300 dan 400 watt di dalam ruang
pendingin. Pengambilan data langsung dilakukan pada unit pengujian mesin pendingin HRP
Focus model 802. Data dianalisis secara teoritis berdasarkan data eksperimen dengan
menetukan kondisi refrigerant pada setiap titik siklus, kapasitas refrigerasi dan COP sistem.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan beban pendingin menyebabkan koefisien
prestasi sistem pendingin akan membentuk kurva parabola. Performa optimum pada pengujian
selama 30 menit diperoleh pada bola lampu 200 watt dengan COP sebesar 2.64. Sedangkan
untuk waktu pendinginan diperoleh paling lama pada beban pendingin yang paling tinggi (bola
lampu 400 watt).
Kata Kunci : Beban pendingin,kapasitas refrigerasi, COP, waktu pendinginan

1. Pendahuluan Penggunaan mesin pendingin yang


Pada saat ini khususnya paling umum yaitu untuk pengkondisian
diperkotaan, mesin pendingin dapat ruangan dan pengawetan bahan
dijumpai pada hampir setiap pertokoan, makanan atau minuman. Tujuan utama
gedung gedung kantor dan rumah sistem pengkondisian udara adalah
tangga. Mesin pendingin dapat berupa mempertahankan keadaan udara
refrigerator, freezer, chiller serta air didalam ruangan yang meliputi
conditioning (pengkondisian udara). pengaturan temperatur, kelembaban

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

relatif, kecepatan sirkulasi udara temperatur refrigeran pada setiap titik di


maupun kualitas udara. Sistem dalam suatu sistem mesin pendingin.
pengkondisian udara yang dipasang Penelitian ini bertujuan untuk
harus mempunyai kapasitas mengetahui efek beban pendingin
pendinginan yang tepat dan dapat terhadap kinerja sistem mesin pendingin,
dikendalikan dalam pengoperasiannya. meliputi kapasitas refrigerasi, daya
Kapasitas peralatan yang dapat kompresi, koefisien prestasi (COP) dan
diperhitungkan berdasarkan beban waktu pendinginan dalam suatu ruang
pendinginan setiap saat yang pendingin. Sehingga diharapkan
senantiasa berubah-ubah. penggunaan mesin pendingin dapat
Beban pendinginan sebenarnya lebih efektif dan efisien.
adalah jumlah panas yang dipindahkan
oleh sistem pengkondisian udara setiap
waktu. Beban pendinginan terdiri atas 2. Studi Pustaka
panas yang berasal dari ruang dan 2.1 Mesin pendingin
tambahan panas. Tambahan panas
Mesin pendingin merupakan
adalah jumlah panas setiap saat yang
salah satu mesin yang mempunyai
masuk kedalam ruang melalui kaca
fungsi utama untuk mendinginkan zat
secara radiasi maupun melalui dinding
sehingga temperaturnya lebih rendah
akibat perbedaan temperatur,
dari temperatur lingkungan. Komponen
pengaruh penyimpanan energi pada
utama dari mesin pendingin yaitu
struktur bangunan, serta peralatan
kompresor, kondensor, alat ekspansi dan
peralatan listrik seperti lampu dan
evaporator, serta refrigeran sebagai
peralatan elektronik lainnya
fluida kerja yang bersirkulasi pada
Beban pendingin ini secara
bagian-bagian tersebut. Gambar 1
langsung akan berdampak pada kinerja
memperlihatkan skema sederhana dari
mesin pendingin oleh karena terkait
mesin pendingin.
dengan perubahan kondisi khususnya

Kondensor P

3
3 Pengembunan
2
Katup
Ekspansi
1 Kompresi
Ekspansi

Kompresor
4 1
Penguapan

Evaporator
4
h

Gambar 1. Komponen utama dari mesin pendingin dan diagram P-h

204
Efek Beban Pendingin terhadap Ferforma Sistem Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

Sistem kerja pada mesin Kualitas uap yang terkandung pada titik
pendingin adalah sebagai berikut : 4 dapat dicari dengan persamaan :
Saat refrigeran mengalir melalui
evaporator, perpindahan panas dari h4 hf 4
ruangan yang didinginkan x1 = . (4)
h fg 4
menyebabkan refrigeran menguap.
Dengan mengambil refrigeran pada
evaporator sebagai volume atur, dari hf4 = Entalphy spesifik cairan jenuh
keseimbangan massa dan Hukum (kJ/kg)
Termodinamika I di peroleh perpindahan hfg = Entalphy spesifik campuran
panas sebesar : cairan dengan uap (kJ/kg)
hfg = hg - hf
Qe = m
& (h1 h 4 ) (kW) (1) hg = Entalphy spesifik uap jenuh
(kJ/kg)
Refrigeran meninggalkan evaporator
kemudian masuk ke compressor. Secara thermodinamika besarnya
Selanjutnya refrigeran dikompresi hingga perpindahan panas yang terjadi pada
tekanan dan temperaturnya bertambah pipa kapiler di mesin pendingin, yaitu :
tinggi. Diasumsikan tidak ada
perpindahan panas dari dan ke Q=m
& (h3 h4 ) (kW) .(5)
kompresor. Dengan menerapkan
keseimbangan massa dan laju energi h3 = Entalpy spesifik refrigeran masuk
(Hukum Termodinamika I) pada volume pipa kapiler (kJ/kg)
atur yang melingkupi kompresor, h4 = Entalpy spesifik refrigeran keluar
didapat daya kompressor yaitu: pipa kapiler (kJ/kg)

P=m
& (h 2 h 1 ) (kW) (2) Koefisien prestasi (COP) dari siklus uap
standar :
Kemudian, refrigeran mengalir melalui
kondensor, dimana refrigeran COP = Qe / P ...........................(6)
mengembun dan memberikan panas ke
udara sekitar yang lebih rendah 2.2 Titik Kesetimbangan Kompresor dan
temperaturnya. Untuk volume atur Pipa Kapiler
melingkupi refrigeran di kondensor, laju
Kompresor dan Pipa Kapiler,
perpindahan panas dari refrigeran
pada keadaan stedi harus sampai pada
adalah :
tekanan isap dan buang tertentu, yang
menyebabkan laju aliran massa yang
Qc = m
& (h 2 h 3 ) (3)
sama melalui kompresor dan Pipa
Kapiler. Keadaan ini disebut titik
Akhirnya, refrigeran pada state 3 masuk kesetimbangan. Tekanan kondensor
alat ekspansi dan berekspansi ke dan evaporator adalah tekanan jenuh
tekanan evaporator. Tekanan refrigeran pada temperatur kondensor dan
turun dalam ekspansi yang ireversibel evaporator tersebut. Gambar 2
dan dibarengi dengan adanya menunjukkan variasi laju aliran massa
kenaikan entropy jenis. Refrigeran dengan tekanan evaporator melalui
keluar katup ekspansi pada titik 4 yang kompresor dan Pipa Kapiler untuk tiga
berupa fase campuran uap-cair. nilai temperatur kondensor yakni, 30, 40
dan 50C. [14]

205
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

untuk tiga temperatur kondensor, yakni,


30, 40 dan 50C seperti pada Gambar 3
Ini adalah kebalikan dari pengaruh
tekanan di laju aliran massa kompresor.
Karenanya, untuk suatu nilai tekanan
kondensor tertentu, ada suatu nilai yang
terbatas dari tekanan evaporator di
mana laju aliran massa melalui
kompresor dan evaporator adalah
sama. Tekanan ini adalah titik
kesetimbangan di mana sistem akan
didapat dalam keadaan stedi.
Sehingga, untuk suatu temperatur
kondensor, terdapat nilai tertentu dari
temperatur evaporator di mana titik
kesetimbangan akan terjadi. Gambar 2
Gambar 2. Hubungan laju aliran massa menunjukkan tiga titik kesetimbangan A,
refrigeran melewati B dan C untuk ke tiga temperatur
kompressor dan pipa kapiler kondensor. Titik kesetimbangan ini terjadi
terhadap temperatur pada temperatur evaporator dari Te,A
evaporator dan kondensor ,Te,B dan Te,C. Di sini terlihat bahwa
(A, B, dan C adalah titik temperatur evaporator pada titik
setimbang) kesetimbangan meningkat dengan
peningkatantemperatur kondensor.

Laju aliran massa melalui


kompresor berkurang jika rasio tekanan Pengaruh Dari variasi beban
meningkat karena efisiensi volumetrik Situasi yang digambarkan di
dari kompresor berkurang dengan atas terjadi dalam keadaan stedi.
peningkatan rasio tekanan. Rasio Bagaimanapun, dalam praktek beban
tekanan meningkat ketika tekanan refrigerasi dapat bervariasi karena
evaporator berkurang atau tekanan beberapa pertimbangan, seperti variasi
kondensor meningkat. Karenanya, laju temperatur sekeliling dll. Hal tersebut
aliran massa melalui kompresor adalah mungkin untuk beban menjadi
berkurang dengan peningkatan pada meningkat atau berkurang. Variasi
tekanan kondensor dan atau dengan beban ini mempengaruhi
penurunan tekanan evaporator. pengoperasian kompresor dan pipa
Beda tekanan melewati pipa kapiler dan mempengaruhi titik
kapiler itu adalah gaya penggerak bagi kesetimbangannya.
refrigeran untuk mengalir sepanjang
sistem, karenanya laju aliran massa Peningkatan beban refrigerasi
melalui pipa kapiler meningkat seiring Jika beban refrigerasi
peningkatan beda tekanan yang meningkat, ada kecenderungan
melintasinya. Dengan demikian laju temperatur evaporator akan meningkat
aliran massa melalui pipa kapiler pula karena laju penguapan yang
meningkat seiring peningkatan tekanan tinggi. Hal ini ditunjukkan pada gambar
kondensor dan atau pengurangan 3 untuk temperatur kondensor 40C.
tekanan evaporator. Variasi laju aliran
massa melalui pipa kapiler ditunjukkan

206
Efek Beban Pendingin terhadap Ferforma Sistem Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

yang sama suatu penurunan dalam


daerah Ac akan mengarah kepada
temperatur dan tekanan kondensor
yang lebih tinggi Tc. Terlihat pada
gambar 2 di mana peningkatan
temperatur pada kondensor
menyebabkan penurunan laju aliran
massa kompresor dan peningkatan laju
aliran massa pada pipa kapiler.
Karenanya, sistem itu akan menemukan
suatu titik kesetimbangan yang baru
pada temperatur kondensor yang lebih
tinggi.
Kemungkinan lain untuk
Gambar 3. Efek variasi beban pada mengembalikan laju aliran seimbang
pipa kapiler sistem adalah turunnya koefisien perpindahan
refrigerasi, A: pada beban kalor pada evaporator yang
rendah, B: Titik Desain, C: kekurangan refrigeran tersebut.
pada beban tinggi Perbedaan suhu yang lebih besar harus
dibuat antara fluida yang akan
Titik kesetimbangan untuk didinginkan dan refrigeran di dalam
beban desain ditunjukkan oleh titik B. evaporator, dengan cara menurunkan
Bila evaporator menerima beban kalor tekanan hisap kembali ke titik A, dan
yang berat, atau bila suhu fluida yang pengembalian keseimbangan aliran.
akan didinginkan cukup tinggi, tekanan
dan suhu hisap akan naik ke titik C. Penurunan Beban refrigerasi
Pada tekanan hisap C, kompresor Jika beban refrigerasi
tersebut dapat menarik refrigeran lebih berkurang, ada kecenderungan
banyak dari evaporator, dari pada yang temperatur evaporator untuk berkurang,
dapat disuplai oleh pipa kapiler, katakanlah kondisi A seperti yang
sehingga evaporator segera menjadi ditunjukkan pada gambar 3 Pada
kekurangan refrigeran yang disebut kondisi ini, pipa kapiler memberi feed
dengan kelaparan (starving). refrigeran lebih banyak kepada
Bagaimanapun, pengosongan evaporator dibandingkan yang diisap
evaporator tidak bisa berlanjut terus. kompresor. Hal ini mengarah pada
Sistem akan perlu beberapa tindakan akumulasi cairan refrigeran di dalam
korektif ketika perubahan yang juga evaporator yang menyebabkan
terjadi di dalam kondensor. Ketika pipa evaporator kebanyakan refrigeran
kapiler memberi feed refrigeran lebih (flooding). Ini dapat mengarah kepada
sedikit kepada evaporator, refrigeran konsekuensi berbahaya jika cairan
terkumpul di dalam kondensor. refrigeran meluap sampai ke kompresor
Akumulasi refrigeran di dalam menyebabkan hantaman(slugging)
kondensor mengurangi daerah efektif pada kompresor. Hal ini harus
dari kondensor untuk perpindahan dihindarkan bagaimanapun, karenanya
panas. Laju perpindahan kalor pipa kapiler mendasarkan sistem
kondensor dengan persamaan yaitu, refrigerasi menggunakan beban kritis
Qc =Uc.Ac (Tc -T). Jika koefisien sebagai suatu ukuran keselamatan.
perpindahan kalor Uc dan T konstan, Beban kritis adalah suatu jumlah
kemudian untuk laju perpindahan kalor tertentu dari refrigeran yang masuk ke

207
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

dalam sistem refrigerasi sehingga di


dalam peristiwa yang mungkin terjadi 3.1 Waktu dan tempat penelitian
semuanya mengumpul di dalam Penelitian ini dilakukan selama 1
evaporator, dan hanya akan mengisi (satu) bulan, yaitu pada bulan Mei 2009.
evaporator sampai ke ujung dan tidak Penelitian bertempat di Laboratorium
pernah meluap dari evaporator ke Teknik Pendingin Jurusan Teknik Mesin
kompresor. Flooding evaporator juga Universitas Tadulako Palu, Sulawesi
merupakan gejala sementara, itu tidak Tengah.
bisa berlanjut dengan tak terbatas.
Sistem tersebut harus diambil beberapa 3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian
tindakan korektif. Di mana pipa kapiler
Bahan dan peralatan yang digunakan
memberi feed lebih banyak refrigeran
adalah :
dari kondensor, cairan tertahan pada
bagian keluar kondensor dan beberapa
uap masuk ke pipa kapiler. Bahan penelitian
Uap memiliki densitas yang Fluida kerja atau refrigeran yang
sangat kecil dibandingkan dengan digunakan dalam penelitian ini adalah
cairan; sehingga laju aliran massa R-134a (1,1,1,2 tetrafluoroethane).
melalui pipa kapiler berkurang secara
drastis. Situasi ini ditunjukkan di dalam Alat dan instrumen penelitian
Gambar 3. Hal ini bukanlah yang Alat pengujian ini merupakan unit
diharapkan karena efek refrigerasi akan pengujian mesin refrigerasi HRP focus
berkurang dan COP juga berkurang model 802.
pula. Karenanya, diusahakan pada
sistem refrigerasi agar keadaan subcool Instrumen penelitian
terjadi pada refrigeran sebelum masuk Instrumen penelitian berupa alat
pada pipa kapiler. Penukar kalor uap ke pengatur dan alat ukur, meliputi :
cairan subcooling biasanya digunakan, Termokopel dan termometer infrared:
di mana temperatur rendah uap mengukur temperatur.
refrigeran membawahdinginkan cairan
yang meninggalkan kondensor. Clamp meter digital: mengukur
tegangan dan kuat arus listrik.
Pressure gauge : mengukur tekanan
3. Metode Penelitian Gambar skema dan penempatan alat
Metode penelitian yang ukur digambarkan pada Gambar 5.
digunakan adalah metode
eksperimental dengan variasi beban Box / ruangan pendingin
pendingin pada ruang pendingin. Ruang pendingin berbentuk kotak yang
Variasi beban pendingin dilakukan ditempatkan di depan evaporator
dengan memasang lampu di dalam dengan dimensi 55 cm 55 cm 56 cm,
ruang pendingin (cold box) dengan dengan bahan terbuat dari plastik
daya yang berbeda. Berdasarkan data polypropylene (propylex royalite),
tersebut dapat ditentukan kondisi dilengkapi dengan 2 tempat / dudukan
refrigeran setiap titik pada siklus. lampu serta alat ukur temperatur
Selanjutnya berdasarkan kondisi ruangan.
refrigeran dapat dihitung kapasitas
refrigerasi dan COP sistem untuk setiap
variasi beban pendingin.

208
Efek Beban Pendingin terhadap Ferforma Sistem Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

Gambar 4. Unit Pengujian Mesin Refrigerasi model HRP focus 802

Gambar 5. Skema pengujian dan penempatan alat ukur

Gambar 6. Ruang pendingin (cold box) dengan alat ukur temperatur

209
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

3.3 Prosedur Pengambilan Data 4) Selanjunya menjalankan alat uji


sampai sistem dan aliran
Persiapan Alat Pengujian refrigerannya stabil.
Persiapan alat pengujian 5) Catat tekanan dan temperatur yang
dilakukan dengan merangkai ulang ditunjukkan oleh pengukur tekanan
instalasi perpipaan mesin pendingin dan temperatur pada semua titik,
sesuai kebutuhan, dalam hal ini alat pengukuran setiap 3 menit sampai
pengujian yang digunakan adalah unit waktu 30 menit.
refrigerasi model HRP FOCUS 802. 6) Lakukan kembali prosedur pengujian
Selanjutnya menambahkan sight glass Nomor 3 sampai 5 dengan beban
pada bagian sebelum masuk ke pendingin yang lebih besar
kompresor dengan tujuan agar kondisi menggunakan daya lampu di dalam
refrigeran dapat di amati. Selain itu, box pendingin 60 Watt, 100 Watt, 200
pada sisi sebelum dan setelah pipa Watt, 300 Watt dan 400 Watt.
kapiler juga dipasangi pressure gauge
untuk mengukur tekanan refrigeran di
titik tersebut. 4. Hasil dan Pembahasan
Hal pertama yang akan dibahas
Pemeriksaan alat Pengujian adalah grafik hubungan antara waktu
Pengujian diawali dengan pendinginan terhadap temperatur di
memeriksa semua komponen mesin dan dalam ruang pendingin (cold box),
melakukan test. Selanjutnya dilakukan untuk setiap variasi beban pendingin.
pemvakuman untuk memastikan tidak Pengujian ini dicatat setiap 3 menit dan
ada sisa udara didalam sistem. dilakukan sampai menit ke-30. Grafiknya
Kemudian pengisian refrigeran secara dapat dilihat pada Gambar 7.
perlahan-lahan dengan menghidupkan Dari gambar 7 di atas terlihat
kompresor. Pengisian refrigeran seberat penurunan temperatur di dalam ruang
500 gram, dan dianggap cukup pendingin (cold box) seiring dengan
dengan ditandai pembekuan 100 % bertambahnya waktu, meskipun sampai
pada pipa evaporator tanpa fan. pada menit ke-18, temperatur cold box
cenderung konstan untuk setiap variasi
Tahapan Pengambilan data beban pendingin. Untuk waktu yang
Pengambilan data secara sama pada menit terakhir pengujian
langsung, yaitu semua variabel diukur yaitu pada menit 30, temperatur yang
langsung saat melakukan pengujian. dicapai pada pengujian tanpa beban
Tahap tahap yang dilakukan dalam adalah 10C, beban 60 watt sebesar
melakukan pengujian adalah sebagai 11C , 100 watt sebesar 12C , 200 watt
berikut : sebesar 14 watt, 300 watt sebesar 15C
dan untuk beban 400 watt sebesar
1) Alat uji dipasangi pengukur tekanan 18C . Hal ini disebabkan oleh karena
dan temperatur pada titik titik yang dengan beban pendingin yang lebih
telah ditentukan (lihat gambar 5) besar akan melepaskan kalor ke udara
2) Beban pendingin dari alat uji dimulai yang lebih besar pula sehingga
dengan tanpa lampu di dalam cold temperatur ruangan menjadi tinggi.
box / ruangan pendingin. Dengan demikian menyebabkan
3) Memasang box pendingin dan penurunan temperatur akibat
memastikan terpasang rapat ke pendinginan di dalam cold box akan
dinding alat uji. lebih kecil.

210
Efek Beban Pendingin terhadap Ferforma Sistem Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

Gambar 7. Grafik hubungan waktu pendinginan terhadap temperatur


cold box untuk setiap variasi beban pendingin

Gambar 8. Grafik hubungan Beban Pendingin terhadap COP

Untuk pengaruh penambahan penurunan. Penurunan koefisien prestasi


beban pendingin terhadap performa ini disebabkan oleh karena kenaikan
sistem dapat dilihat lebih jelas pada daya kompresor yang sudah lebih tinggi
gambar 8. jika dibandingkan nilai kapasitas
refrigerasi (Qe) setelah melebihi beban
Dari gambar 8 di atas, terlihat
300 watt. Hal ini dapat kita lihat pada
bahwa hubungan antara beban
gambar 9 untuk posisi titik titik entapi
pendingin dengan COP sistem
pada diagram p h dan gambar 10
membentuk kurva parabolik, di mana
untuk hubungan beban pendingin
posisi COP terbesar terdapat pada
terhadap Qe dan PT .
beban antara 200 watt sampai 300 watt,
dan selanjutnya COP sistem mengalami

211
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

Beban 400 watt

Tanpa beban pendingin

Gambar 9. Siklus refrigerasi untuk berbagai variasi beban pendingin yang diplot pada
diagram tekanan entalpi menggunakan CoolPack Software

Gambar 10. Grafik Hubungan beban pendingin terhadap


kapasistas refrigerasi(Qe) dan daya kompresor (PT)

Dari diagram P-h pada gambar beban pendingin. Namun pada beban
9 di atas, terlihat bahwa terjadi kenaikan di atas 300 watt terlihat bahwa garis
entalpi penguapan dan entalpi kompressi akan cenderung terdorong
kompressi seiring dengan penambahan jauh masuk ke daerah panas lanjut

212
Efek Beban Pendingin terhadap Ferforma Sistem Mesin Pendingin
(Khairil Anwar)

(grafiknya akan terlihat lebih rebah). Hal 2) Hubungan antara beban pendingin
ini akan mengakibatkan kerja kompresi dengan COP sistem membentuk
akan lebih besar dibandingkan dengan kurva parabolik, di mana posisi COP
yang dekat garis uap-jenuh. (Stoecker). terbesar terdapat pada beban 200
Sementara dari gambar 10 di watt (sebesar 2.64) dan selanjutnya
atas, terlihat bahwa terjadi kenaikan COP sistem akan berangsur
daya kompresor (PT) serta kapasitas mengalami penurunan.
refrigerasi (Qe). Dari mulai tanpa beban 3) kenaikan kapasitas refrigerasi dan
pendingin sampai 200 watt terlihat daya kompresor terjadi seiring
kenaikan kapasitas refrigerasi yang dengan penambahan beban
cukup signifikan dibandingkan dengan pendingin.
kenaikan daya kompressor, dan rasio
tertinggi antara Qe dengan PT yang
menghasilkan COP terbesar ketika 6. Daftar Pustaka
beban pendingin yang digunakan Anonim. Instructors guide to Focus
adalah lampu 200 watt, namun Refrigeration Training Unit Model
setelahnya perbandingan ini akan 802. P.A. Hilton Ltd, England.
semakin menurun. Hal ini disebabkan 1985.
karena setelah melewati beban 300
watt ada kecenderungan tingkat Anwar, Khairil, dkk. Efek Temperatur Pipa
kenaikan kapasitas refrigerasi (Qe) Kapiler Terhadap Kinerja Mesin
mengalami penurunan, di satu sisi terjadi Pendingin. Jurnal Mekanikal,
peningkatan temperatur dan tekanan Vol.1 No.1 Januari 2010. Pp. 30-
yang signifikan pada kompresor 39.
sehingga menyebabkan tingkat
Arismunandar, W., H.Saito. Penyegaran
kenaikan daya kompressor akan
Udara. Edisi keenam, PT.
bertambah. Hal ini sebagaimana yang
Pradnya Paramita, Jakarta.
diungkapkan Stoecker, bahwa terdapat
2002.
nilai beban pendingin tertentu yang
memungkinkan terjadi kesetimbangan Arora, C.P.,. Refrigeration and Air
antara pipa kapiler dan kompressor. Bila Conditioning. Tata McGraw-Hill
perpindahan kalor pada evaporator Publishing Company Limited,
tidak dipenuhi pada titik kesetimbangan New Delhi. 1986.
kompresor pipa kapiler, akan
ASHRAE Handbook Fundamental 2005.
dihasilkan keadaan tidak seimbang
yang dapat mengosongkan ataupun Cengel, Yunus.A. Fundamental of Heat
pengumpanan berlebih (overfeed) Transfer.2nd Edition. 2003.
pada evaporator yang dapat
Dossat, R.J. Principles of Refrigeration.
menyebabkan penurunan efisiensi kerja.
second Edition, John Wiley &
sons, New York. 1978.
5. Kesimpulan Hasan Basri, M. Pengaruh perubahan
Dari hasil pembahasan di atas tekanan kondensor dan
mengenai efek beban pendingin tekanan evaporator terhadap
terhadap kinerja sistem mesin pendingin, kinerja mesin refrigerasi focus
maka dapat disimpulkan : 808. Thesis pascasarjana
Universitas Hasanuddin 2007
1) Waktu pendinginan akan semakin
lama untuk setiap peningkatan Hundy,GF. Trott,AR. Welch,TC.
beban pendingin Refrigeration and Air

213
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 3. Agustus 2010: 203 - 214

Conditioning, Fourth Edition.


2008.
Shan K.Wang, Handbook of air
Conditioning and Refrigeration,
Second Edition. Mc Graw Hill.
2001.
Stoecker,W.,Jones. Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara. Edisi
kedua, Erlangga, Jakarta. 1992.
Zuhal. Dasar Teknik Tenaga dan
Elektronika Daya, PT. Gramedia,
Jakarta. 1988.

214

Anda mungkin juga menyukai