Anda di halaman 1dari 5

Metana bisa didapatkan dari pengeboran minyak di bawah laut

maupun darat secara besar-besaran yang terkonsentrasi dalam jumlah


yang melimpah, dan tersedia secara konstan hingga puluhan tahun
kedepan. Metana yang melimpah ini di produksi menggunakan reaksi
fischer-tropsch pada kondisi operasi tinggi untuk menghasilkan
syngas, lalu diubah menjadi methanol. Proses ini membutuhkan
modal maupun energi yang besar pula.

Sementara itu, beberapa metana juga banyak tersebar secara acak


dalam konsentrasi yang sedikit di suatu wilayah seperti sumur-sumur,
lahan sawah, rawa-rawa maupun metana dari hasil industry yang
langsung dibuang ke lingkungan, belum dimanfaatkan dengan baik.

Metode yang digunakan dalam memanfaatkan metana dengan


konsentrasi sedikit ini tidak bisa disamakan dengan metode
konvensional karena proses yang tidak ekonomis dan membutuhkan
investasi biaya yang besar. oksidasi satu tahap dikembangkan dalam
mengubah metana menjadi metanol pada skala kecil di bioreaktor
yang akan dijelaskan lebih lanjut di slide berikutnya

Biokonversi metana menjadi methanol dikaitkan dengan konsumsi


energi yang rendah
Oksidasi satu tahap terjadi dengan mereaksikan metana dan oksigen
menjadi metanol dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh bakteri
metanotrof. Proses ini berlangsung secara cepat menghasilkan
methanol, lalu teroksidasi menjadi formaldehid, dan produk lainnya.

Proses biokonversi ini tentu tidak mudah dan dihadapi oleh lima
tantangan yang dikutip dari Bjorck dkk (2018), salah satunya oksidasi
lanjutan metanol. Metode yang dapat digunakan untuk mencegah
oksidasi lanjutan methanol adalah dengan bantuan inhibitor. Inhibitor
akan menekan proses oksidasi lanjutan melalui penghambatan enzim
Metane dehydrogenase (MDH) yang dapat mengonversi metanol
menjadi formaldehida. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
memberikan solusi dengan mengembangkan konsentrasi inhibitor
yang tepat untuk mencegah proses oksidasi lanjutan methanol yang
dapat mempengaruhi volume methanol yang dihasilkan dalam proses.

Hasil Analisa pengukuran volume kondensat

Kedua gambar menunjukkan grafik yang fluktuatif tiap waktu.


Pada grafik inhibitor NaCl, Volume kondensat di awal pengambilan
sampel pada (120 menit) menunjukkan hasil yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan waktu pengambilan sampel lainnya. Hal ini
dapat terjadi karena medium memiliki nutrisi yang baik yang dapat
mendukung bakteri dalam memproduksi enzim untuk mengonversi
metana menjadi metanol. Bakteri akan terus berkembang biak dan
memproduksi enzim dengan baik apabila sumber energi tersedia pada
lingkungan atau media pertumbuhannya (Fatmariza dkk, 2017).
Volume kondensat terbanyak dihasilkan dengan penambahan
konsentrasi 300 mM. Aktivitas kerja enzim yang lebih aktif didukung
dengan konsumsi oksigen terlarut yang besar sehingga dapat
menghasilkan volume kondensat yang banyak.

Pada grafik inhibitor KH2PO4, Volume kondensat di awal


pengambilan sampel pada (120 menit) menunjukkan hasil yang lebih
banyak seiring lamanya waktu reaksi. Sebaliknya, volume kondensat
pada konsentrasi 400 mM menunjukkan hasil yang terkecil. Hal ini
terjadi karena penambahan inhibitor diawal pengambilan sampel
belum menghasilkan volume kondensat yang maksimum.
Penambahan konsentrasi yang melebihi 300 mM menghasilkan
volume kondensat yang kecil. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh
penggunaan fosfat dengan konsentrasi tinggi dapat menganggu
metabolisme bakteri (Witney dkk, 1977).
Kedua gambar menunjukkan secara umum bahwa volume kondensat
yang fluktuatif dapat terjadi karena biokatalis (enzim MMO) yang
dihasilkan oleh bakteri metanotrof memiliki jumlah yang berbeda-
beda tiap waktunya dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
nutrisi dan oksigen terlarut, pH dan suhu medium yang optimum
dikutip dari bjorck dkk, 2018.
Komponen senyawa yang terdapat dalam volume kondensat yang
dihasilkan dari penelitian ini bukan hanya metanol saja, tetapi dapat
berupa senyawa lain, salah satunya air

Hasil Analisa volume methanol


Kedua gambar menunjukkan grafik yang fluktuatif tiap waktu.
Pada grafik inhibitor NaCl, selama waktu 120 menit, volume metanol
yang dihasilkan lebih tinggi tiap-tiap konsentrasi. Hal ini menandakan
bahwa waktu terbaik dalam penghambatan oksidasi lanjutan methanol
adalah selama 120 menit. Volume metanol tertinggi ditunjukkan pada
konsentrasi 300 mM pada waktu 120 menit.
Penggunaan inhibitor NaCl 400 mM menunjukkan volume metanol
yang kecil. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas enzim MMO yang
terganggu dalam mengonversi metana menjadi metanol. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kim dkk (2010), bahwa penggunaan konsentrasi
NaCl yang terlalu tinggi dapat mengganggu struktur membran
intrasitoplasma dimana tempat pMMO mengikat, sehingga apabila
pMMO terganggu maka kinerjanya terhambat

Pada grafik inhibitor kh2po4, Penggunaan konsentrasi 100-300 mM


pada 120 menit menunjukkan volume metanol tertinggi. Sebaliknya,
konsentrasi 400 mM menunjukkan volume metanol terkecil.
Penggunaan konsentrasi 400 mM memperoleh volume metanol
terkecil disebabkan karena konsentrasi fosfat yang terlalu tinggi dapat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Hal ini selaras dengan
pernyataan Witney dkk (1977), bahwa konsentrasi fosfat yang sesuai
untuk pertumbuhan optimum bakteri sangat bervariasi, berkisar antara
0,3-300 mM.
Pada penelitian ini, akumulasi volume methanol tertinggi pada
konsentrasi inhibitor 300 mM selama waktu 210 menit baik untuk
NaCl maupun KH2PO4. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh han dkk (2013), konsentrasi optimum 100 mM selama
waktu 24 jam dan lee dkk (2004) konsentrasi optimum 200 mM
selama waktu 36 jam untuk penggunaan inhibitor NaCl sedangkan
KH2PO4 dilakukan oleh duan dkk (2011) dengan konsentrasi 400
mM selama waktu 22 jam. Dari beberapa penelitian tersebut,
konsentrasi optimum juga ditentukkan dari beberapa faktor lain, yaitu
waktu reaksi, jenis bakteri, maupun metode yang digunakan.

Perbandingan hasil Analisa volume methanol dengan penelitian


sebelumnya
Berikut merupakan grafik perbandingan volume methanol tanpa
inhibitor dan dengan penggunaan inhibitor. Penambahan inhibitor,
mengalami kecenderungan volume metanol yang menurun selama
210 menit. Sebaliknya, volume metanol yang diperoleh tanpa
inhibitor menunjukkan kecenderungan meningkat selama 210 menit.
Akan tetapi, kedua penelitian ini belum dapat dibandingkan karena
perbedaan standar methanol yang digunakan. Perbedaan hasil
perhitungan volume methanol ini disebabkan karena penggunaan
persen kadar metanol standar yang dijadikan acuan dalam
perhitungan. Penelitian yang dilakukan oleh pratama dan putra (2021)
menggunakan acuan metanol standar sebesar 99,98%, sedangkan
penelitian ini menggunakan metanol standar 20%.

Anda mungkin juga menyukai