JAWABAN
1. * Atmospheric Distillation
Unit ini memisahkan campuran crude oil kompleks menjadi fraksi yang berbeda
tergantung dengan titik didih. Umumnya pemisahan campuran menjadi fraksionasi yang
berbeda berdasarkan titik didih dari komponen-komponennya. Fraksi minyak yang berat
akan mengarah ke bawah, sedangkan fraksi minyak yang ringan akan mengarah ke atas.
Unit ini biasanya memiliki satu atau lebih kolom distilasi. Residu atau fraksi berat minyak
lalu akan masuk ke dalam vacuum distillation.
Vacuum Distillation
Unit ini meningkatkan jumlah disitlat tengah dan memproduksi minyak pelumas
dan aspal. Feed unit ini adalah residu yang didapatkan dari atmospheric distillation.di
vacuum distillation tekanan berkurang yang diaplikasikan untuk menghindari pemecahan
rantai panjang dari hidrokarbon yang ada di dalam feed.
Feed di preheated terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam vacuum tower
yang terdapat superheated steam. Superheated sangant penting karena menurunkan tekanan
parsial dari hidrokarbon dan mengurangi fromasi coke dalam tube furnace. Produk dari
aliran sampingnya adalah vacuum gas oil (VGO), dan aaspal
Absorption Process
Proses ini memisahkan secara selektif gas tertentu dari campuran gas dengan
menggunakan absorben yang berupa liquid. Dalam industri refinery, proses ini diguankan
untuk membebaskan aliran produk gas dari gas asam (contohnya H2S) baik menggunakan
cara fisika maupun absorben kimia.
Adsorption Process
Proses adsorpsi menggunakan material solid(adsorben) untuk megadsorbsi gas atau
liquid dari permukaan. Contoh adsroben adalah silica (SiO2). Proses adsorpsi digunakan
untuk menghilangkan gas-gas asam dari natural gas dan aliran gas. Adsorpsi mjuga
digunakan untuk memisahkan campuran liquid.
Solvent Extraction
Solven liquid digunakan untuk mengekstrak dari senyawa-senyawa yang
diinginkan atau tidak diinginkan dari campuran liquid. Proses ekstraksi menggunakan
solven liquid yang memiliki solvoltyc power yang tinggi untuk beberapa senyawa pada
campuran feed.
Solvent Extraction juga digunakan untuk mengurangi aspal dan besi dari fraksi
berat dan residu sebelum digunakan dalam catalytic cracking. Solvent extraction sering
digunakan dalam industri petroleum. Masing-masing menggunakan solven yang selektif,
tetapi prinsip dasarnya sama.
2. Dehidrasi Etanol
Proses ini etilen bisa dibuat dari etanol yang dipanaskan bersama alumina dan silika. Saat
sekarang katalis alumina dan asam phospat adalah yang paling sesuai untuk digunakan dalam
industri. Produk dari dehidrasi etanol adalah etilen sebagai produk utama dan eter sebagai hasil
reaksi lebih lanjut.
Reaksi :
Eter terbentuk pada suhu sekitar 230oC sementara pada suhu 300-400oC yield etena
mencapai 94-99%. Reaktor bekerja secara isotermal dalam pipa-pipa yang dipanaskan. Pemurnian
lebih lanjut diperlukan untuk menghilangkan senyawa aldehid, asam-asam, CO2, dan air. Proses
pembuatan etilen dari thermal cracking maupun dehidrasi etanol memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 berikut. Ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan proses.
Dari kedua proses pembuatan etilen di atas, maka dipilih proses pembuatan etilen dari etana
dengan cara thermal cracking. Pertimbangan pemilihan proses ini adalah :
1. Harga bahan baku yang murah, karena bahan baku merupakan limbah
2. Bahan baku mudah diperoleh
Pada pembahasan kali ini, bahan baku dari proses thermal cracking yaitu petrolium yang
berasal dari LPG dan Napthalena. Proses pemecahan hidrokarbon melalui pemanasan atau lebih
dikenal dengan cracking via steam of hidrokarbon merupakan pemecahan senyawa-senyawa
hidrokarbon dari rantai panjang menjadi rantai yang lebih pendek pada suhu tinggi (700-800oC)
dan tekanan tinggi (35 atm) tanpa memerlukan gas O2 untuk pembakaran.
c. Dehydrocyclization Paraffin
Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang paling susah. Reaksi
dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah dan temperature tinggi. Fungsi metal dan acid
dalam katalis diperlukan untuk mendapatkan reaksi ini.
d. Hydrocracking
Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi isomerisasi ring dan pembentukan
ring yang terjadi pada alkylcyclopentane dan paraffin dank area kandungan acid dalam katalis
yang diperlukan untuk reaksi catalytic reforming. Hydrocracking paraffin relative cepat dan
terjadi pada tekanan dan temperature tinggi. Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking
akan meningkatkan konsentrasi aromatic dalam produk sehingga akan meningkatkan octane
number. Reaksi hydrocracking ini tentu mengkonsumsi hydrogen dan menghasilkan yield
reformate yang lebih rendah.
e. Demetalization
Reaksi demetalisasi biasanya hanya dapat terjadi pada severity operasi catalytic reforming yang
tinggi. Reaksi ini dapat terjadi selama startup unit catalytic reformate semi-regenerasi pasca
regenerasi atau penggantian katalis.
f. Dealkylation Aromatic
Dealkylation aromatic serupa dengan aromatic demethylation dengan perbedaan pada ukuran
fragment yang dihilangkan dari ring. Jika alkyl side chain cukup besar, reaksi ini dapat dianggap
sebagai reaksi cracking ion carbonium terhadap rantai samping. Reaksi ini memerlukan
temperature dan tekanan tinggi
1. Gasifikasi Batubara
Proses gasifikasi batubara merupakan proses konversi batubara dari bahan bakar padat
menjadi bahan bakar gas. Pada dasarnya proses gasifikasi batubara merupakan proses pirolisis
dengan temperatur operasi antara 150-900°C, lalu diikuti dengan proses oksidasi gas hasil
proses pirolisis pada temperatur antara 900-1400°C, selanjutnya dilakukan proses reduksi
pada temperatur antara 600-900°C. Proses-proses tersebut diatas dilakukan dalam reaktor
gasifikasi dengan menggunakan panas yang diperoleh dari proses oksidasi. Gasifikasi
batubara berlangsung dalam keadaan kekurangan oksigen (under oxygen shortage) sehingga
terjadi reaksi oksidasi parsial yang akan menghasilkan campuran gas yang masih dapat
dioksidasi lebih lanjut (bersifat bahan bakar).
3. Oksidasi Parsial
Proses oksidasi parsial dari gas metana merupakan reaksi katalitik di mana metana bereaksi
langsung dengan oksigen dengan adanya katalis, dan produk syngas yang dihasilkan
memiliki rasio H2/CO baik, yaitu 2.
CH4 + ½O2 CO + 2H2
Tahap oksidasi parsial dilakukan dengan mengontakkan feed yang berupa gas alam yang
telah mengalami feed pre-treatment dengan oksigen. Lalu ketahap CO-shift untuk
meningkatkan konsentrasi H2. Setelah itu akan masuk ke tahap acid gas removal untuk
mengurangi kandungan CO2 dan sisa sulfur. Tahap terakhir yaitu adsorpsi untuk
menghilangkan kandungan CO2 yang tersisa.
+
6. Penggunaan non hidrokarbon pada industry petrokimia
*Hidrogen:
Penggunaan hidrogen dalam kimia dan refinery termasuk ke dalam banyak skema
proses seperti hidrocracking, hidroalkilasi, dan hidrosulfurisasi dari frsaksi petroleum dan
residu. Dalam bidang petrokimia, hidrogen digunakan untuk menghidrogenasi benzene
menjadi sikloheksana dan asam benzoate menjadi asam sikloheksana karboksilat. Senyawa
ini digunakan untuk memproduksi nilon. Dalam proses sintesis gas, hidrogen digunakan
untuk membentuk ammonia dan metanol.
*Sulfur:
Penggunaan utama dari sulfur adalah untuk memproduksi asam sulfat. Sulfur juga
dapat digunakan untuk mengganti 30-50% aspal untuk digunakan sebagai bahan campuran
untuk konstruksi jalan. Sulfur juga bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk
polythiazyls. Polimer ini memiliki property elektrik seperti metal.
*Carbon Black:
Carbon black digunakan sebagai pigmen cat dan tinta printer, sebagai agen nukleasi
dari kondisi tertentu, dan absorber pada panel surya. Selain itu carbon black juga digunakan
dalam pembuatan pensil. 70% dari penggunaan carbon black digunakan untuk pembuatan
berbagai produk ban. 20% lainnya digunakan sebagai pembuatan sepatu, ikat pinggang,
dan lain sebagainya. Dan sisanya digunakan dalam produk cat dan tinta printer.
*Gas sintesis:
Gas sintesis sangatlah penting. Contohonya digunakan dalam penggabungan
karbon monoksida dan hidrogen untuk membentuk metanol. Gas sintesis juga merupakan
salah satu sumber terbesar dari hidrogen, dimana digunakan dalam meproduksi ammonia.
Ammonia sangat banyak digunakan dalam proses kimia, seperti dalam pembuatan urea,
ammonium nitrat dan hidrasin. Karbon dioksida yang merupakan produk samping dari gas
sintesis digunakan untuk memproduksi urea dengan mereaksikannya dengan ammonia.
*Napthenics Acids:
Berguna untuk emulsi agricurtural insektisida, unsur adiktif minyak. Contoh lain
yaitu calcium naphthenate acid berguna untuk lubrikan minyak adiktif dan zinc
naphthenate berguna sebagai antioksidan dan pada industry cat
*Cresylic Acids:
Cresylic Acid sering berguna untuk disinfectan untuk menstabilisasi emulsi pada
industry pembuatan sabun. Cresol berguna untuk membentuk flok agar dapat mengapung
sehingga dapat dipisahkan. Tricresyl fosfat berguna untuk campuran plastis pada polivinil
clodrida.