Anda di halaman 1dari 9

1.

Deskripsikan proses pemisahan secara fisika untuk menghasilkan hidrokarbon


intermediate!
2. Deskripsikan proses pemisahan secara kimia untuk menghasilkan hidrokarbon
intermediate!
3. Jelaskan secara umum proses untuk menghasilkan olefin!
4. Jelaskan secara umum proses untuk menghasilkan aromatic!
5. Jelaskan secara umum proses untuk menghasilkan syngas!
6. Jelaskan masing-masing kegunaan non hidrokarbon pada industri petrokimia!

JAWABAN

1. * Atmospheric Distillation
Unit ini memisahkan campuran crude oil kompleks menjadi fraksi yang berbeda
tergantung dengan titik didih. Umumnya pemisahan campuran menjadi fraksionasi yang
berbeda berdasarkan titik didih dari komponen-komponennya. Fraksi minyak yang berat
akan mengarah ke bawah, sedangkan fraksi minyak yang ringan akan mengarah ke atas.
Unit ini biasanya memiliki satu atau lebih kolom distilasi. Residu atau fraksi berat minyak
lalu akan masuk ke dalam vacuum distillation.

 Vacuum Distillation
Unit ini meningkatkan jumlah disitlat tengah dan memproduksi minyak pelumas
dan aspal. Feed unit ini adalah residu yang didapatkan dari atmospheric distillation.di
vacuum distillation tekanan berkurang yang diaplikasikan untuk menghindari pemecahan
rantai panjang dari hidrokarbon yang ada di dalam feed.
Feed di preheated terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke dalam vacuum tower
yang terdapat superheated steam. Superheated sangant penting karena menurunkan tekanan
parsial dari hidrokarbon dan mengurangi fromasi coke dalam tube furnace. Produk dari
aliran sampingnya adalah vacuum gas oil (VGO), dan aaspal

 Absorption Process
Proses ini memisahkan secara selektif gas tertentu dari campuran gas dengan
menggunakan absorben yang berupa liquid. Dalam industri refinery, proses ini diguankan
untuk membebaskan aliran produk gas dari gas asam (contohnya H2S) baik menggunakan
cara fisika maupun absorben kimia.
 Adsorption Process
Proses adsorpsi menggunakan material solid(adsorben) untuk megadsorbsi gas atau
liquid dari permukaan. Contoh adsroben adalah silica (SiO2). Proses adsorpsi digunakan
untuk menghilangkan gas-gas asam dari natural gas dan aliran gas. Adsorpsi mjuga
digunakan untuk memisahkan campuran liquid.

 Solvent Extraction
Solven liquid digunakan untuk mengekstrak dari senyawa-senyawa yang
diinginkan atau tidak diinginkan dari campuran liquid. Proses ekstraksi menggunakan
solven liquid yang memiliki solvoltyc power yang tinggi untuk beberapa senyawa pada
campuran feed.
Solvent Extraction juga digunakan untuk mengurangi aspal dan besi dari fraksi
berat dan residu sebelum digunakan dalam catalytic cracking. Solvent extraction sering
digunakan dalam industri petroleum. Masing-masing menggunakan solven yang selektif,
tetapi prinsip dasarnya sama.

2.) pemisahan secara kimia


 Cracking
proses penguraian molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi hidrokarbon
yang memiliki struktur molekul yang kecil. Pemecahan rantai dengan
menggunakan katalis, secara thermal dan steam (steam cracking) atau
hydrocracking
 Reforming
proses merubah struktur molekul fraksi yang mutunya buruk (rantai karbon lurus)
menjadi fraksi yang mutunya lebih baik (rantai karbon bercabang) yang dilakukan
dengan penggunaan katalis atau proses pemanasan.
 Elektrolisis
Pemisahan logam dengan mengalirkan arus listrik melalui elektrolit, penggunaan
elektrolisis sangat jarang terjadi di industri, karena hasil larutan prosesnya mesti
diganti sehingga faktor efisiensi dan ekonomi diperhitungkan
3.) proses untuk menghasilkan olefin
1. Thermal Cracking
Thermal cracking merupakan reaksi pemecahan rantai karbon pada suhu yang cukup tinggi.
Reaksi dilakukan dalam reaktor pipa atau langsung di dalam suatu furnace. Reaksi perengkahan
terjadi pada suhu di atas 637oC tanpa katalis dan tekanan atmosferis. Setelah keluar dari reaktor,
produk didinginkan secara mendadak dan kemudian dimurnikan untuk mendapatkan produk
dengan kemurnian yang diinginkan. Pada proses ini pengaturan kondisi operasi, terutama
pengaturan pemberian panas, sangat diperhatikan dimaksudkan agar pembentukan produk uang
diinginkan dapat maksimal. Suhu produk keluar sekitar 1800oF (850oC) didinginkan mendadak
pada alat penukar panas hingga suhu di bawah suhu 640oC. Untuk proses pemurnian produk
dilakukan pada suhu rendah. Bahan baku dalam proses cracking ada yang berasal dari LPG dan
naptha, selain itu ada juga yang berasal dari etana dan atau propana namun proses ini tidak flesibel.
Reaksi :

2. Dehidrasi Etanol
Proses ini etilen bisa dibuat dari etanol yang dipanaskan bersama alumina dan silika. Saat
sekarang katalis alumina dan asam phospat adalah yang paling sesuai untuk digunakan dalam
industri. Produk dari dehidrasi etanol adalah etilen sebagai produk utama dan eter sebagai hasil
reaksi lebih lanjut.

Reaksi :
Eter terbentuk pada suhu sekitar 230oC sementara pada suhu 300-400oC yield etena
mencapai 94-99%. Reaktor bekerja secara isotermal dalam pipa-pipa yang dipanaskan. Pemurnian
lebih lanjut diperlukan untuk menghilangkan senyawa aldehid, asam-asam, CO2, dan air. Proses
pembuatan etilen dari thermal cracking maupun dehidrasi etanol memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing sebagaimana dijelaskan pada tabel 1 berikut. Ini dapat dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan proses.

Tabel 3.1. Kelebihan dan Kekurangan Proses Pembuatan Etilen

Proses Kondisi operasi Kelebihan Kekurangan


Harga bahan baku murah Operasi berlangsung
1 atm
Thermal cracking karena merupakan pada suhu
100 K
limbah tinggi
1. Bahan baku dapat Harga bahan baku
diperbaharui lebih mahal
Dehidrasi etanol 300-400 ˚C
2. Suhu operasi relatif lebih daripada
rendah harga produk

Dari kedua proses pembuatan etilen di atas, maka dipilih proses pembuatan etilen dari etana
dengan cara thermal cracking. Pertimbangan pemilihan proses ini adalah :
1. Harga bahan baku yang murah, karena bahan baku merupakan limbah
2. Bahan baku mudah diperoleh
Pada pembahasan kali ini, bahan baku dari proses thermal cracking yaitu petrolium yang
berasal dari LPG dan Napthalena. Proses pemecahan hidrokarbon melalui pemanasan atau lebih
dikenal dengan cracking via steam of hidrokarbon merupakan pemecahan senyawa-senyawa
hidrokarbon dari rantai panjang menjadi rantai yang lebih pendek pada suhu tinggi (700-800oC)
dan tekanan tinggi (35 atm) tanpa memerlukan gas O2 untuk pembakaran.

4.) Proses menghasilkan aromatik


Catalytic reforming
Di Catalytic Reforming, campuran hidrokarbon dengan titik didih antara 60-200 ° C dicampur
dengan gas hidrogen dan kemudian terkena platinum klorida atau renium katalis klorida
bifunctional pada 500-525 ° C dan tekanan mulai 8-50 atm Dengan kondisi tersebut, hidrokarbon
alifatik membentuk cincin dan kehilangan hidrogen menjadi hidrokarbon aromatic produk
aromatik reaksi kemudian dipisahkan dari campuran reaksi dengan ekstraksi dengan salah
satudari sejumlah pelarut, termasuk dietilen glikol atau sulfolana, dan benzene kemudian
dipisahkan dari aromatik lainnya dengan distilasi ,ekstraksi aromatik dari reformasi yang
dirancang untuk menghasilkan aromatik dengan komponen terdasar non-aromatik pemulihan
dari aromatik, biasa disebutsebagai BTX benzena, toluena dan xylena , melibatkan ekstraksi
dandistilasi langkah tersebut.
Reaksi-reaksi yang terjadi di catalytic reforming adalah sebagai berikut :
a.Dehidrogenasi Naphthene
Naphthene merupakan komponen umpan yang sangat diinginkan karena reaksi dehidrogenasi-
nya sangat mudah untuk memproduksi aromatic dan by-product hydrogen. Reaksi ini sangat
endotermis (memerlukan panas). Reaksi dehidrogenasi naphthene sangat terbantu oleh metal
catalyst function dan temperatur reaksi tinggi serta tekanan rendah.

b. Isomerisasi Napthene dan Paraffin


Isomerisasi cyclopentane menjadi cyclohexane harus terjadi terlebih dahulu sebelum kemudian
diubah menjadi aromatic. Reaksi ini sangat tergantung dari kondisi operasi.
Contoh reaksi isomerisasi paraffin adalah sebagai berikut :

c. Dehydrocyclization Paraffin
Dehydrocyclization paraffin merupakan reaksi catalytic reforming yang paling susah. Reaksi
dehydrocyclization terjadi pada tekanan rendah dan temperature tinggi. Fungsi metal dan acid
dalam katalis diperlukan untuk mendapatkan reaksi ini.
d. Hydrocracking
Kemungkinan terjadinya reaksi hydrocracking karena reaksi isomerisasi ring dan pembentukan
ring yang terjadi pada alkylcyclopentane dan paraffin dank area kandungan acid dalam katalis
yang diperlukan untuk reaksi catalytic reforming. Hydrocracking paraffin relative cepat dan
terjadi pada tekanan dan temperature tinggi. Penghilangan paraffin melalui reaksi hydrocracking
akan meningkatkan konsentrasi aromatic dalam produk sehingga akan meningkatkan octane
number. Reaksi hydrocracking ini tentu mengkonsumsi hydrogen dan menghasilkan yield
reformate yang lebih rendah.
e. Demetalization
Reaksi demetalisasi biasanya hanya dapat terjadi pada severity operasi catalytic reforming yang
tinggi. Reaksi ini dapat terjadi selama startup unit catalytic reformate semi-regenerasi pasca
regenerasi atau penggantian katalis.
f. Dealkylation Aromatic

Dealkylation aromatic serupa dengan aromatic demethylation dengan perbedaan pada ukuran
fragment yang dihilangkan dari ring. Jika alkyl side chain cukup besar, reaksi ini dapat dianggap
sebagai reaksi cracking ion carbonium terhadap rantai samping. Reaksi ini memerlukan
temperature dan tekanan tinggi

5. proses umum pembuatan syngas terbagi menjadi 3 cara :

1. Gasifikasi Batubara
Proses gasifikasi batubara merupakan proses konversi batubara dari bahan bakar padat
menjadi bahan bakar gas. Pada dasarnya proses gasifikasi batubara merupakan proses pirolisis
dengan temperatur operasi antara 150-900°C, lalu diikuti dengan proses oksidasi gas hasil
proses pirolisis pada temperatur antara 900-1400°C, selanjutnya dilakukan proses reduksi
pada temperatur antara 600-900°C. Proses-proses tersebut diatas dilakukan dalam reaktor
gasifikasi dengan menggunakan panas yang diperoleh dari proses oksidasi. Gasifikasi
batubara berlangsung dalam keadaan kekurangan oksigen (under oxygen shortage) sehingga
terjadi reaksi oksidasi parsial yang akan menghasilkan campuran gas yang masih dapat
dioksidasi lebih lanjut (bersifat bahan bakar).

2. Steam Reforming natural gas/ Steam reforming petroleum products


Feed yang berupa gas alam akan melalui feed pre-treatment yang berupa penghilangan debu
dan partikel berat lainnya, penghilangan sulfur, dan penghilangan merkuri. Lalu masuk ke
tahap steam reforming, dimana pada tahap ini dibagi menjadi 2 yaitu primary reforming dan
secondary reforming. Primary reforming menggunakan steam sebagai panas sedangkan
secondary reforming menggunakan oksigen yang di dapat di udara Setelah mengalami
proses reforming, konsentrasi H2 akan ditingkatkan dalam CO-shift conversion namun hasil
samping dari CO-shift conversion ini adalah CO2 sehingga harus dihilangkan melalui
adsorpsi.

3. Oksidasi Parsial
Proses oksidasi parsial dari gas metana merupakan reaksi katalitik di mana metana bereaksi
langsung dengan oksigen dengan adanya katalis, dan produk syngas yang dihasilkan
memiliki rasio H2/CO baik, yaitu 2.
CH4 + ½O2 CO + 2H2

Tahap oksidasi parsial dilakukan dengan mengontakkan feed yang berupa gas alam yang
telah mengalami feed pre-treatment dengan oksigen. Lalu ketahap CO-shift untuk
meningkatkan konsentrasi H2. Setelah itu akan masuk ke tahap acid gas removal untuk
mengurangi kandungan CO2 dan sisa sulfur. Tahap terakhir yaitu adsorpsi untuk
menghilangkan kandungan CO2 yang tersisa.

+
6. Penggunaan non hidrokarbon pada industry petrokimia
*Hidrogen:
Penggunaan hidrogen dalam kimia dan refinery termasuk ke dalam banyak skema
proses seperti hidrocracking, hidroalkilasi, dan hidrosulfurisasi dari frsaksi petroleum dan
residu. Dalam bidang petrokimia, hidrogen digunakan untuk menghidrogenasi benzene
menjadi sikloheksana dan asam benzoate menjadi asam sikloheksana karboksilat. Senyawa
ini digunakan untuk memproduksi nilon. Dalam proses sintesis gas, hidrogen digunakan
untuk membentuk ammonia dan metanol.

*Sulfur:
Penggunaan utama dari sulfur adalah untuk memproduksi asam sulfat. Sulfur juga
dapat digunakan untuk mengganti 30-50% aspal untuk digunakan sebagai bahan campuran
untuk konstruksi jalan. Sulfur juga bereaksi dengan nitrogen untuk membentuk
polythiazyls. Polimer ini memiliki property elektrik seperti metal.

*Carbon Black:
Carbon black digunakan sebagai pigmen cat dan tinta printer, sebagai agen nukleasi
dari kondisi tertentu, dan absorber pada panel surya. Selain itu carbon black juga digunakan
dalam pembuatan pensil. 70% dari penggunaan carbon black digunakan untuk pembuatan
berbagai produk ban. 20% lainnya digunakan sebagai pembuatan sepatu, ikat pinggang,
dan lain sebagainya. Dan sisanya digunakan dalam produk cat dan tinta printer.

*Gas sintesis:
Gas sintesis sangatlah penting. Contohonya digunakan dalam penggabungan
karbon monoksida dan hidrogen untuk membentuk metanol. Gas sintesis juga merupakan
salah satu sumber terbesar dari hidrogen, dimana digunakan dalam meproduksi ammonia.
Ammonia sangat banyak digunakan dalam proses kimia, seperti dalam pembuatan urea,
ammonium nitrat dan hidrasin. Karbon dioksida yang merupakan produk samping dari gas
sintesis digunakan untuk memproduksi urea dengan mereaksikannya dengan ammonia.

*Napthenics Acids:
Berguna untuk emulsi agricurtural insektisida, unsur adiktif minyak. Contoh lain
yaitu calcium naphthenate acid berguna untuk lubrikan minyak adiktif dan zinc
naphthenate berguna sebagai antioksidan dan pada industry cat

*Cresylic Acids:
Cresylic Acid sering berguna untuk disinfectan untuk menstabilisasi emulsi pada
industry pembuatan sabun. Cresol berguna untuk membentuk flok agar dapat mengapung
sehingga dapat dipisahkan. Tricresyl fosfat berguna untuk campuran plastis pada polivinil
clodrida.

Anda mungkin juga menyukai