Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA 1


“TANGKI PENGADUK”

Disusun oleh:

Kelompok : LTK-I-02

Nama Praktikan : Rosmawati Purnama Sari (NIM : 2311211026)

Rizka Nurul Kamila (NIM : 2311211037)

Ilyas Aminudin (NIM : 2311211044)

Tanggal Praktikum : 7 Juni 2023

Dosen Pembimbing : Febrianto Adi N., Ir., MM. (NID : 412142766)

Asisten Lab : Mochamad Rafly G (NIM : 2311191040)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu operasi proses di industri kimia, pengadukan dan pencampuran
merupakan bagian yang sangat penting untuk keberhasilan operasi suatu proses.
Pengadukan menciptakan pola aliran dalam sistem. Pola aliran yang terjadi dalam
cairan yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk, karakteristik fluida yang
diaduk, dan ukuran serta perbandingan antara tangki, pengaduk, dan sekat.
Pengetahuan mengenai proses yang terjadi dalam operasi pengadukan dan
pencampuran yang banyak diterapkan di dalam industri tentunya sangat diperlukan.
Pengaplikasian proses pengadukan dalam industri contohnya yaitu pada industri
pangan seperti pembuatan selai dan pada industri pembuatan cat.
Oleh karena itu, dilakukannya praktikum tangki pengaduk bertujuan agar kita
dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan operasi pengadukan dan
pencampuran, seperti pola aliran dalam proses pengadukan, mengetahui faktor yang
mempengaruhi kebutuhan daya, serta mengetahui hubungan antara bilangan
Reynold (NRe ), bilangan Power (NPo), dan bilangan Froude (NFr).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mempelajari pola aliran berdasarkan pada jenis pengaduk (impeller),
pengaruh laju putar pengaduk terhadap pola aliran.
2. Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (NRe), bilangan Power
(NPo), dan bilangan Froude (NFr), P (watt) dengan jumlah putaran (N),
dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (P)
untuk proses pengadukan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencampuran (mixing)


Pencampuran (mixing) adalah operasi tersebarnya bahan secara acak dari
suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua
fasa atau lebih. Suatu penyebaran merata dari komponen-komponen campuran
tercapai bila dalam sistem campuran tidak terdapat lagi perbedaan konsentrasi,
viskositas, besar butiran, suhu dan sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dalam fasa cair dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible)
2. Pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur
sebagian (immiscible).
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme perpindahan
momentum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen, pencampuran terjadi
pada tiga tingkatan yang berbeda :
1. Pencampuran yang disebabkan oleh aliran cairan secara keseluruhan
(bulk- flow), disebut mekanisme konvektif.
2. Pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk
dan tercampakkan dalam medan aliran (eddies) yang disebut sebagai
eddy diffusion.
3. Pencampuran karena gerakan molekuler, merupakan mekanisme
pencampuran yang dikenal sebagai difusi
Ketiga mekanisme tersebut terjadi secara bersamaan, tetapi tingkatan eddy
diffusion merupakan tingkatan yang paling menentukan. Mekanisme ini
membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen dan laminer.

2.2 Tangki Pengaduk


Pencampuran (mixing) merupakan proses yang dilakukan untuk mengurangi
ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas, temperatur dan lain-
lain. Dilakukan dengan mendistribusikan secara acak dua fasa atau lebih yang
mula-mula heterogen sehingga menjadi campuran homogen. Peralatan proses

2
pencampuran merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya menentukan derajat
homogenitas yang dapat dicapai, tapi juga mempengaruhi perpindahan panas yang
terjadi.
Tangki berpengaduk (tangki reaksi) adalah bejana pengaduk tertutup yang
berbentuk silinder. Untuk pertukaran panas, tangki biasanya dilengkapi dengan
mantel ganda yang di las atau di sambung dengan flens atau dilengkapi dengan
kumparan yang berbentuk belahan pipa yang dilas. Untuk mencegah kerugian panas
yang tidak dikehendaki tangki dapat diisolasi. Hal penting dari tangki pengaduk,
antara lain :
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya
cekung.
2. Ukuran : diameter dan tinggi tangki.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam
tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai
pengendali suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk
pengukuran suhu.
e. Kumparan kalor.
f. Kelengkapan lainnya seperti tutup tangki dan sebagainya.
4. Pengaduk (impeller)
Skema lengkap dari sebuah tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan
pada Gambar 2.1.

3
Gambar 2.1. Tangki Pengaduk

2.3 Pengaduk
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut.
Oleh sebab itu pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk.
Pencampuran yang baik diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses
pencampuran, serta daya yang diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan,
pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan :
a. Pengaduk aliran aksial, akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan
sumbu putaran.
b. Pengaduk aliran radial, akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vortex atau terjadinya pusaran dan dapat
dihilangkan dengan pemasangan baffle atau cruciform baffle.
c. Pengaduk aliran campuran, merupakan gabungan dari kedua jenis
pengaduk di atas.
Pola aliran yang dihasilkan oleh tiap-tiap pengaduk tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

4
Gambar 2.2 Pola Aliran Fluida Di Dalam Tangki Berpengaduk: (a) Flat-Blade
Turbine; (b) Marine Propeller; (c) Helical Screw

Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan


komponen longitudinal pada arah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola
aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action).
Pengadukan pada kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran
melingkar disekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vortex.
Vortex dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak
menggunakan baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena
beberapa alasan. Pertama kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam
tangki. Hal ini disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua,
udara dapat masuk dengan mudah ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat
tangki jatuh hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan
mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan
sehingga fluida tumpah.
Upaya ini dapat dilakukan untuk menghindari vortex, yaitu :
1. Menempatkan tangki pengaduk lebih tepi (off-center)
2. Menempatkan tangki pengaduk dengan posisi miring
3. Menambahkan baffle pada dinding tangki.

Gambar 2.3 Posisi Impeller: Posisi miring, posisi off-center, Penambahan baffel

5
Pengaduk jenis turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical
screw dapat membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju keatas permukaan
cairan. Pengaduk jenis Paddles membentuk aliran arah radial dan tangensial.

2.4 Jenis Pengaduk


Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses
pencampuran serta daya yang diperlukan. Pengaduk atau impeller berfungsi untuk
menggerakkan bahan (cair, cair/padat, cair,cair/gas, cair/padat/gas) di dalam
bejana, pengaduk membangkitkan pola aliran didalam sistem dan menyebabkan zat
cair tersirkulasi didalam bejana dan akhirnya kembali ke impeller. Pada tangki
berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada beberapa faktor antara
lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Turbine
Turbine merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut
konstan, digunakan pada viskositas fluida rendah. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial. Di sekitar turbin terjadi daerah
turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida.

Gambar 2.4 Tipe-tipe pengaduk jenis turbin : (a) Flat Blade; (b) Curved Blade; (c)
Pitched Blade

2. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi
dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang

6
memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk
tangki.

Gambar 2.5 Tipe-tipe pengaduk jenis propeller : (a) Standard three baldes; (b)
Weedless; (c) Guarded

3. Paddles
Paddles digunakan pada aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa
baffle. Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan
hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horisontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah.
Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi
agitasi.

Gambar 2.6 Tipe-tipe pengaduk jenis padel : (a) Basic; (b) Anchor; (c) Glassed

Gambar 2.7 Bentuk-bentuk pengaduk: (a) Pengaduk paddle; (b) Pengaduk


propeller; (c) Pengaduk turbine

7
Gambar 2.8 Pola aliran pada pengaduk jenis propeller

2.5 Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan.
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. Ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b. Bentuk atau jenis pengaduk (turbine, propeller, paddel)
c. Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. Laju putaran pengaduk
e. Kedudukan pengaduk pada tangki
1) Jarak terhadap dasar tangki
2) Pola pemasangannya:
 Center, vertikal
 Off-center, vertikal
 Miring (inciclined) dari atas - horisontal
 Jumlah daun pengaduk
 Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:
a. Perbandingan kerapatan/densitas cairan yang diaduk
b. Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. Jumlah kedua cairan yang diaduk
d. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

8
Untuk selanjutnya faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat
dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik
pengadukan, terutama terhadap waktu pencampuran.
Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variabel proses dan operasi
yang ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
θm = f ( ρ, μ, N, D, g. dimensi geometri sistem)………………………...........(2.1)
Dengan :
θm = Waktu pencampuran
ρ = Densitas fluida
μ = Viskositas fluida
N = Kecepatan putaran pengaduk
D = Diameter pengaduk
g = Percepatan gravitasi

2.6 Kebutuhan Daya


Perkiraan kebutuhan daya yang diperlukan untuk mengaduk cairan dalam
tangki pengaduk dapat dihitung atas dasar percobaan pada skala laboratorium.
Persyaratan penggunaan hubungan empiris tersebut adalah adanya:
a. Kesamaan geometris yang menentukan kondisi batas peralatan, artinya
bentuk kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran-ukuran geometris
berikut ini sama untuk keduanya:
𝐷𝑇 𝐶 𝐽 𝑠 𝑊 𝐻
; 𝐷 ; 𝐷 ; 𝐷 ; 𝐷 ; 𝐷 …………………………………………………………(2.2)
𝐷

Dimana:
DT = diameter tangki
D = diameter pengaduk
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
J = lebar baffle
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangka

9
b. Kesamaan dinamika dan kesamaan kinematik, yaitu terdapat kesamaan harga
perbandingan antara gaya yang bekerja di suatu kedudukan (gaya viskos
terhadap gaya gravitasi, gaya inersia terhadap gaya viskos, dan sebagainya).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (power) adalah P untuk
pengadukan, diameter pengaduk D, kekentalan cairan μ, kerapatan cairan ρ, medan
gravitasi g, dan laju putar pengaduk N. Maka secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
....………………..................................………………...(2.3)
Bila dianggap hubungan besaran-besaran tersebut seperti persamaan berikut:
............………………………………………………….(2.4)
Dimana K adalah konstanta, dengan analisa dimensi yang menggunakan dimensi
M untuk massa, L untuk panjang, dan T untuk waktu, maka:

𝑀𝐿2 𝑀 2 𝐿 𝑒 𝑀 𝑓 1 𝑔
( 𝑇 3 ) = 𝐿𝑎 (𝐿𝑇) (𝑇 2 ) (𝐿3 ) (𝑇) ……........………….……………………..(2.5)

dengan menyelesaikan persamaan tersebut, diperoleh:

−𝑏 −𝑒
𝑃 𝐷2 𝑁 𝐷𝑁2
(𝐷5 𝜌𝑁3 ) = 𝐾 ( ) ( ) ……………….................………………….....(2.6)
𝜇 𝑔

2.7 Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk


Hidrodinamika fluida yang terjadi dalam tangki berpengaruh dapat
ditentukan dalam suatu korelasi empiris antara bilangan Reynolds, Froude dan
Power. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing bilangan:
1. Bilangan Reynold (NRe)
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang menyatakan
perbandingan antara gaya inersi dan gaya viskos. Bilangan ini menggambarkan
jenis aliran dalam fluida yang disebabkan oleh putaran batang pengaduk. Secara
matematis bilangan ini dapat ditulis:

……………………………………………………………………(2.7)

10
Dimana :
Da = diameter impeller (m)
N = kecepatan putaran impeller (putaran/detik)
ρ = densitas (kg/ m3)
μ = viskositas. (Pa.s)
2. Bilangan Power (NPo)
Bilangan ini digunakan untuk menggambarkan hubungan dan kaitannya
dalam pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung power atau daya yang
dibutuhkan pada operasi yang dilaksanakan. Secara matematis bilangan ini dapat
ditulis :

…………………………………………………………………...(2.8)
Dimana:
P = daya (J/s)
Da = diameter impeller (m)
N = kecepatan putaran impeller (rps)
ρ = densitas (kg/m3)
3. Bilangan Froude (NFr)
Bilangan ini digunakan untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi dalam
penentuan gerakan fluida dan juga untuk mengetahui besarnya vortex yang terjadi.
Secara matematis bilangan ini dapat ditulis:
𝐷𝑁 2
𝑁𝐹𝑟 = …………………………………………………………………….(2.9)
𝑔

Dimana :
D = diameter impeller (m)
N = kecepatan putaran impeller (putaran/detik)
g = gravitasi bumi (m/s²)

11
2.8 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dan Bilangan Power

Gambar 2.9 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dan Bilangan Power untuk
Pengaduk Propeller

Gambar 2.10 Grafik Hubungan Bilangan Reynolds dan Bilangan Power untuk
Pengaduk Turbin

12
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan


Pada percobaan tangki pengaduk ini alat yang digunakan adalah:
1. Rangkaian alat tangki pengaduk
2. Gelas ukur 500 ml
3. Gelas kimia 2000 ml
4. Piknometer 25 ml
5. Pipet volume 25 ml
6. Ball pipet
7. Stopwatch
8. Viskometer Ostwald
9. Motor pengaduk
10. Neraca analitik
11. Batang pengaduk
12. Impeller
13. Spatula
14. Botol semprot
15. Penggaris
16. Pipet tetes
17. Kontroller
18. Corong

3.2 Bahan Percobaan


Pada percobaan tangki pengaduk ini bahan yang digunakan adalah:
1. Air
2. Garam dapur
3. Sekam padi

13
3.3 Diagram Alir
3.3.1 Pembuatan Larutan Sampel
Ditimbang bahan garam dengan berat sesuai variasi menggunakan neraca
analitik

Dimasukkan bahan ke dalam gelas kimia

Ditambahkan air ke dalam gelas kimia yang berisi bahan

Dilarutkan bahan dengan air menggunakan motor pengaduk

Dihitung densitas dan viskositas larutan


Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Larutan Sampel

3.3.2 Pengukuran Densitas


Ditimbang massa piknometer

Ditimbang massa piknometer + air

Ditimbang massa piknometer + sampel

Diolah data yang di dapat untuk menghitung densitas


Gambar 3.2 Diagram Alir Pengukuran Densitas

14
3.3.3 Pengukuran Viskositas
Dimasukkan larutan kedalam viskometer Ostwald

Dipasangkan ball pipet pada salah satu ujung kemudian dihisap sampai
melewati titik A

Disiapkan stopwatch kemudian lepaskan ball pipet

Dihitung waktu yang diperlukan hingga larutan melewati titik B

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengukuran Viskositas

3.3.4 Percobaan Pengadukan


3.3.4.1 Mengamati Pola Aliran
Dipasang pengaduk (impeller) pada rangkaian alat pengaduk

Dimasukkan air dan sekam padi ke dalam tangki

Dinyalakan alat pengaduk dengan menekan tombol hands on, kemudian


diatur kecepatan pengaduk sesuai variasi

Diamati pola aliran yang terjadi pada tangki pengaduk


Gambar 3.4 Diagram Alir Mengamati Pola Aliran

15
3.3.4.2 Proses Pengadukan
Dialirkan arus listrik pada rangkaian alat percobaan

Dipasangkan pengaduk (impeller) pada motor pengaduk lalu menekan


tombol hands on yang ada pada alat kemudian mengatur kecepatan
pengaduk sesuai variasi lalu menekan tombol reset off

Dipasang tangki yang berisi larutan sampel pada rangkaian alat

Ditekan tombol hands on untuk memulai pengadukan

Diambil sampel fluida dalam proses pengadukan setiap selang waktu


tertentu sesuai variasi, kemudian mengukur densitas dan juga waktu
viskositasnya

Diolah data yang telah didapatkan untuk mencari NRe, NPo dan NFr
Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Pengadukan

16
3.4 Skema Alat
Berikut adalah skema alat yang digunakan pada percobaan ini:

AA

BB

C
D
D

Gambar 3.6 Rangkaian alat tangki pengaduk

Keterangan:
A : Voltmeter
B : RPM display
C : Amperemeter
D : Impeller

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pola Aliran


Pada percobaan pola aliran, tangki yang digunakan yaitu tangki dengan baffle
dan tangki Unbaffle. Pengaduk yang digunakan yaitu propeller dan turbine. Bahan
yang digunakan untuk mengamati pola aliran yaitu air dan sekam padi dengan
kecepatan pengaduk 145 rpm. Pada pengamatan pola aliran dengan pengaduk
propeller dapat diamati dengan menggunakan tangki baffle aliran yang terbentuk
yaitu laminar dengan arah aliran aksial dan membutuhkan kuat arus sebesar 0,144
Ampere serta tegangan sebesar 18,9 volt, sedangkan pada tangki unbaffle pola
aliran yang terbentuk yaitu laminer dengan arah aliran aksial, dan membutuhkan
kuat arus sebesar 0,142 Ampere serta tegangan sebesar 18,6 volt.
Selanjutnya pengamatan pola aliran dengan jenis pengaduk turbine. Pada
tangki unbaffle pola aliran yang terbentuk yaitu radial dengan arah aliran tangensial
dan membutuhkan kuat arus sebesar 0,152 Ampere serta tegangan sebesar 18,9 volt,
sedangkan pada tangki tanpa baffle pola aliran yang terbentuk yaitu radial dengan
arah aliran tangensial dan membutuhkan kuat arus sebesar 0,146 Ampere serta
tegangan sebesar 18,9 volt.
Penggunaan baffle pada pengadukan sangat berpengaruh terutama pada
penggunaan pengaduk turbin. Pada pengaduk turbin dengan tangki tanpa baffle pola
aliran yang terbentuk adalah turbulen, setelah menggunakan baffle menjadi laminer.
Penggunakan baffle juga mempengaruhi keefektifan dalam proses pengadukan dan
menghilangkan vortex pada campuran.

18
4.2 Pengaruh Hubungan Bilangan Nre Terhadap Npo
4.2.1 Hubungan Antara Bilangan Reynold (NRe) dengan Bilangan Power (NPo)
pada Pengaduk Propeller

Grafik Hubungan Nre dan Npo Pada Pengaduk Propeller


220
219
218
217 unbaffle 1 : 1 v/v
216 unbaffel 1 : 2 v/v
Npo

215 unbaffle 1 : 3 v/v


214 baffle 1 : 1 v/v

213 baffle 1 : 2 v/v

212 baffle 1 : 3 v/v

211
18400 18600 18800 19000 19200 19400
Nre

Gambar 4.1 Grafik Hubungan NRe dan NPo Pada Pengaduk Propeller

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa hasil percobaan pengadukan


campuran larutan garam dengan air murni menggunakan pengaduk propeller
dengan tangki yang tidak diberi sekat (unbaffle) dan diberi sekat (baffle)
menujukkan bahwa harga antara NPo dan NRe berbanding terbalik. Dimana untuk
pengaduk propeller dengan tangki unbaffle diperoleh nilai Nre dan Npo berturut-
turut pada konsentrasi larutan garam dan air murni 1:1; 1:2; serta 1:3 adalah
(18896,23 dan 216,65; 19248 dan 215,27; 18628 dan 211,87). Untuk pengaduk
propeller dengan tangki baffle diperoleh nilai NRe dan NPo berturut-turut pada
konsentrasi larutan garam dan air murni 1:1; 1:2; serta 1:3 adalah (18487,6 dan
219,5; 19332,34 dan 217,89; 18454,21 dan 215,93).

19
4.2.2 Hubungan Antara Bilangan Reynold (NRe) dengan Bilangan Power (NPo)
pada Pengaduk Turbin

Grafik Hubungan Nre dan Npo Pada Pengaduk Turbin


1060
1040
1020
1000 unbaffle 1 : 1 v/v
980 unbaffel 1 : 2 v/v
Npo

960 unbaffle 1 : 3 v/v


940 baffle 1 : 1 v/v

920 baffle 1 : 2 v/v

900 baffle 1 : 3 v/v

880
10550 10600 10650 10700 10750 10800 10850
Nre

Gambar 4.2 Grafik Hubungan NRe dan NPo Pada Pengaduk Turbine
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil percobaan pengadukan
campuran larutan garam dengan air murni menggunakan pengaduk turbin dengan
tangki yang tidak diberi sekat (unbaffle) dan diberi sekat (baffle) menujukkan
bahwa harga antara NPo dan NRe berbanding terbalik. Dimana untuk pengaduk
turbin dengan tangki unbaffle diperoleh nilai NRe dan NPo berturut-turut pada
konsentrasi larutan garam dan air murni 1:1; 1:2; serta 1:3 (v/v) adalah (10569,4
dan 895,5; 10794 dan 913,5; 10576,3 dan 921). Untuk pengaduk turbin dengan
tangki baffle diperoleh nilai NRe dan NPo berturut-turut pada konsentrasi larutan
garam dan air murni 1:1; 1:2; serta 1:3 (v/v) adalah (10626,6 dan 912,3; 10642 dan
1047,6; 10679,9 dan 973,8).
Faktor yang mempengaruhi NRe adalah kecepatan putaran pengadukan,
densitas liquid, diameter pengaduk, dan viskositas liquid. Semakin besar nilai
ketiga faktor tersebut akan semakin lama waktu pengadukan nilai NRe akan semakin
besar. Sedangkan faktor yang mempengaruhi NPo adalah besar kecilnya Da
(diameter impeller) karena ukuran diameter impeller yang besar memiliki nilai NRe
yang lebih besar dan memiliki NPo yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
ukuran diameter impeller kecil, selain itu densitas juga menjadi salah satu faktor

20
karena semakin tinggi konsentrasi larutan, maka densitas larutan tersebut akan
semakin tinggi dan akan menyebabkan nilai NPo kecil. Nilai densitas berbanding
lurus dengan konsentrasi atau kerapatan dalam suatu larutan.

21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan tangki pengaduk, dapat disimpulkan bahwa :


1. Pengadukan dengan jenis pengaduk yang berbeda akan menghasilkan pola
aliran yang berbeda pula. Propeller menghasilkan pola aliran laminer dengan
arah aliran aksial dan Turbine menghasilkan pola aliran radial dengan ara
aliran tangensial.
2. Pemasangan baffle pada tangki dapat menghindari adanya vortex dan dapat
meningkatkan NRe.
3. Hubungan antara bilangan Reynolds (NRe) dan bilangan Power (NPo) adalah
berbanding terbalik. Semakin besar nilai NRe, maka nilai NPo akan semakin
kecil begitupun sebaliknya.
4. Hubungan antara kebutuhan daya (P) dan bilangan Power (NPo) adalah
berbanding lurus. Semakin besar daya yang dibutuhkan, maka nilai NPo yang
dihasilkan akan semakin besar.
5. Hubungan antara bilangan Reynolds (NRe) dan bilangan Froude (NFr) adalah
berbanding lurus. Semakin besar nilai NRe yang dihasilkan, maka nilai NFr
akan semakin besar.
6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keburuhan daya pada proses
pengadukan yaitu penggunaan jenis pengaduk, kecepatan putaran pengaduk
per-menit, serta lama waktu pengadukan. Sifat fisik (viskositas dan densitas)
menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi kebutuhan daya pada proses
pengadukan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aries, R.S., Newton, R.D., 1955. Chemical Engineering Cost Estimation, McGraw
Hill Book Company, New York.

Badger ,W.L. and Banchero, J.T.,1955. Introduction to Chemical Engineering,


International Student Edition, McGraw Hill Kogakusha Company, Tokyo.

Coulson, J.M. And Richardson, J.F., 1985. Introduction to Chemical Engineering


Design,volume 6, Pergamon Press, Oxford.

Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Process and Separation Processes


Principles (Includes Unit Operation), 4thEdition. Amerika: PT R Prentice-
Hall Inc.
Laboratorium Teknologi Kimia, 2018. Petunjuk Praktikum Laboratorium
Teknologi Kimia 1. Cimahi: Universitas Jenderal Achmad Yani.

McCabe, Warren L , Julian C.Smith, Peter Harriot. 1993. Unit Operation Of


Chemical Engineering, fifth edition. Singapore: Mc Graw-hill.inc.
Perry, R.H., Green, D., 2008, Perry’s. Chemical Engineers’ Handbook, 7th ed.,
McGraw Hill Companies Inc., USA.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Data Densitas Air Cair


Tabel A.1 Data Literatur Densitas Air Cair
Temperatur Densitas
K oC gr/cm3 kg/m3

298,15 25 0,99708 997,08


Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principles

A.2 Data Viskositas Air Cair


Tabel A.2 Data Literatur Viskositas Air Cair
Temperatur Viskositas
K oC [(Pa.s) 103, (kg.m.s) 103, cp]

298,15 25 0,8937
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principles

A.3 Data Gravitasi


Gravitasi : 9,80665 m/s2
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN

B.1 Kalibrasi Piknometer dan Viskometer


a. Kalibrasi Piknometer
Massa piknometer = 0,0253 kg
Massa piknometer + air = 0,0526 kg
Massa air = 0,0273 kg
b. Kalibrasi Viskometer Ostwald
t0 (1) = 2,75 detik

B.2 Percobaan Pola Aliran


 Tinggi tangki baffle : 19,3 cm ; diameter : 14,6 cm
 Tinggi tagki unbaffle : 17,5 cm ; diameter : 14,3 cm
 Jenis pengaduk : propeller dan turbin
Diameter propeller : 8 cm
Diameter turbin : 6 cm
 Putaran baffle dan unbaffle : 145 rpm
 Bahan : sekam padi
Tabel B.1 Percobaan Pola Aliran
Jenis I Tengangan N
No. Pola Aliran
Pengaduk (Ampere) (Volt) (rpm)
1. Propeller 0,144 18,9 145 Laminer, dengan
(baffle) arah aliran aksial
2. Propeller 0,142 18,6 145 Laminer, dengan
(unbaffle) arah aliran aksial
3. Turbin 0,152 18,9 145 Radial, dengan
(baffle) arah aliran
tangensial
Jenis I Tengangan N
No. Pola Aliran
Pengaduk (Ampere) (Volt) (rpm)
4. Turbin 0,146 18,9 145 Radial, dengan
(unbaffle) arah aliran
tangensial

B.3 Percobaan Pengadukan 25 gr/L


 Larutan garam 1:1 = 21,25 gram campuran garam: 1700 ml air
 Larutan garam 1:2 = 14,17 gram campuran garam: 1700 ml air
 Larutan garam 1:3 = 10,63 gram campuran garam: 1700 ml air
 Kecepatan: 145 rpm
 Waktu pengambilan sampel setiap 5 menit, hingga 15 menit
pengadukan

B.4 Data Pada Percobaan Larutan Garam 1:1 v/v


Tabel B.1 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller propeller
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (pas) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1029,89 0,00092 0 0 0 0
5 1010,62 0,00083 145 2,42 18,5 0,133
10 1014,15 0,00085 145 2,42 18,5 0,127
15 1014,28 0,00082 145 2,42 18,5 0,131

Tabel B.2 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller


propeller dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1008,91 0,00079 0 0 0 0
5 1005,74 0,00082 145 2,42 18,2 0,129
10 1009,15 0,00086 145 2,42 18,2 0,127
15 1003,54 0,00084 145 2,42 18,2 0,125
Tabel B.3 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller turbin
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1012,32 0,00084 0 0 0 0
5 1006,35 0,00082 145 2,42 18,2 0,129
10 1006,23 0,00082 145 2,42 18,2 0,127
15 1005,37 0,00083 145 2,42 18,2 0,126

Tabel B.4 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller turbin
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1009,03 0,00083 0 0 0 0
5 1009,03 0,00081 145 2,42 18,1 0,126
10 1011,84 0,00087 145 2,42 18,1 0,124
15 1011,23 0,00082 145 2,42 18,1 0,124

B.5 Data Pada Percobaan Larutan Garam 1:2 v/v


Tabel B.5 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller propeller
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 954,64 0,00076 0 0 0 0
5 1020,13 0,00082 145 2,42 18,2 0,130
10 1016,35 0,00079 145 2,42 18,2 0,127
15 1013,30 0,00084 145 2,42 18,2 0,125
Tabel B.6 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller
propeller dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1002,45 0,00075 0 0 0 0
5 1006,23 0,00083 145 2,42 18,1 0,127
10 1006,47 0,00084 145 2,42 18,1 0,126
15 1005,98 0,00081 145 2,42 18,1 0,125

Tabel B.7 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller turbin
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1002,57 0,00083 0 0 0 0
5 996,71 0,00079 145 2,42 18,3 0,153
10 1003,91 0,00082 145 2,42 18,3 0,146
15 1002,08 0,00083 145 2,42 18,3 0,137

Tabel B.8 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller turbin
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1006,23 0,00080 0 0 0 0
5 1005,49 0,00082 145 2,42 18,2 0,129
10 1006,71 0,00081 145 2,42 18,2 0,127
15 1006,71 0,00082 145 2,42 18,2 0,126
B.6 Data Pada Percobaan Larutan Garam 1:3 v/v
Tabel B.9 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller propeller
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1000,86 0,00085 0 0 0 0
5 1007,69 0,00085 145 2,42 18,1 0,129
10 1015,01 0,00084 145 2,42 18,1 0,127
15 1017,20 0,00084 145 2,42 18,1 0,125

Tabel B.10 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller


propeller dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1005,59 0,00086 0 0 0 0
5 1006,10 0,00081 145 2,42 18,1 0,126
10 1003,67 0,00083 145 2,42 18,1 0,124
15 1005,37 0,00084 145 2,42 18,1 0,122

Tabel B.11 Data Pengadukan dengan tangki baffle menggunakan impeller turbin
dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1005,13 0,00081 0 0 0 0
5 1000,74 0,00082 145 2,42 18,4 0,137
10 1003,54 0,00083 145 2,42 18,4 0,135
15 1004,88 0,00081 145 2,42 18,4 0,133
Tabel B.12 Data Pengadukan dengan tangki unbaffle menggunakan impeller
turbin dengan kecepatan 145 rpm
Waktu Densitas Viskositas N N Voltmeter I
(menit) (kg/m3) (s) (rpm) (rps) (Volt) (Ampere)
0 1004,64 0,00081 0 0 0 0
5 1006,35 0,00082 145 2,42 18,2 0,129
10 1006,59 0,00084 145 2,42 18,2 0,128
15 1006,23 0,00085 145 2,42 18,2 0,126
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA

C.1 Perhitungan Antara P, NRe, NPo, dan NFr


C.1.1 Pengadukan dengan Jenis Tangki Baffle dan Impeller Propeller
Tabel C.1 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:1 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,37 1,849 x 104 219,51 0,048

Tabel C.2 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:2 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,13 1,933 x 104 217,89 0,048

Tabel C.3 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:3 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,13 1,845 x 104 215,93 0,048

C.1.2 Pengadukan dengan Jenis Tangki Unbaffle dan Impeller Propeller


Tabel C.4 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:1 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,13 1,889 x 104 216,65 0,048
Tabel C.5 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:2 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,05 1,925 x 104 215,27 0,048

Tabel C.6 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:3 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 9,89 1,863 x 104 211,87 0,048

C.1.3 Pengadukan dengan Jenis Tangki Baffle dan Impeller Turbin


Tabel C.7 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:1 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,13 1,063 x 104 912,29 0,036

Tabel C.8 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:2 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 11,56 1,064 x 104 1047,57 0,036

Tabel C.9 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:3 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,77 1,068 x 104 973,79 0,036
C.1.4 Pengadukan dengan Jenis Tangki Unbaffle dan Impeller Turbin
Tabel C.10 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:1 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 9,97 1,057 x 104 895,47 0,036

Tabel C.11 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:2 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,13 1,079 x 104 913,45 0,036

Tabel C.12 Data Perhitungan Antara P, NRe, NPo dan NFr Pada 1:3 v/v dengan
kecepatan 145 rpm
P
Waktu Pengadukan (menit) NRe NPo NFr
(Watt)
15 10,21 1,058 x 104 920,97 0,036
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN

D.1 Menghitung Densitas (𝝆) Larutan


D.1.1 Kalibrasi Piknometer
Massa air = (massa piknometer kosong +air) – (massa piknometer kosong)
= 0,0526 kg – 0,0253 kg
= 0,0273 kg
Densitas air pada (25°C ) = 997,08 kg/m3
massa air
Volume piknometer = densitas (literatur pada T)
0,0273 kg
= kg
997,08
m3

= 2,73 x 10-5 m3
D.1.2 Densitas Larutan Garam
(massa pikno+larutan )–(massa pikno kosong )
Densitas Larutan = volume piknometer
0,0531 - 0,0253
= 2,7333 x 10−5

= 1,02 x 103 kg/m3


D.2 Menghitung Viskositas (µ) Larutan
Contoh pada larutan garam dengan berat 21,25 gr dalam 1700 ml air
Viskositas pada (25°C) = 0.0008937 kg/ms
ρ larutan×t larutan
μ larutan = μ air ×
ρ air ×t air
kg
1,03 x 103 × 2,48 s
m3
= 0,0008937 kg/m.s × kg
997,08 × 2,75 s
m3

= 0,00084 kg/m.s

D.3 Menghitung Kebutuhan Daya (P)


rpm x 220 rpm
V= 400
145 x 220 rpm
V= = 79,75 volt
400
Daya untuk mencampurkan larutan garam 21,25 gr dengan air murni 1700
ml menggunakan impeller propeller dengan voltase 79,75 volt adalah
P=VxI
= 79,75 V x 0,130 A
P = 10,37 Watt
D.4 Menghitung NRe, NPo, dan NFr
Contoh perhitungan larutan garam 21,25 gr dengan air murni 1700 ml
menggunakan impeller propeller:

D2 Nρ
NRe = μ

0,082 x 2,42 x 1,017x103


= = 1,849 x 104
8,522x10−4

P
NPo =
D5 ρN3

10,37
= 0,085 x 1,017x103 x 2,423 = 219,51

DN2
NFr = g

0,08 x 2,422
= = 0,048
9,80665
LAMPIRAN E
DOKUMENTASI

Gambar E.1 Gambar E.2 Rangkaian Alat Gambar E.3 Mengamati


Menimbang Tangki Pengaduk Pola Aliran Impeller
Piknometer + larutan Propeller pada Tangki
sampel Unbaffle

Gambar E.4 Gambar E.5 Gambar E.6


Mengamati Pola Mengamati Pola Aliran Impeller Mengamati Pola Aliran
Aliran Impeller Turbine pada Tangki Baffle Impeller Turbine pada
Propeller pada Tangki Tangki Unbaffle
Baffle

Anda mungkin juga menyukai