Semester IV 2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM
MIXING
1. Kalibrasi Rpm
2. Pencampuran bahan/mixing
3. Analisa sampel
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
o Tangki berpengaduk/reaktor
o Gelas ukur plastik 2000 mL
o Gelas Kimia 250 mL
o Pipet Ukur 25 mL
o Piknometer
o Timbangan Analitik
o Stopwatch
o Bola hisap
o Viskometer Oswald
o Baskom plastik
BAHAN
o Garam dapur halus
o Air
IV. DASAR TEORI
A. Pengertian Mixing
Pencampuran (mixing) adalah suatu proses pencampuran bahan sehingga dapat
bergabung menjadi suatu homogen yang bersifat seragam dan memiliki
penyebaran yang sempurna. Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan
mengurangi ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu
bahan. Dalam kimia, suatu pencampuran (mixing) adalah sebuah zat yang dibuat
dengan menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang
terjadi, sementara tidak ada perubahan fisik dalam suatu pencampuran, sifat
kimia suatu
pencampuran seperti titik lelehnya dapat menyimpang dari komponennya.
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.
Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu
yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang
lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara untuk operasi
pencampuran. Pencampuran dapat bersifat homogen atau heterogen.
Tujuan dari proses pencampuran yaitu mengurangi ketidaksamaan atau
ketidakrataan dalam komposisi, temperature atau sifat-sifat lain yang terdapat
dalam suatu bahan atau terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik
dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya
homogenitas, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari
hasil pencampuran adalah terjadinya keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia,
terjadinya perpindahan panas, dan perpindahan massa. Dan dampak tersebut
merupakan tujuan akhir dari suatu proses pencampuran.
B. Jenis – Jenis Pencampuran
1. Pencampuran bahan padat-padat
Pencampuran dua atau lebih dari bahan padat banyak dijumpai yang akan
menghasilkan produk komersial industri kimia. Contohnya Pencampuran bahan
pewarna dengan bahan pewarna lainnya atau dengan bahan penolong untuk
menghasilkan nuansa warna tertentu atau warna yang cemerlang.
2. Pencampuran bahan cair-gas
Untuk proses kimia dan fisika tertentu gas harus dimasukkan ke dalam cairan,
artinya cairan dicampur secara sempurna dengan bahan-bahan berbentuk gas.
Contohnya Proses hidrogenasi, khorinasi dan fosfogensi, Oksidasi cairan oleh
udara (fermentasi, memasukkan udara kedalam lumpur dalam instalasi
penjernih biologis).
3. Pencampuran bahan cair-padat
Pada persiapan atau pelaksaan proses kimia dan fisika serta juga pada
pembuatan produk akhir komersial, seringkali cairan harus dicampur dengan
bahan padat. Pencampuran cairan dengan padatan akan menghasilkan suspensi.
4. Pencampuran Cair-Cair
Tujuan pencampuran cair-cair adalah untuk mempersiapkan atau
melangsungkan proses-proses kimia dan fisika serta juga untuk membuat
produk akhir yang komersil. Beberapa contoh pencampuran cair-cair adalah
pada pembuatan sirop, obat tetes dan larutan injeksi.
5. Pencampuran Gas – Padat
Pencampuran gas dengan bahan padat termasuk proses yang jarang
dilakukan. Proses tersebut digunakan misalnya pada pengangkutan puing secara
pneumatic, pada pembakaran serbuk pemadam api. Kebanyakan persoalannya
adalah bagaimana mendistribusikan bahan padat itu secara merata kedalam gas
yang mengalir kontinyu
6. Pencampuran Gas – gas
Pencampuran gas dengan gas lain terutama dilakukan pada pembuatan
campuran bahan bakar yang berbentuk gas dalam alat pembakar dengan gas
(misalnya campuran bahan bakar – udara).
7. Pencampuran padat – gas
Pencampuran bahan padat dengan gas terjadi misalnya pada proses
pengeringan, pemanggangan ataupun pembakaran bahan-bahan padat.
Permukaan kontak bahan padat dengan gas selalu diusahakan seluas mungkin.
Untuk maksud ini bahan padat dialiri, ditembus atau dihanyutkan oleh gas,
disemprotkan atau difluidisasikan.
C. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan (cair, cair/padat, cair,
cair/gas, cair/padat/gas) di dalam bejana pengaduk. Biasanya yang berlangsung
adalah gerakan turbulen (misalnya untuk melaksanakan reaksi kimia, proses
pertukaran panas, proses pelarutan). Kebutuhan daya dan baik buruknya hasil
pengadukan tergantung antara lain pada faktor-faktor berikut:
1. Jenis alat pengaduk: Bentuk, ukuran, perbandingan diameter daun pengaduk
terhadap diameter bejana pengaduk, frekuensi putaran, posisi dalam bejana
pengaduk.
2. Jenis bejana pengaduk: Bentuk, ukuran, perlengkapan di dalamnya, derajat
keisian (degree of fullness).
3. Jenis dan jumlah bahan: Viskositas, jenis campuran (larutan sejati, suspensi
kasar, suspensi halus, dan sebagainya), kerapatan, perbedaan kerapatan dalam
campuran, besar dan bentuk partikel padat yang diaduk.
Tujuan pengadukan antara lain adalah :
1. Membuat partikel padat tersuspensi.
2. Mencampurkan liquid yang saliang larut (miscible), misalnya metil alkohol
dan air.
3. Mendispersikan gas ke dalam zat cair dalam bentuk gelembung kecil.
4. Mendispersikan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
lain, sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
5. Mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau mantel
kalor.
(McCabe, Unit Operation of Chemical Engineering , halaman 236)
Ada dua macam impeller pengaduk yaitu jenis pertama membangkitkan arus
sejajar dengan sumbu poros impeller, dan yang kedua membangkitkan arus pada
arah tangensial atau radial. Impeller jenis pertama disebut impeller aliran aksial
(axial flow impeller), sedang yang kedua ialah impeler aliran radial (radial flow
impeller). Menurut aliran yang dihasilkan pengaduk dapat dibagi menjadi 3
golongan:
1. Pengaduk aliran aksial
Pengaduk ini akan menimbulkan arus atau aliran yang sejajar dengan sumbu
poros pengaduk.
2. Pengaduk aliran radial
Pengaduk ini akan menimbulkan aliran yang mempunyai arah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial akan
menyebabkan timbulnya vorteks dan terjadinya suatu pusaran tetapi dapat
dihilangkan dengan pemasangan buffle atau cruciform buffle.
3. Pengaduk aliran campuran
Pengaduk ini merupakan gabungan dari dua jenis pengaduk diatas.
Biasanya zat cair diaduk di dalam tangki atau bejana berbentuk silinder yang
dapat tertutup maupun terbuka. Tinggi zat cair yang diigunakan adalah 2/3 dari
tinggi tangki. Ada dua macam jenis impeller , yaitu yang menghasilkan arus
sejajar
(axial ) dengan sumbu poros impeller dan yang menghasilkan arus dalam arah
tangensial (radial ). Terdapat tiga jenis utama dari impeller yaitu propeller,
paddle, dan turbin. (McCabe, Unit Operation of Chemical Engineering ,
halaman 236 – 237)
A. Propeller
Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat menurut arah
tertentu dan sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana.
B. Padel
Untuk tugas yang sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung datar
berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-
kadang daunnya dibuat miring tapi biasanya vertikal saja.
C. Turbin
Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-daun
yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang
dipasang pada pusat bejana. Daun-daun boleh lurus dan boleh juga lengkung,
sudut vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah terbuka atau terselubung.
D. Pencampuran
1. Pencampuran zat cair yang mampu-campur
Pencampuran zat cair yang mampu-campur (miscible) di dalam tangki
merupakan proses yang berlangsung cepat dalam daerah turbulen, impeller akan
menghasilkan arus kecepatan tinggi, dan fluida itu mungkin dapat bercampur,
baik di daerah sekitar impeller karena adanya keturbulenan yang hebat.
2. Pencampuran tanpa-gerak
Gas dan zat cair yang tidak viskos dapat dicampurkan dengan baik dengan
melewatkannya melalui sepotong pipa kosong atau pipa yang dilengkapi dengan
sekat.
3. Memilih pencampuran
Hubungan langsung antara daya yang terpakai dengan derajat pencampuran
tidak selalu ada. Bila zat cair berviskositas rendah menggelora di dalam bejana
tak bersekat, partikel-partikelnya mungkin menjalani lintasan kecil selama-
lamanya dan mungkin tidak bercampur.
E. Pola Aliran
Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki,
sekat dan agitator. Pola aliran yang terjadi dalam cairan yang diaduk tergantung
pada jenis pengaduk. Kecepatan partikel fluida disetiap titik dapat diuraikan
dalam tiga komponen yaitu:
a. Komponen radial, bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbu pengaduk.
b. Komponen longitudinal, bekerja dalam arah sejajar sumbu.
c. Komponen tangensial atau rotasional, bekerja dalam arah garis singgung
lintasan melingkar sekeliling sumbu.
Ada tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks antara lain ;
1. Pengaduk dipasang off center atau miring.
2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertikal.
3. Pemakaian diffuser ring pada tangki pengaduk jenis turbin.
Aliran lingkaran (circulatory flow) dan arus putar (swirling) dapat di cegah
dengan menggunakan salah satu dari tiga cara di bawah ini. Dalam tangki-
tangki kecil, impeller dipasang di luar sumbu tangki (ekstentrik). Pada tangki-
tangki besar yang mempunyai agitator vertikal, cara yang paling baik untuk
mengurangi arus putar ialah dengan memasang sekat-sekat (buffle) yang
berfungsi merintangi aliran rotasi tanpa mengganggu aliran radial dengan
memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki.
F. Kebutuhan Daya
Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya untuk memutar
pengaduk, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan. Untuk
memperkirakan daya yang diperlukan ketika pengaduk berputar pada kecepatan
tertentu maka diperlukan suatu korelasi empirik mengenai angka daya. Faktor
yang mempengaruhi kebutuhan daya atau power untuk pengadukan adalah:
1. Diameter pengaduk
2. Kekentalan cairan
3. Kerapatan cairan
4. Medan grafitasi
5. Laju putaran pengaduk
Parameter Hidrodinamika dalam Tangki berpengaduk:
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs Nre, Bilangan
Reynold atau Reynold Number (NRe) menjelaskan pengaruh dari viskositas
larutan, Rumus dari Reynold Number yaitu :
a. Bilangan Reynold
Dalam tangki aliran laminar untuk NRe < 10 dan aliran turbulen untuk NRe
> 104, dan untuk range antara 10 sampai 104 alirannya adalah transisi. (Christie
J. Geankoplis, Transport Process and Unit Operation, halaman 144).
Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia
dan gaya viskos yang terjadi pada fluida. System pengadukan yang terjadi bila
diketahui bilangan Reynold-nya
Keterangan :
Da = Diameter pengaduk (m)
n = Kecepatan putaran pengaduk (rps)
𝜌 = Densitas fluida (kg/m 3 )
𝜇 = Viskositas fluida (kg/ms)
μ = Viskositas absolut fluida dinamis,
b. Bilangan Power
Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
Np = Power Number (kg m2 / s2 )
P = Power (watt)
𝑔 = Konstanta grafitasi ( 1 kg m/ N s2 )
n = Kecepatan pengadukan (rps)
𝜌 = Densitas fluida (kg / m3 )
Da = Diameter pengaduk (m)
Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power yang
dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan – persamaan diatas berlaku
bagi tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namun untuk tangki tidak bersekat,
nilai angka daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi dengan angka Frounde atau
Frounde Number (Nfr).
c. Bilangan Fraude
Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia terhadap gaya
gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki. Hal ini terdapat
dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak dapat diabaikan
pada permukaan zat cair.
Bilangan tak berdimensi menunjukkan perbandingan antara gaya inersia
dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
Dimana:
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk (rps)
Da = diameter pengaduk (m)
𝑔 = Konstanta grafitasi ( 1 kg m/ N s2 )
Sehingga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan berikut :
Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number Froude (Nfr) juga
diperoleh maka Power Number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat dikoreksi
dan hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang dibutuhkan
dengan menggunakan persamaan daya.
Setiap bentuk konfigurasi diametri impeller mempunyai kurva power sendiri
dan plot tersebut tida tergantug pada ukuran tangki. Jadi kurva power yang
dipakai untuk mengkorelasikan data power pada sistim tangki 1 m3 dapat juga
berlaku untuk sistim tangki 1.000 m3 . Keberhasilan operasi suatu proses
pengolahan sangat sering bergantung pada efektifnya pengadukan dan
pencampuran zat cair dalam proses itu, sebenarnya tidaklah sinonim satu sama
lain.
V. PROSEDUR KERJA
A. Kalibrasi Rpm
1. Dinyalakan pengaduk
2. Diatur kecepatan putaran pengaduk dengan memutar alat kecepatan
mengarah ke angka 1 Rpm, lalu ditekan bersamaan tombol berwarna hijau
dengan tombol stopwatch.
3. Dihitung jumlah putaran pengaduk (misalnya 10 putaran), setelah itu dicatat
waktunya
4. Dilakukan langkah yang sama pada skala kecepatan pengadukan 2, 3, 4, dan
5 Rpm.
B. Pencampuran bahan/Mixing
1. Dibuat larutan garam dengan memasukkan air kedalam alat mixing sebanyak
20 liter, kemudian ditambahkan garam dapur halus sebanyak 500 gr.
2. Diputar skala kecepatan pengadukan ke angka 3 Rpm, lalu ditekan
bersamaan tombol berwarna hijau dengan tombol stopwatch
3. Dilakukan pengadukan selama 30 menit dan dilakukan analisa sampel dalam
selang waktu 10 menit.
4. Dikeluarkan campuran melalui katup tabung pengaduk kedalam baskom, lalu
dibuang.
5. Dilakukan langkah yang sama pada skala kecepatan pengadukan 5 Rpm.
C. Analisa Sampel
a. Menentukan Viskositas
1) Dimasukkan 10 mL air kedalam Viskometer
2) Dihitung waktu alir yang terjadi dalam viskometer dengan stopwatch
3) Dikeluarkan air, kemudian diganti 10 mL sampel kedalam viskometer
4) Dihitung waktu alir yang terjadi dalam viskometer dengan stopwatch
b. Menentukan Densitas
1) Ditimbang piknometer kosong
2) Diisi piknometer dengan air hingga penuh kemudian ditimbang
3) Setelah itu diisi piknometer dengan sampel hingga penuh kemudian
ditimbang
4) Dicatat hasil timbangannya
5) Dilakukan langkah yang sama untuk skala kecepatan pengadukan yang
berbeda (sesuai dengan praktikum yang dilakukan)
VI. DATA PENGAMATAN
1. Kalibrasi Alat
VII. PERHITUNGAN
DATA SAMPEL PADA skala 3 dan t=30 menit
No. n rpm
1. 0.5 31
2. 1 60
3. 1.5 86.5
4. 2 110
Grafik rpm vs skala y = 52.7x + 6
R² = 0.9978
120
100
80
rp
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
skala
Penyelesaian:
= (40,29 − 13,61) 𝑔
= 26,28 𝑔
𝑚 26,28 𝑔
𝑉𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = = = 26,7603 𝑚𝐿
𝜌 0,997 𝑔 ⁄𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 = 26,7603 𝑚𝐿
= (40,78 − 13,61) 𝑔
= 27,17 𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝜌) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
27,17 𝑔
=
26,7603 𝑚𝐿
= 1,0153 𝑔/𝑚𝐿
ρ2 = 1,0201 g/mL
62,428 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡 3
=1,0153 𝑔⁄𝑚𝐿 × = 63,3831 𝑙𝑏⁄𝑓𝑡 3
1 𝑔⁄𝑚𝐿
t1 = 0,15 s
t2 = 0,26 s
μ1 = 0,899 cP
Ket: 1 = air
2 = sampel
Ditanyakan: Densitas (μ2) ?
Penyelesaian:
𝜇1 𝜌1 × 𝑡1
=
𝜇2 𝜌2 × 𝑡2
0,899 𝑐𝑃 62,2407 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡 3 × 0,15 𝑠
𝜇2 =
63,3831 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡 3 × 0,21 𝑠
0,899 𝑐𝑃 9,3361
𝜇2 =
13,3104
11,9660 𝑐𝑃
𝜇2 =
9,3361
𝜇2 = 1,2775 𝑐𝑃
Diketahui: Kt = 100 cm
Ditanyakan:
a)
Dt …?
b)
Da …?
Penyelesaian:
a) 𝐷𝑡
𝐾𝑡
= 𝜋
100 𝑐𝑚
= 3,14
0,0328 𝑓𝑡
= 31,8471 𝑐𝑚 × = 1,0446 𝑓𝑡
1 𝑐𝑚
1
b) 𝐷 = 𝐷
𝑎 3 𝑡
1
= (1,0446 𝑓𝑡)
3
= 0,3482 𝑓𝑡
5. Menentukan Reynold Number (NRe) Sampel
Da = 0,3482 𝑓𝑡
𝜌2 × 𝑛 × (𝐷𝑎)2
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇2
(63,3831 𝑙𝑏⁄𝑓𝑡 3 )×(2,735 𝑠 −1 )×( 0,3482 𝑓𝑡)2
=
8,55×10−4 𝑙𝑏⁄𝑓𝑡∙𝑠
21010,35
= 8,58×10−4 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡∙𝑠
= 24.573,5166
6. Menentukan Np
Berdasarkan Fig. 13 (Mc.Cabe) diperoleh Np untuk NRe 24.573,5166
yaitu 0,59
7. Menentukan Frod Number (Nfr)
Diketahui: Da = 0,3482 𝑓𝑡
g = 9,8 𝑚 ⁄𝑠 2 → 32,1522 𝑓𝑡 ⁄𝑠 2
Ditanyakan: NFr?
Penyelesaian:
𝑛2 × 𝐷𝑎
𝑁𝐹𝑟 =
𝑔
= 0,59 (0,0810)−0,1494
= 0,59 (1,4557)
= 0,8588
10. Menentukan Daya Input
Diketahui: Da = 0,3482 𝑓𝑡
ρ2 = 63,3831 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡3
NP koreksi = 0,7357
Ditanyakan: P?
Penyelesaian:
𝑁𝑃 × 𝜌2 × 𝑛3 × 𝐷𝑎5
𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
𝑃 = 𝑔𝑐
3
(0,8588)×(63,3831 𝑙𝑏 ⁄𝑓𝑡 3 )×(2,735 𝑠 −1 ) ×(0,3483)5
=
32,17 𝑙𝑏∙𝑓𝑡 ⁄𝑠 2 𝑙𝑏𝑓
((0,8588)×(63,3831)×(20,4584)×(5,125𝑥10−3 ))𝑓𝑡∙𝑙𝑏𝑓
=
32,17 𝑠
(5,7073)𝑓𝑡∙𝑙𝑏𝑓
= 32,17 𝑠
= 0,1774 𝑓𝑡 ∙ 𝑙𝑏𝑓⁄𝑠
1 𝐻𝑃
0,1774 𝑓𝑡 ∙ 𝑙𝑏𝑓 ⁄𝑠 × = 3,225 𝑥10−4 𝐻𝑃
550 𝑓𝑡 ∙ 𝑙𝑏𝑓⁄
745,7 𝑊𝑎𝑡𝑡
3,225 𝑥10−4 𝐻𝑃 × = 0,2405 𝑊𝑎𝑡𝑡
1 𝐻𝑃
RUN 3
t ρ µ NRe Np NFr m Np P input
(menit) (lb/ft3) (lb/ft.s) koreksi (Watt)
0 62,2407 - - - - - - -
RUN 5
t ρ µ NRe Np NFr m Np P input
(menit) (lb/ft3) (lb/ft.s) koreksi (Watt)
0 62,2407 - - - - - - -
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
1. Adapun nilai Power (P) yang diperoleh:
Pada skala 3, menit (t) ke-10 sebesar 0,2364 Watt
Pada skala 3, menit (t) ke-20 sebesar 0,2376 Watt
Pada skala 3, menit (t) ke-30 sebesar 0,2405 Watt
Pada skala 5, menit (t) ke-10 sebesar 0,9165 Watt
Pada skala 5, menit (t) ke-20 sebesar 0,9251 Watt
Pada skala 5, menit (t) ke-30 sebesar 0,9309 Watt
2. Adapun pengaruh kecepatan putaran alat terhadap pencampuran bahan yaitu
semakin laju putaran alat atau pengadukan maka pencampuran bahan semakin
maksimal.
X. DAFTAR PUSTAKA
Buku panduan praktikum Laboratorium Satuan Operasi; Teknik Kimia Politeknik
Negeri Ujumg Pandang.
Farid, Mochamed. 2011. Engineering and device for energy conversion.
https://mochamedfarid.wordpress.com/2011/12/02/24. Diakses pada 3 Juli
2022.
Geankoplis, C.I, 1993. “Transport Process and Unit Operation”. 2nd, Allyn and
Bacon, Inc. Baston.
Mc.Cabe, W.L. 1985. “Unit Operation of Chemical Engeneering ”. Tioon Well
Finishing Co. Ltd. Singapura.
LAMPIRAN
- Dokumentasi
- Laporan Sementara