Anda di halaman 1dari 15

MODUL

TANGKI BERPENGADUK

I. Pendahuluan
Pengadukan pada sistem cair-cair banyak peranannya dalam proses industri kimia
seperti pada proses ekstraksi, absorpsi serta polimerisasi emulsi. Keberhasilan suatu proses
pengolahan tersebut amat tergantung pada efektifnya pengadukan dan pencampuran zat cair
dalam proses. Sementara dalam rangka perancangan alat pendispersi, diperlukan persamaan
untuk meyakinkan bahwa energi yang dimasukkan ke fluida cukup memungkinkan terjadinya
dispersi secara sempurna (McCabe, 1976). Dispersi adalah kombinasi dari dua bahan dimana
produk akhirnya masih berupa dua bahan yang terpisah (Brodkey and Hershey, 1988).
Pada prinsifnya pengadukan (Agitation) merupakan suatu cara untuk menciptakan
gerakan turbulen dalam fluida dengan peralatan mekanis yang biasanya berupa suatu model
yang berputar didalam suatu bejana (McCabe, 1976).
Tujuan dari pengadukan pada sistem dispersi cair adalah sebagai usaha untuk menaikkan luas
permukaan antar fase, mengurangi tahanan difusi pada dispersed drops, mempromosikan transfer
massa serta untuk mendispersikan kembali gelembung-gelembung terdispersi yang cenderung
menyatu dan memisah (Nagata 1975).
Pengadukan (Agitation) menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu
pada suatu bahan didalam bejana, dimana gerakan itu mempunyai semacam pola sirkulasi.
Pencampuran (Mixing) ialah peristiwa penyebaran bahan-bahan secara acak dimana bahan yang
satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedangkan bahan-bahan itu
sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih.
Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam dua kelompok Pertama, pencampuran
antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah pencampuran antara cairan
yang tidak tercampur atau tercampur sebagian (immiscible). Selain Pencampuran fasa cair
dikenal pula operasi pencampuran fasa cair yang pekat seperti lelehan, pasta, dan
sebagainya;pencampuran fasa padat seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan
pencampuran antar fasa.
Praktikum ini diarahkan pada kajian hidrodinamika tangki berpengaduk dengan draft
tube. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam kajian hidrodinamika tangki berpengaduk
dengan draft tube ini adalah sebagai berikut.
1. Sifat fisik fluida meliputi densitas dan viskositas.
2. Jenis dan ukuran pengaduk
3. Daya pengaduk
4. Nisbah cair Padat
II. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses pencampuran dalam fluida di dalam
tangki berpengaduk dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pengadukan.
III. Sasaran
Sasaran dari praktikaum ini adalah:
1. Mampu menurunkan korelasi waktu pencampuran
2. Mampu menurunkan kebutuhan daya pengadukan melalui analisa bilangan tak
berdimensi

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 1


3. Mampu melaksanakan observasi visual pola aliran dan memberikan analisa terhadap
pola aliran

IV. Tinjauan Pustaka


IV.1. Pengadukan dan Pencampuran Zat Cair.
IV.1.1. Pengadukan Zat Cair.
Zat cair biasanya diaduk dalam suatu tangki atau bejana berbentuk silinder dengan
sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana mungkin terbuka ke udara atau dapat juga
tertutup. Ukuran dan proporsi tangki bermacam-macam, bergantung dengan masalah
pengadukan itu sendiri. Rancangan standar yang dapat digunakan dalam berbagai situasi
biasanya ujung bawah tangki agak membulat, dimaksudkan agar tidak terdapat terlalu banyak
sudut-sudut tajam atau daerah yang sulit ditembus arus zat cair. Kedalam zat cair biasanya juga
hampir sama dengan diameter tangki, sementara di dalam tangki dipasang impeler pada ujung
poros menggantung dan poros ini ditegakkan oleh motor. Impeler akan membangkitkan pola
aliran di dalam sistem yang menyebabkan zat cair bersirkulasi di dalam bejana dan kembali ke
impeler (McCabe, 1976).
A. Baffle.
Pada tangki-tangki yang mempunyai agitator vertikal, cara yang paling baik untuk
mengurangi arus putar (Vorteks) ialah dengan memasang sekat-sekat (Baffle) yang berfungsi
merintangi aliran rotasi tanpa mengganggu aliran radial atau aliran longitudinal. Pada tangki
tanpa sekat terdapat aliran tangensial yang kuat serta pembentukan Vorteks, walaupun
kecepatan poros hanya sedang-sedang saja tapi bila ada sekat aliran vertikal itu meningkat dan
pencampuran zat cair pun berlangsung cepat.
B. Impeler.
Ada dua macam jenis impeler pengaduk, pertama membangkitkan arus sejajar dengan
sumbu poros impeler, dan yang kedua membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial.
Impeler jenis pertama disebut impeler aliran aksial (axial-Flow Impeler), sedangkan yang kedua
impeler aliran radial (radial-Flow Impeler).
Dari segi bentuknya, ada tiga jenis impeler :
1. Propeler (baling-baling), Propeler merupakan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi
untuk zat cairan berviskositas rendah.
2. Dayung (Paddle), untuk tugas-tugas sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung
datar yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif.
Kadang-kadang daunya dibuat miring, tetap vertikal. Dayung ini berputar di tengah
bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan mendorong zat cair secara radial
dan tangensial hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler.
3. Turbin, beberapa diantara berbagai ragam turbin kebanyakan turbin itu menyerupai
agitator dayung berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan berputar
pada kecepatan tinggi, pada suatu poros yang dipasang dipusat bejana. Turbin biasanya
efektif untuk jangkauan viskositas yang cukup luas. Pada cairan yang berviskositas
rendah menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung keseluruhan bejana,
mencapai kantong-kantong yang stagnan dan merusaknya.
Didekat impeler terdapat zone deras yang sangat turbulen dengan geseran yang kuat,
arus utamanya bersifat radial dan tangensial. Komponen tangensialnya menimbulkan
arus putar (Vorteks) yang harus dihentikan dengan menggunakan sekat atau difuser agar
impeler menjadi sangat efektif.

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 2


C. Pola Aliran Dalam Bejana.
Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen. Dan pola
aliran keseluruhan di dalam tangki bergantung pada variasi dari tiga komponen tersebut dari
satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang pertama ialah komponen radial yang
berkerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeler. Komponen yang kedua ialah
komponen longitudinal yang berkerja pada arah paralel dengan poros. Komponen yang ketiga
ialah komponen tangensial atau rotasional yang berkerja pada arah singgung terhadap lintasan
lingkar di sekeliling poros. Dalam keadaan biasa dimana poros itu vertikal, komponen radial
dan tangensial berada dalam satu bidang horisontal dan komponen longitudinal sangat aktif
dalam memberikan aliran yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu
vertikal dan terletak persis di pusaran tangki, komponen tangensial biasanya kurang
menguntungkan. Arus tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran disekitar
poros dan menimbulkan vorteks pada permukaan zat cair.
IV.1.2. Pencampuran Zat Cair.
Pencampuran merupakan operasi yang jauh lebih sulit dikaji dan diuraikan dari pada
pengadukan. Pola aliran kecepatan fluida di dalam bejana aduk sangat rumit, namun cukup
jelas dan dapat diproduksi. Konsumsi dayanya pun dapat diukur dengan mudah. Hasil dari
pengkajian-pengkajian pencampuran dilain pihak jarang dapat direproduksi dan sangat
bergantung pada bagaimana pelaksanaan percobaan mendefinisikan pencampuran.
Pencampuran zat cair yang mampu campur (miscible) di dalam tangki merupakan proses
yang berlangsung cepat dalam daerah turbulen. Impeler akan menghasilkan arus kecepatan
tinggi, dan fluida mungkin dapat bercampur baik di daerah sekitar impeler karena adanya
keturbulenan yang hebat. Pada waktu arus melambat karena membawa ikut zat cair lain dan
mengalir di sepanjang dinding, terjadi juga pencampuran radial sedang, pusaran-pusaran besar
pecah menjadi kecil, tetapi tidak banyak terjadi pencampuran pada arah aliran.
IV.1.3. Sistem Dispersi.
Jika zat A kita larutkan kedalam pelarut B dan zat A pecah menjadi partikel-partikel
yang kecil maka kita peroleh suatu sistem yang dinamakan sistem dispersi. Zat A disebut
dispersan (Terdispersi) dan Zat B disebut medium (Pendispersi).
Berdasarkan ukuran dispersan, sistem dispersi dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Larutan Sejati. (Dispersi Molekular)
Diameter Partikel < 10-7 cm.
Homogen dan transparan.
Dispersan tidak tampak dibawah Ultra Mikroskop.
Tidak dapat disaring.
Contoh : Air Gula, Alkohol dalam air.
2. Koloid.
Diameter Partikel < 10-7 10-5 cm.
Dispersan tampak dibawah ultra mikroskop.
Tidak dapat menembus membran semipermiable.
Dapt disaring dengan kertas saring ultra.
Contoh : susu.
3. Dispersi Kasar.
Diameter Partikel < 10-5 cm.
Campuran heterogen.
Jika dibiarkan agak lama, dispersan akan mengendap atau memisah.
Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 3
Dapat disaring dengan kertas saring ultra.
IV.1.4. Perbesaran Skala-Terap.
Suatu masalah pokok dalam merancang agitator ialah dalam mengalihkan skala
penerapan dari laboratorium atau agitator unit percontohan menjadi unit komersial. Para
perancang bejana aduk biasanya mempunyai pilihan yang luas mengenai jenis impeler yang
akan dipakai dan penempatannya, demikian pula mengenai perbandingan ukuran bejana,
jumlah dan perbandingan sekat dan sebagainya. Setiap keputusan mengenai pilihan itu
berpengaruh langsung pada laju sirkulasi zat cair dan pola kecepatan yang digunakan. Sebagai
titik tolak bagi rancangan dalam persoalan pengadukan ada beberapa perbandingan ukuran
diantaranya adalah :
D
1. Rasio, perbandingan jarak antara diameter impeler dengan diameter bagian dalam tangki.
T
Normalnya D/T rasio di set 1/3.
Z
2. Rasio, Perbandingan tinggi cairan didalam tangki dengan diameter tangki bagian dalam,
T
biasanya berada pada batasan antara 0,5 sampai 1,0. dengan perbandingan rasio ini sedikit
mengurangi energi. Perubahan dalam rasio ini bisa merubah pola aliran dalam tangki. Tapi jika
Z/T melampaui 1, menimbulkan banyak zona mati dalam tangki, hal ini bisa dieliminasi
dengan penambahan jumlah impeler.
3. Baffle, mendisain baffle didasarkan atas besarnya power masuk kedalam fluida biasanya rasio
berkisar antara B/T = 1/12 dengan empat bagian disetiap dindingnya.
4. Jarak impeler dari dasar tangki, memiliki rasio antara 0,1 C/T 0,4. (Brodkey and
Herskey)
Berikut ini adalah profil Gambar dimensi dari tangki berpengaduk dan ber-baffle.

Gambar 1. Profil Tangki Berpengaduk dengan Baffle

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 4


Keterangan :
B : Lebar Baffle.
C : Jarak impeler dari dasar tangki.
D : Diameter Impeler.
T : Diameter tangki bagian dalam.
W : Lebar Impeler.
Z : Tinggi cairan dalam Tangki.

Dari beberapa literatur ditemui beberapa hasil penelitian mengenai kecepatan


pengaduk minimum, diantaranya adalah :
1. Nagata (1950).
Dari percobaan yang dilakukan menggunakan tangki berpengaduk tanpa baffle dengan
perbandingan diameter tangki (T) dan diameter impeler (D) = 3 serta lebar pengaduk = 0,06.T
diperoleh persamaan kecepatan pengaduk minimum :
19 0.26
2 3 c c
N min D.G
c c
2. Skelland Seksaria (1978).
Percobaanya menggunakan tangki berbaffle dengan perbandingan tinggi cairan (H)
dibanding diameter tangki (T) = 1 serta fraksi volume terdispersi = 0,5 dengan variasi
impeler yaitu Pitched-blade turbin, flate-blade turbin dan curved-blade turbin. Diperoleh persamaan
kecepatan pengadukan minimum :
1
c 9 0.3
.o
N min Co.D . 0.25
d
harga Co tergantung jenis impeler sedangkan o tergantung kedudukan pengaduk.

3. Skelland Ramsay (1987).


Dari percobaan dengan menggunakan tangki berpengaduk ber-baffle dengan variasi
jenis impeler, kedukukan pengaduk serta variasi fraksi volume akan didapat persamaan
2 0.084
N min 2 . m .D m 2 .
C 2 T 0.016
g . D D 5
. . g 2
. 2
m
harga C tergantung kedudukan pengaduk dan tergantung H/T.
Secara umum ketergantungan kecepatan putar kritis pengadukan pada variabel-variabel
yang berpengaruh dapat ditulis sebagai berikut :
(Skelland and Ramsay, 1987)
Nc = ( T, D, , c, d, , m, ) .......(1)
Besaran m didefinisikan sebagai :
m = . d + (1 - ).c .......(2)
menurut Lity dan Treybal (1957) besaran c dan dan d dapat dinyatakan dalam persamaan
Viskositas rata-rata :
m = ( c ). ( d )(1-) .......(3)

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 5


Beberapa penelitian telah mempelajari dispersi cair-cair dalam tangki ber-baffle dengan
menggunakan pengaduk jenis disc-turbin bersudut enam. Dari penggabungan antara teori dan
eksperiment mereka kemudian mengusulkan korelasi sebagai berikut :
3.28.( g ) 0.38 .( ) 0.38 .( c ) 0.08 .( ) 0.08 .(1 2,5. ) 0.9
Nc = ......(4)
( D) 0.77 .( m ) 0.54
Dengan memilih harga (D/T) = 0,333. (Skelland and Ramsay, 1987)
Sebuah studi juga dilakukan oleh Skelland dan Seksaria (1978) meliputi variasi jenis
impeler pitced-blade turbin, flat-blade turbin, serta curve-blade turbin dalam bejana berbaffle. Korelasi
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Nc = Co ( D )o ( c )1/9 ( )0.3 ( )0.25 .........(5)
Dengan harga (H/T) = 1 dan = 0,5. harga T tidak divariasikan.
Tetapan Co dan o adalah fungsi jenis impeler serta letak impeler dari sumbu tangki (Skelland and
Ramsay, 1987)
Skelland dan Ramsay (1987) mempelajari sistem dispersi cair-cair dalam bejana gelas
terbuka yang dasarnya rata dengan harga 2,13 < T/D < 3,83 dan
0,5 < H/T < 1,5. Bejana dilengkapi dengan empat buah baffle radial dengan harga T/B = 12.
pengadukan dilakukan dengan impeler jenis flat-blade turbin bersudut enam. Maka memperoleh
korelasi sebagai berikut :
2
N c . m .D . 0.084
2
T
C 2 . . 0.106 . 5 m 2 .........(6)
g . D D . m .g . 2
persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
T
Frc = C2 .0.106.(Ga.Bo)-0.084 .........(7)
D
Harga C dan tergantung pada jenis impeler, letak impeler dan harga H/T.
Hubungan antara kecepatan kritis pada pengadukan sistem dispersi cair-cair dalam
tangki tertutup, ber-baffle, tanpa batas fase udara cair dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis bilangan tak
berdimensi.

Gambar 2 Bentuk-bentuk pengaduk


(a) Paddle (b) propeller (c)turbin

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 6


Masih ada bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan modifikasi dari ketiga
bentuk di atas.

Gambar 3 Tipe pengaduk jenis turbin


(a) Flate Blade (b) Curved Blade (c)Pitched Blade

Gambar 4 Tipe pengaduk jenis Propeller


(a) Standard three baldes (b) weedles (c)Guarded

Gambar 5 Tipe pengaduk jenis Padel


(a) Basic (b) Anchor (c)Glassed

Gambar 6 Pola aliran Pada Pengaduk Jenis Propeler

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 7


IV.2. Kecepatan Pengadukan
Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industry kimia adalah
sebagai berikut:
Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk
fluida dengan viskositas rendah misalnya air.
Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan
sirup kental dan minyak pernis.
Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk
minyak kental, lumpur di mana terdapat serat atau pada cairan yang
dapat menimbulkan busa

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 8


Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari 400
rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200 cP, atau
volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar dari 1150
rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 50 cP atau
volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh viskositas fluida
dan ukuran geometri sistem pengadukan.

IV.3. Analisa Dimensi.


Dari tinjauan yang telah diuraikan sebelumnya, variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap kecepatan kritis pengadukan pada sistem dispersi cair-cair dalam tangki tertutup
berbaffle tanpa batas fase udara cair adalah sebagai berikut :
Simbol Satuan. Dimensi.
1. Diameter impeler (D) cm L
2. Diameter Tangki (T) cm L
3. Jarak impeler dari dasar tangki (C) cm L
4. Beda rapat massa fase terdispersi-
dengan fase pendispersi ( ) gr/cm3 ML-3
5. Rapat massa campuran ( m ) gr/cm 3
ML-3
6. Viskositas campuran ( m ) gr/cm.s ML-1t-1
2
7. Gaya grafitasi (g) cm/s Lt-2
8. Tekanan antar muka () gr/s2 Mt-2
9. Fraksi Volume fase terdispersi () - -

Hubungan variabel-variabel diatas dapat dituliskan sebagai berikut :


Nc = f ( D, T, C, , m, m, g, , ) ........(8)
Persamaan (1) diatas dapat diubah dalam bentuk persamaan berikut :
Nc = K ( Da, Tb, Cc, d, me, mf, gg, h, i ) .........(9)
Dimana K adalah tetapan dan urutan abjad a sampai i merupakan pangkat yang harganya tetap.
Dalam menentukan tetapan tak berdimensi serta harga pangkat masing-masing besaran itu
harus dilakukan eksperimen. Pengelompokan variabel-variabel sedemikian rupa sehingga
bentuk persamaan menjadi lebih sederhana, merupakan langkah pertama untuk memudahkan
eksperimen. Hal ini amat memungkinkan dilakukan mengingat variabel yang divariasikan tidak
terlalu banyak. Dengan memanfaatkan teori Rayleigh, dipilih sistem besaran dasar MLt
sehingga persamaan (9) dapat dibentuk menjadi persamaan sebagai berikut :
t-1 = (L)a(L)b(L)c(ML-3)d(ML-3)e(ML-1t-1)f(Lt-2)g(Mt-2)hi .........(10)
dimensi MLt : ruas kiri = ruas kanan.
M : 0=d+e+f+h ...........(11)
L : 0 = a + b + c 3d 3e f + g ..........(12)
t : -1= - f 2g 2h ...........(13)
Ada sembilan bilangan yang tidak diketahui dengan tiga persamaan, sehingga
persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara sempurna. Dalam hal ini perlu empat
bilangan yang tidak diketahui dipakai untuk menyatakan tiga lainnya.
Persamaan (11) dirubah menjadi :
h=-(d+e+f) ...........(14)
substitusi persamaan (13) dengan persamaan (14) menjadi :
Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 9
-1 = - f 2g + 2d + 2e + 2f
-1 = f 2g + 2d + 2e
2g = 1 + f + 2d + 2e ............(15)
Persamaan (12) dikalikan dua berubah menjadi :
0 = 2a + 2b + 2c 6d 6e - 2f + 2g .............(16)
Sehingga substitusi persamaan (16) menjadi :
2a = - 2b - 2c + 6d + 6e + 2f 1 f 2d 2e
2a = - 2b - 2c + 4d + 4e + f 1 .............(17)
Persamaan (14), (15), dan (17) dimasukkan kedalam persamaan (10) setelah dikuadratkan
menjadi :
Nc2=K(D)-2b-2c+4d+4e+f-1(T)2b(C)2c()2d(m)2e(m)2f(g)1+f+2d+2e()-2d-2e-2f.i ...........(18)
Persamaan (18) dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dikumpulkan variabel-variabel
dengan pangkat yang sama :
e f
g T C D . .g D . m .g D . m 2 .g
2b 2c 4 2 2 4 2 2 d

N c K
2

. 2i ...(19)
D D D 2 2 2

persamaan (18) diatas, kemudian berubah menjadi :
d e f
T C D . .g D . m .g D . m .g
2 2b 2c 4 2 2 4 2 2 2
N c .D
K
. 2i ...(20)
g D D 2
2

2

atau jika bilangan Froude (Fr) dimasukkan, maka persamaan (20) menjadi :
e f
T C D . .g D . m .g D .m .g
2b 2c 4 2 2 4 2 d
2 2
Fr K . 2i .....(21)
D D 2
2

2

pada penelitian ini variabel-variabel yang divariasikan meliputi Jarak impeler dari dasar tangki
(C), Fraksi volume fase terdispersi (), dan sifat fisis cairan yang terdiri dari tegangan muka
(), rapat massa (), dan viskositas ().
Harga tetapan K serta pangkat b,c, ...i pada persamaan (21) ditentukan dari hasil eksperimen
yang akan dilakukan pada praktikum ini.

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 10


IV.4. Bagan Kerja Percobaan.
Urutan dari langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian dapat dilihat
pada bagan dibawah ini :
Kalibrasi
Alat

Analisa
Data Bahan Bahan (aquadest; air keran; minyak tanah)
Analisa :
*Rapat massa ** Viskositas ***Tegangan Muka

Merangkai Tangki di isi dengan air dan minyak tanah.


Alat Percobaan Pengaduk dipasang pada posisinya.
Elektroda dari konduktivitymeter dicelepkan
kedalam cairaan.

RUNING Motor pengaduk dihidupkan.


Kecepatan putaran pengaduk perlahan-lahan
dinaikkan.
Konduktivitymeter menunjukkan simpangan yang
mendekati tetap.
Analisa
Kecepatan Putaran pengaduk dimaksudkan sebagai
Data Percobaan kecepatan kritis pengadukan (Nc) sistem dispersi.
Analisa data tersebut dengan korelasinya sehingga
diperoleh bilangan tak berdimensinya.

Gambar 7. Diagram Kerja Percobaan

IV.4.1. Prosedur Kerja Percobaan.


Penelitian diawali dengan merangkai alat seperti pada gambar 3.1. tangki diisi dua
cairan yang tidak saling campur dengan perbandingan volume tertentu hingga penuh, sehingga
dipastikan tidak ada udara dalam tangki. Pengadukan dipasang pada posisi setengah tinggi
tangki, kecuali untuk variasi ketinggian impeler dari dasar tangki. Elektroda dari
konduktivitymeter dicelupkan kedalam cairan. Konduktivitymeter dihidupkan. Motor
pengaduk dihubungkan dengan dengan sumber daya. Setelah siap motor dihidupkan.
Kecepatan putaran pengaduk diatur mulai dari kecepatan rendah kemudian dinaikkan
perlahan-lahan. Setelah terjadi dispersi sempurna, yaitu ditandai dengan angka pada
konduktivitymeter (digital) yang menunjukkan nilai yang tetap. Putaran motor pengaduk
dicatat, kecepatan putaran motor inilah yang dimaksud kecepatan kritis pengadukan.
Fraksi mol dapat diubah-ubah dari 0,2 sampai 0,5. harga C/D diubah dengan variasi
jarak impeler dari dasar tangki.

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 11


IV.4.2. Peralatan dan Bahan.
IV.4.2.1. Alat-alat dan Rangkaiannya.
a. Alat-alat yang digunakan antara lain :
1. Pengaduk ( Impeler ), 2.Tangki Ber-baffle. 3.Motor Pengaduk. 4.Konduktivitymeter.
5.Tachometer. 6.Stopwatch. 7. Piknometr, 8. Viscometer Oswalt, 9. Timbangan.
b. Rangkaian Alat.
11

2 3 8
8
8
8 5
8 4
8

Gambar 8.. Rangkaian Alat penelitian.

Keterangan :
1 : Motor Pengaduk
2 : Tangki Berbaffle
3 : Batang Pengaduk
4 : Pengaduk (Impeller)
5 : Konduktivitymeter.

IV.4.3. Bahan Percobaan.


Bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi :
1. Air Aquadest.
2. Air Keran.
3. Minyak Tanah.
Tabel .1. Sifat-sifat Fisis Bahan Yang Digunakan.

Bahan Rapat massa Viskositas Tegangan Muka


No. o
(diukur pada suhu kamar 28,7 C) (gr/ml) (cP) (dyne/cm)
1 Air 0.996889 0.869219 68.618
2 Aquadest 0.996032 0.880000 71.660
3 Minyak Tanah 0.787544 1.128775 28.680

IV.3. Pengukuran Bahan dan Analisa Data.


IV.3.1. Pengukuran Bahan.
1.Pengukuran Rapat Massa sebagai fungsi waktu
2.Pengukuran viskositas fluida yang diaduk sebagai fungsi waktu
3.Konstanta gravitasi standar.

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 12


V.Data pengamatan
V.5.1 Penentuan Diemnsi Tangki
Jenis Tangki
Karakteristik
Baffle Non-baffle
Diameter (cm)
Tinggi tangki (cm)
Jumlah baffle
Lebar baffle (cm)
Tebal baffle (cm)
Panjang baffle (cm)

V.5.2. Data karakteristik Impeller


Karakteristik Turbin(blade disk) Propeler Turbin (Pitch-blade)
Diameter(cm)
Jumlah daun
Lebar daun(cm)
Panjang daun (cm)
Tebal daun(cm)

V.5.3.Data Kecepatan Impeller


Jenis Impeller :
No.Impeller :
Variasi Skala Daya Kecepatan(rpm)
center Off center incline

V.5.4.Data Korelasi waktu pencampuran


Jenis Pengaduk Jenis Tangki Waktu pencampuran (s)
center Off center incline
Turbin (blade disk) Baflle
Propeller
Turbin(pitch-blade) Non Baflle

V.5.5 Perhitungan Densitas Cairan


Temperatur Percobaan :
Densitas air (litertur) pada temperatur percobaan :
Massa (g)
Pikno kosong
Pikno + aqua dm
Pikno + air fluida

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 13


V.5.6 Perhitungan Viskositas Cairan
Temperatur Percobaan :
Viskositas air (literatur) pada temperatur percobaan :
t (s)
aqu dm
fluida

V.5.7 Profil Aliran


Jenis Tangki Jenis Pengaduk Centre Off-centre Incline
Turbin (blade dissk)
Baffle Propeler
Turbin (pitch blade)
Turbin (blade dissk)
Non-Baffle Propeler
Turbin (pitch blade)

V. Daftar Pustaka
1. Arthawardani, Vinca., 2003, "Variabel - variabel yang mempengaruhi kecepatan
pengaduk minimum pada pembentukan dispersi cair-cair dalam tangki tertutup".
Prosiding seminar nasional, Yogyakarta.
2. Brown, G.G.,1950, "Unit Operation", Modern Asia edition, p.503, John Willey
and Sons Inc., New York.
3. Brodkey, Robert. S. and Hershey, Harry.C.,1988, "Transport Phenomena",
International Edition, p.359, McGraw-Hill Chemical Engineering series.,New
York.
4. Laity, D.S. and Treyball, R.E., 1957, "Dynamics of Liquid Agitation in the Absence
of an Air-liquid Interface", A1ChE Journal,3rd ed.,p.p.176-179.
5. McCabe, W.L. and Smith, J.C., 1976, "Unit Operation of Chemical Engineering",
P ed., p.p. 221-222, McGraw-Hill International Book Company, New York.
6. Nagata, S., 1975, "Mixing Principles and Application", 1 st ed., p.p. 297-300,
Kodansha Ltd, Tokyo.
7. Skelland, A.H.P. and Ramsay, G.G., 1987, "Minimum Agitators Speeds for Complete
Liquid-liquid Disperson", Ind. Eng. Chem. Res., 26, p.p. 77-81.
8. Skelland, A.H.P. and Seksaria, R., 1978, "Minimum Impeller Speeds for Liquidliquid
Disperson in Baffled Vessels", Am.Chem.Soc.,vol 17, No. I., p.p. 56-60.
9. Vermeullen, T., Williams, J.H. and Langlois, G.E., 1955, "Interface Area in
Liquidliquid and Gas-liquid Agitation", Chem.Eng.Progress, 51, 85F.

Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 14


Tangki Berpengaduk, 2010 (Rudi Hartono,ST.,MT) 15

Anda mungkin juga menyukai