Anda di halaman 1dari 10

Take Home Test

IL 3101 – Unit Opereasi


1. Mixing
Menurut Rich (1961), mixing merupakan sebuah operasi dimana dua atau lebih
material bercampur untuk membentuk suatu keseragaman. Tujuan dari mixing ialah :
a. Blending : mencampurkan dua liquid atau lebih
b. Dissolving : melarutkan padatan pada larutan
c. Dispersing : mendispersi gas dalam larutan dalam bentuk gelembung udara
d. Suspensing : mensuspensi padatan pada larutan
Dalam proses mixing, terdapat berbagai jenis impeller yang biasanya dipakai.
Impeller-impeller tersebut antara lain :
a. Paddles
Paddle atau dayung memiliki berbagai desain seperti yang digambarkan pada
Gambar 1. Dayung biasanya digunakan pada kecepatan mixing yang relatif lambat
hingga sedang (2 sampai 150 rpm), dan digunakan terutama sebagai agitator
suspensi encer sebagai pengaduk pada kondisi viskositas tinggi. (Linvil G. Rich,
1961)

Gambar 1. Jenis paddle, (a) tampak atas (b) tampak samping


b. Turbin
Turbin digunakan dalam berbagai aplikasi mixing. Impeller ini terdiri dari
beberapa bilah yang terpasang pada sebuah piringan datar. Terdapat beberapa
jenis turbin yang dapat dilihat pada Gambar 2. Rotasi turbin sedang, dan aliran
larutan di arahkan secara radial dan tangensial.
c. Propeller
Propeller merupakan jenis impeller yang berkerja pada kecepatan yang tinggi dan
kondisi larutan yang encer. Untuk propeller dengan diameter besar, rata-rata
kecepatan rotasi di angka 400 rpm. Di sisi lain, pada propeller dengan diameter
yang kecil dapat mencapai kecepatan 1750 rpm.
Gambar 2. Jenis turbin dan propeller
Aplikasi metode mixing dapat digunakan pada unit pengolahan koagulasi dan
flokulasi. Secara terminologi, koagulasi merupakan proses destabiilisasi koloid dan
partikel dalam air dengan menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang
meyebabkan pembentukan inti gumpalan (persipitat). Tujuan dari koagulasi adalah
mengubah partikel padatan dalam air baku yang tidak bisa mengnedap menjadi mudah
mengendap. Hal ini karena adanya proses pencampuran koagulan ke dalam air baku
sehingga meyebabkan partikel padatan yang memiliki berat ringan dan ukurannya kecul
menjadi lebih berat dan ukurannya besar yang mudah mengendap (Sutanto, 2008, p. 10)
Menurut Susanto (2008), proses koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan
antara koagulan dengan air baku dan netralisasi muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di
dalam air baku terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik
negatif. Partikel-partikel ini cenderung untuk saling tolak menolak satu sama lainnya
sehingga tetap stabil dalam bentuk tersuspensi atau koloid dalam air.
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel kecil
menjadi pertikel yang lebih besar dapat dilihat pada Gambar 3. Gaya antar molekul yang
diperoleh dari agitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju
terbentuknya partikel flok. Salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan
proses ini adalah pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi kesempatan partikel
melakukan kontak atau hubungan agar membentuk penggabungan. Pengadukan lambat ini
dilakukan secara hati-hati karena flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan
dengan kecepatan tinggi. (Susanto, 2008, p. 16)
Gambar 3. Proses flokulasi
(sumber: Susanto, 2008)
Apliasi lainnya pada bidang teknologi lingkungan, pengadukan digunakan untuk
proses fisika seperti pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan (thickening), proses
kimiawi seperti disinfeksi, proses biologis untuk mencampur bakteri dan air limbah.
Proses mixing diperlukan apabila terdapat beberapa kondisi diantara lain jika pada
sebuah unit pengolahan mendapatkan karakteristik air yang membutuhkan proses
pengadukan. Contoh dari karakteristik air yang memerlukan pengadukan ialah air yang
memiliki partikel-partikel tersuspensi dapat dihilangkan dengan proses koagulasi dan
flokulasi. Pengadukan juga berguna untuk air yang memiliki patogen didalamnya.
Selain penjernihan, pengadukan juga dapat diaplikasikan kepada proses identifikasi
limbah pada air. Proses ini dinamakan jar test yang menggunakan koagulan pada
konsentrasi tertentu untuk menemukan partikel-partikel tersuspensi dalam air.
2. Sedimentasi
Menurut Linvil G. Rich (1961), sedimentasi merupakan sebuah aplikasi pada operasi
dimana terjadi pengendapan partikel padat melalui media cair, yang biasanya
air. Sedimentasi adalah pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan
secaragravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Sedimentasi pada pengolahan
air minum ditujukanuntuk:
1. pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret
2. pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum
disaring dengan filter pasircepat
3. pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan
kesadahan
4. pengendapan presipitat pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasiBak
sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk
lingkaran,bujur sangkar, atau segi empat.
Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7meter dan
kedalaman 3 hingga 4,3 meter. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyailebar
10 hingga 70 meter dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk
segi empatumumnya mempunyai lebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76
meter, dan kedalamanlebih dari 1,8 meter (Reynold & Richards, 1996). Namun, angka-
angka tersebut bukanlah angkamutlak yang harus diikuti, harus disesuaikan dengan
kondisi setempat dan debit air yang diolah
Bentuk bak sedimentasi ialah antara lain :
•Segi Empat (rectangular ).Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet menuju
outlet, sementara partikel mengendap ke bawa h (Gambar 4).
Gambar 4. Bak sedimentasi bentuk segi empat
(sumber : Reynold & Richards, 1996)
• Lingkaran (circular) - center feed . Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju
inletbak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju
outlet disekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 5). Secara
tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.

Gambar 5. Bak sedimentasi bentuk lingkaran – center feed


(sumber : Reynold & Richards, 1996)
• Lingkaran (circular) - periferal feed . Pada bak ini, air masuk melalui
sekelilinglingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah
lingkaran,sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 6). Hasil penelitian
menunjukkanbahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecil
dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum
polaaliran pada bak lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap
persegi panjang. Meskipun demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan
karenapenggunaan peralatan pengumpul lumpurnya lebih sederhana.

Gambar 6. Bak sedimentasi bentuk lingkaran – periferal feed


(sumber : Reynold & Richards, 1996)
Bagian-bagian dari bak sedimentasi (Gambar 7):
Gambar 7. Bagian-bagian bak sedimentasi
. (sumber : Reynold & Richards, 1996)

Zona Inlet atau struktur influen.


Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada baksedimentasi dan
menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai,karakteristik
aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkanefisiensi
yang lebih baik. Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular
dancircular. Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi
satudengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua kolam
dan sekaligus sebagaiinlet bak sedimentasi. Disain dinding pemisah sangat penting, karena
kemampuan bak sedimentasitergantung pada kualitas flok.
Zona pengendapan
Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah outlet, dalam
zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan
pengendapan.
Zona lumpur
Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia akan
tetapdisana
Zona outlet atau struktur efluen
Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyaipengaruh besar dalam
mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak
sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan untuk
mengontroloutlet pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipeV-notch atau orifice
terendam biasanya juga dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang lebih baik
karena memiliki kecenderunganpecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari bak
sedimentasi menuju filtrasi.
3. Flotasi
Menurut Linvil G. Rich (1961), flotasi merupakanunit operasi yang digunakan dalam
pemisahan padatan dan larutan dari fase larutan. Separasi kedua hal tersebut di fasilitasi
oleh hadirnya gelembung udara yang hadir dikarenakan masuknya fase gas kedalam
larutan. Terdapat dua metode flotasi yang biasanya digunakan yakni dispersed air
flotation dan dissolved air flotation .
Tahapan-tahapan flotasi adalah sebagai berikut:
 Aliran air limbah diberi tekanan untuk mendekati kejenuhan
 Aliran lalu dilepaskan hingga tekanannya sesuai dengan tekanan atmosfer
 Gelembung udara dilepaskan ke larutan
 Partikel tersuspensi, oil & grease, lumpur flok terflotasi dengan menempel
kepada gelembung udara
 Gelembung terjerat dengan partikel-partikel flok
 Campuran udara-padatan naik ke permukaan
Pada unit flotasi, terdapat dua metode yaitu dengan resirkulasi dan tanpa resirkulasi
yang digambarkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Unit flotasi


Unit flotasi penting digunakan jika pada suatu karakteristik air (limbah ataupun
bersih) terdapat partikel-partikel tersuspensi, flok-flok lumpur, dan minyak dan oli. Tak
hanya itu, menurut Linvil G. Rich (1961), partikel yang memiliki densitas lebih besar
daripada densitas air dapat dipisahkan dengan flotasi. Metode ini memiliki aplikasi yang
luas pada bidang pengolahan air limbah industri.
4. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pembersihan air dengan melewatkannya melalui suatu media
berpori. Kapasitas filter tergantung dari ketebalan filter, ukuran butiran serta gradasi
media filter, maupun kecepatan filtrasinya. (Rahmawati, 2013, p. 2)
Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan untuk menyaring hasil dari proses
koagulasi – flokulasi – sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas
tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, flotrasi dapat pula mereduksi
kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan mangan. Perendanaan
suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada tujuan pengolahan dan pre-
treatment yang telah dilakukan pada air baku sebagai influen filter.
Berdasarkan pada kapasitas produksi air yang terolah, filter pasir dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu filter cepat dan filter pasir lambat.
Filter pasir cepar adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi berkisar 4 hingga 21
m/jam. Filter ini selalui didahului oleh proses koagulasi – flokulasi dan pengendapan
untuk memisahkan padatan tersuspensi. Jika kekeruhan pada influen filter pasir cepat
berkisar 5 – 10 NTU maka efisiensi kekeruhannya dapat mencapai 90%.
Bagian-bagian filter cepat meliputi :
a. Bak filter, merupakan tempat filter berlangsung
b. Media filter, merupakan bahan berbutir/granular yang membentuk pori-pori di
antara butiran media.
c. Sistem underdrain, merupakan sistem pengaliran air yang telah melewatti proses
filtrasi yang terletak di bawah media filter

Gambar 9. Bagian-bagian filter cepat


Di sisi lain, filter pasir lambat adalah filter yang memiliki kecepatan filtrasi sekitar 0,1
hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebab ukuran media pasir lebih
kecil (effective size = o,15 – 0,35 mm). Filter pasir lambat ini dikembangkan sejak tahun
1800 SM. Sebelum proses ini, biasanya dilakukan proses prasedimentasi.
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan untuk menghilangkan kandungan bahan
organik dan organisme patogen pada air baku yang memilki kekeruhan relatif rendah.
Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan air baku
dibawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir tergantung pada distribusi ukuran partikel pasit,
ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan filtrasi.
Gambar 10. Skema filtrasi pasir lambat
Secara umum filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Perbedaan
kedua metode dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan filter pasir lambat dan cepat
Hubungan antara Mixing dengan Gas Transfer

Menurut Linvil G. Rich (1961), gas transfer terkadang dilakukan pada sistem
pengaduk turbun, dimana Fase gas diperkenalkan di bawah impeller, biasanya melalui
rig sparger. Pada opearsi gas transfer dapat kita mendapatkan sebuah hasil dalam bentuk
Kla, yaitu produk unit transfer massa dan. Karena produk tersebut merupakan fungsi dari
dispersi gas, diameter gelembung udara, dan turbulensi air, maka dapat diketahui
performa pengadukan.

Gambar 11. Hubungan gas stransfer dengan performa mixing


(sumber : Rich, 1961)
DAFTAR PUSTAKA
Mukimin, Aris (2006) PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BERBASIS LOGAM DENGAN
TEKNOLOGI ELEKTROKOAGULASI FLOTASI. Masters thesis, Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Rich, Linvil G. 1961. Unit Operations. New York : John Wiley & Sons, Inc.
RAHMAWATI, ANIS (2013) PENURUNAN KANDUNGAN MANGAN (Mn) DARI DALAM
AIR MENGGUNAKAN METODE FILTRASI. Universitas Sebelas Maret.
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering. New York : PWS Publishing Company.
Susanto, Ricky. 2008. Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air Pada Industri
Semen. Jakarta : Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai