Anda di halaman 1dari 9

TEORI PENDAHULUAN

TANGKI BERPENGADUK

Disusun Oleh :

Nama : Andi Anindita Dzakiah K


Stambuk : 092201700294
Kelompok : IV (Empat)
Asisten : Vevy Irma.

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pengolahan tergantung pada keefektifan suatu proses pengadukan
dan pencampuran suatu zat cair. Dalam proses kimia khususnya dalam zat cair
atau fase cair, pengadukan merupakan salah satu cara di dalam proses
pencampuran komponen untuk mendapatkan hasil yang diiginkan.
Istilah pengadukan dan pencampuran tidak sama antara satu sama lain.
Pengadukan adalah operasi yang dapat menciptakan terjadinya gerakan dalam
bahan yang akan diaduk atau menunjukkan gerakan-gerakan yang terinduksi
menurut cara tertentu pada suatu bahan yang ada dalam bejana. Proses mixing
atau pencampuran adalah penyebaran bahan-bahan secara acak dimana bahan
yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya, sedangkan bahan-
bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih. Satu bahan tunggal tertentu, seperti
air yang diisi dalam satu tangki dapat diaduk pada waktu yang lama tetapi tidak
dapat dicampur. Hal ini berbeda jika ada bahan lain yang ditambahkan pada air
tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengadukan dan pencampuran
adalah konfigurasi tangki, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran
pengaduk, dan sifat fisik fluida yang diaduk.
Operasi mixing banyak dijumpai di industri, seperti di industri kimia,
minyak, oil & gas, pulp & paper, dan di industri fermentasi. Mixing disebut
dengan “core process”, karena keberhasilan proses keseluruhan tergantung
pada proses mixing yang efektif antara fluida-fluida yang terlibat. Aplikasi
mixing di industri umumnya berlangsung di reaktor tangki berpengaduk (STR).
STR adalah sebuah vessel yang dilengkapi dengan pengaduk yang berputar
(rotating-shaft mixer). Pemilihan jenis peralatan mixing dan geometri vessel
harus dilakukan dengan tepat agar mendapat hasil yang baik (McCabe, 2005).

1.2 Tujuan Percobaan


Mempelajari karakteristik sistem pengadukan cairan dalam tangki.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengadukan
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan di dalam
bahan yang diaduk. Tujuan utama dari operasi pengadukan adalah terjadinya
pencampuran. Pencampuran merupakan suatu operasi yang bertujuan untuk
mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam
suatu bahan. Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak dalam
bahan tersebut, yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu
terhadap lainnya, sehingga operasi pengadukan merupakan salah satu cara
untuk operasi pencampuran. Pencampuran fase cair dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pencampuran antara cairan yang tidak saling bercampur atau
tercampur sebagian (immiseible) dan pencampuran cairan yang sempurna
(miseible) (Lestari, 2016).
A. Proses Pencampuran
Proses pencampuran dalam fase cair dilandasi oleh mekanisme
perpindahan momentum di dalam aliran turbulen, pencampuran terjadi pada
tiga skala yang berbeda, yaitu :
1) Pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow)
disebut mekanisme konvektif.

2) Pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk


dan tercampakkan didalam median aliran dikenal sebagai “eddies”.

3) Pencampuran karena gerak molekul air merupakan mekanisme


pencampuran yang dikenal sebagai difusi. Ketiga mekanisme terjadi
bersamaan, tetapi yang paling menentukan adalah eddy diffusion karena
membedakan pencampuran dalam aliran laminar (Penyusun, 2016).

2.2 Pengaduk
Pengaduk yang digunakan atau yang disebut sebagai agitator umumnya
terdiri dari rangkaian motor sebagai penggerak padel dan propeller atau blade,
yang disesuaikan dengan jenis limbah atau bahan organik yang digunakan.
Untuk bioreaktor yang berukuran kecil, agitator dengan dengan satu blade saja
sudah cukup yang diletakkan di bagian dasar tangki yang berbentuk silinder
dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu dapat terbuka (kontak
langsung) pada udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi tangki
bermacam-macam bergantung pada masalah pengadukan (Widiartanti &
Soehartanto, 2013).
Pengaduk (agitator) digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus seperti
dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi, gas
hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat partikel-partikel katalis
padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut keluar melalui
kumparan atau mantel (McCabe, 2005).
Berbagai macam tipe pengaduk:
a. Propeller
Propeller merupakan impeler berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan
motor penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 put/min, sedang propeller besar
berputar pada 400 sampai 800 put/min.
b. Turbin
Pengaduk turbin biasanya efektif untuk menjangkau viskositas yang
cukup luas. Pengaduk turbin sangat cocok untuk mencampur larutan
dengan viskositas dinamis sampai 50 Ns/m2. Kebanyakan turbin itu
menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-daunnya yang
pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada poros di pusat bejana.
Daun-daunnya boleh lurus dan lengkung, boleh bersudut dan vertikal.
c. Paddles
Pengaduk jenis ini memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum
2 sudut, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddles
digunakan pada aliran fluida laminer, transisi atau turbulen tanpa baffle,
pengaduk ini memberikan aliran arah radial dan tangensial dan hampir
tanpa gerakan vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horizontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke arah atas atau
bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja
tanpa terjadi agitasi.

2.3 Pola aliran dalam tangki pengaduk


Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeler, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki,
sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai
tiga komponen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada
variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain.
a. Pola aliran radial
Aliran radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap dinding
tabung.
b. Pola aliran tangensial
Aliran tangensial atau disebut juga rotasional yaitu yang bekerja pada
arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
c. Pola aliran aksial
Aliran aksial bekerja pada arah paralel (sejajar) dengan poros (Cutter,
1966).

2.4 Kelebihan dan kekurangan tangki berpengaduk


Beberapa keuntungan dari pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu serba sama. Hal ini
memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal dalam tangki
berpengaduk untuk reaksi panas dengan reaksi sangat besar.
2. Volume tangki relatif besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat
pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.

2.5 Waktu homogen


Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of
mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir. Waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal:
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a) ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b) bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c) ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d) laju putaran pengaduk
e) kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
2. Jarak terhadap dasar tangki
3. Pola pemasangannya:
a) Center, vertikal
b) Off Center, vertikal
c) Miring (inciclined) dari atas
d) Horizontal

2.6 Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak secara
tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena adanya
sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan
tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu. Vortex merupakan
hal yang dihindari dalam proses pencampuran (mixing), karena dapat
menyebabkan penggumpulan fluida. Maka, dapat menyebabkan waktu untuk
mencapai homogenitas lebih lama. Untuk menghindari vortex saat
pencampuran, dapat menggunakan baffle.

Vorteks

2.6.1 Gambar Vorteks (McCabe, 2005).

2.7 Kebutuhan daya dalam tangki berpengaduk


Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya untuk
memutar pengaduk, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan. Untuk
memperkirakan daya, diperlukan suatu korelasi empirik mengenai angka daya
(Herliati, 2005).
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np dan Nre, Bilangan
Reynold menjelaskan pengaruh dari viskositas larutan, dapat dirumuskan:
𝜌𝑓 .𝑁 .𝐷𝑎
NRe = ................................................................(2.1)
𝜇𝑓

Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai:


𝑁𝑝 .𝑁 3 .𝐷5 .𝜌𝑓
𝑃= ………………………………………...(2.2)
𝑔𝑐

Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power yang
dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan diatas berlaku bagi tangki
bersekat maupun tidak bersekat. Namun untuk tangki tidak bersekat, nilai angka
daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi dengan angka Frounde atau Frounde
Number (Nfr). Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia
terhadap gaya gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki.
Hal ini terdapat dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak
dapat diabaikan pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :
𝑁 2 .𝐷
𝑁𝐹𝑟 = …………………………………………….(2.3)
𝑔
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat
1. Tangki Tanpa Buffle
2. Tangki Dengan Buffle
3. Gelas Piala
4. Pengaduk
5. Jangka Sorong
6. Stopwatch
7. Motor Pengaduk

3.2 Bahan
1. Air
2. Teh Gunung Satria

3.3 Cara Kerja


Mengukur diameter dalam tangki dan diameter pengaduk. Kemudian
dimasukkan air dengan volume tertentu ke dalam tangka tanpa buffle kemudian
di ukur tinggi cairan. Pengaduk dimasukkan ke dalam tangki lalu alat dikalibrasi
dengan waktu tertentu.Kemudian bahan dimasukkan ke dalam tangki dan di
catat daya dan putarannya. Prosedur di atas diulangi dengan menggunakan
tangki dengan buffle.
DAFTAR PUSTAKA

Cutter, L. A. 1966. Flow and Turbulence in a Stirred Tank, 12(1), 35–45.


Herliati. 2005. Aplikasi Mixing di Industri (Reaktor Tangki Berpengaduk). Jurnal
Teknologi, 3(1), 51–58.
Lestari, D. 2016. Tangki Berpengaduk (TGK). (F. ITB, Ed.). Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Retrieved from https://www.itb.ac.id
McCabe, W. 2005. Unit Operations of Chemical Engineering. (B. J. C. and E.
Castellano, Ed.) (5th Edition). USA: McGraw-Hill Education.
Penyusun, T. 2016. Penuntuk Praktikum Operasi Teknik Kimia I. Makassar,
Sulawesi Selatan.
Widiartanti, C., & Soehartanto, T. 2013. Perancangan Sistem Pengaduk Pada
Bioreaktor Batch untuk Meningkatkan Produksi Biogas, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai