Dosen Pengampu :
Drs. Irdoni, H.S, M.S
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
KELAS C
i
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum
Kelompok VIII :
CatatanTambahan:
ii
ABSTRAK
Ekstraksi merupakan proses untuk mendapatkan minyak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Minyak atau lemak yang diekstraksi dari
tumbuh-tumbuhan disebut sebagai minyak nabati, seperti yang berasal dari biji-
bijian, contohnya buah sawit, kacang tanah dan biji karet. Screw press merupakan
metode yang cocok digunakan untuk mengekstrak biji-bijian. Metode yang
dilakukan dalam percobaan ini yaitu alat screw press yang dirangkai terlebih
dahulu dan bahan yang telah dikecilkan dan ditimbang dimasukkan ke tempat
pengumpanan, lalu alat dioperasikan dengan handle diputar searah jarum jam
hingga diperoleh minyak, kemudian volume dicatat, dilakukan sentrifugasi dan
penyaringan yang ditimbang kembali, terakhir dilakukan perhitungan yield. Yield
yang diperoleh berbeda pada setiap bahannya, yield tertinggi, yaitu pada bahan
buah sawit dengan perlakuan dipanaskan mencapai 34,88% saat ekstraksi dan
16,68% setelah disaring. Sedangkan minyak nabati dengan hasil akhir setelah
disaring yaitu minyak kacang tanah dengan pemanasan memiliki yield sebesar
22,35%.
Kata kunci : ekstraksi, minyak nabati, screw press, sawit, biji karet, kacang tanah
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
ABSTRAK ............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Bahan...............................................................................................3
2.1.1 Biji Karet...............................................................................................3
2.1.2 Tanaman Sawit......................................................................................4
2.1.3 Kacang Tanah........................................................................................7
2.2 Ekstraksi.........................................................................................................9
2.2.1 Rendering...............................................................................................7
2.2.2 Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression).................................10
2.2.3 Solvent Extraction................................................................................11
2.3 Screw Press...................................................................................................12
2.3.1 Definisi Screw Press............................................................................12
2.3.2 Klasifikasi Screw Press.......................................................................13
2.3.3 Cara Kerja Screw Press.......................................................................14
2.4 Minyak Nabati..............................................................................................15
2.4.1 Minyak Sawit.......................................................................................16
2.4.2 Minyak Biji Karet................................................................................18
2.4.3 Minyak Kacang Tanah.........................................................................19
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan-bahan yang Digunakan......................................................................20
3.1.1 Alat yang Digunakan...........................................................................20
3.1.2 Bahan yang Digunakan........................................................................20
3.2 Prosedur Percobaan.....................................................................................20
3.3 Rangkaian Alat.............................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..............................................................................................................22
4.2 Pembahasan..................................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Havea
Spesies : Havea Brasiliensis
Karet merupakan kormofita berbiji yakni tumbuhan yang menggunakan biji
sebagai pembiakan generatif. Biji karet tertutup, tidak dapat dilihat dari luar, biji
karet tersebut terbungkus oleh buah karet. Tiap buah karet terdapat tiga biji karet.
4
Biji karet berwarna putih pada waktu muda dan berwarna kecoklatan diselingi
putih setelah tua. Bagian dalam biji berwarna putih dan berbelah dua (Yusuf and
Sulaiman, 1982).
Buah karet berbentuk kotak tiga atau empat. Setelah berumur enam bulan
buah akan masak dan pecah sehingga biji karet terlepas dari batoknya. Biji karet
mempunyai bentuk ellipsoidal, dengan panjang 2,5-3 cm, yang mempunyai berat
2-4 gram/biji. Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet. Biji
karet terdiri dari ± 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana
variasi proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Biji karet
yang segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang rendah.
Akan tetapi biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air
yang tinggi sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji
segar terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet
yang telah dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak
dan 35,1% bahan kering. Biji karet mengandung 40% sampai 50% minyak yang
terdiri dari 17% sampai dengan 22% asam lemak jenuh dan 77% sampai dengan
82% asam lemak tak jenuh (Swern, 1994). Komposisi asam lemak dalam minyak
biji karet dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Karet
Komposisi Persentase (%-berat)
Asam palmitat 13,11
Asam stearate 12,66
Asam arachidat 0,54
Asam oleat 39,45
Asam linoleat 33,12
Asam lemak lainnya 1,12
Sumber : Setyawardhani, et al. (2010)
2.1.2 Tanaman Sawit
Kelapa sawit (E. guineensis Jacq.) merupakan tanaman monokotil yang
tidak memiliki cabang serta kambium pada bagian batang. Taksonomi tanaman
kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), terbagi sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
5
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit berbentuk pohon, seperti jenis palma lainnya.
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian, yaitu vegetatif dan
generatif. Bagian vegetatif terdiri dari akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian
generatif terdiri dari bunga dan buah. Perkembangbiakan secara generatif melalui
peristiwa perkawinan dan menghasilkan biji baik secara alami maupun
penyerbukan buatan. Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat
dilakukan dengan menaburkan atau menyemprotkan serbuk sari yang diambil
secara sengaja dari bunga jantan ke bunga betina yang sedang mekar atau fertile.
Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan
tebal. Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip, membentuk satu pelepah
dengan jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai (Hadi
2004).
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya
kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura memiliki buah
dengan cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur tamanam.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang dan bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura
dan Pisifera. Jenis Tenera dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan
masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya
tetap fertile (Setyamidjaja, 2006).
Soehardiyono (1998) menyebutkan buah terdiri dari tiga lapisan:
a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b. Mesoskarp, serabut buah.
c. Endoskarp, cangkang pelindung inti (yang terdiri dari endosperm dan
embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi).
Tanaman kelapa sawit (Elaesis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis
golongan plama yang termasuk tanaman tahunan. Minyak kelapa sawit dapat
dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamkan dengan inti kelapa sawit (palm
kernel oil) dan sebagai hasil samping adalah bungkil inti kelapa sawit (palm
6
kernel meal atau pellet). Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22°C - 32°C.
Buah kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen
buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 30-40%.
Buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
2.2 Ekstraksi
Menurut Ketaren (2008), ekstraksi merupakan suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry
rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.
2.2.1 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan-
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang relatif
tinggi dengan menggunakan proses pemanasan. Cara ini sering dipakai untuk
mengekstrak lemak atau minyak hewan yang dilakukan dengan pemanasan
jaringan. Penggunaan panas dalam proses ini merupakan suatu hal yang spesifik,
yaitu bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Metode rendering dibedakan
menjadi dua yaitu wet rendering dan dry rendering (Winarno, 1992).
a. Wet rendering
Proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya
proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan
uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika
diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi
ditempatkan pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk kemudian air
ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 18-50°C
sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas dan kemudian
dipisahkan (Ketaren, 2008).
Proses wet rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang
begitu popular, sedangkan proses wet rendering dengan mempergunakan
temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air, dipergunakan untuk
menghasilkan minyak atau lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang
digunakan adalah autoclave atau digester. Dalam metode ini air dan bahan yang
akan diekstraksi dimasukan kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40
sampai 60 pound selama 4-6 jam. Pada proses ini suhu yang digunakan harus
10
diatas titik didih air. Karena pemanasan bahan, minyak atau lemak akan terpisah
atau mengapung pada permukaan air. Dengan demikian minyak atau lemak dapat
dipisahkan (Ketaren, 2008).
b. Dry Rendering
Dry rendering merupakan proses ekstraksi cara pemanasan tanpa adanya
penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel
yang terbuka dan dilengkapi steam jacket serta alat pengaduk. Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan dalam ketel tanpa
penambahan air. Bahan tersebut dipanaskan sambil diaduk . Pemanasan dilakukan
dengan suhu 2200- 2300 oF. Ampas dari bahan yang telah diambil minyaknya
akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan
dari ampas dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Ketaren,
2008).
2.2.2 Pengepresan Mekanik (Mechanical Expression)
Pengepresan mekanik (Mechanical Expression) merupakan suatu cara
ekstraksi minyak atau lemak. Dimana diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak dipisahkan. Perlakuan tersebut mencakup pembuatan serpih,
perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan (Ketaren, 2008).
Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu : pengepresan
hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (expeller pressing)
(Ketaren, 2008).
a. Pengepresan Hidraulik ( hydraulic pressing)
Pada cara pengepresan hidraulik (hydraulic pressing) bahan dipres dengan
tekanan 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm2 = 136 atm). Banyaknya minyak atau
lemak yang didapat tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan dasar (Ketaren, 2008).
b. Pengepresan Berulir (screw pressing)
Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada
temperatur 240ºF dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch 2. Kadar air minyak atau
lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5%, sedangkan bungkil yang
dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5% (Ketaren, 2008).
11
34%, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw press)
dihasilkan rendemen minyak sekitar 40-45% (Nurhayati, 2014). Pengepresan
dengan srew press memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
a. Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses
pengepresan dapat dilakukan secara kontinyu.
b. Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan
perlakuan pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan
pemasakan/pemanasan.
c. Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi.
Menurut Heruhadi (2008), cara kerja alat ekstraksi biji tipe berulir (screw)
ini adalah dengan menerapkan prinsip ulir dimana bahan yang akan dipress
ditekan dengan menggunakan daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang
masuk ke dalam alat akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan, kemudian
bahan akan mendapatkan tekanan setelah berada di ujung alat. Semakin bahan
menuju ke bagian ujung alat, tekanan yang dialami bahan akan menjadi semakin
lebih besar. Tekanan ini yang akan menyebabkan kandungan minyak yang
terdapat dalam bahan keluar. Minyak kasar yang keluar dari mesin pres dialirkan
dan ditampung ke dalam tangki penampung selama beberapa waktu agar
kotoran- kotoran yang terikut di dalamnya mengendap.
2.3.2 Klasifikasi Screw Press
Screw press dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:
1. Expellers
Tipe expellers ini adalah screw press yang paling sering ditemui di industri.
Mereka terdiri dari screw yang berputar dalam tong/barel berlubang. Lubang
dalam barel dibentuk dengan jarak yang teratur (jarak ini dapat bervariasi 0,5 - 0,1
mm), sehingga minyak dapat mengalir keluar di sepanjang tong. Screw press ini
dapat dilengkapi dengan sistem pemanas.
2. Expanders
Expander merupakan extruder tertutup, di mana biji hancur tetapi tanpa
ekstraksi minyak. Screw terkunci dalam sistem tertutup di mana nozel secara
teratur akan mengalirkan air atau uap. Proses menghancurkan biji ini dapat
dianggap sebagai preparasi biji sebelum tahap yang kedua yaitu tahap ekstraksi
14
dengan pelarut. Pada akhir screw, ada plate berlubang sebagai tempat untuk
keluar bahan yang sudah diekstrusi. Metode ini banyak digunakan untuk biji
dengan kadar minyak rendah (kedelai atau kapas).
3. Twin screw
Screw jenis ini merupakan pengembangan dari jenis expeller dan expander.
Jenis ini memiliki dua screw dalam satu barel namun lubang pengeluaran untuk
minyak hanya terdapat di akhir screw, tidak disepanjang barel.
Secara umum, screw press terdiri dari tiga area operasi yaitu:
1. Feed zone yaitu tempat dimana tekanan akan meningkat dengan cepat untuk
mulai mengekstraksi minyak.
2. Push zone yaitu tempat dimana tekanan akan mulai berkurang secara
perlahan
3. Plug zone yaitu tempat dimana tekanan akan semakin turun hingga ke
tempat keluaran.
2.3.3 Cara Kerja Screw Press
Cara kerja alat ekstraksi biji tipe berulir (screw) ini adalah dengan
menerapkan prinsip ulir dimana bahan yang akan ditekan dengan menggunakan
daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang masuk ke dalam alat akan
terdorong dengan sendirinya ke arah depan, kemudian bahan akan mendapatkan
tekanan setelah berada di ujung alat. Semakin bahan menuju ke bagian ujung
alat, tekanan yang dialami bahan akan menjadi semakin lebih besar. Tekanan ini
yang akan menyebabkan kandungan minyak yang terdapat dalam bahan keluar.
Minyak kasar yang keluar dari mesin pres dialirkan dan ditampung ke dalam
tangki penampung selama beberapa waktu agar kotoran- kotoran yang terikut di
dalamnya mengendap (Heruhadi, 2008).
Alat press diumpankan dengan biji mentah atau yang sudah dipreparasi
dahulu sebelumnya. Tipe dari pre-treatment (pemanasan, pengecilan ukuran,
penyaringan mekanis, dll) berbeda berdasarkan dari jenis biji yang digunakan.
Setiap jenis preparasi memiliki kelebihannya masing-masing. Dehulling atau
penghilangan kulit biji digunakan untuk memisahkan biji dari kulit yang
mengandung sedikit minyak. Penghancuran dan pengelupasan bertujuan untuk
meningkatkan laju ekstraksi dengan mengubah permeabilitas bungkil. Pemasakan
15
Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yang
lebih baik kuantitas dan kualitasnya dibanding dengan biji karet yang
lebih muda.
3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet.
Biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang
tinggi, sehingga dapat menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang
baik.
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses
(misalnya: halusnya hasil pencacahan yang dilakukan, pemilihan jenis
pelarut, penyimpanan minyak hasil proses, dan sebagainya).
2.4.3 Minyak Kacang Tanah
Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah
satu kebutuhan manusia, yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible
purpose) maupun bahan non pangan (non edible purpose). Sebagai bahan pangan
minyak kacang tanah dipergunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan
margarine, mayonnaise, salad dressing, dan mentega putih atau shortening, dan
mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenis lainnya, karena
dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan
non pangan, minyak kacang tanah banyak digunakan dalam industri sabun, face
cream, shaving cream, pencuci rambut, dan bahan kosmetik lainnya. Dalam
bidang farmasi minyak kacang tanah dapat digunakan untuk campuran pembuatan
adrenalin, dan obat asma (Ketaren, 2008).
Minyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik daripada minyak
jagung, minyak biji kapas, minyak olive, minyak bunga matahari untuk dijadikan
salad dressing, dan disimpan di bawah suhu -11°C. Hal ini disebabkan karena
minyak kacang tanah jika berwujud padat berbentuk amorf, di mana lapisan padat
tersebut tidak pecah sewaktu proses pembekuan. Minyak kacang tanah yang
didinginkan pada suhu -6,6°C, akan menghasilkan sejumlah besar trigliserida
padat (Ketaren, 2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
6. Handle screw press diputar searah jarum jam, bila bahan tidak lancar
jatuhnya dari tempat umpan ke bagian screw, bisa didorong dengan batang
pengaduk.
7. Kecepatan putar diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
penyumbatan. Diusahakan proses berjalan lancar, minyak/lemak keluar
lancar di outlet dan masuk kedalam botol penampung, ampas keluar
dibagian outlet ampas.
8. Agar didapat hasil yang banyak bisa diatur jarak antara outlet dengan ujung
screw.
9. Minyak/lemak yang diperoleh kemudian di sentrifugasi selama 10 menit dan
dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan corong Buchner, dan dicatat
volumenya
10. Pekerjaan ini dilakukan dengan variabel pada kondisi tidak dipanaskan dan
pada kondisi dipanaskan.
11. Yield produk kemudian dihitung.
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ekstraksi minyak nabati yang telah dilakukan
dengan bahan baku biji karet, buah sawit, dan kacang tanah dengan berat awal
yanag sama tiap bahannya, yaitu 300 gram. Sehingga, diperoleh hasil berupa
minyak dengan berat yang berbeda-beda setiap bahannya, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut
Tabel 4.1 Volume Minyak yang diperoleh pada Setiap Bahan Baku Masing-
Masing Metode
Pemanasan Tanpa pemanasan
Volume Volume Volume Volume Volume Volume
Bahan
ekstraksi sentrifugasi saringan ekstraksi sentrifugasi saringan
(ml) (ml) (ml) (ml) (ml) (ml)
Biji
36 35 34 31 30 29
karet
Buah
115 75 55 95 55 35
sawit
Kacang
78 72 70 68 62 60
tanah
Tabel 4.2 Hasil Minyak dan Yield pada Setiap Bahan Baku Masing-Masing
Metode
Hasil (gram) Yield (%)
Bahan
Metode Tanpa Tanpa
baku Pemanasan Pemanasan
pemanasan pemanasan
Biji karet Ekstraksi 33,12 28,52 11,04 9,506
Sentrifugasi 32,2 27,6 10,37 9,2
Saringan 31,28 26,68 10,43 8,89
Buah Ekstraksi 104,65 86,45 34,88 28,81
sawit Sentrifugasi 68,25 50,05 22,75 16,68
Saringan 50,05 31,85 16,68 10,62
Kacang Ekstraksi 74,724 65,144 24,91 21,71
tanah Sentrifugasi 68,976 59,396 22,99 19,8
Saringan 67,06 57,48 22,35 19,16
4.2 Pembahasan
Minyak dapat dihasilkan melalui suatu proses ekstraksi. Ekstraksi adalah
suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak (TIM Laboratorium Teknik II, 2020). Pada
24
praktikum minyak nabati ini , digunakan beberapa bahan yang berbeda, yaitu biji
karet, buah sawit, dan kacang tanah. Proses pembuatannya berlangsung dengan
menggunakan suatu alat, yaitu screw press dengan perlakuan variabel yang
berbeda berupa bahan baku dan pada proses pemanasan dan tanpa pemanasan.
Praktikum ini diawali dengan persiapan bahan baku yang diperkecil ukurannya,
lalu dikeringkan dalam ruang terbuka yang bertujuan untuk mengurangi kadar air
pada masing-masing bahan tersebut. Tujuan dari pengurangan kadar air pada
bahan karena akan mempengaruhi kadar asam lemak bebas dalam minyak yang
dihasilkan, semakin besar kadar air minyak semakin besar pula kadar asam lemak
bebas. Kenaikan jumlah asam lemak bebas pada minyak disebabkan karena
adanya reaksi hidrolisis pada minyak tersebut (Sari, et al., 2019). Tahap
selanjutnya, yaitu melakukan proses ekstraksi dengan menggunakan alat screw
press. Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari bahan baku yang diberi
kempaan dan menghasilkan minyak kasar serta ampas dari bahan tersebut.
Masing-masing bahan baku menghasilkan minyak yang berbeda-beda,
Minyak nabati yang diperoleh dari setiap sampel memiliki volume minyak
yang berbeda tiap metodenya. Adapun metode yang terdapat dalam memperoleh
minyak nabati yaitu, ekstraksi, sentrifugasi, dan saringan. Volume minyak yang
diperoleh dari metode ekstraksi diukur setelah dilakukannya pengepressan dengan
screw press. Metode sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan fasa padat yang
berupa ampas dari minyak, yang dilakukan dengan menggunakan alat sentrifuse
selama 10 menit, sehingga padatan pada minyak dapat terpisahkan dengan
maksimal. Selanjutnya, volume minyak dengan metode saringan diperoleh dari
hasil saringan untuk memisahkan ampas dengan yang telah terpisah sebelumnya
dari sentrifugasi, sehingga memperoleh minyak murni. Berdasarkan pada data
hasil praktikum Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa volume minyak yang dihasilkan
berkurang sesuai dengan urutan metode pengambilan minyak, yaitu dari metode
ekstraksi hingga metode saringan. Pengurangan volume minyak ini dikarenakan
tiap metode terjadi penghilangan kotoran atau ampas pada minyak yang
dihasilkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti pada Tabel 4.2 yang dikonversi
menjadi besaran massa, yang diperoleh dengan adanya hubungan densitas.
25
Densitas minyak biji karet, yaitu 0,920 gram/m (Hakim and Edwin, 2017),
minyak buah sawit 0,91 gram/ml (Setyaji, 2015), sedangkan minyak kacang tanah
0,958 gram/ml (Lhartanti, 2015).
Minyak yang dapat dihasilkan dari buah sawit, yaitu sekitar 46,9±9,9%
(Sujadi, et al., 2016). Biji kacang tanah mengandung minyak sekitar 40-48%
(Zuichi and Husni, 2017). Sedangkan biji karet mampu menghasilkan minyak
nabati berkisar antara 40-50% (Hakim and Edwin, 2017). Perbedaan kandungan
minyak pada setiap bahan ini menunjukkan adanya komposisi yang berbeda pada
setiap bahan. Perolehan minyak atau yield dari percobaan pada setiap bahan,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
25
20
15
Yield (%)
pemanasan
tanpa pemanasan
10
0
biji karet buah sawit kacang tanah
berwujud cair, sedangkan stearin berwujud padat (Malik, 2016). Literatur ini
sesuai dengan hasil percobaan yang telah dilakukan, yaitu minyak sawit yang
dihasilkan berwujud semi padat saat dibiarkan berada pada temperatur ruang.
Berdasarkan hasil praktikum seperti pada Gambar 4.2 yang menampilkan
hubungan yield pada setiap bahan dengan proses pemanasan dan tanpa
pemanasan. Proses pemanasan dalam pengolahan minyak perlu dilakukan karena
proses ini akan sangat menentukan kualitas minyak yang dihasilkan, tujuan dari
pemanasan ini antara lain memudahkan minyak keluar dari sel yang ada didalam
biji, mematikan aktivitas enzim-enzim dan mikroorganisme tertentu, menaikkan
nilai keenceran minyak, salah satu cara sterilisasi pendahuluan, dapat menguapkan
air sampai kadar air tertentu, menggumpalkan beberapa protein sehingga
memudahkan pemisahan lebih lanjut, dan mengendapkan beberapa fosfatida yang
tidak diinginkan (Sutan, et al., 2019). Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur
tersebut, karena ekstraksi dengan pemanasan menghasilkan minyak dalam jumlah
yang lebih banyak, lebih encer, dan lebih jernih daripada minyak yang tidak
dipanaskan. Yield yang diperoleh berbeda pada setiap bahannya, dengan yield
tertinggi yaitu pada buah sawit dengan pemanasan saat ekstraksi sebesar 34,88%,
sedangkan yield dari hasil akhir yaitu pada saat metode saringan dengan
pemanasan pada minyak kacang tanah sebesar 22,35%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bagaimana
prinsip kerja dan cara mengoperasikan alat screw press. Dimana, prinsip
kerja dari alat ini adalah melumatkan atau menghancurkan bahan yang
diumpankan sehingga dapat menghasilkan minyak dan mengeluarkan ampas
sisa ekstraksi.
5.2 Saran
1. Lakukan proses pengeringan bahan terlebih dahulu, agar kadar air pada
bahan dapat berkurang, sehingga dapat dihasilkan minyak yang lebih
banyak.
2. Ekstraksi minyak dengan bahan baku kacang tanah perlu perlakuan khusus,
yaitu sesering mungkin dilakukan pembersihan pada bagian pengeluaran
ampas, karena struktur bahan yang keras dan kasar dapat menumpuk dan
menyebabkan alat screw press tidak bekerja optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa, I. and Paeru, R.H., 2012. Kelapa sawit.
Penebar Swadaya Grup.
Hadi, M.M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa.
Yogyakarta, 175.
Hakim, A. and Mukhtadi, E., 2017. Pembuatan Minyak Biji Karet Dari Biji Karet
Dengan Menggunakan Metode Screw Pressing: Analisis Produk
Penghitungan Rendemen, Penentuan Kadar Air Minyak, Analisa Densitas,
Analisa Viskositas, Analisa Angka Asam Dan Analisa Angka Penyabunan.
METANA, 13(01), pp.13-22.
Heruhadi, B., 2008. Pengembangan teknologi proses pengolahan jarak pagar
(Pure Jatropha Oil) Kapasitas 6 ton biji/hari. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, 10(3), pp.189-196.
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Lewis, R.A., 2016. Hawley's condensed chemical dictionary. John Wiley & Sons.
Lhartanti, L., 2015.Proses Pembuatan Minyak Kacang Tanah dengan Variabel
Pemanasan Awal dan Suhu Pengepresan Menggunakan Screw Press. PhD
Thesis. Undip.
Maesen, L. J. G. van der and S. Somaatmadja. 1993. Prosea Sumber Daya Nabati
Asia Tenggara I, Kacang Tanah. Penerjemah: S.Danimihardja. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Malik, A., 2016. Fraksinasi Olein Dan Stearin Minyak Sawit Kasar Menggunakan
Larutan Dengan Berat Jenis Antara. JESBIO: Jurnal Edukasi dan Sains
Biologi, 4(2).
Mangoensoekarjo, S. and Semangun, H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nurhayati. 2014. Teknologi Pemrosesan Biodiesel. PPPPTK BMTI
Kemendikbud. Bandung.
Prastyo, P. and Rahayoe, A.S., 2018, Penyaringan Metode Buchner Sebagai
Alternatif Pengganti Penyaringan Sederhana Pada Percobaan Adsorpsi
Dalam Pratikum Kimia Fisika. Indonesian Journal of Laboratory, 1(1).
Sari, M., Ritonga, Y. and Saragih, S.W., 2019, Pengaruh Kadar Air Pada Proses
Pemucatan Minyak Kelapa Sawit. In Talenta Conference Series: Science
and Technology (ST) (Vol. 2, No. 1, pp. 79-83).
Savoire, R., Lanoisellé, J.L. and Vorobiev, E., 2013. Mechanical continuous oil
expression from oilseeds: a review. Food and Bioprocess Technology,
6(1), pp.1-16.
Sawitri, I., 2014, Uji Alat Pengepres Minyak (Oil Press) Pada Beberapa Komoditi.
Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 2(24). 102-109.
Setiawan, D.H. and Angsono, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Setyaji, H. 2015. Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari Brondolan
Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Agribisnis III. Fakultas Peternakan dan
Pertanian Diponegoro dan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kasinus. Yogyakarta.
29
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Perhitungan yield
1. Biji Karet
Massa bahan awal = 300 gram
Densitas = 0,920 gram/ml (Hakim and Edwin, 2017)
a. Pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,920 gram/ml x 36 ml = 33,12 gram
33,12
%Yield= ×100 %=11,04 %
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,920 gram/ml x 35 ml = 32,2 gram
32,2
%Yield= ×100 %=10,73 %
300
3) Saringan
Massa = 0,920 gram/ml x 34 ml = 31,28 gram
31,28
%Yield= ×100 %=10,43 %
300
b. Tanpa pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,920 gram/ml x 31 ml = 28,52 gram
28,52
%Yield= ×100 %=9,506 %
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,920 gram/ml x 30 ml = 27,6 gram
27,6
%Yield= × 100 %=9,2 %
300
3) Saringan
Massa = 0,920 gram/ml x 29 ml = 26,68 gram
26,68
%Yield= ×100 %=8,89 %
300
31
2. Buah Sawit
Massa bahan awal = 300 gram
Densitas = 0,91 gram/ml (Setyaji, 2015)
a. Pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,91 gram/ml x 115 ml = 104,65 gram
104,65
%Yield= ×100 %=34,88 %
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,91 gram/ml x 75 ml = 68,25 gram
68,25
%Yield= ×100 %=22,75%
300
3) Saringan
Massa = 0,91 gram/ml x 55 ml = 50,05 gram
50,05
%Yield= ×100 %=16,68 %
300
b. Tanpa pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,91 gram/ml x 95 ml = 86,45 gram
86,45
%Yield= × 100 %=28,81%
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,91 gram/ml x 55 ml = 50,05 gram
50,05
%Yield= ×100 %=16,68 %
300
3) Saringan
Massa = 0,91 gram/ml x 35 ml = 31,85 gram
31,85
%Yield= ×100 %=10,62 %
300
32
3. Kacang Tanah
Massa bahan awal = 300 gram
Densitas = 0,958 gram/ml (Lhartanti, 2015)
a. Pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,958 gram/ml x 78 ml = 74,724
74,724
%Yield= × 100 %=24,91 %
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,958 gram/ml x 72 ml = 68,976 gram
68,976
%Yield= × 100 %=22,99 %
300
3) Saringan
Massa = 0,958 gram/ml x 70 ml = 67,06 gram
67,06
%Yield= × 100 %=22,35 %
300
b. Tanpa pemanasan
1) Ekstraksi
Massa = 0,958 gram/ml x 68 ml = 65,144 gram
65,144
%Yield= × 100 %=21,71 %
300
2) Sentrifugasi
Massa = 0,958 gram/ml x 62 ml = 59,396 gram
59,396
%Yield= ×100 %=19,8 %
300
3) Saringan
Massa = 0,958 gram/ml x 60 ml = 57,48 gram
57,48
%Yield= ×100 %=19,16 %
300