Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II


EKSTRAKSI MINYAK NABATI

OLEH:
KELOMPOK VI
KELAS B

Ayla Annisa Liswani (1707114182)


Ricky Martin Gultom (1707114073)
Samsinar Sriningsih (1707111488)

Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, MS.

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum Laboratorium
Instruksional Teknik Kimia II

Ekstraksi Minyak Nabati

Dosen pengampu praktikum dengan ini menyatakan bahwa:

Kelompok VI:

Ayla Annisa Liswani (1707114182)


Ricky Martin Gultom (1707114073)
Samsinar Sriningsih (1707111488)

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


Pengampu / Asisten Praktikum.
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum ekstraksi minyak nabati
dari praktikum labtek 2 yang disetujui oleh Dosen Pengampu / Asisten
Praktikum.

CatatanTambahan:

Pekanbaru, 29 Juni 2020


Dosen Pengampu

Drs. Irdoni, MS.


NIP. 195704151986091001

i
ABSTRAK

Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam bahan organik


seperti yang terdapat di dalam tumbuh tumbuhan sangat dibutuhkan oleh
keperluan hidup manusia, baik kompnen senyawa tersebut digunakan untuk
keperluan industri maupun bahan obat-obatan. Ekstraksi adalah suatu cara untuk
mendapatkan minyak atau lemak. Metode yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu pengepresan berulir (screw pressing). Bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu kacang tanah, biji karet, dan biji sawit sebesar 120 gram. Pada
percobaan ini dilakukan pengepresan dengan menggunakan pemanasan dan tanpa
ada pemanasan. Yield biji karet didapatkan sebanyak 8,81 % dengan pemanasan
dan tanpa pemanasan hanya didapatkan sebanyak 4,385 %. Sedangkan perolehan
yield pada biji sawit sebesar 33,077 % dan kacang tanah 26,96 % dengan
pemanasan, sedangkan tanpa pemanasan yield biji sawit sebesar 22,909 % dan
kacang tanah 11,456 %.

Kata Kunci: Ekstraksi, Srcew Press

ABSTRACT

Component-component chemical that contained in the chemical in the material


organic such as that contained in the growing plant is very required by the
necessity of living humans beings, component compounds are in use for the
puroses of industrial drugs. Extraction ia a way to get oil or fat. The method that
is used in the lab is that the pressing screw. Material that are used in the lab this
is nuts soil, seed gum, and the seed oil of 120 grams. This experiment is carried
out in duplicate with variables using heating and without heating. Yield of seed
gum is 8,81 % with heating and only 4,385 % without heating. Meanwhile, the
yield of seed oil is 33,077 % and 29,96 % of nuts soil with heating, and yield of
seed oil and nuts oil without heating are 22,909 % and 11,456 %.

Keyword: Extraction, Screw press

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Ekstraksi................................................................................................2
2.2 Rendering..............................................................................................2
2.3 Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)......................................3
2.4 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)...................................4
2.5 Screw Press...........................................................................................5
2.5.1 Tipe Screw Press.........................................................................7
2.5.2 Tekanan pada Screw Press..........................................................7
2.6 Karet.......................................................................................................8
2.7 Kacang Tanah.........................................................................................9
2.8 Kelapa Sawit........................................................................................10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..........................................................11
3.1 Alat yang Digunakan...........................................................................11
3.2 Bahan yang Digunakan.......................................................................11
3.3 Prosedur Percobaan.............................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................12
4.1 Hasil Percobaan...................................................................................12
4.2 Pembahasan.........................................................................................12
BAB V PENUTUP................................................................................................14
5.1 Kesimpulan.........................................................................................14
5.2 Saran....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Karet ...............................9
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kacang Tanah .................................10
Tabel 2.3 Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit..................................10
Tabel 4.1 Yield Bahan...........................................................................................12

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Pres Hidrolik skala Laboratorium .............................................5


Gambar 2.2 Alat Screw Press Skala Labratorium.................................................6

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak nabati merupakan campuran biologis turunan tumbuha.minyak
merupakan trigliserida yang mengandung campuran ester asam lemak dan gliserol
(Anna, 2012). Minyak nabati berguna baik untuk industri pangan maupun non
pangan. Pada industri pangan digunakan untuk produksi margarin, fried foods, dll.
Pada non pangan meliputi detergen, cat, special varnishes, dll (Mariana, 2015).
Beberapa contoh minyak nabati ialah minyak sawit, minyak kacang, minyak
kemiri, minyak jarak.

Ekstraksi merupakan unit operasi penting dalam proses pangan melibatkan


pengambilan material menarik dari material asalnya. Terdapat beberapa jenis
ekstraksi yakni ekstraksi pelarut, mechanical expression, dan rendering. Menurut
mariana (2015), Ekstraksi minyak memiliki bebeberapa tantangan yang
bergantung pada variasi kandungan minyak yang jika kandungannya sedikit maka
ekstraksi tidak ekonomis, sementara kandungan minyak banyak dapat hadir pada
struktur yang membuat ekstraksi minyak sukar dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum


a) Mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press.
b) Membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang
berbeda dan pada suhu yang berbeda.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi
Ektrasi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstrasi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak anatar bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar
muka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masaa dengan cara difusi
(Sudjadi, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi anatar lain yaitu ukuran bahan
baku, pemilihan pelarut, waktu proses ekatrasi suhu ektrasi. Ukuran bahan baku
yang kecil baku yang kecil akan menghasilkam hasil yang rendah. Pemilihan
pelarut akan mempengaruhi suhu ekstraksi dan waktu proses ekstraksi. Jika suhu
tinggi, maka akan menghasilkan sisa pelarut yang tinggi pula (Anam, 2010).

2.2 Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi. Penggunaan
panas bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau
lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi
dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering.
a. Wet Rendering

2
3

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air


selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta
tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan
temperatur rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan
flavor netral dari minyak atau lemak tidak hilang. Bahan yang akan
diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk,
kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-
lahan sampai suhu 50oC sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik
ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering
denganmenggunakan temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan
proses wet rendering dengan mempergunakan temperatur yang tinggi
disertai tekanan uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau
lemak dalam jumlah yang besar (Tim penyusun, 2020).

b. Dry Rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan
dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang
diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel
tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan
dilakukan pada suhu 220oF sampai 230oF (105oC-110oC). Ampas bahan
yang telah diambil minyaknya akan diendapakan pada dasar ketel. Minyak
atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap
dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel (Tim penyusun,
2020).

2.3 Ekstraksi dengan Pelarut (Solvent Extraction)


Prinsip dari proses ini adalah melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan
lemak yang sesuai. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang
rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang
dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena
sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak
yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut mudah menguap,
4

seperti petroleum eter, gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan
n-heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut menguap atau hilang tidak
boleh lebih dari 5 persen. Bila lebih, seluruh sistem solvent extraction perlu
diteliti lagi. Ekstraksi dengan pelarut bisa dikelompokan menjadi maserasi,
perkolasi dan sokletasi. Maserasi merupakan proses ekstraski dengan pelarut,
dimana bahan yang diduga mengandung minyak/lemak direndam dalam pelarut
yang sesuai selama waktu tertentu, kemudian dipisahkan antara filtrate yang
mengandung minyak/lemak dari ampas dengan penyaringan. Terakhir pelarut
diuapkan, sehingga didapat minyak/lemak yang dimaksud.
Perkolasi merupakan proses ekstraksi pelarut, dimana pelarut dialirkan
melalui bahan yang mengandung minyak/lemak, kemudian pelarut diuapkan
untuk mendapat minyak/lemak yang terkandung dalam bahan. Sokletasi
merupakan prses ekstraksi dengan pelarut menggunkan unit alat soklet. Pelarut
dialirkan terus menerus atau berulang ulang pada bahan yang mengandung
minyak/lemak. Pengaliran pelarut yang terus menerus disebabkan karena
diberikan panas untuk menguapkan pelarut yang ada dalam labu soklet, uap
pelarut ini didinginkan oleh condenser, kondensasi uap pelarut jatuh lagi kebahan,
merendam bahan guna menarik minyak/lemak yang masih ada dalam bahan.
Proses ini berjalan terus menerus sampai semua kandungan minyak/lemak dalam
bahan tersktrak semua (Tim penyusun, 2020).

2.4 Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)


Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Pengepresan umumnya
dilakukan untuk mengekstrak komponen-komponen dari bahan-bahan biologis
seperti tanaman. Komponen-komponen biologi tersebut terletak di dalam struktur
sel-sel tumbuhan, sehingga sel-sel tersebut perlu dirusak agar dapat diambil
komponen yang diinginkan. Salah satu cara pengambilan minyak atau lemak
terutama yang berasal dari biji-bijian pada tumbuh-tumbuhan adalah dengan
pengepresan mekanis. Cara ini dilakukan untuk mengambil kandungan minyak
yang kadarnya berkisar antara 30-70% (Estrada, 2007).
Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak diekstrak. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
5

penyerpihan/perajangan/penggilingan/penghancuran (memperkecil ukuran bahan),


dan kalau diperlukan dilakukan perebusan/pemasakan. Pada industry/pabrik ada
dua cara ekstrasi mekanik yang umum digunakan, yaitu pengepresan hidrolik
(Hydrolic Pressing) dan pengepresan berulir (Expeller Pressing). Berikut tahap-
tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan
mekanis (Tim penyusun, 2020)..

1. Pengepresan Hidrolik (Hydrolic Pressing)


Pada cara hydrolic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound/inch2 (140,6 kg/cm= 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang
dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan
banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4 sampai 6
persen, tergantung dari lamanya bungkil ditekan di bawah tekanan hidrolik.

Gambar 2.1 Alat Pres Hidrolik skala Laboratorium

2. Pengepresan Berulir (Screw Pressing)


Cara Screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari
proses perajangan/penyerpihan/penghalusan bahan, pemasakan atau
tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240oF (115,5oC)
dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar minyak atau lemak yang
6

dihasilkan berkisar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan


masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen. Alat ini bisa digunakan
dengan pengerak motor listrik ataupun secara manual

2.5 Screw Press


Cara yang paling umum dipakai untuk mengekstraksi minyak kasar dari buah
kelapa sawit yang telah mengalami pelumatan adalah dengan menggunakan
pengempaan (pressing). Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras
berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan
minyak kasar. Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral
(screw) dengan susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Bahan yang
telah dilumatkan akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga
buah sawit menjadi terperas. Untuk lebih jelas mengenai alat screw press ini dapat
dilihat pada gambar 2.2. a dan b seperti gambar dibawah (Hasballah, 2018).

Gambar 2.2 Alat Screw Press Skala Labratorium (Hasballah, 2018).

Untuk mengefisiensikan proses ekstraksi minyak pada screw press maka


hal–hal yang harus diperhatikan ialah (Hakim, 2017):
a. Tekanan proses. Jika tekanan proses tidak maksimal maka dapat
menyebabkan losses minyak yang tinggi atau persentase broken kernel yang
tinggi.
b. Suhu daging buah yang keluar dari digester harus 90–95 oC sehingga
pemisahan minyak dapat berjalan sempurna.
c. Kondisi worm screw, press cage maupun cone harus diperhatikan meliputi
pengecekan keausannya, karena mempengaruhi hasil minyak yang didapat,
7

jika lubang pori press cage tersumbat maka minyak akan terbawa keluar
bersama dengan ampas.
d. Daging buah yang telah dilumatkan, kandungan minyaknya tidak boleh
terlalu sedikit (karena telah keluar dari digester). Hal ini dapat menyebabkan
worm screw mudah mengalami keausan dan jika kandungan minyak tidak
dikutip dari digester juga akan menyebabkan losses minyak akan tinggi.
Oleh karena itu pengawasan pada pengutipan minyak harus dijaga dengan
teliti.

2.5.1 Tipe screw press


Terdapat tiga tipe screw press yang umum digunakan dalam PKS yaitu
Speichim, Usine de wecker dan stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh
yang berbeda-beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim
memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan
dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan gravitasi.
Kontiunitas adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi
volume worm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan
akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa
pabrik pembuat screw press menggunakan feed screw, karena disamping
pengisian yang efektif juga melakukan pengempaan pendahuluan dengan tekanan
rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan membantu daya kerja dari screw
press, karena kandungan minyak telah berkurang yang sering mengganggu dalam
pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan minyak dalam cairan.
Pengguna feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya
perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu
dilakukan perhatian yang lebih insentif. Tipe stork memproduksikan alat press
yang terdiri dari alat yang menggunakan feed screw dan tanpa feed screw.
Sedangkan usine de wecker tidak dilengkapi dengan feed screw. Screw press
terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press yang
berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih
tinggi dari single shaft (Hasballah, 2018).
8

2.5.2 Tekanan pada screw press


Penggerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang
dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan
menggerakkan alat screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 9-13 rpm.
Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone.
Tekanan pada hydraulic cone yang sesuai untuk double pressing menggunakan
tekanan 50–60 bar. Tujuan untuk menstabilkan tekanan pressan adalah :
1. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan
masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka
ekstraksi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak
akan lebih rendah.
2. Menurunkan jumlah biji pecah, semakin tinggi variasi tekanan dalam screw
press maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
3. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti screw, cylinder press
dan electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan
mekanis.

Tekanan yang terjadi pada screw press yaitu tekanan hidrostatis yaitu
dimana bubur buah yang masuk kedalam press cage melakukan tekanan terhadap
dinding press cage karena adanya worm screw yang berfungsi sebagai pembawa
dan sekaligus penekan massa buah yang telah dilumat didalam digester.
Dalam proses kerjanya permasalahan yang sering terjadi pada screw press
ini biasanya berupa keausan pada permukaan worm screw, tekanan kempa yang
semakin tinggi akan mengurangi umur pemakaian screw press. Dengan adanya
masalah dan kerusakan ini maka dapat menyebabkan penurunan kapasitas hasil
produksi sehingga menyebabkan kerugian pada perusahaan. Karena seringnya
permasalahan yang terjadi pada worm screw press, dan membutuhkan biaya serta
kerumitan dalam menganalisanya maka dari itu digunakan software Inventor.
Software Inventor akan membantu kita dalam memvisualisasikan,
mensimulasikan dan menganalisasi suatu produk sebelum dibuat atau dengan kata
lain purwarupa secara virtual (Hasballah, 2018).

2.6 Karet
9

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu hasil pertanian
yang banyak menunjang perekonomian Negara. Selain menghasilkan lateks,
perkebunan karet juga menghasilkan biji karet yang belum termanfaatkan secara
optimum. Dengan melihat tingginya kandungan minyak di dalam daging biji karet
yakni sebesar 45.63% maka minyak tersebut sangat potensial untuk dimanfaatkan.
Seiring perkembangan kebutuhan terhadap bahan bakar, pemanfaatan minyak biji
karet semakin banyak diteliti. Komposisi minyak biji karet mengandung asam-
asam lemak yang mempunyai manfaat dan bernilai ekonomi tinggi, seperti asam
palmitat, stearat, oleat, linoleat dan linolenat.
Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet. Biji karet
terdiri dari ± 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana variasi
proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Biji karet yang
segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang rendah. Akan
tetapi biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang
tinggi sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji segar
terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet yang
telah dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak dan
35,1% bahan kering. Biji karet mengandung 40% sampai 50% minyak yang
terdiri dari 17% sampai dengan 22% asam lemak jenuh dan 77% sampai dengan
82% asam lemak tak jenuh (Hakim, 2017).

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Biji Karet


Komposisi Persentase (%)
Asam palmitat 13,11
Asam stearate 12,66
Asam arachidat 0,54
Asam oleat 39,45
Asam linoleate 33,12
Asam lemak lainnya 1,12
(Sumber : Hakim, 2017).

2.7 Kacang Tanah


Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh,yang
terdiri dari 40-45 % asam oleat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak jenuh
10

sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat sekitar
5%. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan
minyak.Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan
penambahan anti-oksidan. Minyak kacang tanah terdapat persenyawaan tokoferol
yang merupakan anti-oksidan alami dan efektif dalam menghambat proses
oksidasi minyak kacang tanah (Suryani, 2016).

Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kacang Tanah


1921 USA 1934 Afrika 1945 Argentina
Komposisi (%)
(%) Barat (%) (%)
Asam lemak jenuh 17,1 17,7 21,9
1. Miristat - - 0,4
2. Palmitat 6,3 8,2 11,4
3. Stearat 4,9 3,4 2,8
4. Behenat 5,9 6,1 7,3
Asam lemak tidak
jenuh
1. Oleat 61,1 60,4 42,3
2. Linoleat 21,8 21m5 33,3
3. Heksa dekanoat - - 2,4
(Sumber : Suryani, 2016).

2.8 Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping
satu yang termasuk dalam famili palmae. Kelapa sawit mengandung kurang lebih
80% daging buah bagian dalam (perikarp) dan 20% inti (kernel). Kandungan
minyak dalam perikarp sekitar 36-40% sedangkan dalam inti sekitar 37-52%.
Minyak kelapa sawit perdagangan merupakan campuran dari minyak kelapa sawit
dan minyak inti kelapa sawit. Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa
sawit dan minyak inti kelapa sawit dapat dilihat pada tabel (Astuti, 2002).

Tabel 2.3 Kandungan asam lemak minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit
Kandungan asam lemak
Asam Lemak
Minyak kelapa sawit Minyak inti kelapa sawit
11

Asam kaproat - 0-1,5


Asam kaprilat - 3-10
Asam kaprat - 3-15
Asam laurat - 38-52
Asam miristat 0,5-6 7-118
Asam palmitate 35-40 2-10
Asam stearate 2-10 1-3
Asam arakhidat - 0-0,5
Asam oleat 40-50 11-24
Asam linoleate 5-11 1-3
(Sumber : Astuti, 2002)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Yang Digunakan


Adapun alat yang digunakan ialah :
1. Unit screw press
2. Gelas piala 100 mL
3. Botol kaca
3.2 Bahan Yang Digunakan
1. Kacang tanah 120 gram
2. Biji karet 120 gram
3. Buah sawit 120 gram
3.3 Prosedur Percobaan
1. Bersihkan tempat kerja dan alat screw press (bahagian bahagiannya).
2. Rangkai atau pasangkan bahagian bahagian alat sehingga siap menjadi satu
unit yang lengkap.
3. Bahan yang akan diekstrak dirajang/diserpih/dihaluskan
4. Timbang bahan yang akan diekstrak
5. Masukkan bahan kedalam tempat pengumpanan.
6. Putar handle screw press searah jarum jam, bila bahan tidak lancar jatuhnya
dari tempat umpan ke bahagian screw, bisa didorong dengan batang
pangaduk.
7. Kecepatan putar (bila manual) diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
penyumbatan. Diusahakan proses berjalan lancar, minyak/lemak keluar lancar
di outlet dan masuk kedalam botol penampung, ampas keluar dibahagian
outlet ampas
8. Untuk mendapatkan hasil yang banyak bisa diatur jarak antara outlet dengan
ujung screw.
9. Minyak/lemak yang diperoleh ditimbang, kemudian disaring, dan hasil
saringan juga ditimbang kembali.
10. Pekerjaan ini dilakukan duplo atau triplo, dilakukan juga pada kodisi tidak
dipanaskan dan pada kondisi dipanaskan.

Hitung yield. BAB IV

12
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Yield Bahan

No Bahan Dengan Pemanasan Tanpa Pemanasan


1. Biji Karet 8,816 % 4,385 %
2. Buah Sawit 33,077 % 22,909 %
3. Kacang Tanah 26,967 % 11,456 %

4.2 Pembahasan
Ekstraksi minyak nabati adalah suatu metode untuk mendapatkan minyak
atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Pada
percobaan ini ekstraksi dilakukan dengan cara screw pressing. Bahan yang
digunakan adalah biji karet, daging buah sawit, dan kacang tanah yang masing-
masing sebanyak 120 gram. Pada percobaan ini dilakukan pengepresan dengan
menggunakan pemanasan dan tanpa ada pemanasan. Sebelum diekstraksi, sampel
dipotong menjadi ukuran lebih kecil agar proses difusi lebih efisian dan dioven
guna mengurangi kadar air pada sampel, kemudian dimasukkan ke dalam silinder
pengepres dan tuas diputar untuk menghasilkan tekanan pada sampel hingga
minyak keluar melalui outlet. Minyak yang diperoleh dibiarkan 24 jam agar
terbentuk lapisan antara minyak dan pengotornya, lalu disaring dan ditimbang
berat minyak dan dihitung yield dari setiap sampel.

Berdasarkan peroban, yield biji karet didapatkan sebanyak 8,81 % dengan


pemanasan dan tanpa pemanasan hanya didapatkan sebanyak 4,385 %. Hal ini
disebabkan oleh faktor suhu pemanasan yang mempengaruhi persentase rendemen
minyak karena semakin tinggi suhu pemanasan, semakin rendah kekentalan
minyak sehingga minyak lebih mudah keluar dari dalam bahan. Pada penelitian
yang dilakukan Hakim dkk (2017), diperoleh persentase yield sebesar 10,11 %.
Dibandingkan dengan kondisi bahan tidak dipanaskan perolehan yield minyak
lebih kecil, hal ini dipengaruhi juga oleh ukuran bahan, dimana pengecilan ukuran
bertujuan untuk melukai jaringan dan sel, memperpendek jarak difusi minyak

13
14

,sehingga memperbesar terjadinya kontak antara bahan dengan suhu pada saat
dilakukan pemanasan.

Kecilnya yield yang diperoleh pada ekstraksi biji karet disebabkan karena
masih banyaknya minyak yang terkandung pada bungkil, sehingga diperlukan
proses ekstraksi lanjutan untuk mendapatkan rendemen lebih banyak karena biji
karet mengandung 40% sampai 50% minyak (Swen, 1994). Ekstraksi biji karet
akan mendapatkan hasil yang optimum bila dilakukan dengan metode, suhu, dan
proses penyaringan yang sesuai.

Perolehan yield pada biji sawit dan kacang tanah juga lebih besar dengan
pemanasan daripada tanpa adanya pemanasan. Dengan pemanasan, yield biji sawit
sebesar 33,077 % dan kacang tanah 26,96 %, sedangkan tanpa pemanasan yield
biji sawit sebesar 22,909 % dan kacang tanah 11,456 %. Yield dari hasil
pengepresan dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan, jumlah bahan yang
digunakan, serta banyak sedikitnya kadar air pada bahan. Selain itu banyaknya
minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari waktu pengepresan dan
kandungan minyak dalam bahan, karena mechanical expression cocok untuk
mengekstraksi bahan yang berkadar minyak tinggi yaitu 30 – 70 % (Ketaren,
1986).
15

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Ekstraksi dengan cara screw pressing adalah salah satu cara mechanical
expression untuk memperoleh minyak atau lemak dengan memberikan
tekanan pada suatu bahan.
2. Ekstraksi biji karet dengan pemanasan menghasilkan 8,81 % dan tanpa
dipanaskan sebesar 4,385%.
3. Yield terbesar diperoleh dari sampel biji sawit dengan kondisi dipanaskan
yaitu 33,077% sedangkan tanpa pemanasan sebesar 22,909%.
4. Persentase yield pada ekstraksi kacang tanah dengan pemanasan adalah
26,967% dan 11,456% tanpa pemanasan.
5. Yield minyak yang diperoleh dipengaruhi oleh suhu operasi, dimana
semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin banyak minyak yang
dapat dipisahkan dari bahan.

5.2 Saran
Ekstraksi dengan metode screw pressinf perlu dikembangkan lebih jauh
dengan menggunakan variabel berbeda, misalnya dengan ukuran bahan, waktu
pengepresan, dan tekanan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Choirul. (2010).”Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) Kajian


Dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu”. Jurnal Pertanian MAPETA.
Vol. XII, No. 2, p: 72-144, ISSN : 1411-2817.
Anna L. M., Turtelli P. and Rossano G. (2012). “Oil Presses.” Online at :
https://ainfo.cnptia.embrapa.br
Astuti, E., Haryadi, W., dan Matsjeh, S., 2002. Extraction of Palm Oil’s Free
Fatty Acids by Triethylammine (Tea) in Polar-Nonpolar Mix-Solvent.
Indonesian Journal of Chemistry. 2 (1): 48-54.
Estrada, F., Gusmao, R., Mudjijati., Indraswati, N. 2007. Pengambilan Minyak
Kemiri dengan Cara Pengepresan dan Dilanjutkan Ekstraksi Cake Oil.
Widya Teknik. 6 (2) :121-130.
Hakim, Abdul., dan E. Mukhtadi. 2017. Pembuatan Minyak Biji Karet dari Biji
Karet Dengan Menggunakan Metode Screw Pressing. Jurnal Metana. Vol 13
No 1 : 13:22.
Hasballah, T., Enzo, W,B. 2018. Pengaruh Tekanan Screw Press pada Proses
Pengepresan Daging Buah Menjadi Crude Palm Oil. Jurnal Darma Agung.
XXVI (1): 722-729.
Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta
Mariana, I., Gheorghe, V., Sorin-Stefan, B., Cristina C., Mirela, D. and Nicoleta,
U. (2015). Parameters Influencing the Screw Pressing Process of Oilseed
Materials.” Conference Paper: University POLITEHNICA of Bucharest,
Department of Biotehnical Systems, Biotechnical Systems Research and
Development Center.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. VII (2) : 361-365.
Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan, hal 167-177, Fakultas Farmasi. Universitas
Gadjah Mada
Suryani, E., Wahono, H., dan Wijayanti, N. 2016. Karakteristik Fisik Kimia
Minyak Kacang Tanah (Arachis Hypogaea) Hasil Pemucatan (Kajian
Kombinasi Asdorben dan Waktu Proses). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 4
(1) 120-126.
Swern, D. (1964). Bailey’s Industrial Oil and Fat Produsts. 3rd ed. John Wiley &
Sons. New York
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

1. Perolehan Yield Minyak Biji Karet


Densitas minyak biji karet = 0,92 gr/mL
a) Dengan Pemanasan
1) Volume ekstraksi = 16,33 mL
Berat ekstrak = 16,33 ×0,92 = 15,02 gr
2) Volume saringan = 11,5 mL
Berat saringan = 11,5 × 0,92 = 10,58 gr
16,33−11,5
3) Kemurnian = ×100 % = 29,58%
16,33
massa minyak terekstak 15,02
4) Rendemen = ×100 % = ×100 % = 12,51%
massa sampel 120
massa biji karet setela h diesktrak 10,58
5) Yield = ×100 % = ×100 % =
massabiji karet awal 120
8,81%
b) Tanpa pemanasan
1) Volume ekstraksi = 7,98 mL
2) Berat ekstrak = 7,98 ×0,92 = 7,34 gr
3) Volume saringan = 5,72 mL
Berat saringan = 5,72 ×0,92 = 5,26 gr
7,98−5,72
4) Kemurnian = × 100 % = 28,32%
7,98
massa minyak terekstak 7,34
5) Rendemen = ×100 % = × 100 % = 6,11%
massa sampel 120
massa biji karet setela h diesktrak 5,26
6) Yield = ×100 % = ×100 % =
massabiji karet awal 120
4,38%
2. Perolehan Yield Minyak Biji Sawit
Densitas minyak biji sawit = 0,93 gr/mL
a) Dengan Pemanasan
1) Volume ekstraksi = 78,37 mL
2) Berat ekstrak = 78,37 ×0,93 = 72,88 gr
3) Volume saringan = 42,68 mL
Berat saringan 42,68× 0,93 = 39,69 gr
78,37−42,68
4) Kemurnian = ×100 % = 45,54%
78,37
massa minyak terekstak 72,88
5) Rendemen = ×100 % = ×100 % = 60,73%
massa sampel 120
massa biji sawit setela h diesktrak 39,69
6) Yield = ×100 % = ×100 % =
massa biji sawit awal 120
33,07%
b) Tanpa pemanasan
1) Volume ekstraksi = 42,44 mL
2) Berat ekstrak = 42,44 ×0,93 = 39,46 gr
3) Volume saringan = 29,56 mL
4) Berat saringan = 29,56× 0,93 = 27,49 gr
42,44−29,56
5) Kemurnian = × 100 % = 30,34%
42,44
massa minyak terekstak 39,46
6) Rendemen = ×100 % = ×100 % = 32,89%
mas� � a sampel 120
massa biji sawit setela h diesktrak 27,49
7) Yield = ×100 % = ×100 % =
massa biji sawit awal 120
22,90%

3. Perolehan Yield Minyak Kacang Tanah


Densitas minyak biji kacang tanah = 0,958 gr/mL
a) Dengan Pemanasan
1) Volume ekstraksi = 45,63 mL
2) Berat ekstrak = 45,63 × 0,958 = 43,71 gr
3) Volume saringan = 33,78 mL
Berat saringan = 33,78× 0,958 = 32,36 gr
45,63−33,78
4) Kemurnian = ×100 % = 25,97%
45,63
massa minyak terekstak 45,63
5) Rendemen = ×100 % = × 100 % = 36,42%
massa sampel 120
massa biji kacang setela h diesktrak 32,36
6) Yield = ×100 % = ×100 % =
massa biji kacang awal 120
26,96%
b) Tanpa pemanasan
1) Volume ekstraksi = 21,07 mL
2) Berat ekstrak = 21,07 ×0,958 = 20,18 gr
3) Volume saringan = 14,35 mL
Berat saringan = 14,35× 0,958 = 13,74 gr
21,07−14,35
4) Kemurnian = ×100 % = 31,89%
21,07
massa minyak terekstak 20,18
5) Rendemen = ×100 % = ×100 % = 16,82%
massa sampel 120
massa biji kacang setela h diesktrak 13,74
6) Yield = ×100 % = × 100 % =
massa biji kacang awal 120
11,45%

Anda mungkin juga menyukai