Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

LEMAK

Disusun Oleh :

Muhammad Rizal Aditya Nugraha

Kelompok : 9 - Kamis

Rekan Kerja : 1. Agita Ardelia Kinanti


2. Diva Amanda Kusumawardani
3. Vincentius Noel Hizkia Jordanata

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Materi : Lemak
Kelompok : 9 - Kamis
Anggota : 1. Agita Ardelia Kinanti NIM. 21030121140155
2. Diva Amanda Kusumawardani NIM. 21030121140193
3. Muhammad Rizal Aditya Nugraha NIM. 21030121140118
4. Vincentius Noel Hizkia Jordanata NIM. 21030121140116

Semarang,
Mengetahui
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Widayat, S.T., M.T., IPM. Hansen Dwi Averiano Oktavian
NIP. 197206091998031001 NIM. 21030118120042

ii
RINGKASAN

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Lemak atau minyak terdapat hampir di semua jenis bahan
makanan dan mempunyai kandungan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis kadar
lemak dalam suatu bahan pangan sangat diperlukan agar kebutuhan kalori dalam
tubuh dapat terpenuhi dengan baik. Dalam analisa lemak, hal yang perlu diperhatikan
yaitu luas permukaan, waktu ekstraksi, temperatur, dan solvent yang digunakan.
Tujuan praktikum ini antara lain untuk memahami susunan rangkaian alat dan proses
pengoperasiannya, menganalisis kadar lemak pada kacang mete dengan metode
analisa soxhlet, dan menganalisis kadar air dan abu pada kacang mete. Komponen
lemak terdiri dari gliserol dan asam lemak. Lemak memiliki banyak kegunaan, di
antaranya digunakan untuk minyak goreng, cat vernis, kosmetik, pembuatan biodiesel,
pembuatan sabun, dan lain sebagainya.
Bahan yang dibutuhkan adalah kacang mete (basis kering 10 gram dan basis
basah 6 gram) dan N-hexane 120 ml. Alat yang digunakan antara lain statif dan klem,
beaker glass, corong, cawan porselin, oven, gelas ukur, timbangan, dan pendingin
balik. Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu ekstraksi lemak dengan metode
soxhlet, destilasi dengan pelarut N-hexane, pengujian kadar air, dan pengujian kadar
abu.
Pada hasil percobaan diperoleh kadar lemak praktis basis kering sebesar
24,7303% dan basis basah sebesar 23,7476%. Kadar lemak praktis yang ditemukan
lebih kecil dari kadar teoritis yaitu sebesar 48,3%. Kadar air praktis yang diperoleh
sebesar 4,1377%, lebih besar dari kadar teoritis sebesar 3,8%. Kadar abu yang
diperoleh sebesar 2,9831%, lebih besar daripada kadar teoritis sebesar 2,5%. Saran
untuk praktikum ini antara lain penumbukan sampel harus dilakukan sampai halus,
menunggu N-hexane sampai tidak menetes lagi saat proses destilasi, dan penempatan
posisi sampel pada tabung soxhlet pada posisi yang terkena tetesan N-hexane agar
lemak larut dengan maksimal.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum .....................................................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3
2.1 Komponen-Komponen Lemak .................................................................................3
2.2 Rumus Umum Lemak ..............................................................................................3
2.3 Kegunaan Lemak......................................................................................................4
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Proses Ekstraksi ..........................................5
2.5 Metode Pengukuran Lemak ......................................................................................6
2.6 Teori Kacang Mete ...................................................................................................7
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................................8
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................................................8
3.2 Gambar Rangkaian Alat ...........................................................................................8
3.3 Prosedur Percobaan ..................................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 11
4.1 Analisa Kadar Lemak ............................................................................................. 11
4.2 Analisa Kadar Air................................................................................................... 12
4.3 Analisa Kadar Abu ................................................................................................. 13
BAB V PENUTUP................................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
5.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil percobaan dan kadar teoritis ……………………………………10

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet ………………………………………..7


Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi …………………………………………………8

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Laporan Sementara ………………………………………………………………...A-1


Lembar Perhitungan ………………………………………………………………..B-1
Lembar Kuantitas Reagen ………………………………………………………….C-1
Referensi …………………………………………………………………………...D-1
Lembar Asistensi …………………………………………………………………...E-1

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak dan minyak merupakan zat makanan penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu, lemak atau minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram
minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram, sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak
nabati, mengandung asam-asam lemak essensial seperti asam linoleat, lenolenat,
dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolestrol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan
pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Winarno, 1992).
Lemak atau minyak terdapat pada hampir semua jenis bahan pangan dan
masing-masing mempunyai kandungan yang berbeda-beda. Oleh karena itu analisis
kadar lemak suatu bahan pangan sangat penting dilakukan agar kebutuhan kalori
suatu bahan makanan bisa diperhitungkan dengan baik (Pargiyanti, 2019). Dalam
percobaan kali ini, lemak yang tersusun atas asam lemak dan gliserol akan dianalisa
dengan proses ekstraksi, destilasi, dan uji kadar air.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisa lemak, diantaranya luas
permukaan, waktu ekstraksi, temperatur, dan solvent yang digunakan. Aplikasi
ekstraksi lemak diantaranya pengambilan minyak atsiri, menentukan kandungan
lemak pada makanan dan minuman. Aplikasi kadar air diterapkan pada pembuatan
gliserin, dimana air dapat mempengaruhi kualitas dan keawetannya (Treyball,
1980).
Alasan kacang mete perlu dianalisis antara lain untuk menguraikan
komponen-komponen kacang mete sehingga dapat disusun komposisi bahannya,
menentukan komponen kacang mete untuk menentukan kualitas kacang mete
tersebut, menentukan komponen kacang mete untuk menyusun menu, menentukan
ada atau tidaknya bahan ikutan atau tambahan dalam kacang mete, dan mendeteksi
adanya bahan metabolik senyawa beracun dalam kacang mete.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mampu memahami susunan rangkaian alat dan proses pengoprasiannya.
2. Menganalisis kadar lemak pada kacang mete dengan metode analisa soxhlet.
3. Menganalisis kadar air dan kadar abu pada kacang mete.

1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan mampu memahami rangkaian alat dan proses pengoprasiannya.
2. Praktikan mampu menganalisis kadar lemak dengan metode Soxhlet.
3. Praktikan mampu menganalisis kadar air dan kadar abu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik non polar. Lemak termasuk ester yang tersusun atas asam lemak dan
gliserol, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diganti dengan gugus ester.
Istilah lemak (fat) biasanya digunakaan untuk trigliserida yang berbentuk padat
atau lebih tepatnya semi padat pada suhu kamar, sedang istilah minyak (oil) digunakan
untuk trigliserida yang pada suhu kamar berbentuk cair

2.1 Komponen-Komponen Lemak


a. Gliserol
Gliserol disebut juga dengan gliserin atau propantial 1, 2, 3 adalah bermartabat
tiga dan memiliki struktur seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Gliserol


Sifat fisisnya yaitu berbentuk cairan kental, memiliki rasa manis, tidak
berwarna, dalam keadaan murni bersifat higroskopis, netral terhadap lakmus.
Tidak larut dalam benzene dan karbon disulfida.
b. Asam Lemak
Yaitu asam karboksilat yang rantainya lurus dan radikal karboksilatnya terletak
di ujung rantai.
Asam lemak penyusun utamanya adalah:
1. Asam stearat (C17H35COOH)
2. Asam oleat (C17H33COOH)
3. Asam linoleat (C17H31COOH)

2.2 Rumus Umum Lemak


Rumus umum lemak/trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR’-CH2-
COOR”, di mana R, R’ dan R” masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang
Panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH and R”COOH bisa jadi semuanya
sama, semuanya berbeda ataupun hanya dua diantaranya yang sama. Struktur
trigliserida/lemak tersebut ditunjukkan oleh Gambar 2.2

3
Gambar 2.2 Struktur Lemak
Ada berbagai cara untuk mengambil minyak atau lemak dari tumbuh-
tumbuhan atau jaringan hewan. Cara tersebut antara lain :
• Cara Extraction (menggunakan solvent)
• Cara Pressing (penekanan)
Ada berbagai jenis solvent yang dapat digunakan sebagai bahan pengekstrak lemak,
diantaranya adalah n-hexana dan diethil eter.

2.3 Kegunaan Lemak


1. Untuk minyak goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya
digunakan untuk menggoreng makanan (Noriko dkk., 2012).
2. Untuk cat vernis
Vernis merupakan salah satu produk permukaan yang dapat berfungsi
baik sebagai pelindung maupun dekoratif. Vernis merupakan campuran
homogen satu jenis resin atau lebih (resin sintetik atau alami) dengan lemak
nabati atau minyak hewani, bahan pengering dan pelarut (Hidayat dkk., 2019).
3. Untuk obat-obatan
Hidrolisis minyak dan lemak merupakan suatu proses industri yang
penting. Produk dari proses tersebut berupa asam lemak dan gliserol yang
merupakan bahan baku industri obat-obatan (Setyopratomo, 2012).
4. Untuk kosmetik
Minyak atau lemak memiliki kandungan oleokimia, yakni asam lemak,
yang dapat dimanfaatkan dalam industri kosmetik (Setyopratomo, 2012).
5. Untuk pembuatan margarin
Pembuatan margarin dilakukan dengan cara membuat emulsi antara fase
minyak dan fase air menggunakan pengemulsi. Tahapan prosesnya meliputi
formulasi lemak atau minyak, pencampuran fase minyak dengan fase air,
pendinginan untuk pembentukan plastisasi atau teksturasi dan tempering
(Hasibuan dan Hardika, 2015).

4
6. Untuk pembuatan biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara minyak nabati atau lemak hewani
yang mengandung trigliserida dengan alkohol seperti metanol dan etanol.
Reaksi transesterifikasi ini memerlukan katalis basa kuat seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida sehingga menghasilkan senyawa kimia baru
yang disebut dengan metil ester (Adhani dkk., 2016).
7. Untuk insektisida dan fungisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida
secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan
seperti insektisida (serangga), herbisida (gulma) dan fungisida (jamur). Bahan
baku pembuatan pestisida adalah minyak dan lemak nabati dengan kandungan
aldrin dan dieldrin, chordane, DDT, endrin, dan Heptachlor (Hasibuan, 2016).
8. Untuk pembuatan sabun dan deterjen
Bahan baku pembuatan sabun dan deterjen adalah lemak atau minyak,
alkali, serta bahan organik lainya seperti pewangi, pewarna, pengisi dan lain-
lain. Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun dan deterjen dapat berupa
lemak nabati atau lemak hewan. Alkali yang biasa digunakan adalah natrium
hidroksida (Sutyasmi, 2011).
9. Untuk menyamak kulit
Minyak atau lemak dapat digunakan untuk perminyakan pada proses
penyamakan kulit, dimana lemak perlu disulfonasi terlebih dahulu agar secara
teknis mudah larut dalam air dan mudah terdifusi kedalam kulit (Sutyasmi,
2011).

2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Proses Ekstraksi


1. Temperatur : suhu menentukan, dapat diukur dari solvent yang
digunakan dalam kelarutan lemak
2. Luas permukaan : makin luas bidang sentuh, ekstraksi makin baik.
3. Solvent : jenis solvent akan berpengaruh pada jumlah lemak
yang terambil
4. Waktu ekstraksi : makin lama waktu ekstraksi makin banyak lemak yang
dihasilkan, waktu kurang lebih 3 jam

5
2.5 Metode Pengukuran Lemak
a. Metode Goldfish
Metode ekstraksi lemak dengan solvent ini berlangsung secara
kontinyu, solvent dari labu perebusan terus mengalir di atas sampel yang
ditahan disebuah thimble keramik. Kandungan lemak diukur dengan massa
yang hilang dari sampel atau massa lemak yang keluar dari sampel. Metode
yang kontinyu ini, ekstraksi yang diberikan lebih cepat dan lebih efisien dari
pada metode ekstraksi semikontinu. Namun, hal itu bisa menyebabkan
penyaluran hasil ekstraksi tidak sempurna (Nielsen, 2010).
b. Metode Soxhlet
Metode ini adalah ekstraksi dengan solvent secara semikontinyu,
solvent akan terisi di tabung ekstraksi selama 5-10 menit dan secara
menyeluruh mengelilingi sampel dan kemudian mengalir kembali ke labu
perebusan. Kandungan lemak diukur dengan kehilangan massa dari sampel atau
massa lemak keluar dari sampel. Metode ini memberikan efek perendaman
pada sampel dan tidak menyebabkan penyaluran. Namun, metode ini
membutuhkan waktu lebih lama dari pada metode kontinyu (Nielsen, 2010).
c. Metode Mojonnier
Lemak diekstraksi dengan campuran etil eter dan petroleum eter dalam
labu Mojonnier, dan lemak yang diekstraksi dikeringkan sampai berat konstan
dan dinyatakan sebagai persen lemak oleh berat.
Uji Mojonnier adalah contoh dari metode ekstraksi solvent secara
diskontinu dan tidak memerlukan pembuangan kadar air (moisture) dari
sampel. Hal itu bisa diterapkan untuk sampel cair dan padat. Jika petroleum eter
digunakan untuk memurnikan lemak yang diekstraksi, metode ini sangat mirip
dengan Roese-GottliebMethod (Metode AOAC 905.02) baik dalam prinsip dan
praktik. Metode Mojonnier dikembangkan dan diterapkan terutama untuk
makanan olahan susu, namun berlaku untuk makanan yang lain (Nielsen, 2010).
d. Metode Babcock
Dalam metode Babcock, H2SO4 ditambahkan ke sejumlah susu yang
diketahui di botol Babcock. Asam sulfat mencerna protein, menghasilkan
panas, dan melepaskan lemak. Sentrifugasi dan penambahan air panas
mengisolasi lemak untuk hitungan pada bagian botol uji. Lemak diukur secara
volumetric, namun hasilnya dinyatakan sebagai persen lemak menurut
beratnya. Metode ekstraksi ini tidak menggunakan solvent (S.S Nielsen, 2010).

6
e. Metode Gerber
Prinsip metode Gerber mirip dengan metode Babcock, namun
menggunakan asam sulfat dan amil alkohol. Asam sulfat mencerna protein dan
karbohidrat, melepaskan lemak, dan mempertahankan lemak dalam keadaan
cair dengan menghasilkan panas. Metode ekstraksi ini tidak menggunakan
solvent (Nielsen, 2010)

2.6 Teori Kacang Mete


Kacang mete, Anacardium occidentale L., termasuk dalam keluarga
Anacardiaceae dan merupakan pohon cemara asli dari wilayah timur laut Brasil
yang tersebar luas di negara-negara Amerika Selatan (Asogwa et al., 2008 dalam
Rico et al., 2016). Pohon jambu mete dapat tumbuh dari permukaan laut sampai
ketinggian 1000 m (Davis, 1999 dalam Rico et al., 2016). Pohonnya menghasilkan
buah yang lembut, mengkilap, dan berair yang dikenal sebagai jambu mete dengan
kacang berbiji tunggal di bagian bawahnya ditutupi dengan cangkang abu-abu yang
keras. Adapun komposisi nutrisinya, lipid fenolik (Shobha et al., 1992 dalam Rico
et al., 2016), FA jenuh dan tak jenuh, tokoferol, squalene, dan fitosterol (Ryan et
al., 2006 dalam Rico et al., 2016), senyawa bioaktif seperti beta-karoten, lutein,
zeaxanthin, tokoferol, alfa-tokoferol, tiamin, asam stearat, asam oleat, dan asam
linoleat (Trox et al., 2010 dalam Rico et al., 2016) telah diidentifikasi dan
terkandung dalam kacang mete. Kacang mete merupakan salah satu komoditas
potensial dengan komponen nutrisi dan nilai jual yang tinggi. Menurut Rico et al.,
(2016) dalam Agustina dkk., (2021), biji kacang mete mengandung rata-rata sekitar
3,8±0,8% air, 21,3±0,8% protein, 48,3±1,6% lemak dan 144±32 mg/kg sodium dan
energi sebesar 2525±35,8 kJ/100 g. Konsumsi kacang-kacangan dapat memberikan
manfaat kesehatan dan belum terkonfirmasi dampak negatifnya (Katarzyna, et al.,
2019 dalam Agustina dkk., 2021). Kandungan profile asam lemak sehat dan
konsumsi kacang-kacangan telah dikaitkan dengan pengurangan indeks massa
tubuh serta dianjurkan untuk diet guna mempertahankan berat badan (Bes-Rastroll
et al., 2009 dalam Agustina dkk., 2021). Hasil-hasil riset mengungkapkan bahwa
kacang-kacangan termasuk kacang mete kaya akan asam lemak (MUFA, PUFA,
dan LA), sumber mikronutrien (kalsium, magnesium, sodium), dan mengandung
senyawa antioksidan (Katarzyna, et al., 2019 dalam Agustina dkk., 2021).
Konsumsi kacang-kacangan juga dilaporkan berperan pada penurunan risiko
penyakit degeneratif seperti sakit jantung koroner dan diabetes tipe 2 (Kendal et al.,
2010 dalam Agustina dkk., 2021).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1 Bahan
1. Kacang mete basis kering 10 gr untuk kadar lemak
2. Kacang mete basis basah 3 gr untuk kadar air, 3 gr untuk kadar abu
3. N-hexane 120 ml
3.1.2 Alat
1. Statif dan klem
2. Beaker glass
3. Corong
4. Cawan porselin
5. Oven
6. Gelas ukur
7. Timbangan
8. Pendingin balik

3.2 Gambar Rangkaian Alat


Ektraksi lemak dalam praktikum ini menggunakan metode Soxhlet dengan pelarut
n-hexane. Rangkaian alat ekstraksi tersebut ditunjukkan oleh gambar 3.1

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet


Keterangan :
1. Statif 7. Pipa aliran uap
2. Klem 8. N-hexane
3. Pendingin balik 9. Labu alas bulat
4. Tabung Soxhlet 10. Thermostat
5. Sampel dalam kertas saring 11. Heater
6. Pipa aliran embun 12. Waterbath

8
Ekstrak lemak yang dihasilkan dari proses ekstraksi harus dipisahkan dari
pelarutnya menggunakan proses distilasi. Rangkaian alat distilasi tersebut
ditunjukkkan oleh gambar 3.2

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Destilasi


Keterangan
1. Labu destilasi
2. Pendingin Liebig
3. Heater
4. Erlenmeyer
5. Tripot
6. Statif dan klem

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Ekstraksi Lemak
1. Menghaluskan dan mengeringkan kacang mete sebanyak 10 gr.
2. Menyusun rangkaian alat seperti gambar 3.1
3. Memasukkan 120 ml N-hexane ke dalam labu alas bulat.
4. Membungkus kacang mete dengan kertas saring dan ikat dengan benang,
kemudian memasukkannya ke dalam tabung soxhlet.
5. Melakukan proses ekstraksi selama 2 jam.
3.3.2 Destilasi Untuk Recovery Solvent
1. Memindahkan N-hexane + lemak yang ada di labu alas bulat ke dalam
labu destilasi.
2. Menyusun rangkaian alat seperti gambar 3.2
3. Melakukan proses destilasi untuk menguapkan n-hexane.
4. Menghentikan proses destilasi saat tidak ada lagi n-hexane yang menetes
5. Menimbang cawan kering yang akan digunakan dalam keadaan kosong.
6. Memindahkan lemak ke dalam cawan dan mengeringkannya di dalam
oven selama 15 menit.
7. Mendinginkan cawan berisi lemak di desikator dan ditimbang hingga
beratnya konstan.

9
8. Menghitung kadar lemak menggunakan persamaan 3.1.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% (3.1)

3.3.3 Uji Kadar Air


1. Menimbang cawan kering yang akan digunakan dalam keadaan kosong.
2. Meletakkan kacang mete basah sebesar 3 gram di atas cawan, kemudian
ditimbang beratnya.
3. Memasukkan cawan berisi kacang mete ke dalam oven dengan suhu
100°C selama 1,5 jam, dipastikan oven telah panas dan siap untuk
mengeringkan kacang mete basah.
4. Setelah selesai mengeringkan kacang mete, memasukkan cawan berisi
kacang mete basah ke dalam desikator, dinginkan sampai suhu konstan
hingga berat kacang mete basah dan cawan tetap.
5. Menghitung kadar air menggunakan persamaan 3.2.
(𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)−(𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
% 𝐴𝑖𝑟 = (𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)−(𝑤𝑡𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100% (3.2)

3.3.4 Uji Kadar Abu


1. Memanaskan cawan porselin terlebih dahulu di dalam oven, kemudian
dinginkan di dalam desikator hingga mencapai suhu ruangan.
2. Selanjutnya, menimbang 3 gram kacang mete kemudian dibakar di dalam
cawan porselin sampai tidak berasap dan abukan dalam tanur dengan
suhu 550°C sampai kacang mete berubah menjadi abu atau mencapai
berat konstan.
3. Kemudian, mendinginkannya di dalam desikator hingga mencapai suhu
ruangan secara konstan dan menimbang abu tersebut.
4. Menghitung kadar abu menggunakan persamaan 3.3.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐴𝑏𝑢
% 𝐴𝑏𝑢 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% (3.3)

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan percobaan analisa kadar lemak, air, dam abu pada kacang mete
yang telah kami lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan dan kadar teoritis
Kadar Praktis Acuan
Basah Kering
Kadar Lemak 23,7476% 24,7303% 48,3% (Rico et al., 2015)
Kadar Air 4,1377% 3,8% (Rico et al., 2015)
Kadar Abu 2,9831% 2,5% (Rico et al., 2015)

4.1 Analisa Kadar Lemak


Berdasarkan hasil praktikum, kadar lemak praktis dalam sampel kacang
mete untuk basis kering sebesar 24,7303% dan untuk basis basah sebesar
23,7476%. Sedangkan kadar teoritis pada jurnal sebesar 48,3% (Rico et al., 2015).
Dapat disimpulkan bahwa kadar lemak praktis lebih kecil dari kadar teoritis.
Terdapat beberapa alasan penyebab kadar lemak praktis lebih kecil dari
kadar teoritis di antaranya :
1. Luas Permukaan
Luas permukaan menyatakan luas permukaan suatu benda pada tiga
dimensi. Semakin luas permukaan sampel, maka luas permukaan kontak antara
bahan dan pelarut akan semakin besar, sehingga pelarut akan lebih mudah
masuk ke pori-pori (Zhu et al., 2011). Sampel sebaiknya dihaluskan dengan
digiling sampai menjadi bubuk menggunakan blender untuk mendapat hasil
yang halus maksimal. Sementara itu, pada praktikum ini sampel dihaluskan
dengan cara ditumbuk sehingga hasil yang didapatkan kurang halus. Hal ini
menyebabkan luas permukaan sampel menjadi kurang luas, sehingga kadar
lemak praktis yang didapat lebih kecil dari kadar teoritis.
2. Lama Waktu Ekstrasi
Waktu ekstraksi menentukan berat jenis yang didapatkan setelah proses
ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin besar pula berat jenis
yang ditemukan. Pada uji coba yang dilakukan oleh Ahmad et al. (2010) waktu
yang optimal untuk ekstraksi lemak yaitu selama 6 jam. Sementara itu, pada
praktikum ini proses ekstraksi dilakukan selama 2 jam, sehingga kadar lemak
yang didapat kurang maksimal. Oleh karena itu, kadar lemak praktis lebih kecil
dari kadar teoritis.

11
3. Suhu Pada Saat Ekstraksi
Semakin tinggi suhu ekstraksi, maka laju pelarutan zat terlarut oleh
pelarut semakin tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan
semakin tinggi pula (Nasir dkk., 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Thoha dkk. (2008) ekstraksi dilakukan dengan tingkat suhu dan persentase
konsentrasi pelarut yang berbeda. Pada suhu 85°C didapat yield lemak sebesar
8,476% dan pada suhu 100°C didapat yield lemak sebesar 9,076% (Thoha dkk.,
2008). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
hasil yield lemak yang didapat juga semakin banyak. Pada praktikum ini, suhu
ekstraksi yang digunakan yaitu 78°C, sementara pada umumnya suhu optimum
adalah 90°C (Matos and Acuna, 2010 dalam Roncero et al., 2016). Suhu tinggi
akan menyebabkan viskositas lemak turun sehingga minyak yang keluar lebih
banyak, sementara pada suhu rendah jumlah minyak yang terperangkap dalam
jaringan sel masih banyak, sehingga minyak yang terekstrak lebih sedikit
(Handajani dkk., 2010). Hal tersebut menyebabkan kadar lemak praktis lebih
kecil dari kadar teoritis.

4.2 Analisa Kadar Air


Berdasarkan hasil praktikum, kadar air praktis dalam sampel kacang mete
sebesar 4,1377%. Sedangkan kadar teoritis pada jurnal sebesar 3,8% (Rico et al.,
2015). Dapat disimpulkan bahwa kadar air praktis lebih besar dari kadar teoritis.
Terdapat beberapa alasan penyebab kadar air praktis lebih besar dari kadar
teoritis di antaranya :
1. Luas Permukaan Sampel yang Lebih Besar
Pada praktikum ini, 3 gram kacang mete ditumbuk agar menjadi lebih
halus dan memiliki luas permukaan yang lebih besar. Luas permukaan sampel
dapat mempengaruhi kadar yang diperoleh. Semakin luas permukaan sampel,
maka semakin mudah air dalam sampel menguap dan semakin banyak kadar air
yang didapat. Apabila ingin mendapat kadar air yang sesuai dengan kadar
teoritis, harus mencegah luas permukaan semakin besar dengan menumbuk
sampel tidak terlalu halus (Tao et al., 2005). Oleh karena itu, kadar air praktis
yang didapat lebih besar dari kadar teoritis.
2. Kelembaban Nisbi
Kandungan air bahan senantiasa berubah yang dipengaruhi oleh jenis
bahan, suhu, dan kelembaban (Suadnyana, 1998 dalam Handoko, 2013). Kadar

12
air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara
sekitarnya, apabila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan
RH di sekitaranya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dan udara
sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi (Winarno
et al., 1980 dalam Handoko, 2013). Kelembaban nisbi sendiri adalah
perbandingan antara tekanan uap air di udara dengan tekanan uap air jenuh pada
suhu yang sama (Syah, 2012 dalam Lindani, 2016). Kelembaban nisbi inilah
yang menyebabkan kacang mete menjadi lembab sehingga mengakibatkan
kadar air praktis lebih besar dari kadar teoritis.
3. Kesegaran Kacang Mete
Kadar air adalah salah satu parameter yang penting setelah proksimat
lainnya seperti protein dan lemak. Menurut Simatupang (2001) dalam
Simamora (2018) kadar air merupakan salah satu faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap daya tahan bahan olahan, semakin rendah kadar air maka
semakin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan bahan pangan bertahan
lama. Sebaliknya, semakin tinggi kadar air maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang berkembang biak sehingga proses pembusukan
berlangsung cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa kesegaran kacang mete
berpengaruh dalam penentuan kadar air pada kacang mete. Kacang mete yang
tidak segar akan membuat kadar airnya menjadi lebih banyak. Hal inilah yang
menyebabkan kadar air praktis lebih besar dari kadar teoritis.

4.3 Analisa Kadar Abu


Berdasarkan hasil praktikum, kadar abu praktis dalam sampel kacang mete
sebesar 2,9831%. Sedangkan kadar teoritis pada jurnal sebesar 2,5% (Rico et al.,
2015). Dapat disimpulkan bahwa kadar abu praktis lebih besar dari kadar teoritis.
Terdapat beberapa alasan penyebab kadar abu praktis lebih besar dari kadar
teoritis di antaranya :
1. Perbedaan Kandungan Mineral
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan pangan. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan
total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
pembakaran akan terbakar, namun komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut kadar abu (Zahro, 2013 dalam Maulana, 2016). Yang termasuk dalam
garam organik misalnya garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat,
sementara garam anorganik adalah garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan
sitrat (Sudarmadji, 1989 dalam Maulana, 2016). Kacang mete memiliki

13
kandungan mineral di antaranya besi, zinc, sodium, potassium, magnesium,
kalsium, fosfor, dan selenium (Rico et al., 2016). Kandungan mineral pada
buah-buahan dan sayuran memiliki perbedaan tergantung pada beberapa hal
yaitu genetik, agricultural practices, variasi pada kandungan dalam tanah, pH
serta faktor lingkungan, dan kematangan buah (Amaliana, 2015 dalam
Maulana, 2016). Maka kadar abu praktis lebih besar dari kadar teoritis
dikarenakan kandungan mineralnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan faktor genetik, agricultural practices, variasi kandungan mineral, pH,
faktor lingkungan, dan kematangan buah.
2. Lama Pengeringan
Peningkatan kadar abu terjadi karena semakin lama pengeringan yang
dilakukan terhadap bahan, maka jumlah air yang teruapkan dari dalam bahan
yang dikeringkan akan semakin besar, dan menyebabkan semakin rendahnya
komponen non mineral yang terkandung dalam bahan sehingga meningkatkan
persen abu terhadap bahan (Sudarmadji et al., 1989 dalam Lubis, 2008 dalam
Erni dkk., 2018). Oleh karena itu, kadar abu praktis lebih besar dari kadar
teoritis.
3. Suhu dan Waktu Pengabuan
Pengujian kadar abu pada sampel kacang mete dilakukan dengan
mengabukan sampel pada tanur dengan suhu 550°C. Pada proses pengabuan,
mineral yang terkandung pada sampel akan tertinggal sehingga dapat dihitung
kandungannya. Semakin tinggi suhu pengabuan, kadar abu semakin rendah, dan
senyawa organik yang menguap semakin tinggi. Lama waktu pengabuan
berbanding terbalik dengan kadar abu dan berbanding lurus dengan senyawa
organik yang menguap (Matthiessen et al., 2005). Pada praktikum ini,
pengabuan dilakukan hingga sampel menjadi abu atau mencapai berat yang
konstan. Namun, tingginya kandungan mineral dalam kacang mete
menyebabkan tidak ada zat yang menguap sehingga diperoleh kadar abu yang
tinggi. Hal ini menjadi penyebab kadar abu praktis yang didapat lebih besar dari
kadar teoritis.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Memahami cara pengoperasian rangkaian alat ekstraksi dan distilasi untuk
kacang mete, seperti susunan alat ekstraksi mulai dari penempatan selang,
tabung soxhlet, pendingin balik, dan lainnya. Selain itu, memahami fungsi tiap-
tiap alat, seperti fungsi dari pendingin balik untuk proses kondensasi.
2. Berdasarkan hasil pengujian kadar lemak pada sampel kacang mete dengan
metode analisa soxhlet, diperoleh kadar lemak praktis basis kering sebesar
24,7303% dan basis basah sebesar 23,7476%, sedangkan kadar teoritis sebesar
48,3%.
3. Berdasarkan hasil pengujian kadar air pada sampel kacang mete, diperoleh
kadar air praktis sebesar 4,1377%, sedangkan kadar teoritis sebesar 3,8%.
Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian kadar abu pada sampel kacang mete,
diperoleh kadar abu praktis sebesar 2,9831%, sedangkan kadar teoritis sebesar
2,5%.

5.2 Saran
1. Penumbukan sampel dilakukan hingga benar-benar halus agar proses ekstraksi
dan pemanasan berjalan sempurna.
2. Pada saat proses destilasi diharapkan menunggu N-hexane sampai benar-benar
tidak menetes lagi untuk meminimalisir kadar error.
3. Penempatan posisi sampel pada tabung soxhlet pada posisi yang terkena tetesan
N-hexane agar lemak dapat terlarut dengan maksimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, L., Aziz, I., Nurbayti, S., dan Oktaviana, C. O. 2016. Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Transesterifikasi Dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 2(1), 71-80.
Agustina, W., Dzakia, N.F., Cahyadi, W., Surahman, D.N., & Iwansyah, A.C. (2021).
OPTIMASI FORMULA DAN KARAKTERISASI PRODUK COOKIES
BERBAHAN DASAR PASTA KACANG METE (Anacardium occidentale L).
Jurnal Riset Teknologi Industri, 14(2), 176-177.
Ahmad, A., Alkarkhi, A.F.M., Hena, S., Siddique, B.M., & Dur, K.W. (2010).
Optimization of Soxhlet Extraction of Herba Leonuri Using Factorial Design
of Experiment. International Journal of Chemistry, 2(1), 198-201.
Durant, J., “Organic Chemistry”, 7th ed., Impression Longmans, Green and CO.,
London, 1959.
Erni, N., Kadirman., & Fadilah, R. (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan
Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Tepung Umbi Talas (Colocasia
Esculenta). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4, 95-105.
Fieser, L., Fieser, M., “Introduction to Organic Chemistry”, Maruhen CO. Ltd., Tokyo,
1956.
Fieser, L., Fieser, M., “Organic Chemistry”, Reinhold Publishing Corporation, New
York, 1956.
Groggins, PH., “Unit Operation in Organic Synthesis”, 5 th ed., Mc. Graw Hill Book
Company, New York, 1958.
Handajani, S., Manuhara, G.J., & Anandito, R.D.K. (2010). Pengaruh Suhu Ekstraksi
Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum
Indicum L.). Agritech, 30(2) , 116-118.
Handoko, W. A. (2013). Pengaruh Lama Penyimpanan dan Kombinasi Indigofera
zollingeriana dan Leucaena leucocephala Terhadap Kualitas Fisik Pellet.
Skripsi. Fakultas Peternakan Insitut Pertanian Bogor.
Hasibuan, H. A., dan Hardika, A. P. 2015. Formulasi dan pengolahan margarin
menggunakan fraksi minyak sawit pada skala industry kecil serta aplikasinya
dalam pembuatan bolu gulung. Agritech, 25(4), 377-386.
Hasibuan, H. A. 2016. Residu Pestisida pada Mintak Sawit dan Minyak Inti Sawit
terkait dengan Standar dan Keamanan Pangan. Warta Industri Hasil Pertanian,
33(02), 74-82.
Hidayat, T., Sailah, I., Suryani, A., dan Sunarti, T. C. 2019. Formulasi Vernis Berbasis
Resin Fenolik dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete.

16
Jacobs, M., “The Chemical Analysis of Food and Food Product”, Van Nonstrand
Company Inc., New York, 1958
Lindani, A. (2016). Perbandingan Pengukuran Kadar Air Metode Moisture Analyzer
dengan Metode Oven Pada Produk Biskuit Sandwich Cookie di PT Mondelez
Indonesia Manufacturing. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Matthiesen, M.K., Larney, F.J., Selinger, L.B., & Olson, A.F. (2005). Influence of
Loss-on-Ignition Temperature and Heating Time on Ash Content of Compost
and Manure. Communications in Soil Science and Plant Analysis, 36, 2561-
2573.
Maulana, Akbar. (2016). Analisis Parameter Mutu dan Kadar Flavonoid pada Produk
Teh Hitam Celup. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik
Universitas Pasundan Bandung.
Morrison, RT., Boyd, RN., “Organic Chemistry”, 3th ed., Prentice Hall of India Private
Limited, New Delhi, 1978.
Nasir, S., Fitriyanti., & Kamila, H. (2009). Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Minyak
Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) Dengan Pelarut N-Hexane dan
Ehanol. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Noriko, N., Elfidasari, D., Perdana, A. T., Wulandari, N., dan Wijayanti, W. 2012.
Analisis penggunaan dan syarat mutu minyak goreng pada penjaja makanan di
food court UAI. Journal Al-azhar Indonesia seri sains dan teknologi, 1(3), 147-
154.
Pargiyanti. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak Dengan Metode Soxhlet
Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 7.
Rico, R., Bullo, M., & Salvado, J.S. (2016). Nutritional composition of raw fresh
cashew (Anacardium occidentale L.) kernels from different origin. Food
Science and Nutrition, 1-2 & 4.
Roncero, J.M., Orti, M.A., Gimenez, A.P., Gomez, R., Rabadan, A., & Pardo, J.E.
(2016). Virgin almond oil: Extraction methods and composition. Grasas y
Aceites, 67(3), e143.
Setyopratomo, P. 2012. Produksi asam lemak dari minyak kelapa sawit dengan proses
hidrolisis. Jurnal Teknik Kimia, 7(1), 26-31.
Simamora, P. (2018). Studi Penerimaan Konsumen Terhadap Biscuit Kijing Taiwan
(Anodonta, sp). Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
Sutyasmi, S. 2011. Kajian pemanfaatan lemak fleshing industri penyamakan kulit.
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 27(1), 46-53.

17
Tao, T., Peng, X.F., & Lee, D.J. (2005). Thermal drying of wastewater sludge: change
in drying area owing to volume shrinkage and crack development. Drying
Technology, 23, 669 – 682.
Thoha, M.Y., Nazhri, A., & Nursallya. (2008). Pengaruh Suhu, Waktu dan Konsentrasi
Pelarut Pada Ekstraksi Minyak Kacang Kedelai sebagai Penyedia Vitamin E.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Treybal, R.E., 1980, Mass Transfer Operation, Mc. Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Woodman, AC., “Food Analysis”, MC. Graw Hill Book Company Inc., Newyork,
1941.
Zhu, X.Y., Lin, H.M., Xie, J., Chen, S.S., & Wang, P. (2011). Homogenate Extraction
of Isoflavones From Soybean Meal By Orthogonal Design. Journal of Scientific
and Industial Research, 70, 455–460.

18
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II

Materi :

LEMAK

NAMA : Muhammad Rizal Aditya Nugraha NIM: 21030121140118

GROUP : 9 - Kamis

REKAN KERJA : 1. Agita Ardelia Kinanti


2. Diva Amanda Kusumawardani
3. Vincentius Noel Hizkia Jordanata

LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022

A-1
I TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu memahami susunan rangkaian alat dan proses pengoprasiannya.
2. Menganalisis kadar lemak pada kacang mete dengan metode analisa soxhlet.
3. Menganalisis kadar air dan kadar abu pada kacang mete.

II PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Kacang mete basis kering 10 gr untuk kadar lemak
2. Kacang mete basis basah 3 gr untuk kadar air, 3 gr untuk kadar abu
3. N-hexane 120 ml

2.2 Alat yang Dipakai


1. Statif dan klem
2. Beaker glass
3. Corong
4. Cawan porselin
5. Oven
6. Gelas ukur
7. Timbangan
8. Pendingin balik

Rangkaian Alat
Ektraksi lemak dalam praktikum ini menggunakan metode Soxhlet dengan
pelarut n-hexane. Rangkaian alat ekstraksi tersebut ditunjukkan oleh gambar
2.1

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet


Keterangan :
1. Statif 7. Pipa aliran uap
2. Klem 8. N-hexane
3. Pendingin balik 9. Labu alas bulat

A-2
4. Tabung Soxhlet 10. Thermostat
5. Sampel dalam kertas saring 11. Heater
6. Pipa aliran embun 12. Waterbath
Ekstrak lemak yang dihasilkan dari proses ekstraksi harus dipisahkan dari
pelarutnya menggunakan proses distilasi. Rangkaian alat distilasi tersebut
ditunjukkkan oleh gambar 2.2

Gambar 2.2 Rangkaian Alat Destilasi


Keterangan
1. Labu destilasi
2. Pendingin Liebig
3. Heater
4. Erlenmeyer
5. Tripot
6. Statif dan klem

2.3 Cara Kerja


2.3.1 Ekstraksi Lemak
1. Menghaluskan dan mengeringkan kacang mete sebanyak 10 gr.
2. Menyusun rangkaian alat seperti gambar 2.1
3. Memasukkan 120 ml N-hexane ke dalam labu alas bulat.
4. Membungkus kacang mete dengan kertas saring dan ikat dengan
benang, kemudian memasukkannya ke dalam tabung soxhlet.
5. Melakukan proses ekstraksi selama 2 jam.
2.3.2 Destilasi Untuk Recovery Solvent
1. Memindahkan N-hexane + lemak yang ada di labu alas bulat ke dalam
labu destilasi.
2. Menyusun rangkaian alat seperti gambar 2.2
3. Melakukan proses destilasi untuk menguapkan n-hexane.
4. Menghentikan proses destilasi saat tidak ada lagi n-hexane yang
menetes

A-3
5. Menimbang cawan kering yang akan digunakan dalam keadaan
kosong.
6. Memindahkan lemak ke dalam cawan dan mengeringkannya di dalam
oven selama 15 menit.
7. Mendinginkan cawan berisi lemak di desikator dan ditimbang hingga
beratnya konstan.
8. Menghitung kadar lemak menggunakan persamaan 3.1.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% (3.1)

2.3.3 Uji Kadar Air


1. Menimbang cawan kering yang akan digunakan dalam keadaan
kosong.
2. Meletakkan kacang mete basah sebesar 3 gram di atas cawan,
kemudian ditimbang beratnya.
3. Memasukkan cawan berisi kacang mete ke dalam oven dengan suhu
100°C selama 1,5 jam, dipastikan oven telah panas dan siap untuk
mengeringkan kacang mete basah.
4. Setelah selesai mengeringkan kacang mete, memasukkan cawan
berisi kacang mete basah ke dalam desikator, dinginkan sampai suhu
konstan hingga berat kacang mete basah dan cawan tetap.
5. Menghitung kadar air menggunakan persamaan 3.2.
(𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)−(𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
% 𝐴𝑖𝑟 = (𝑤𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)−(𝑤𝑡𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
× 100 (3.2)

2.3.4 Uji Kadar Abu


1. Memanaskan cawan porselin terlebih dahulu di dalam oven,
kemudian dinginkan di dalam desikator hingga mencapai suhu
ruangan.
2. Selanjutnya, menimbang 3 gram kacang mete kemudian dibakar di
dalam cawan porselin sampai tidak berasap dan abukan dalam tanur
dengan suhu 550°C sampai kacang mete berubah menjadi abu atau
mencapai berat konstan.
3. Kemudian, mendinginkannya di dalam desikator hingga mencapai
suhu ruangan secara konstan dan menimbang abu tersebut.
4. Menghitung kadar abu menggunakan persamaan 3.3.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝐴𝑏𝑢
% 𝐴𝑏𝑢 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100% (3.3)

A-4
2.4 Hasil Percobaan
2.4.1 Uji Kadar Lemak
Wcawan = 32,415 gram
Wsampel kering = 10,012 gram
Wcawan+lemak = 34,891 gram
2.4.2 Uji Kadar Air
Wcawan = 31,891 gram
Wcawan+sampel kering = 34,787 gram
Wcawan+sampel basah = 34,912 gram
2.4.3 Uji Kadar Abu
Wcawan = 31,119 gram
Wsampel basah = 3,017 gram
Wcawan+abu = 31,209 gram

MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN

Agita Ardelia Kinanti Diva Amanda K. Hansen Dwi Averiano O.


NIM. 21030121140155 NIM. 21030121140193 NIM. 21030118120042

Muhammad Rizal Aditya N. Vincentius Noel Hizkia J.


NIM. 21030121140118 NIM. 21030121140116

A-5
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Uji Kadar Air
Berat cawan = 31,891 gram
Berat cawan + sampel kering = 34,787 gram
Berat cawan + sampel basah = 34,912 gram
(𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 ) − (𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
(𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 ) − (𝑊𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 )
34,912 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,787 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
34,912 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 31,891 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 4,1377%
2. Uji Kadar Lemak
Berat cawan = 32,415 gram
Berat cawan + sampel kering = 10,012 gram
Berat cawan + lemak = 34,891 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 ) − (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 34,891 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 32,415 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = × 100%
10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = 24,7303%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = (%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
4,1377
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = ( × 10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚) + 10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 10,4263 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = × 100%
10,4263 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 23,7476%
3. Uji Kadar Abu
Berat cawan = 31,119 gram
Berat sampel basah = 3,017 gram
Berat cawan + abu = 31,209 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑎𝑏𝑢) − (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = 31,209 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 31,119 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = 0,09 𝑔𝑟𝑎𝑚

B-1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
3,017 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 2,9831%

B-2
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR KUANTITAS REAGEN

MATERI : Lemak
HARI/TANGGAL : Kamis, 21 Maret 2022
KELOMPOK : 9 - Kamis
NAMA : 1. Agita Ardelia Kinanti
2. Diva Amanda Kusumawardani
3. Muhammad Rizal Aditya Nugraha
4. Vincentius Noel Hizkia Jordanata
ASISTEN : Hansen Dwi Averiano Oktavian

KUANTITAS REAGEN

NO. JENIS REAGEN KUANTITAS

1. Kacang Mete
Kadar Lemak : Basis Kering 10 gram
Kadar Air : Basis Basah 3 gram
Kadar Abu : Basis Basah 3 gram
2. N-hexane 120 mL

TUGAS TAMBAHAN :
1. Cari jurnal kadar lemak, air, dan abu pada Kacang Mete (softfile dan highlight kadarnya)
2. Cari prinsip kerja, gambar alat dan langkah-langkah analisa lemak menggunakan metode Goldfisch
(sumber jurnal, letakkan di bab 2 menjadi subbab 2.6, dan diketik)

CATATAN : Semarang, 15 April 2022


ASISTEN
T ekstraksi = 78 oC
Waktu ekstraksi = 2 jam
T distilasi = 82 oC

(Hansen Dwi Averiano Oktavian)


NIM. 21030118120042

C-1
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
D-29
D-30
D-31
D-32
D-33
D-34
D-35
D-36
D-37
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1 29/04/2022 Pengumpulan P0
2 09/05/2022 Pengumpulan P1
3 10/05/2022 P0 Ketikan Asisten
4 10/05/2022 P1 Ketikan Asisten

E-1

Anda mungkin juga menyukai