Materi :
LEMAK
Disusun Oleh :
Kelompok : 9 - Kamis
Materi : Lemak
Kelompok : 9 - Kamis
Anggota : 1. Agita Ardelia Kinanti NIM. 21030121140155
2. Diva Amanda Kusumawardani NIM. 21030121140193
3. Muhammad Rizal Aditya Nugraha NIM. 21030121140118
4. Vincentius Noel Hizkia Jordanata NIM. 21030121140116
Semarang,
Mengetahui
Dosen Pengampu Asisten Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Widayat, S.T., M.T., IPM. Hansen Dwi Averiano Oktavian
NIP. 197206091998031001 NIM. 21030118120042
ii
RINGKASAN
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Lemak atau minyak terdapat hampir di semua jenis bahan
makanan dan mempunyai kandungan yang berbeda. Oleh karena itu, analisis kadar
lemak dalam suatu bahan pangan sangat diperlukan agar kebutuhan kalori dalam
tubuh dapat terpenuhi dengan baik. Dalam analisa lemak, hal yang perlu diperhatikan
yaitu luas permukaan, waktu ekstraksi, temperatur, dan solvent yang digunakan.
Tujuan praktikum ini antara lain untuk memahami susunan rangkaian alat dan proses
pengoperasiannya, menganalisis kadar lemak pada kacang mete dengan metode
analisa soxhlet, dan menganalisis kadar air dan abu pada kacang mete. Komponen
lemak terdiri dari gliserol dan asam lemak. Lemak memiliki banyak kegunaan, di
antaranya digunakan untuk minyak goreng, cat vernis, kosmetik, pembuatan biodiesel,
pembuatan sabun, dan lain sebagainya.
Bahan yang dibutuhkan adalah kacang mete (basis kering 10 gram dan basis
basah 6 gram) dan N-hexane 120 ml. Alat yang digunakan antara lain statif dan klem,
beaker glass, corong, cawan porselin, oven, gelas ukur, timbangan, dan pendingin
balik. Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu ekstraksi lemak dengan metode
soxhlet, destilasi dengan pelarut N-hexane, pengujian kadar air, dan pengujian kadar
abu.
Pada hasil percobaan diperoleh kadar lemak praktis basis kering sebesar
24,7303% dan basis basah sebesar 23,7476%. Kadar lemak praktis yang ditemukan
lebih kecil dari kadar teoritis yaitu sebesar 48,3%. Kadar air praktis yang diperoleh
sebesar 4,1377%, lebih besar dari kadar teoritis sebesar 3,8%. Kadar abu yang
diperoleh sebesar 2,9831%, lebih besar daripada kadar teoritis sebesar 2,5%. Saran
untuk praktikum ini antara lain penumbukan sampel harus dilakukan sampai halus,
menunggu N-hexane sampai tidak menetes lagi saat proses destilasi, dan penempatan
posisi sampel pada tabung soxhlet pada posisi yang terkena tetesan N-hexane agar
lemak larut dengan maksimal.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum .....................................................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum ...................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3
2.1 Komponen-Komponen Lemak .................................................................................3
2.2 Rumus Umum Lemak ..............................................................................................3
2.3 Kegunaan Lemak......................................................................................................4
2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Proses Ekstraksi ..........................................5
2.5 Metode Pengukuran Lemak ......................................................................................6
2.6 Teori Kacang Mete ...................................................................................................7
BAB III METODE PRAKTIKUM .......................................................................................8
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................................................8
3.2 Gambar Rangkaian Alat ...........................................................................................8
3.3 Prosedur Percobaan ..................................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 11
4.1 Analisa Kadar Lemak ............................................................................................. 11
4.2 Analisa Kadar Air................................................................................................... 12
4.3 Analisa Kadar Abu ................................................................................................. 13
BAB V PENUTUP................................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
5.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan mampu memahami rangkaian alat dan proses pengoprasiannya.
2. Praktikan mampu menganalisis kadar lemak dengan metode Soxhlet.
3. Praktikan mampu menganalisis kadar air dan kadar abu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik non polar. Lemak termasuk ester yang tersusun atas asam lemak dan
gliserol, dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol diganti dengan gugus ester.
Istilah lemak (fat) biasanya digunakaan untuk trigliserida yang berbentuk padat
atau lebih tepatnya semi padat pada suhu kamar, sedang istilah minyak (oil) digunakan
untuk trigliserida yang pada suhu kamar berbentuk cair
3
Gambar 2.2 Struktur Lemak
Ada berbagai cara untuk mengambil minyak atau lemak dari tumbuh-
tumbuhan atau jaringan hewan. Cara tersebut antara lain :
• Cara Extraction (menggunakan solvent)
• Cara Pressing (penekanan)
Ada berbagai jenis solvent yang dapat digunakan sebagai bahan pengekstrak lemak,
diantaranya adalah n-hexana dan diethil eter.
4
6. Untuk pembuatan biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang
dihasilkan dari reaksi transesterifikasi antara minyak nabati atau lemak hewani
yang mengandung trigliserida dengan alkohol seperti metanol dan etanol.
Reaksi transesterifikasi ini memerlukan katalis basa kuat seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida sehingga menghasilkan senyawa kimia baru
yang disebut dengan metil ester (Adhani dkk., 2016).
7. Untuk insektisida dan fungisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
perkembangan atau pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida
secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan
seperti insektisida (serangga), herbisida (gulma) dan fungisida (jamur). Bahan
baku pembuatan pestisida adalah minyak dan lemak nabati dengan kandungan
aldrin dan dieldrin, chordane, DDT, endrin, dan Heptachlor (Hasibuan, 2016).
8. Untuk pembuatan sabun dan deterjen
Bahan baku pembuatan sabun dan deterjen adalah lemak atau minyak,
alkali, serta bahan organik lainya seperti pewangi, pewarna, pengisi dan lain-
lain. Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun dan deterjen dapat berupa
lemak nabati atau lemak hewan. Alkali yang biasa digunakan adalah natrium
hidroksida (Sutyasmi, 2011).
9. Untuk menyamak kulit
Minyak atau lemak dapat digunakan untuk perminyakan pada proses
penyamakan kulit, dimana lemak perlu disulfonasi terlebih dahulu agar secara
teknis mudah larut dalam air dan mudah terdifusi kedalam kulit (Sutyasmi,
2011).
5
2.5 Metode Pengukuran Lemak
a. Metode Goldfish
Metode ekstraksi lemak dengan solvent ini berlangsung secara
kontinyu, solvent dari labu perebusan terus mengalir di atas sampel yang
ditahan disebuah thimble keramik. Kandungan lemak diukur dengan massa
yang hilang dari sampel atau massa lemak yang keluar dari sampel. Metode
yang kontinyu ini, ekstraksi yang diberikan lebih cepat dan lebih efisien dari
pada metode ekstraksi semikontinu. Namun, hal itu bisa menyebabkan
penyaluran hasil ekstraksi tidak sempurna (Nielsen, 2010).
b. Metode Soxhlet
Metode ini adalah ekstraksi dengan solvent secara semikontinyu,
solvent akan terisi di tabung ekstraksi selama 5-10 menit dan secara
menyeluruh mengelilingi sampel dan kemudian mengalir kembali ke labu
perebusan. Kandungan lemak diukur dengan kehilangan massa dari sampel atau
massa lemak keluar dari sampel. Metode ini memberikan efek perendaman
pada sampel dan tidak menyebabkan penyaluran. Namun, metode ini
membutuhkan waktu lebih lama dari pada metode kontinyu (Nielsen, 2010).
c. Metode Mojonnier
Lemak diekstraksi dengan campuran etil eter dan petroleum eter dalam
labu Mojonnier, dan lemak yang diekstraksi dikeringkan sampai berat konstan
dan dinyatakan sebagai persen lemak oleh berat.
Uji Mojonnier adalah contoh dari metode ekstraksi solvent secara
diskontinu dan tidak memerlukan pembuangan kadar air (moisture) dari
sampel. Hal itu bisa diterapkan untuk sampel cair dan padat. Jika petroleum eter
digunakan untuk memurnikan lemak yang diekstraksi, metode ini sangat mirip
dengan Roese-GottliebMethod (Metode AOAC 905.02) baik dalam prinsip dan
praktik. Metode Mojonnier dikembangkan dan diterapkan terutama untuk
makanan olahan susu, namun berlaku untuk makanan yang lain (Nielsen, 2010).
d. Metode Babcock
Dalam metode Babcock, H2SO4 ditambahkan ke sejumlah susu yang
diketahui di botol Babcock. Asam sulfat mencerna protein, menghasilkan
panas, dan melepaskan lemak. Sentrifugasi dan penambahan air panas
mengisolasi lemak untuk hitungan pada bagian botol uji. Lemak diukur secara
volumetric, namun hasilnya dinyatakan sebagai persen lemak menurut
beratnya. Metode ekstraksi ini tidak menggunakan solvent (S.S Nielsen, 2010).
6
e. Metode Gerber
Prinsip metode Gerber mirip dengan metode Babcock, namun
menggunakan asam sulfat dan amil alkohol. Asam sulfat mencerna protein dan
karbohidrat, melepaskan lemak, dan mempertahankan lemak dalam keadaan
cair dengan menghasilkan panas. Metode ekstraksi ini tidak menggunakan
solvent (Nielsen, 2010)
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
Ekstrak lemak yang dihasilkan dari proses ekstraksi harus dipisahkan dari
pelarutnya menggunakan proses distilasi. Rangkaian alat distilasi tersebut
ditunjukkkan oleh gambar 3.2
9
8. Menghitung kadar lemak menggunakan persamaan 3.1.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% (3.1)
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan analisa kadar lemak, air, dam abu pada kacang mete
yang telah kami lakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data hasil percobaan dan kadar teoritis
Kadar Praktis Acuan
Basah Kering
Kadar Lemak 23,7476% 24,7303% 48,3% (Rico et al., 2015)
Kadar Air 4,1377% 3,8% (Rico et al., 2015)
Kadar Abu 2,9831% 2,5% (Rico et al., 2015)
11
3. Suhu Pada Saat Ekstraksi
Semakin tinggi suhu ekstraksi, maka laju pelarutan zat terlarut oleh
pelarut semakin tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan
semakin tinggi pula (Nasir dkk., 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Thoha dkk. (2008) ekstraksi dilakukan dengan tingkat suhu dan persentase
konsentrasi pelarut yang berbeda. Pada suhu 85°C didapat yield lemak sebesar
8,476% dan pada suhu 100°C didapat yield lemak sebesar 9,076% (Thoha dkk.,
2008). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
hasil yield lemak yang didapat juga semakin banyak. Pada praktikum ini, suhu
ekstraksi yang digunakan yaitu 78°C, sementara pada umumnya suhu optimum
adalah 90°C (Matos and Acuna, 2010 dalam Roncero et al., 2016). Suhu tinggi
akan menyebabkan viskositas lemak turun sehingga minyak yang keluar lebih
banyak, sementara pada suhu rendah jumlah minyak yang terperangkap dalam
jaringan sel masih banyak, sehingga minyak yang terekstrak lebih sedikit
(Handajani dkk., 2010). Hal tersebut menyebabkan kadar lemak praktis lebih
kecil dari kadar teoritis.
12
air pada permukaan bahan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi (RH) udara
sekitarnya, apabila kadar air bahan rendah atau suhu bahan tinggi sedangkan
RH di sekitaranya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dan udara
sehingga bahan menjadi lembab atau kadar air bahan menjadi tinggi (Winarno
et al., 1980 dalam Handoko, 2013). Kelembaban nisbi sendiri adalah
perbandingan antara tekanan uap air di udara dengan tekanan uap air jenuh pada
suhu yang sama (Syah, 2012 dalam Lindani, 2016). Kelembaban nisbi inilah
yang menyebabkan kacang mete menjadi lembab sehingga mengakibatkan
kadar air praktis lebih besar dari kadar teoritis.
3. Kesegaran Kacang Mete
Kadar air adalah salah satu parameter yang penting setelah proksimat
lainnya seperti protein dan lemak. Menurut Simatupang (2001) dalam
Simamora (2018) kadar air merupakan salah satu faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap daya tahan bahan olahan, semakin rendah kadar air maka
semakin lambat pertumbuhan mikroorganisme dan bahan pangan bertahan
lama. Sebaliknya, semakin tinggi kadar air maka semakin banyak pula
mikroorganisme yang berkembang biak sehingga proses pembusukan
berlangsung cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa kesegaran kacang mete
berpengaruh dalam penentuan kadar air pada kacang mete. Kacang mete yang
tidak segar akan membuat kadar airnya menjadi lebih banyak. Hal inilah yang
menyebabkan kadar air praktis lebih besar dari kadar teoritis.
13
kandungan mineral di antaranya besi, zinc, sodium, potassium, magnesium,
kalsium, fosfor, dan selenium (Rico et al., 2016). Kandungan mineral pada
buah-buahan dan sayuran memiliki perbedaan tergantung pada beberapa hal
yaitu genetik, agricultural practices, variasi pada kandungan dalam tanah, pH
serta faktor lingkungan, dan kematangan buah (Amaliana, 2015 dalam
Maulana, 2016). Maka kadar abu praktis lebih besar dari kadar teoritis
dikarenakan kandungan mineralnya berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan faktor genetik, agricultural practices, variasi kandungan mineral, pH,
faktor lingkungan, dan kematangan buah.
2. Lama Pengeringan
Peningkatan kadar abu terjadi karena semakin lama pengeringan yang
dilakukan terhadap bahan, maka jumlah air yang teruapkan dari dalam bahan
yang dikeringkan akan semakin besar, dan menyebabkan semakin rendahnya
komponen non mineral yang terkandung dalam bahan sehingga meningkatkan
persen abu terhadap bahan (Sudarmadji et al., 1989 dalam Lubis, 2008 dalam
Erni dkk., 2018). Oleh karena itu, kadar abu praktis lebih besar dari kadar
teoritis.
3. Suhu dan Waktu Pengabuan
Pengujian kadar abu pada sampel kacang mete dilakukan dengan
mengabukan sampel pada tanur dengan suhu 550°C. Pada proses pengabuan,
mineral yang terkandung pada sampel akan tertinggal sehingga dapat dihitung
kandungannya. Semakin tinggi suhu pengabuan, kadar abu semakin rendah, dan
senyawa organik yang menguap semakin tinggi. Lama waktu pengabuan
berbanding terbalik dengan kadar abu dan berbanding lurus dengan senyawa
organik yang menguap (Matthiessen et al., 2005). Pada praktikum ini,
pengabuan dilakukan hingga sampel menjadi abu atau mencapai berat yang
konstan. Namun, tingginya kandungan mineral dalam kacang mete
menyebabkan tidak ada zat yang menguap sehingga diperoleh kadar abu yang
tinggi. Hal ini menjadi penyebab kadar abu praktis yang didapat lebih besar dari
kadar teoritis.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Memahami cara pengoperasian rangkaian alat ekstraksi dan distilasi untuk
kacang mete, seperti susunan alat ekstraksi mulai dari penempatan selang,
tabung soxhlet, pendingin balik, dan lainnya. Selain itu, memahami fungsi tiap-
tiap alat, seperti fungsi dari pendingin balik untuk proses kondensasi.
2. Berdasarkan hasil pengujian kadar lemak pada sampel kacang mete dengan
metode analisa soxhlet, diperoleh kadar lemak praktis basis kering sebesar
24,7303% dan basis basah sebesar 23,7476%, sedangkan kadar teoritis sebesar
48,3%.
3. Berdasarkan hasil pengujian kadar air pada sampel kacang mete, diperoleh
kadar air praktis sebesar 4,1377%, sedangkan kadar teoritis sebesar 3,8%.
Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian kadar abu pada sampel kacang mete,
diperoleh kadar abu praktis sebesar 2,9831%, sedangkan kadar teoritis sebesar
2,5%.
5.2 Saran
1. Penumbukan sampel dilakukan hingga benar-benar halus agar proses ekstraksi
dan pemanasan berjalan sempurna.
2. Pada saat proses destilasi diharapkan menunggu N-hexane sampai benar-benar
tidak menetes lagi untuk meminimalisir kadar error.
3. Penempatan posisi sampel pada tabung soxhlet pada posisi yang terkena tetesan
N-hexane agar lemak dapat terlarut dengan maksimal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, L., Aziz, I., Nurbayti, S., dan Oktaviana, C. O. 2016. Pembuatan Biodiesel
dengan Cara Adsorpsi dan Transesterifikasi Dari Minyak Goreng Bekas. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 2(1), 71-80.
Agustina, W., Dzakia, N.F., Cahyadi, W., Surahman, D.N., & Iwansyah, A.C. (2021).
OPTIMASI FORMULA DAN KARAKTERISASI PRODUK COOKIES
BERBAHAN DASAR PASTA KACANG METE (Anacardium occidentale L).
Jurnal Riset Teknologi Industri, 14(2), 176-177.
Ahmad, A., Alkarkhi, A.F.M., Hena, S., Siddique, B.M., & Dur, K.W. (2010).
Optimization of Soxhlet Extraction of Herba Leonuri Using Factorial Design
of Experiment. International Journal of Chemistry, 2(1), 198-201.
Durant, J., “Organic Chemistry”, 7th ed., Impression Longmans, Green and CO.,
London, 1959.
Erni, N., Kadirman., & Fadilah, R. (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan
Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Tepung Umbi Talas (Colocasia
Esculenta). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4, 95-105.
Fieser, L., Fieser, M., “Introduction to Organic Chemistry”, Maruhen CO. Ltd., Tokyo,
1956.
Fieser, L., Fieser, M., “Organic Chemistry”, Reinhold Publishing Corporation, New
York, 1956.
Groggins, PH., “Unit Operation in Organic Synthesis”, 5 th ed., Mc. Graw Hill Book
Company, New York, 1958.
Handajani, S., Manuhara, G.J., & Anandito, R.D.K. (2010). Pengaruh Suhu Ekstraksi
Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensoris Minyak Wijen (Sesamum
Indicum L.). Agritech, 30(2) , 116-118.
Handoko, W. A. (2013). Pengaruh Lama Penyimpanan dan Kombinasi Indigofera
zollingeriana dan Leucaena leucocephala Terhadap Kualitas Fisik Pellet.
Skripsi. Fakultas Peternakan Insitut Pertanian Bogor.
Hasibuan, H. A., dan Hardika, A. P. 2015. Formulasi dan pengolahan margarin
menggunakan fraksi minyak sawit pada skala industry kecil serta aplikasinya
dalam pembuatan bolu gulung. Agritech, 25(4), 377-386.
Hasibuan, H. A. 2016. Residu Pestisida pada Mintak Sawit dan Minyak Inti Sawit
terkait dengan Standar dan Keamanan Pangan. Warta Industri Hasil Pertanian,
33(02), 74-82.
Hidayat, T., Sailah, I., Suryani, A., dan Sunarti, T. C. 2019. Formulasi Vernis Berbasis
Resin Fenolik dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete.
16
Jacobs, M., “The Chemical Analysis of Food and Food Product”, Van Nonstrand
Company Inc., New York, 1958
Lindani, A. (2016). Perbandingan Pengukuran Kadar Air Metode Moisture Analyzer
dengan Metode Oven Pada Produk Biskuit Sandwich Cookie di PT Mondelez
Indonesia Manufacturing. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Matthiesen, M.K., Larney, F.J., Selinger, L.B., & Olson, A.F. (2005). Influence of
Loss-on-Ignition Temperature and Heating Time on Ash Content of Compost
and Manure. Communications in Soil Science and Plant Analysis, 36, 2561-
2573.
Maulana, Akbar. (2016). Analisis Parameter Mutu dan Kadar Flavonoid pada Produk
Teh Hitam Celup. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik
Universitas Pasundan Bandung.
Morrison, RT., Boyd, RN., “Organic Chemistry”, 3th ed., Prentice Hall of India Private
Limited, New Delhi, 1978.
Nasir, S., Fitriyanti., & Kamila, H. (2009). Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Minyak
Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) Dengan Pelarut N-Hexane dan
Ehanol. Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Noriko, N., Elfidasari, D., Perdana, A. T., Wulandari, N., dan Wijayanti, W. 2012.
Analisis penggunaan dan syarat mutu minyak goreng pada penjaja makanan di
food court UAI. Journal Al-azhar Indonesia seri sains dan teknologi, 1(3), 147-
154.
Pargiyanti. 2019. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak Dengan Metode Soxhlet
Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 7.
Rico, R., Bullo, M., & Salvado, J.S. (2016). Nutritional composition of raw fresh
cashew (Anacardium occidentale L.) kernels from different origin. Food
Science and Nutrition, 1-2 & 4.
Roncero, J.M., Orti, M.A., Gimenez, A.P., Gomez, R., Rabadan, A., & Pardo, J.E.
(2016). Virgin almond oil: Extraction methods and composition. Grasas y
Aceites, 67(3), e143.
Setyopratomo, P. 2012. Produksi asam lemak dari minyak kelapa sawit dengan proses
hidrolisis. Jurnal Teknik Kimia, 7(1), 26-31.
Simamora, P. (2018). Studi Penerimaan Konsumen Terhadap Biscuit Kijing Taiwan
(Anodonta, sp). Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
Sutyasmi, S. 2011. Kajian pemanfaatan lemak fleshing industri penyamakan kulit.
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 27(1), 46-53.
17
Tao, T., Peng, X.F., & Lee, D.J. (2005). Thermal drying of wastewater sludge: change
in drying area owing to volume shrinkage and crack development. Drying
Technology, 23, 669 – 682.
Thoha, M.Y., Nazhri, A., & Nursallya. (2008). Pengaruh Suhu, Waktu dan Konsentrasi
Pelarut Pada Ekstraksi Minyak Kacang Kedelai sebagai Penyedia Vitamin E.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Treybal, R.E., 1980, Mass Transfer Operation, Mc. Graw-Hill Kogakusha Ltd, Tokyo.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Woodman, AC., “Food Analysis”, MC. Graw Hill Book Company Inc., Newyork,
1941.
Zhu, X.Y., Lin, H.M., Xie, J., Chen, S.S., & Wang, P. (2011). Homogenate Extraction
of Isoflavones From Soybean Meal By Orthogonal Design. Journal of Scientific
and Industial Research, 70, 455–460.
18
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
Materi :
LEMAK
GROUP : 9 - Kamis
A-1
I TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu memahami susunan rangkaian alat dan proses pengoprasiannya.
2. Menganalisis kadar lemak pada kacang mete dengan metode analisa soxhlet.
3. Menganalisis kadar air dan kadar abu pada kacang mete.
II PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
1. Kacang mete basis kering 10 gr untuk kadar lemak
2. Kacang mete basis basah 3 gr untuk kadar air, 3 gr untuk kadar abu
3. N-hexane 120 ml
Rangkaian Alat
Ektraksi lemak dalam praktikum ini menggunakan metode Soxhlet dengan
pelarut n-hexane. Rangkaian alat ekstraksi tersebut ditunjukkan oleh gambar
2.1
A-2
4. Tabung Soxhlet 10. Thermostat
5. Sampel dalam kertas saring 11. Heater
6. Pipa aliran embun 12. Waterbath
Ekstrak lemak yang dihasilkan dari proses ekstraksi harus dipisahkan dari
pelarutnya menggunakan proses distilasi. Rangkaian alat distilasi tersebut
ditunjukkkan oleh gambar 2.2
A-3
5. Menimbang cawan kering yang akan digunakan dalam keadaan
kosong.
6. Memindahkan lemak ke dalam cawan dan mengeringkannya di dalam
oven selama 15 menit.
7. Mendinginkan cawan berisi lemak di desikator dan ditimbang hingga
beratnya konstan.
8. Menghitung kadar lemak menggunakan persamaan 3.1.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 × 100% (3.1)
A-4
2.4 Hasil Percobaan
2.4.1 Uji Kadar Lemak
Wcawan = 32,415 gram
Wsampel kering = 10,012 gram
Wcawan+lemak = 34,891 gram
2.4.2 Uji Kadar Air
Wcawan = 31,891 gram
Wcawan+sampel kering = 34,787 gram
Wcawan+sampel basah = 34,912 gram
2.4.3 Uji Kadar Abu
Wcawan = 31,119 gram
Wsampel basah = 3,017 gram
Wcawan+abu = 31,209 gram
MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN
A-5
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Uji Kadar Air
Berat cawan = 31,891 gram
Berat cawan + sampel kering = 34,787 gram
Berat cawan + sampel basah = 34,912 gram
(𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 ) − (𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔+𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
(𝑊𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ+𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 ) − (𝑊𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 )
34,912 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 34,787 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = × 100%
34,912 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 31,891 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 4,1377%
2. Uji Kadar Lemak
Berat cawan = 32,415 gram
Berat cawan + sampel kering = 10,012 gram
Berat cawan + lemak = 34,891 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 ) − (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 34,891 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 32,415 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 = 2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = × 100%
10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = 24,7303%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = (%𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔) + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
4,1377
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = ( × 10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚) + 10,012 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 10,4263 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
2,476 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = × 100%
10,4263 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ = 23,7476%
3. Uji Kadar Abu
Berat cawan = 31,119 gram
Berat sampel basah = 3,017 gram
Berat cawan + abu = 31,209 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 + 𝑎𝑏𝑢) − (𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = 31,209 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 31,119 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 = 0,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
B-1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = × 100%
3,017 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 2,9831%
B-2
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MATERI : Lemak
HARI/TANGGAL : Kamis, 21 Maret 2022
KELOMPOK : 9 - Kamis
NAMA : 1. Agita Ardelia Kinanti
2. Diva Amanda Kusumawardani
3. Muhammad Rizal Aditya Nugraha
4. Vincentius Noel Hizkia Jordanata
ASISTEN : Hansen Dwi Averiano Oktavian
KUANTITAS REAGEN
1. Kacang Mete
Kadar Lemak : Basis Kering 10 gram
Kadar Air : Basis Basah 3 gram
Kadar Abu : Basis Basah 3 gram
2. N-hexane 120 mL
TUGAS TAMBAHAN :
1. Cari jurnal kadar lemak, air, dan abu pada Kacang Mete (softfile dan highlight kadarnya)
2. Cari prinsip kerja, gambar alat dan langkah-langkah analisa lemak menggunakan metode Goldfisch
(sumber jurnal, letakkan di bab 2 menjadi subbab 2.6, dan diketik)
C-1
D-1
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
D-8
D-9
D-10
D-11
D-12
D-13
D-14
D-15
D-16
D-17
D-18
D-19
D-20
D-21
D-22
D-23
D-24
D-25
D-26
D-27
D-28
D-29
D-30
D-31
D-32
D-33
D-34
D-35
D-36
D-37
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1 29/04/2022 Pengumpulan P0
2 09/05/2022 Pengumpulan P1
3 10/05/2022 P0 Ketikan Asisten
4 10/05/2022 P1 Ketikan Asisten
E-1