Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN JUDUL

1
HALAMAN PENGESAHAN

Materi : Isolasi Enzim

Kelompok : 6 Senin

Anggota : 1. Anggito Aufa Fadhil (21030118130136)

2. Ardiane Herdien (21030118140164)

3. Bagas Nur Prayoga (21030118120068)

4. Ihzani Yulistra Yasmin (21030118130163)

Semarang,

(Hansel Milen Santoso)


NIM. 21030116130153

2
PRAKATA

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusundapat menyelesaikan laporan praktikum
mikrobiologi industri dengan baik.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada :

1. Penanggung jawab Laboratorium Mikrobiologi Industri Dr. Ing. Silviana, ST,


MT yang membuat terlaksananya praktikum mikrobiologi industri.
2. Laboran Ibu Jufriyah, ST. yang telah membantu dalam pelaksanaan
praktikum mikrobiologi industri sehingga berjalan lancar sampai
terselesaikanya laporan ini.
3. Dosen pengampu Prof. Dr. Ir. Abdullah, MS, asisten Hansel Milen Santoso
dan Muhammad Yazid sebagai asisten pengampu praktikum Isolasi Enzim.
4. Diny Dwi Anugrainy selaku Koordinator Asisten Laboratorium Mikrobiologi
Industri 2019
5. Serta kepada teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu
maupun motivasi.Laporan praktikum mikrobiologi industri ini berisi materi
Isolasi Enzim.
Pada percobaan ini dipelajari tentang proses isolasi enzim dari sekam padi
bertujuan untuk membandingkan hubungan waktu inkubasi terhadap aktivitas
enzim,pengaruh proses delignifikasi terhadap aktivitas enzim, hubungan
volume starter terhadap aktivitas enzim, dan pengaruh jumlah CMC terhadap
aktivitas enzim.
Laporan ini merupakan laporan terbaik yang saat ini bisa penyusun
ajukan, namun penyusun menyadari pasti ada kekurangan yang perlu
diperbaiki. Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan.

Semarang, Mei 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
RINGKASAN........................................................................................................iii
PRAKARTA ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Praktikum ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Pengertian Umum Enzim ....................................................................... 3
2.2 Penggolongan Enzim .............................................................................. 3
2.3 Metode Isolasi Enzim ............................................................................. 4
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim ............................. 5
2.5 Perhitungan Aktivitas Enzim ................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM ................................................................... 15
3.1 Rancangan Praktikum ............................................................................ 9
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ............................................................ 10
3.3 Gambar Alat ........................................................................................... 10
3.4 Prosedur Praktikum................................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15
4.1 Hubungan Waktu terhadap Aktivitas Enzim............................................15
4.2 Pengaruh Proses Delignifikasi terhadap Aktivitas
Enzim........................16
4.3 Hubungan Volumr Starter terhadap Aktivitas
Enzim...............................18
4.4 Pengaruh Jumlah CMC terhadap Aktivitas
Enzim...................................19
BAB V PENUTUP................................................................................................21

4
5.1
Kesimpulan...............................................................................................21
5.2 Saran.........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22
RINGKASAN

Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim
menyusun sebagian besar total protein dalam sel. Enzim berfungsi sebagai
biokatalisator yaitu mempercepat laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam
reaksi tersebut. Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas yaitu bersifat tidak
diubah oleh reaksi yang dikatalisnya dan enzim tidak mengubah kedudukan
normal dari kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat reaksi. Tujuan
praktikum ini yaitu mengisolasi enzim dari sekam padi, meghitung aktivitas
enzim pada sekam padi serta membandingkan aktivitas enzim dengan rasio
sampel-NaOH dan waktu uji kadar gula.
Enzim ikut serta dalam reaksi namun tidak ikut bereaksi, sehingga enzim
akan kembali ke keadaan sempurna. Enzim dikelompokkan menjadi 6, yaitu :
oksidoreduktase, transferasi, hydrolase, liase, isomerase, dan ligase. Enzim sangat
erat hubungannya dengan isolasi protein. Kinetika kinerja enzim ditentukan oleh
faktor berupa : suhu, pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, activator dan
inhibitor, serta lamanya waktu kontak.
Praktikum diawali dengan pembuatan starter, lalu fermentasi bahu
menggunakan starter, dan mencari mencari kadar glukosa dari setiap variabel.

5
DAFTAR GAMBAR

6
DAFTAR LAMPIRAN

7
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan enzim akhir-akhir ini semakin meningkat seiring dengan
kebutuhan industri. Enzim merupakan unit protein fungsional yang berperan
mengkatalis reaksi-reaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam
tubuh. Spesifikasi enzim terhadap substratnya sangat tinggi dalam
mempercepat reaksi tanpa produk samping (Lehninger, 1982). Usaha untuk
memperoleh enzim dari suatu makhluk hidup untuk digunakan bai
kepentingan manusia disebut isolasi enzim. Isolasi enzim sangat erat
hubungannya dengan isolasi protein. Dasar sari pemisahan ini adalah
memisahkan protein dari semua protein lain yang tidak diperlukan yang
semuanya berada pada material yang sama (Budiman, 2011).
Pemanfaatan enzim pada dunia industri salah satunya yaitu pada proses
hidrolisis lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan
gliserol merupaka produk oleokimia dasar yang sangat dibutuhkan oleh
industry komestik, plastik, cat, deterjen dan sabun (Murni, dkk., 2011). Salah
satu bahan yang dapat digunakan untuk mengisolasi enzim adalah sekam padi.
1.2. Perumusan Masalah
Banyak industri yang dalam proses produksinya memerlukan bantuan
enzim. Pada umumnya enzim yang dibutuhkan adalah enzim yang tahan
aswterhdap suhu tingg dan pH yang ekstrim. Namun sayangnya enzim yang
digunakan dalam industri Indonesia masih diimpor. Hal tersebut sangat
merugikan perekonommian Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara
yang memiliki banya kekayaan hayati yang dapat digunakan untuk membuat
enzim.
Melihat permasalah tersebut, sangatlah penting untuk mengembangakan
produksi, pemurnian dan teknik untuk meningkatkan kestabilan enzim. Salah
satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan
praktikum isolasi enzim dengan bahan baku sekam padi. Dalam praktikum ini
akan menganalisa pengaruh rasio sampel-NaOH dan waktu uji kadar gula.
1.3. Tujuan Praktikum
1. Mengisolasi enzim dari sekam padi.
2. Meghitung aktivitas enzim pada sekam padi.

8
3. Membandingkan aktivitas enzim dengan rasio sampel-NaOH dan waktu uji
kadar gula
1.4. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa dapat membuat enzim dari sekam padi.
2. Mahasiswa dapa memahami sifat dan karakterisasi enzim.
3. Mahasiswa dapat menganalisis dan mengetahui kondisi optimum enzim
sehingga dapat memaksimalkan proses produksi secara efisien.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Enzim


Enzim adalah benda tak hidup yang diproduksi oleh sel hidup. Enzim menyusun
sebagian besar total protein dalam sel. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator yaitu
mempercepat laju suatu reaksi kimia tanpa ikut terlibat dalam reaksi tersebut.
Maksudnya, enzim tidak ikut berubah menjadi produk tetapi akan kembali ke bentuk
asalnya setelah reaksi kimia selesai (Susanti dan Fibriana, 2017).

Enzim mengubah molekul substrat menjadi hasil reaksi (produk) yang


molekulnya berbeda dari substrat. Sebagai katalis, enzim memiliki ciri khas yaitu (1)
bersifat tidak diubah oleh reaksi yang dikatalisnya, (2) enzim tidak mengubah
kedudukan normal dari kesetimbangan kimia, meskipun enzim mempercepat reaksi
(Susanti dan Fibriana, 2017).

Enzim secara tradisional diperoleh dari tumbuhan termasuk protease (papain,


fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim khusus tertentu. Enzim
utama dari jaringan hewan adalah tripsin pankreas, lipase dan enzim untuk
pembuatan mentega. Peningkatan sumber enzim banyak dilakukan dari mikroba
penghasil enzim seperti pada table berikut ini:

Tabel 2.1 Enzim dari Mikroba

Enzim Sumber
α-amilase Aspergillus oryzae, Bacillus
amyloliquefaciens, Bacillus
licheniformis
β-glukonase Aspergillus niger
Pectinase Aspergillus sp.
Protease, asam Aspergillus sp.
Penicilin acylase Eschericia coli
(Susanti dan Fibriana, 2017).

2.2 Penggolongan Enzim


Pada tahun 1955 International Union of Biochemistry (IUB) bekerja sama
dengan International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) membentuk
komisi pakar untuk penggolongan enzim. Dasar penggolongan yang dilakukan
komisi pakar IUB adalah jenis reaksi.
Tabel 2.2 Penggolongan Enzim

Kelompok dan sub Peranan Contoh

10
kelompok Enzim
1. Oksidoreduktase Mengkatalisis reaksi Dehidrogenase
1.1.  Pada CH-OH oksidasi dan reduksi, dan Oksidase

1.2.  Pada C=O biasanya menggunakan Reduktase


koenzim NAD, NADP,
1.3.  Pada C=C Peroksidase
FAD, Lipoat atau
Katalase
Koenzim Q.
Oksigenase
Hidroksilase
2. Transferase Mengkatalisis Transaldolase
2.1.  Gugus C1 pemindahan gugus Transketolase

2.2.  Gugus aldehida tertentu seperti gugus Asil, metil,


1-karbon, aldehid dan
atau keton glikosil, dan
keton, asil, glikosil, fosfat
2.3.  Gugus asil fosforiltransferase
atau gugus yang
2.4.  Gugus glikosil Kinase
mengandung S.
Fosfomutase
3. Hidrolase Mengakatalisis Esterase
3.1.  Ikatan ester peningkatan pemecahan Amidase

3.2.  Ikatan glikosida ikatan antara karbon Peptidase


dengan atom lainnya Fosfatase
3.3.  Ikatan eter
melalui penambahan Glikosidase
3.4.  Ikatan peptida
molekul air. Fosfatase
3.5.  Ikatan amida
Tiolase
Fosfolipase
Deaminase
Ribonuklease
4. Liase Mengkatalisis pemecahan Dekarboksilase
4.1.  C-C karbon-karbon, karbon- Aldolase

4.2.  C-O sulfur, dan karbon- Sintase


nitrogen Hidrase
Dehidratase
Liase
5. Isomerase Mengkatalisis raseminasi Rasemase
5.1.  Rasemasi optik atau isomer Isomerase

5.2.  Cis-Trans geometrik dan reaksi Mutase


oksidasi reduksi Epimerase
isomerisasi 5.3.
intramolekuler tertentu.
Oksidoreduktase intra
molekuler

6. Ligase Mengkatalisis Sintetase


6.1. C-O pembentukan ikatan Karboksilase.

11
6.2. C-S antara karbon dengan
6.3. C-N karbon, karbon dengan
6.4. C-C sulfur, karbon dengan
nitrogen, serta karbon
dengan oksigen. Untuk
membentuk ikatan
tersebut diperlukan energi
ATP.
(Susanti dan Fibriana, 2017)

2.3 Metode Pembuatan Enzim


1. Ekstraksi Padat Cair
Merupakan salah satu metode pemisahan cair–padatan. Pada proses ini,
komponen yang tidak larut dipisahkan dari bahan padatan dengan bantuan
solvent. Ketika solvent dicampur dengan sampel, maka solvent akan
melarutkan ekstrak dengan difusi sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
(Irawati, 2016).
2. Filtrasi Gel
Metode yang memisahkan molekul dalam larutan berdasarkan ukurannya
ketika molekul itu melewati gel yang memiliki ukuran pori tertentu. Molekul
dengan ukuran pori yang lebih kecil akan terperangkap dalam matriks dan
molekul dengan ukuran yang lebih besar akan terelusi bersama eluen.
(Atmaja, Dwi Surya, 2013).
3. Sentrifugasi
Metode sentrifugasi merupakan cara pemisahan enzim dari partikel-
partikel lain yang tidak dikehendaki. Semakin kecil partikel, kecepatan
sentrifugasi yang diperlukan semakin besar. Pemisahan dilakukan sentrifugasi
pada kecepatan dan gaya berat tertentu sehingga sel-sel mikroorganisme
mengendap dan supernatant merupakan cairan yang berisi enzim. Dasar
pemisahan secara sentrifuge yaitu:
• Perbedaan antara fasa cair dan padat,
• Ukuran partikel,
• Berat jenis partikel,
• Berat jenis bahan cair/larutan,
• Jari-jari sentrifus. (Irawati, 2016).

2.4 Faktor yang Memperngaruhi Kinerja Enzim

12
1. Suhu
o
Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10 C,
menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q 10 = 2). Pada suhu optimum
reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim
yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh
o
manusia memiliki suhu optimum sekitar 37 C. Enzim organisme mikro yang
hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang
tinggi (Indah, 2004).
o
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai +60 C.
Ini disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika
pemanasan dihentikan dan enzim didinginkan kembali aktivitasnya akan pulih.
Hal ini disebabkan oleh karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat
pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini (Indah, 2004).

Gambar 2.1
Pengaruh suhu terhadap kinerja enzim (Indah, 2004).

2. pH
Nilai pH optimum pada masing-masing enzim berbeda karena setiap enzim
mempunyai karakteristik tertentu, juga tergantung pada macam dan konsentrasi
substrat yang digunakan (Susanti dan Fibriana, 2017).
 Pada pH rendah atau tingi, enzim akan mengalami denaturasi.
 Pada pH rendah atau tinggi, enzim maupun substrat dapat mengalami
perubahan muatan listrik dengan akibat perubahan aktivitas enzim.
Misalnya suatu reaksi enzim dapat berjalan bila enzim tadi bermuatan negatif
(Enz-) dan substratnya bermuatan positif (SH+) :
Enz- + SH+  EnzSH

13
Pada pH rendah Enz- akan bereaksi dengan H+ menjadi enzim yang tidak
bermuatan:
Enz- + H+  Enz-H (Indah, 2004).

Gambar 2.2 Pengaruh pH terhadap kinerja enzim (Indah, 2004).

3. Konsentrasi Enzim
Kecepatan rekasi enzim (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim
(Enz). Makin besar jumlah enzim makin cepat reaksinya. Dalam reaksinya Enz
akan mengadakan ikatan dengan substrat S dan membentuk kompleks enzim-
substrat, EnzS. EnzS ini akan dipecah menjadi hasil reaksi P dan enzim bebas
Enz.
Enz + S ⇌ EnzS ⇌ Enz + P
Enz + S ⇌ Enz + P
Semakin banyak Enz terbentuk, makin cepat reaksi ini berlangsung. Ini
terjadi sampai batas tertentu (Indah, 2004).

Gambar 2.3 Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kinerja enzim (Indah,


2004).

4. Konsentrasi Substrat
Bila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap
sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V.

14
Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat. Seperti pada gambar.
Pada titik-titik A dan B belum semua enzim bereaksi dengan subtrat, maka pada
A dan B penambahan subtrat S akan menyebabkan jumlah EnzS bertambah dan
kecepatan reaksi v akan bertambah, sesuai dengan penambahan S. Pada titik C
semua enzim telah bereaksi dengan subtrat, sehingga penambahan S tidak akan
menambah kecepatan reaksi, karena tidak ada lagi enzim bebas. Pada titik B
kecepatan reaksi tepat setengah kecepatan maksimum. Konsentrasi subtrat yang
menghasilkan setengah kecepatan maksimum dinamakan harga K m atau
konstanta Michaelis (Indah, 2004).

Gambar 2.4 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kinerja enzim (Indah,


2004).

2.5 Perhitungan Aktivitas Enzim


Aktivitas enzim dapat dinyatakan dalam unit. Satu Unit aktivitas enzim adalah
banyaknya μg gula pereduksi yang dihasilkan oleh 1 mL enzim dalam setiap menit.
Pengukuran aktivitas enzim dilakukan dengan mengkonversikan nilai absorbansi
yang diperoleh ke dalam persamaan (Sutrisno, 2007).

Linier kurva standar gula pereduksi, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut

dimana
AE = aktivitas enzim (µg/mL.menit)
x = konsentrasi gula pereduksi (µg/mL)
V = volume total sampel tiap tabung (mL)
p = jumlah enzim (mL)
q = waktu reaksi (menit)
fp = faktor pengenceran
Aplikasi perhitungan aktivitas enzim salah satunya adalah pada pengujian
aktivitas protease, dimana aktivitas protease ditentukan berdasarkan kemampuan

15
enzim protease untuk menghidrolisis ikatan peptide pada substrat. Dimana, Protease
adalah salah satu enzim penting yang telah digunakan secara luas dalam aplikasi
berbagai bidang industri. Protease alkali merupakan salah satu kelompok enzim
hidrolitik yang dapat mengkatalisis proses hidrolisis atau pemecahan protein menjadi
asam amino penyusunnya dan bekerja pada kisaran pH netral hingga basa (7-12)
(Ramadhani dan Putri, 2015).
Salah satu contoh grafik hasil perhitungan aktivitas protease dapat dilihat pada
grafik dibawah

Gambar 2.5 Pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim


Diagram batang rata-rata aktivitas enzim A. nigerPAM18A dengan berbagai
macam kombinasi perlakuan pH dan waktu inkubasi.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan
pH medium dan waktu inkubasi, berpengaruh terhadap aktivitas protease
ekstraseluler, sedangkan kombinasi antara pH dan waktu inkubasi tidak berpengaruh
terhadap aktivitas protease ekstraseluler yang dihasilkan A. niger (Ramadhani dan
Putri, 2015).

2.6 Perhitungan Kinetika Enzim


Parameter dalam kinetika reaksi enzim adalah konstanta Michaelis-Menten (KM)
dan laju reaksi maksimum (Vmaks). Nilai KM suatu enzim dapat dihitung dengan
persamaan Lineweaver-Burk yang diperoleh dari persamaan Michaelis-Menten yang
kemudian dihasilkan suatu diagram Lineweaver-Burk.
Persamaan Michaelis-Menten :
Vmaks[S]
V=
Km+[S]
Vmaks[S] Vmaks[ S]
V= +
Km [ S]

Sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut :

16
1 Km 1 1
= +
V Vmaks V Vmaks
Dari persamaan di atas terlihat bahwa 1/V adalah fungsi dari 1/[S]. Oleh karena
Km dan Vmaks adalah konstanta maka apabila 1/V diganti dengan Y dan 1/[S] diganti
dengan X, maka persamaan tersebut menjadi persamaan garis lurus.
Y = ax + b
Dengan,
Km 1
a= b=
Vmaks Vmaks

BAB III

17
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Praktikum


3.1.1 Skema Rancangan Percobaan

Timbang 200 gram sekam


Haluskan sampel sekam Bahan direndam larutan
padi halus kemudian
padi dengan mortar NaOH 0,72 M
masukkan ke beaker glass

Keringkan sekam padi


Saring campuran, dan Panaskan campuran pada
dalam oven 900C selama
ambil sekam padinya suhu 900C selama 1 jam
1 malam

Tambahkan 10 gr/L Tambahkan Aspergillus


Pembuatan starter dengan glukosa, 1 gr/L NaCl, 2 nige, lalu tutup
aquadest berbasis 150 ml gr/L KH2PO4, 0,2 gr/L Erlenmeyer dengan
CaCl2, 1,7 gr/L MgSO4 alumunium foil

Sampel dicampur air


Atur pH larutan menjadi dengan rasio sampel-air Campuran diinkubasi
4 b selama 1 malam
15% , kemudian diaduk
v

Hasil fermentasi
Tambahkan kedalam Fermentasi sampel
disentrifugasi pada
larutan, starter 20% dan selama 1 malam pada
kecepatan 2500 rpm
urea shaker.
selama 20 menit

Saring menggunakan
Campur filtrat dan CMC
pompa vakum dan
Uji kadar glukosa 1:2 kemudian uji kadar
diperoleh filtratnya
sebelum inkubasi glukosa, basis larutan
(Crude enzim), maksimal
campuran 50 ml
30 menit tiap sampel

18
Inkubasi sampel salama 1 Uji kadar glukosa setelah
malam inkubasi

Gambar 3.1 Skema Rancangan Praktikum

3.1.2 Variabel Operasi


Tabel 3.1 Variabel Percobaan
Variabel Tetap Variabel Bebas
Kadar urea Rasio sampel dengan NaOH
Volume starter Pemberian gula dan urea
Kadar NaOH

3.1.3 Variabel Terikat


Kadar glukosa dan aktivitas enzim
3.2 Bahan dan Alat Yang Digunakan
3.2.1 Bahan
1. Sekam padi 7. KH2PO4
2. NaOH 8. CaCl2
3. HCl 9. NaCl
4. Aspergillus 10. Urea
niger 11. Aquades
5. Glukosa 12. CMC
6. MgSO4
3.2.2 Alat
1. Beaker glass 14.Shaker
2. Termometer 15.Pompa vakuum
3. Gelas ukur 16.Erlemenyer penghisap
4. Pengaduk
5. Inkubator
6. Timbangan
7. Indikator pH
8. Kompor listrik
9. Buret
10.Statif & klem
11.Kuvet
12.Kertas saring
13.Corong buchner

19
3.3 Gambar Alat
Tabel 3.2 Gambar Alat

Nama Alat Gambar Alat

Beaker glass

Termometer

Gelas Ukur

Pengaduk

Inkubator

Timbangan

Indikator pH

Kompor listrik

20
Buret

Statif & klem

Kuvet

Corong Buchner

Shaker

Pompa Vakum

Erlemmeyer Penghisap

3.4 Prosedur Praktikum

21
3.4.1 Persiapan Bahan Baku
a. Haluskan sekam padi yang diperoleh dengan mortar, setelah
halus timbang 200 gram, masukkan dalam beaker glass.
b. Bahan direndam kedalam larutan NaOH 0,72 M, kemudian
dipanaskan pada suhu 90oC selama 1 jam dengan perbandingan
bahan (gr) : NaOH (ml) = 1 : 8 untuk variabel 4 dan
perbandingan bahan (gr) : NaOH (ml) = 1 : 10 untuk variabel 1,
2, dan 3.
c. Setelah itu keringkan menggunakan oven pada suhu 110oC dan
didiamkan selama 1 malam.
3.4.2 Pembuatan Starter
a. Media inokulum dibuat dengan cara menyiapkan 150 ml larutan
media dalam erlenmeyer. Media terdiri dari 10 gr/L glukosa, 1
gr/L NaCl, 2 gr/L KH2PO4, 0,2 gr/L CaCl2, 1,7 gr/L MgSO4 dan
Aspergillus niger ditambahkan kedalam campuran.
b. Starter diinkubasi menggunakan shaker pada temperatur ruangan
selama 1 malam.
3.4.3 Fermentasi
a. Sampel dicampur menggunakan air dengan rasio sampel-air

b
dengan 15% , kemudian diaduk.
v
b. Atur pH larutan 4 untuk semua sampel.
gr
c. Tambahkan kedalam larutan starter sebanyak 20% v, 3 urea
l

gr
dan 1,15 gram gula untuk variabel 1 dan 4, 3 urea untuk
l
variabel 2 dan 1,15 gr glukosa untuk variabel 3.
d. Fermentasi dilakukan secara anaerob selama 1 malam pada
shaker.

22
3.4.4 Analisa Hasil
a. Hasil dari fermentasi di sentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm
selama 20 menit.
b. Kemudian disaring menggunakan pompa vakum dan diperoleh
filtratnya (Crude enzim).
c. Filtrat yang diperoleh sebanyak 15 ml dicampur dengan
perbandingan sampel : larutan CMC = 1 : 2 dengan basis 50 ml.
d. Kemudian campuran tersebut diinkubasi selama (5, 25, 45, 75)
menit.
e. Sebelum dan setelah inkubasi lakukan uji kadar glukosa pada
sampel
3.4.5 Uji Kadar Glukosa
a. Membuat larutan glukosa standar dengan melarutkan 2,5 gram
glukosa dalam 1 liter aquadest. Standarisasi glukosa standar
dengan mencampur 5 ml glukosa standar dengan 5 ml fehling A
dan 5 ml fehling B. Campuran ini kemudian dipanaskan sampai
70oC dan dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna
biru hampir hilang. Kemudian ditambah 2 tetes MB (methylen
blue) dan dilanjutkan titrasinya sampai warna merah bata.
Mencatat kebutuhan titran (F).
b. Kemudian sebanyak 5 ml sampel diambil, ditambahkan 5 ml
fehling A, 5 ml fehling B, dan 5 ml glukosa standar. Campuran
ini kemudian dipanaskan sampai 70oC dan dititrasi dengan
larutan glukosa standar sampai warna biru hampir hilang.
Kemudian ditambah 2 tetes MB dan dilanjutkan titrasinya
sampai warna merah bata. Mencatat kebutuhan titran (M). (M)
dan kadar glukosa dihitung dengan persamaan berikut :
Vtotal Vpengencenran
( F−M )× ×
Vtitrasi Vdiambil
C= × 2,5
Vtotal

23
Glukosa standar = 2,5 gram dalam 1 liter = 2,5 mg/mL
F = volume titran standarisasi glukosa standar (mg/mL)
M = volume titran uji glukosa sampel (mL)
V = dalam satuan mL
Dan perhitungan aktivitas enzim dihitung menggunakan rumus :
C
Aktivitas Enzim= × BM × 1000× 1unit /μmol
T
C = Konsentrasi glukosa per mL ekstrak enzim
T = Waktu inkubasi (menit)
BM = gr/ grmol
1 unit enzim = besarnya aktivitas enzim yang dibutuhkan untuk
membebaskan 1 μmol glukosa per menit per ml enzim.

24
25

Anda mungkin juga menyukai