ENZIMOLOGI
ISOLASI DAN KARAKTERISASI UREASE DARI BIJI KACANG HIJAU
DISUSUN OLEH :
NAMA : ARY KURNIA ADHI
NIM : K1A018067
KELAS :A
I
Isolasi Enzim Urease dari Kacang Hijau ............................................................ 29
Penentuan Kurva Standar Ammonium Sulfat .................................................... 30
Uji Aktivitas Enzim Urease ............................................................................... 31
Karakterisasi Enzim Ureasi ............................................................................... 32
Data Perhitungan .................................................................................................. 34
Penentuan kurva standar amonium sulfat ........................................................... 34
Uji aktivitas enzim urease ekstrak kasar ............................................................ 34
Pengaruh variasi pH terhadap aktivitas urease dari biji kacang hijau.................. 35
Pengaruh penambahan logam terhadap aktivitas urease dari biji kacang ............ 36
II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3.1. Kacang Hijau .................................................................................... 16
Gambar 4.3.2. Spektrofotometer UV-Vis ................................................................. 18
Gambar 4.4.3. Kecambah direndam dalam kapas yang diairi .................................... 20
Gambar 4.3.4. Kecambah dimasukkan dalam tempat gelap ...................................... 20
Gambar 4.3.5. Kecambah dihaluskan ....................................................................... 21
Gambar 4.3.6. Alat Sentrifugasi ............................................................................... 21
III
DAFTAR KURVA
Kurva 4.3.1. Standar Amonium Sulfat ...................................................................... 22
Kurva 4.3.2. Hubungan Variasi pH Terhadap Aktivitas Enzim ................................. 24
Kurva 4.3.3. Pengaruh Penambahan Logam Terhadap Aktivitas Enzim.................... 25
IV
ISOLASI DAN KARAKTERISASI UREASE DARI BIJI KACANG HIJAU
I. TUJUAN
Enzim merupakan golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel
hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai biokatalisator pada reaksi-reaksi
biokimia. Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengurangi
dampak pencemaran dan pemborosan energi karena reaksinya tidak membutuhkan
energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun. Cara kerja dari enzim ini sendiri
sangat tergantung dari suhu serta lamanya waktu reaksi yang diberikan.
Kemajuan aplikasi enzim dalam bidang teknologi menyebabkan penggunaan enzim
dalam bidang industri baik pangan maupun non pangan semakin meningkat.
Beberapa pengamatan yang telah dilakukan membuktikan bahwa penggunaan
enzim semakin meningkat dari tahun ke tahun mencapai 10-15% (Bonner, 2007).
1
Enzim adalah senyawa protein yang dapat mempercepat atau mengkatalis
reaksi kimia. Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga kecepatan
reaksi yang dihasilkan dapat dijadikan keukuran keaktifan enzim. Enzim hanya
dapat bereaksi pada pH dan temperature tertentu. Karena enzim adalah protein,
maka enzim dalam pakan rentan terdenaturasi atau rusak oleh enzim pencernaan
atau sesuatu yang dapat mengubah struktur enzim. Enzim adalah katalisator
organik yang dihasilkan oleh sel hidup. Katalisator adalah substansi yang dapat
merubah kecepatan reaksi kimiawi tetapi tidak merubah hasil reaksi. Ciri yang
khas dari enzim ditandai oleh adanya spesifikasi untuk substrat yang mirip secara
biologis. Adanya enzim dalam proses pencernaan dalam tubuh ternak sangat
membantu dalam proses anabolishme maupun katabolihsme dari bahan makanan.
Dengan adanya bantuan dari enzim amylase ternak mampu memecah rangkaian
pati menjadi molekul-molekul gula yang lebih sederhana. Enzim urease disebut
juga urea amidohidrolases (Bonner, 2007).
Salah satu jenis enzim yaitu enzim urease. Enzim urease atau dikenal juga
dengan urea amidohidrolases banyak ditemukan pada bakteri, fungi, alga,
tumbuhan, dan jaringan hewan. Urease mampu mengkatalis hidrolisis urea menjadi
karbon dioksida dan amonia. Peran utama dari enzim urease yaitu menyediakan
energi internal dan eksternal bagi organisme untuk menggunakan urea sebagai
sumber N. Urea sebelum dihidrolisis termasuk ke dalam molekul non-polar dan
mudah dipengaruhi oleh pergerakan larutan tanah. Oleh karena itu, urease
tergolong ke dalam kelas enzim tanah hidrolase yang mampu mengkatalis
reaksi-reaksi luar maupun dalam organisme serta mensintesisnya (El-Hefnawy et
al., 2014).
2
akan dirombak menjadi basa menguap oleh aktivitas bakteri. Tingginya
kandungan urea akan membentuk sejumlah besar amoniak yang mempengaruhi
kenormalan kandungan total volatile basa.Selama penyimpanan, jumlah amoniak
yang terbentuk relatif tidak dipengaruhi oleh suhu (El-Hefnawy et al., 2014).
3
III. METODOLODI PERCOBAAN
3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas laboratorium, mortar dan alu,
magnetic stirrer, sentrifugator, spektrofotometer UV-Vis, inkubator, pH meter,
neraca analitik, lemari pendingin, kain muslin, dan wrapping.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah biji kacang hijau, urea (Merck, Jerman),
buffer fosfat pH 7, buffer fosfat pH 6, buffer tris HCl pH 8, pereaksi Nessler
(Merck, Jerman), larutan standar ion logam ZnCl2, PbCl2, CuCl2, aseton, dan
HCl.
3.3. Prosedur Percobaan
3.3.1. Isolasi enzim urease dari biji kacang hijau
Tahap perkecambahan (Zusfahair et al., 2018)
1. Isolasi dilakukan pada bagian biji kacang hijau.
2. Sebanyak 200 gram biji direndam dalam air selama 6 jam
3. Ditiriskan dan dimasukkan ke dalam wadah plastik yang telah diisi
kapas basah
4. Ditutup dengan wrapping dan didiamkan dalam ruang gelap pada
suhu ruang. sampai terbentuk kecambah selanjutnya dipanen.
Tahap ekstraksi (Zusfahair et al., 2018)
1. Kecambah diambil sebanyak 10 gram dan dihaluskan menggunakan
mortar dan alu
2. Direndam dalam 40 mL aseton 20% suhu dingin (4 oC)
3. Dilakukan pengadukan dengan stirrer selama 3 jam hingga dihasilkan
2 lapisan yaitu filtrat dan suspensi.
4. Filtrat dipisahkan dengan menggunakan kain muslin.
5. Filtrat yang didapat disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 15 menit suhu 4 oC.
6. Supernatan yang dihasilkan digunakan sebagai eksrak kasar.
4
3.3.2. Penentuan kurva standar amonium sulfat
1. Kurva standar ditentukan dengan menggunakan larutan standar
amonium sulfat dengan konsentrasi 30, 40, 50, 60, dan 70 ppm.
2. Larutan standar amonium sulfat diambil sebanyak 2 mL, lalu
ditambahkan dengan 0,5 mL reagen Nessler
3. Larutan didiamkan selama 30 menit dan diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas pada labu ukur 25 mL.
4. Larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 443 nm
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan, untuk blanko
dibuat dengan 2 mL akuades ditambahkan 0,5 mL reagen Nessler.
5. Data yang diperoleh dibuat grafik antara konsentrasi amonium sulfat
vs absorbansi.
3.3.3. Uji aktivitas enzim urease ekstrak kasar
1. Sebanyak 0,5 mL urea (0,25 M dalam buffer fosfat) dan 0,5 mL
larutan buffer fosfat 0,2 M pH 7 dimasukkan ke dalam tabung.
2. Sebanyak 0,5 mL enzim urease ditambahkan ke dalam tabung.
3. Larutan tersebut diinkubasi selama 10 menit pada suhu 30 °C lalu
didinginkan. Larutan yang telah didinginkan, kemudian ditambahkan
0,5 mL HCl 0,1 M untuk menghentikan aktivitas enzim urease, lalu
ditambahkan dengan 0,5 mL reagen Nessler,
4. Larutan didiamkan selama 30 menit dan diencerkan di labu ukur 25
mL. Tabung blanko dibuat dengan 2 mL akuades ditambah 0,5 mL
reagen Nessler, kemudian didiamkan selama 30 menit dan diencerkan
di labu ukur 25 mL.
5. Masing-masing larutan diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 443 nm.
6. Estimasi urease dilakukan menggunakan kurva standar amonium
sulfat. Satu unit (U) aktivitas urease diartikan sebagai jumlah enzim
yang dibutuhkan untuk membebaskan 1 μM amonia per menit dalam
kondisi pengujian (urea 0,25 M, buffer 0,1 M pH 7 pada 30 °C).
5
3.3.4. Karakterisasi enzim urease dari biji kacang hijau
Karakterisasi enzim hasil isolat ekstrak kasar adalah dengan penentuan
kondisi optimum pH dan penambahan logam terhadap aktivitas enzim.
Pengaruh variasi pH terhadap aktivitas urease dari biji kacang hijau
Penentuan aktivitas urease dilakukan sama seperti pada uji aktivitas
namun dilakukan pada variasi substrat urea pH 6,0; 7,0; dan 8,0.
Pengaruh penambahan logam terhadap aktivitas urease dari biji kacang
hijau (Banerjee dan Aggarwal, 2012)
1. Pengujian pengaruh logam terhadap aktivitas enzim dilakukan
penambahan ion logam CuCl2, PbCl2, dan ZnCl2 dengan konsentrasi
10 ppm.
2. Langkah pertama yaitu sebanyak 0,2 mL larutan ion logam ditambah
ekstrak enzim urease 0,5 mL dan buffer pH 7 0,3 mL,
3. Larutan diinkubasi pada suhu 30 °C selama 10 menit untuk
memberikan waktu yang cukup untuk interaksi logam atau enzim.
4. Larutan yang telah diinkubasi ditambahkan 0,5 mL urea (0,25 M
dalam buffer pH 7) dan setelah 10 menit ditambahkan 0,5 mL HCl
0,1 M untuk menghentikan reaksi.
5. Campuran reaksi ditambahkan 0,5 mL reagen Nessler, kemudian
didiamkan selama 30 menit dan diencerkan di labu ukur 25 mL.
6. Larutan yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 443 nm dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis.
6
IV. HASIL DAN PEMBAHAN
4.1. Data Pengamatan
4.1.1 Isolasi Enzim Urease dari Kacang Hijau
a. Tahap Perkecambahan
Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 200 gram biji kacang Setelah direndam biji kacang hijau
hijau direndam dalam air selama 6 lebih lunak
jam.
Setelah itu, direndam dan ditiriskan -
dan dimasukkan ke dalam wadah
plastik yang telah diisi kapas basah.
Wadah ditutup dengan wrapping Tumbuh kecambah
dan didiamkan dalam ruang gelap
Kecambah dipanen setalah 8 hari. Kecambah kualitas baik
b. Tahap Estraksi
Perlakuan Pengamatan
Kecambah diambil sebanyak 10 Lunak berwarna kecoklatan
gram dan dihaluskan menggunakan
mortar dan alu.
Kecambah yang telah halus Keruh kecoklatan
direndam dalam 40 mL aseton 20%
dengan suhu dingin 4 oC.
Setelah itu, dilakukan pengadukan Keruh kecoklatan
dengan stirrer selama 3 jam
Filtrat dipisahkan dengan Sedikit keruh
menggunakan kain muslin lalu
disentrifugasi dengan kecepatan
12.000 rpm selama 15 menit suhu
4oC.
7
4.1.2 Penentuan Kurva Standar Ammonium Sulfat
Pengamatan Perlakuan
Kurva standar ditentukan dengan Tak berwarna
menggunakan larutan standar
amonium sulfat dengan konsentrasi
30, 40, 50, 60, dan 70 ppm.
Larutan standar amonium sulfat Berwarna kuning kecoklatan
diambil sebanyak 2 mL dan
ditambahkan dengan 0,5 mL reagen
Nessler.
Larutan didiamkan selama 30 menit. -
Larutan diencerkan dengan aquades Tak berwarna
sampai tanda batas pada labu ukur
25 mL.
Larutan diukur absorbansinya pada Blanko : 0,005
panjang gelombang 443 nm 30ppm : 0,229
menggunakan spektrofotometer 40ppm : 0,315
UV-Vis. 50ppm : 0,411
60ppm : 0,518
70ppm : 0,595
Blanko dibuat dengan 2 mL akuades Berwarna kuning kecoklatan
ditambahkan 0,5 mL reagen
Nessler.
Data yang diperoleh dibuat grafik -
antara konsentrasi amonium sulfat
vs absorbansi.
8
fosfat 0,2 M pH 7 dimasukkan ke dalam
tabung.
Sebanyak 0,5 mL enzim urease Sedikit keruh
ditambahkan ke dalam tabung.
Larutan tersebut diinkubasi selama 10 Sedikit keruh
menit pada suhu 30°C lalu didinginkan.
Larutan yang telah didinginkan Sedikit keruh
kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1
M.
Larutan ditambahkan dengan 0,5 mL Setelah ditambahkan reagen
reagen Nessler kemudian didiamkan nessler kuning kecoklatan
selama 30 menit dan diencerkan pada
abu ukur 25 mL.
Tabung blanko dibuat dengan 2 mL Setelah ditambahkan reagen
akuades ditambah 0,5 mL reagen nessler kuning kecoklatan
Nessler.
Setelah ditambahkan dengan reagen Setelah ditambahkan reagen
Nessler blanko didiamkan selama 30 nessler kuning kecoklatan
menit dan diencerkan pada labu ukur 25
mL.
Masing-masing larutan diukur -
absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 443 nm.
Estimasi urease dilakukan menggunakan Blanko 1, 2, 3: 0,006
kurva standar amonium sulfat. Sampel 1: 0,519
Data absorbansi dicatat pada data Sampel 2: 0,513
percobaan dan dihitung aktivitas enzim Sampel 3: 0,519
urease (U/mL).
9
4.1.4 Karakterisasi Enzim Ureasi
a. Pengaruh Variasi pH terhadap Aktivitas Enzim Urease
Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 0,5 mL urea 0,25 M dalam Larutan tak berwarna
buffer phosfat pH 6 dimasukkan
kedalam tabung I; 0,5 mL urea 0,25
M dalam buffer phosfat pH 7
dimasukkan kedalam tabung II; 0,5
ml urea 0,25 M dalam buffer tris HCl
pH 8 dimasukkan kedalam tabung
III.
Seluruh larutan didiamkan selama 30
menit lalu dilakukan pengenceran
pada labu ukur 25 mL.
Pada tabung I ditambahkan buffer Larutan tak berwarna
phosfat pH 6 sebanyak 0,5 mL;
tabung II ditambahkan buffer phosfat
pH 7 sebanyak 0,5 mL; tabung III
ditambahkan buffer tris HCl pH 8
sebanyak 0,5 mL.
Masing-masing tabung ditambahkan Larutan enzim berwarna sedikit
0,5 mL enzim urease. kekuningan
Larutan diinkubasi selama 10 menit Larutan berwarna sedikit
pada suhu 30oC. kekuningan
Setelah itu, ditambahkan 0,5 mL HCl Larutan berwarna kuning
0,1 M, dan 0,5 mL reagen nessler. kecoklatan
Tabung blanko dibuat dengan Larutan berwarna kuning
mereaksikan 2 mL akuades ditambah kecoklatan
dengan 0,5 mL reagen nessler.
Nilai absorbansi diukur dengan -
menggunakan spektrofotometer
10
Uv-Vis pada panjang gelombang 443
nm.
11
Larutan ditambahkan 0,5 mL HCl Larutan tak berwarna
0,1 M.
Campuran reaksi ditambahkan 0,5 Larutan berwarna kuning
mL reagen Nessler, kemudian kecoklatan
didiamkan selama 30 menit dan
diencerkan pada labu ukur 25 mL.
Larutan yang dihasilkan dibaca
absorbansinya pada panjang
gelombang 443 nm dengan
menggunakan spektrofotometer
Uv-Vis.
Y = 0,0093X – 0,0589
R2 = 0,9978
Keterangan
12
A(sampel) : selisih absorbansi sampel dengan blanko
T : waktu inkubasi
V : volume sampel
Slope : kemiringan dari kurva standar ammonium sulfat
(0,517−0,006) 𝑥 25
Aktivitas Urease (U/mL) : 0,0093 x 10 x 0,5
: 274,73118 U/mL
4.2.3 Pengaruh variasi pH terhadap aktivitas urease dari biji kacang hijau
pH 6 pH 7 pH 8 Blanko
0,298 0,629 0,364 0,006
0,299 0,614 0,364 0,006
0,292 0,631 0,363 0,006
0,296333 0,624667 0,363333 0,006
A(sampel) 𝑥 𝑓𝑝
Aktivitas Urease (U/mL) = Slope x T x Volume
0,296333−0,006 𝑥 25
pH 6 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 156,0194 U/mL
0,624667−0,006 𝑥 25
pH 7 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 332,6167 U/mL
13
0,36333−0,006 𝑥 25
pH 8 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 192,1129 U/mL
A(sampel) 𝑥 𝑓𝑝
Aktivitas Urease (U/mL) = Slope x T x Volume
0,564−0,006 𝑥 25
Tanpa Logam Aktivitas Urease (U/mL) =
0,0093 x 10 x 0,5
= 300 U/mL
0,390−0,006 𝑥 25
Logam Cu Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 206,452 U/mL
0,454−0,006 𝑥 25
Logam Zn Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 240,860 U/mL
0,416−0,006 𝑥 25
Logam Pb Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 220,430 U/mL
14
4.3. Pembahasan
15
Gambar 4.3.1. Kacang Hijau
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : V. radiate
(Dwidjoseputro, 1992).
4.3.2. Enzim Urease
16
mereaksikan amonia dan karbondioksida. Urea merupakan sumber amonia dari
senyawa yang spesifik, kandungan urea yang tinggi akan dihidrolisis oleh
aktivitas bakteri dan akan menyebabkan lingkungan menjadi basa. Karakteristik
urease memiliki pH optimum sebesar 7,4 dan suhu optimum 60°C dengan
enzimatis spesifikasi urea dan hidroksi urea. Aktivitas urease menjadi sangat tidak
aktif apabila dipanaskan dengan suhu tinggi atau mencapai 105°C. Berat molekul
enzim urease sebesar 483.000, Inhibitor urease adalah logam berat (Pb– dan Pb2+)
(Carlini, 2008).
Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal bagi
organisme untuk menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai sumber N. Urea
(sebelum terhidrolisis) merupakan molekul non polar dan mudah dipengaruhi oleh
pergerakan larutan tanah. Urease merupakan enzim yang menghidrolisis urea
menjadi CO2 dan NH3 (Carlini, 2008).
Reaksinya adalah:
(NH2)2 CO + H2O → CO2 + 2NH3
Enzim urease juga ditemukan pada kecambah biji, enzim ini akan mengurai
urea dari aktivitas arginase yaitu enzim yang menghidrolisis senyawa arginina
menjadi ornitina dan urea. Urease merupakan salah satu bentuk enzim yang
berperan dalam metabolisme nitrogen pada saat perkecambahan dan germinasi
tanaman (El-Hefnawy et al., 2014). Proses perkecambahan mengaktivasi
enzim-enzim hidrolitik di antaranya adalah α-amilase yang merombak amilum
menjadi glukosa, fosfatase merombak senyawa mengandung phospat (P), lipase
merombak senyawa lipid, peptidase merombak senyawa protein, dan urease
merombak senyawa urea. Enzim urease dapat mengkalatalis reaksi pemecahan
urea yang bersifat patogen dalam sel tanaman. Germinasi sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji diantaranya adalah
penyerapan air, intensitas cahaya, oksigen, dan hormon. Pada tahap
perkecambahan akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan yang diikuti
dengan pengaktifan enzim-enzim hingga pertumbuhan optimum tercapai yaitu
pada saat biji telah sempurna membentuk bagian akar, batang dan daun. Pada
17
praktikum ini kacang hijau akan digunakan sebagai sumber urease (El-Hefnawy et
al., 2014).
4.3.3. Spektrofotometer UV-VIS
18
apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa. Spektrofotometri UV/Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar saat analisis, sehingga
spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding
kualitatif. Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200 –350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke
orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Dimana detector dapat
mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang
diabsorbsi. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Spektrofotometri UV-Vis
merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini
menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV
dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar ultra
violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut
(Day & Underwood 2002).
4.3.4. Isolasi enzim urease dari biji kacang hijau
19
Gambar 4.4.3. Kecambah direndam dalam kapas yang diairi
20
Gambar 4.3.5. Kecambah dihaluskan
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk
sedimentasi campuran dengan menggunakan mesin sentrifuga atau pemusing.
Komponen campuran yang lebih rapat akan bergerak menjauh dari sumbu
sentrifuga dan membentuk endapan (pelet), menyisakan cairan supernatan yang
dapat diambil dengan dekantasi. Teknik sentrifugasi telah dimanfaatkan baik
untuk keperluan penelitian, misalnya pada bidang biologi sel dan biologi
molekular, maupun untuk industry (Jayaraman, 2004).
21
pada panjang gelombang 443 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Sedangkan, untuk blanko dibuat dengan 2 mL akuades ditambahkan 0,5 mL
reagen Nessler. Data yang diperoleh dibuat grafik antara konsentrasi amonium
sulfat vs absorbansi (Fathima, 2012).
Amonium sulfat digunakan karena enzim urease merupakan enzim yang
menghidrolisis urea menjadi amonia, dan reagen nessler digunakan sebagai
indikator pewarna yang akan bereaksi dengan amonia yang dihidrolisis oleh
enzim urease sehingga aktivitas enzim atau amonium yang dihasilkan oleh
hidrolisis oleh enzim urease dapat di hitung nilai absorbansinya dengan
spektrofotometer, Amonium sulfat disini sebagai kurva standar dimana nantinya
amonium akan bereaksi dengan nessler sehingga dapat dihitung absorbansinya
dan dijadikan standar pada uji aktivitas enzim urease (Fathima, 2012).
22
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan
(melalui pengenceran atau pemekatan). (Khopkar, 2014).
Sebanyak 0,5 mL urea (0,25 M dalam buffer fosfat) dan 0,5 mL larutan buffer
fosfat 0,2 M pH 7 dimasukkan ke dalam tabung untuk menjaga stabilitas enzim.
Sebanyak 0,5 mL enzim urease ditambahkan ke dalam tabung. Larutan tersebut
diinkubasi selama 10 menit pada suhu 30 °C lalu didinginkan untuk menjaga suhu
enzim dan mempercepat reaksi. Larutan yang telah didinginkan, kemudian
ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1 M untuk menghentikan aktivitas enzim urease, lalu
ditambahkan dengan 0,5 mL reagen Nessler, kemudian didiamkan selama 30
menit dan diencerkan di labu ukur 25 mL. Tabung blanko dibuat dengan 2 mL
akuades ditambah 0,5 mL reagen Nessler, kemudian didiamkan selama 30 menit
dan diencerkan di labu ukur 25 mL. Masing- masing larutan diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 443 nm.
Estimasi urease dilakukan menggunakan kurva standar amonium sulfat. Satu unit
(U) aktivitas urease diartikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan untuk
membebaskan 1 μM amonia per menit dalam kondisi pengujian (urea 0,25 M,
buffer 0,1 M pH 7 pada 30 °C). (Jayaraman, 2004).
Uji aktivitas dilakukan dengan metode Nessler. Metode Nessler terdiri dari
suatu analisis kimiawi dengan menggunakan alat spektrofotometer. Reagensia
Nessler [K2HgI4] akan bereaksi dengan NH3. Reaksi yang menghasilkan larutan
berwarna kuning-cokelat yang mengikuti hukum Beer-Lambert. Intensitas warna
23
yang terjadi berbanding lurus dengan konsentrasi NH3 dalam larutan yang bersifat
basa. Endapan cokelat yang dihasilkan atau pewarnaan cokelat atau kuning
dihasilkan sesuai dengan jumlah ammonia atau ion ammonia yang terdapat.
Endapan tersebut adalah merkurium amidoiodida basa yang terdapat dalam
sampel (Khopkar, 2014).
4.3.7. Karakterisasi enzim urease dari biji kacang hijau
Penentuan aktivitas urease dilakukan sama seperti pada uji aktivitas namun
dilakukan pada variasi substrat urea pH 6,0; 7,0; dan 8,0 (Jayaraman, 2004).
300
250
Aktivitas U/mL
192.1129
200
156.0194
150
100
50
0
pH 6 pH 7 pH 8
24
Berdasarkan kurva didapat aktivitas enzim paling tinggi pada pH 7 sehingga
pH 7 merupakan pH optimum pada enzim urease (Bonner, 2007).
4.3.7.2. Pengaruh penambahan logam terhadap aktivitas urease dari
biji kacang hijau
206.452
200
150
100
50
0
Tanpa Logam Logam Cu Logam Zn Logam Pb
25
Pb 220,43 atau memiliki aktivitas relatif 73,477% dari control. Hal ini
dikarenakan logam berat berperan sebagai inhibitor. Inhibitor dapat bergabung
dengan enzim pada suatu bagian enzim diluar bagian aktif. Penggabungan antara
inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas menghasilkan kompleks EI,
atau pada enzim yang telah mengikat substrat menghasilkan kompleks ESI yang
keduanya bersifat inaktif (Banerjee, 2012).
Reaksi :
Enzim-SH + Cu2+ => Enzim-S-Cu + 2H+
Enzim-SH + Zn2+ => Enzim-S-Zn + 2H+
Enzim-SH + Pb2+ => Enzim-S-Pb + 2H+
(Banerjee, 2012).
26
V. KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
Data Pengamatan
Isolasi Enzim Urease dari Kacang Hijau
Tahap Perkecambahan
Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 200 gram biji kacang Setelah direndam biji kacang hijau
hijau direndam dalam air selama 6 lebih lunak
jam.
Setelah itu, direndam dan ditiriskan -
dan dimasukkan ke dalam wadah
plastik yang telah diisi kapas basah.
Wadah ditutup dengan wrapping Tumbuh kecambah
dan didiamkan dalam ruang gelap
Kecambah dipanen setalah 8 hari. Kecambah kualitas baik
Tahap Estraksi
Perlakuan Pengamatan
Kecambah diambil sebanyak 10 Lunak berwarna kecoklatan
gram dan dihaluskan menggunakan
mortar dan alu.
Kecambah yang telah halus Keruh kecoklatan
direndam dalam 40 mL aseton 20%
dengan suhu dingin 4 oC.
Setelah itu, dilakukan pengadukan Keruh kecoklatan
dengan stirrer selama 3 jam
Filtrat dipisahkan dengan Sedikit keruh
menggunakan kain muslin lalu
29
disentrifugasi dengan kecepatan
12.000 rpm selama 15 menit suhu
4oC.
30
Uji Aktivitas Enzim Urease
Perlakuan Pengamatan
Sebanyak 0,5 mL urea (0,25 M dalam Tak berwarna
buffer fosfat) dan 0,5 mL larutan buffer
fosfat 0,2 M pH 7 dimasukkan ke dalam
tabung.
Sebanyak 0,5 mL enzim urease Sedikit keruh
ditambahkan ke dalam tabung.
Larutan tersebut diinkubasi selama 10 Sedikit keruh
menit pada suhu 30°C lalu didinginkan.
Larutan yang telah didinginkan Sedikit keruh
kemudian ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1
M.
Larutan ditambahkan dengan 0,5 mL Setelah ditambahkan reagen
reagen Nessler kemudian didiamkan nessler kuning kecoklatan
selama 30 menit dan diencerkan pada
abu ukur 25 mL.
Tabung blanko dibuat dengan 2 mL Setelah ditambahkan reagen
akuades ditambah 0,5 mL reagen nessler kuning kecoklatan
Nessler.
Setelah ditambahkan dengan reagen Setelah ditambahkan reagen
Nessler blanko didiamkan selama 30 nessler kuning kecoklatan
menit dan diencerkan pada labu ukur 25
mL.
Masing-masing larutan diukur -
absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 443 nm.
Estimasi urease dilakukan menggunakan Blanko 1, 2, 3: 0,006
kurva standar amonium sulfat. Sampel 1: 0,519
Data absorbansi dicatat pada data Sampel 2: 0,513
31
percobaan dan dihitung aktivitas enzim Sampel 3: 0,519
urease (U/mL).
32
dengan 0,5 mL reagen nessler.
Nilai absorbansi diukur dengan -
menggunakan spektrofotometer
Uv-Vis pada panjang gelombang 443
nm.
33
(0,25 M dalam buffer pH
7).Kembali diinkubasi selama 10
menit pada suhu 30 oC.
Larutan ditambahkan 0,5 mL HCl Larutan tak berwarna
0,1 M.
Campuran reaksi ditambahkan 0,5 Larutan berwarna kuning
mL reagen Nessler, kemudian kecoklatan
didiamkan selama 30 menit dan
diencerkan pada labu ukur 25 mL.
Larutan yang dihasilkan dibaca
absorbansinya pada panjang
gelombang 443 nm dengan
menggunakan spektrofotometer
Uv-Vis.
Data Perhitungan
Y = 0,0093X – 0,0589
R2 = 0,9978
34
A(sampel) 𝑥 𝑓𝑝
Aktivitas Urease (U/mL) = Slope x T x Volume
Keterangan
A(sampel) : selisih absorbansi sampel dengan blanko
T : waktu inkubasi
V : volume sampel
Slope : kemiringan dari kurva standar ammonium sulfat
(0,517−0,006) 𝑥 25
Aktivitas Urease (U/mL) : 0,0093 x 10 x 0,5
: 274,73118 U/mL
pH 6 pH 7 pH 8 Blanko
0,298 0,629 0,364 0,006
0,299 0,614 0,364 0,006
0,292 0,631 0,363 0,006
0,296333 0,624667 0,363333 0,006
A(sampel) 𝑥 𝑓𝑝
Aktivitas Urease (U/mL) = Slope x T x Volume
0,296333−0,006 𝑥 25
pH 6 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 156,0194 U/mL
35
0,624667−0,006 𝑥 25
pH 7 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 332,6167 U/mL
0,36333−0,006 𝑥 25
pH 8 Aktivitas Urease (U/mL)= 0,0093 x 10 x 0,5
= 192,1129 U/mL
A(sampel) 𝑥 𝑓𝑝
Aktivitas Urease (U/mL) = Slope x T x Volume
0,564−0,006 𝑥 25
Tanpa Logam Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 300 U/mL
0,390−0,006 𝑥 25
Logam Cu Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 206,452 U/mL
0,454−0,006 𝑥 25
Logam Zn Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 240,860 U/mL
0,416−0,006 𝑥 25
Logam Pb Aktivitas Urease (U/mL) = 0,0093 x 10 x 0,5
= 220,430 U/mL
36