Disusun oleh
Kelompok 4
2A Farmasi
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 5
A. Latar Belakang................................................................................. 5
B. Tujuan.............................................................................................. 6
iii
F. Pemantauan Fraksi........................................................................... 36
G. Kromatografi Kolom........................................................................ 37
H. Isolasi Senyawa Aktif metode KLTP............................................... 38
I. Uji Kemurnian Isolat........................................................................ 39
J. Identifikasi Isolat Metode UV-Vis dan IR....................................... 40
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
5
khususnya pada genus Annona. Alkaloid yang ditemukan umumnya
termasuk ke dalam kelompok isokuinolina pada tumbuhan Annona
sericea.
B. TUJUAN
1. Mengetahui karakterisasi daun sirsak (Annona muricata L. ) secara
makroskopik dan mikroskopik
2. Mampu melakukan ekstraksi dengan metode maserasi untuk
mengambil suatu senyawa dari simplisia daun sirsak
3. Dapat melakukan pemekatan ekstrak dari suatu simplisia tumbuhan
obat
4. Mengetahui kandungan kimia daun sirsak (Annona Mucirata L)
dengan pendekatan skrining fitokimia
5. Melakukan pemisahan metabolit sekunder dari ekstrak tumbuhan obat
dengan metode ekstraksi cair-cair
6. Mengetahui cara pemisahan senyawa dengan metode ekstraksi cair-
cair
7. Mampu menjelaskan mekanisme terjadi pada kromatografi lapis tipis
( KLT ) dan kromatografi kertas ( KKT )
8. Mampu menjelaskan mekanisme yang terjadi pada KLT.
9. Mampu melakukan pemantaun fraksi dengan metode KLT.
10. Mampu menyiapkan dan memasang alat untuk kromatografi kolom
11. Mampu melakukan dan memahami fraksinasi dengan metode
kromatografi kolom
6
12. Untuk memisahkan senyaw aktif dalam fraksinasi Daun Sirsak
(Annona Mucirata L) menggunakan metode kromatografi Lapis Tipis
Preparatif.
13. Mengetahui metode uji kemurnian dengan KLT dua dimensi dan KLT
tiga kali pengembangan
14. Dapat melakukan uji kemurnian dengan metode KLT dua dimensi dan
KLT 3 kali pengembangan
15. Dapat mengetahui proses untuk mengidentifikasi isolate dengan
metode spektropotometri UV Vis dan ir
16. Dapat mengidentifikasi isolate
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Polycarpiceae
Family Annonaceae
Genus Annona
Spesies Annona muricata Linn.
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang,
dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan
daun mengkilap, serta berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat
banyak putik didalam satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil
majemuk, sebagian bunga terdapat dalam lingkaran dan sebagian lagi
membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara hemisklis. Daun sirsak
mengandung alkaloid, tannin dan beberapa kandungan kimia lainnya
termasuk Annoceous acetogenesis. Acetogenesis merupakan senyawa
yang memilki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang
dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan
sel kanker (Mardiana, 2011).
8
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agen. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-
komponen dalam campuran.
9
C. Pemekatan Ekstrak dan Skrining Fitokimia
Ektraksi didasarkan pada perpindahan masa komponen zat padat
kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka, kemudian berdifusi kedalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan
maka zat aktifnya akan diperoleh. Tujuan dari ektraksi yaitu untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.(Adrian.2000)
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sering di teliti. Metode
skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna
dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal terpenting dalam proses
skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ektraaksi
(kkristianti.2008)
Pada metode pemekatan ektrak dan skrining fitokimia daun sirsak
(Annona Mucirata L) menggunakan senyawa alkaloid. Alkaloid adalah
senyawa metabolit sekunder yang dalam struktur molekulnya terdapat
atom nitrogen (umumnya heterosiklik). Adanya pasangan dalam atom
nitrogen ini menyebabkkan alkaloid dapat membentuk kompleks yang
tidak larut dengan logam, logam berat. Fenomena ini merupakan dasar
bagi reaksi pengenalan adanya alkaloid dalam simplisia tumbuhan obat.
Umumnya alkaloid bersifat basa karena adanya pasangan electron
bebas pada atom nitrogennya (teori asam basa lewis). Dalam tumbuhan,
biasanya alkaloid ini merupakan dasar bagi cara isolasi maupun
pengenalannya. Pengenalann alkaloid didasarkan pada kemampuannya
membentuk senyawa kompleks tidak larut dengan pereaksi pereaksi yang
mengandung logam berat,misalnya pereaksi mayer (mengandung kalium
ioda dan reaksi (II) klorida , pereksi Dragendorf (mengandung bismuth
subnitrat(I Klorida). Alkaloid dengan pereaksi mayer akan memberikan
endapan berwarna putih, sedangkan dengan pereaksi Dragendorf akan
memberikan endapan jingga coklat. Walaupun reaksi pengenalan alkaloid
dengan kedua pereaksi tersebut merupakan reaksi pengenalan umum,
tetapi beberapa senyawa non alkaloid juga dapat mengendap dengan
10
pereaksi pereaksi tersebut diatas, misalnya protein, kumarin, α- piron,
hidroksi flavon, serta tannin. Reaksi pengenalan palsu menjadi perhatian,
selain adanya reaksi positif palsu, dengan metode ini senyawa alkaloid
kuartener dalam simplisia tidak dapat diubah menjadi alkaloid bentuk
besar dan akan tetap tinggal dalam sel, sehingga tidak dapat dikenali
dengan metode pengendapan oleh pereaksi pereaksi tersebut diatas.
Keadaan seperti inni disebut sebagai reaksi negative palsu (true false
negative).
D. Ekstrak Cair-Cair
Ektraksi cair-cair yaitu proses pemisahan senyawa alam sampel
menggunakan dua pelarut yang tidak saling campur. Solut dipisahkan dari
cairan pembawa (diluen0 menggunakan solven cair. Campuran diluen dan
solven ini adalah heterogen (immiscibe, tidak saling campur), jika
dipisahkan akan terdapat 2 fase yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven
(ekstraktan). Fase rafinat berisi residu atau sisa slut, sedangkan pada fase
ekstraktan berisi solute dan solven. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan,
bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan
(misalya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap
panas) atau tidak ekonomis.
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua pelarut yang tidak saling
campur anatar lain menggunakan alat corong pisah. Ekstraksi cair-cair
selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
antara kedua pelarut (rafinat dan ekstraktan), dan pemisahan kedua fase
cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindhn massa, yaitu solute
meninggalkan pelarut yang pertama (rafinat) dan masuk ke dalam pelarut
kedua (ekstraktan). Sampel akan terpratisi atau terdistribusi ke dalam
kedua pelarut berdasarkan kepolarannya. Perbedaan konsentrasi solute di
antara kedua pelarut merupakan pendorong terjadinya ekstraksi. Agar
terjadi perpindahan masa yang baik berarti performasi ekstraksi yang besar
haruslah dusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin
11
diantara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan
menjadi tetestetes kecil (misalnya dengan pengocokan). Pendistribusian ini
tidak boleh terlalu jauh karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi
yang sukar atau tidak dapat dipisah lagi.
Pada saat pemisahaan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-
tetes harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogeny dan
berdasarka perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari
cairan yang lain. Pad pengerjaan, setelah pemisahan selesai campuran
pelarut didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna perbandingan
konsentrasi sampel (komponen) pada kedua pelarut menjadi konstan dan
dapat diekspresikan sebagai konstanta kesetimbangan yang dinyatakan
dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi, Kp.
Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
memisahkan golongan utama memisahkan golongan utama kandungan
yang satu dari kandungan golongan utama yang lainnya. Fraksinasi
merupakan prosedur pemiahan komponen-komponen berdasarkan
perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan. Macam proses fraksinasi diantaranya sebagai berikut
1. Proses Fraksinasi Kering
Fraaksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada
berat mlekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah
dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil kemurnian
fraksinasinya rendah
2. Proses Fraksinasi Basah
Fraksinasi basah adalah suatu proses roses fraksinasi dengan
menggunakan zat pemasah atau disebut juga proses Hydrophilization
atau detergent proses. Hasil fraksi dari proses ini sama dengan
fraksinasi kering.
3. Proes Fraksinasi menggunakan solven
Solven Fractionatio ini adalah suatu proses fraksinasi dengan
menggunakan pelarut. Proes fraksinasi ini lebih mahal dibandingan
dengan proses fraksinasi lainny akrena menggunakan bahan pelarut.
12
4. Proses Frkasinasi dengan Pengembunan
Proses dengan pengembunan merupakan suatu proses frkasinasi yang
didasarkan pada titik didih dari suatu zat/bahan sehingga dihasilkan
suatu produk dengn kemurnian yang tinggi. Frkasinasi pengembunan
ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksi
lebih ceat dan kemurniannya lebih tinggi.
13
Secara umum KLT dan KKT dilakukan dengan menotolkan larutan
yang berisi sejumlah komponen pada jarak 0,5 sampai 1 cm dari tepi
kertas. Setelah kertas, maka bagian bawah kertas diceplukan dalam larutan
fase gerak atau pengambang ( developing solution )
Analisis kualitatif pada KLT dan KKT dilakukan dengan cara
menghitung harga Retention Factor ( RF ). Nilai RF dapat ditentukan
dengan cara :
Jarak Rambat Bercak
Rf =
Jark Rambat Fase Gerak
F. Pemantauan Fraksi
a. UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fluoresensi,
seperti timah cadmium sulfide, yang terdapat pada lempeng.
b. UV 366 nm
Pada UV 366 nm, noda akan berfluoresensi dan lempeng berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut.
c. Pereaksi semprot
Pereaksi semprot untuk identifikasi senyawa secara universal maka
menggunakan H2SO4 10% sedangkan apabila ingin mengetahui senyawa
14
tertentu maka menggunakan pereaksi semprot sesuai dengan senyawa
yang ditentukan.
Sedangkan fraksinasi merupakan metode yang memisahkan
golongan senyawa berdasarkan kepolaran. Senyawa yang bersifat polar
akan masuk ke pelarut polar yaitu air, senyawa yang bersifat semipolar
akan masuk ke pelarut semipolar yaitu etil asetat, dan senyawa yang
bersifat nonpolar akan masuk ke pelarut nonpolar yaitu n-heksan.
G. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah sistem kromatografi yang
menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-
komponen dalam campuran. Alat tersebut merupakan pipa gelas yang
dilengkapi dengan suatu keran dibagian bawah kolam untuk
mengendalikan aliran zat cair.
Pemisahan kromatografi kolom adsorbsi didasarkan pada adsorbdi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorbsi termask pada
pemisahan cair-padat, substrat bertindak padat bertindak sebagai fase diam
yang sifatnya tidak larut dalam zat cair. Fase geraknya berupa pelarut yang
akan berkompetisi dengan molekul-molekul komponen yang akan
dipisahkan untuk teradsorbsi pada permukaan fase diam sehingga
menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan
beberapa saat dipertemukan fase diam dan masuk kembali pada fase gerak.
Molekul moleku kompoe yang afinitasnya besar terhadap fase diam akan
tertahan lebih lama didalam kolom
Fase diam yang biasa digunakan pada kromatografi kolom
diantaranya adalah silika, alumina, selulosa dan sephadex. Penyiapan fase
diam dapat dilakukan dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur
dalam pelarut. Pengisian dilakukan degan bantuan batang pemanfat atau
pengaduk untuk memapatkan adsorben. Pada bagian dasar kolom
dimasukan gelas wool sebagai penyaring untuk mencegah penyumbatan.
Pengisian harus dilakuka secara hatihati dan sepadat mungkin agar rata
15
sehingga terhndar dari gelembung-gelembung udahara. Untuk membantu
homogenitas pengepakan biasanya setelah kolom diisi divibrasi diketok-
ketok atau dijatuhkan lemah pada plat kayu.
Pada percobaan terdapat 2 cara yaitu cara basah dan cara kering
pada cara basah adsorben dicampur dengan pelarut, kemudian campuran
dicampurkan kedalam kolom. Keuntungan dari metode ini adalah
gelembung udara dapat dihilangkan dari kolom, sedangkan cara kering
lebih mudah tapi dapat menimbulkan adanya gelembung udara dalam
kolom.
16
kaca berikutnya sampai dengan kaca terakhir. Diamkan lapisan mengering
di udara 10-20 menit lalu panaskan dalam oven 100-200C selama 1-2 jam.
17
dan eluen dibiarkan menguap. Kemudian dimasukan kedalam chamber
yang berisi eluen kedua sehingga pengebangan yang pertama isolate
diakatakan murni apabila bercak hasil pengembangan 1 dan 2 hanya
menghasilkan 1 bercak.
Uji kemurnian dengan KLT tiga kali pengembangan dilakukan
dengan cara menotolkan sampel pada bagian bawah plat KLT. Penotolan
sampel dapat berupa titik atau pita. Pengembangan sampel dilakukan
dengan cara menaik. Elusi pada KLT tiga kali pengembangan dilakukan
menggunakan eluen yang tingkat kepolarannya semakin meningkat. Pada
elusi pertama plat dimasukan ke dalam chamber yang berisi eluen yang
sifat kepolarannya paling rendah. Setelah eluen mencapai batas akhir
pengembangan, plat diangkat dan eluen dibiarkan menguap. Plat
selanjutnya dikembangkan lagi dengan sistem eluen kedua yang sifatnya
lebih polar dibandingkan dengan eluen pertama. Demikian selanjutnya
dikembangkan dengan eluen ketiga yang difatnya paling polar. Apabila
hasil pengembangan dengan ketiga sistem eluen hanya diperoleh satu
bercak maka sampel dapat dikatakan murni.
Isolat yang murni selanjutnya dapat diidentifikasi lebih lanjut
untuk karakterisisasi strkturnya dengan menggunakan instrument.
Beberapa instrument yang biasa digunakan untuk karakterisasi isolate dari
bahan alam diantaranya spektrofotometri UV Vis, Spektrofotometri IR,
Spektrofotmetri massa dan spektrofotometri resonansi magnet inti.
KLT 2 arah atau 2 dimensi ini bertujuan untuk meningkatkan
resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai
karakteristik kimiayang hamper saa, karena nilai Rf juga hampir sama.
Selain itu 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara
berurutan sehomhha memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit
yang mempunyai tingkat polaritas yang bebeda. Sampel ditotolkan pada
lempeng lalu dikembangkan dengan satu sistem fase gerakk sehingga
campuran terpisah menurt jalur yang sejajar dengan salah satu sisi.
Lempeng diangkat, dikeringkan dan diputar 90 derajat, da diletakan dalam
chamber yang berisi elue kedua sehingga bercak yang terpisah pada
18
pengembangan pertama terletak dibagian bawah sepenjang plat lalu
dikromatografi lagi.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat Bahan
Gelas ukur Simplisia Daun Sirsak
Gelas Kimia Aquadest
Tabung reaksi Etanol 96%
Objek Glass HCl 2N
Cover Glass Kloroform
Pipet tetes Pereaksi Mayer
Spatula Periaksi Dragendorf
Statif Amil Alkohol
Botol Kaca Logam Mg
Klem HCl 5N
Maserator Pereaksi FeCl3
Kertas saring Gelatin 1%
Mortir dan Stamper Eter
Corong Pereaksi anisaldehid asam sulfat
Kaki Tiga Alkohol
Kawat kasa Ekstrak Kental Daun sirsak
Lampu spirtus N heksan
Neraca Analitik Etil Asetat
Corong pisah H2SO4 10%
Plat KLT Fraksi Daun Sirsak
Chamber Silika Gel
Kolom Pasir
Vial
Pipa Kapiler
Oven
Spektrofotometri UV Vis
Spektrofotometri IR
Penyemprot DPPH
Batang pengaduk
Sinar UV
Kapas Bebas lemak
B. PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi Makroskopik dan Mikroskopik Daun Sirsak
a. Identifikasi secara makroskopik
Menyiapkan serbuk simplisia yang akan diidentifikasi.
Amati organoleptic dari simplisia.
Catat hasil yang didapat.
b. Identifikasi secara mikroskopik
20
Siapkan alat dan bahan.
Ambil sedikit simplisia daun sirsak.
Letakkan diatas objek glass, kemudian diberi sedikit pereaksi dan
tutup dengan cover glass.
Amati dibawah mikroskop.
2. Ekstraksi Simplisia Daun Sirsak
- Masukkan serbuk simplisia daun sirsak ke dalam toples, lalu
tambahkan pelarut etanol 96% sampai simplisia tersebut terendam
dan pelarut melebihi simplisia tersebut 1-2 cm. Setelah itu di aduk
- Setelah tercampu biarkan selama 4x24 jam dengan setiap hari
penggantian pelarut dan sesekali diaduk. Jangan lupa ditutup
dengan pelastik wrap
- Setelah selama 1x24 jam, filtratnya diambil dan dimasukkan ke
dalam botol kaca
- Sedangkan residunya dimasukkan kembali kedalam gelas kaca.
Dan ditambahkan dengan pelarut yang baru
- Setelah itu kembali kelangkah no.2
- lakukan sebanyak empat kali pengulangan
21
- Simplisia dipanaskan dengan campuran logam Mg kemudian HCl
5N
- Saring
- Filtrat warna merah yang dapat ditarik amil alcohol (+) Flavonoid
- Untuk lebih memudahkan lar percobaan blangko
d. Skrining senyawa Tanin dan polifenol
- Gerus simplisia
- Panaskan diatas penagas air
- Saring
- Sebagian kecil filtrat ditetesi lar. Pereaksi FeCl3
- Warna biru hitam (+) tannin dan polifenol dalam sebagian
- Filtrate diisi dengan penambahan lar. Gelatin 1%
- Endapan putih (+) tanin
e. Skrining senyawa saponin
- Simplisia+ aquadest dipanaskan
- Saring
- Filtrat yang dingin kocok selama kurang lebih 20 detik
- Pembentukan busa sekurang kurangnya 1 cm + peristem selama
beberapa menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl
f. Skrining senyawa mono dan seskuiterpenoid
- Simplisia disari dengan eter
- Sari eter diuapkan sampai kering
- Pada residu diteteskan pereaksi anilaldehid as. Sulfat vanilum as.
Sulfat
- Terebentuk warna (+) monoterpenoid dan seskuiterpenoid
- 2g serbuk simplisia
- Tambahkan 10 ml pelarut petrolameter
- Pasang corong yang telah dilapisi kapas yang telah dibasahi air
- Panaskan selama 20 menit, dinginkan
- Saring dengan kertas saring
- Filtrate diuapkan pada cawan penguap
- Residu dilarutkan dengan alcohol 1 ml
22
- Saring
- Filtrate diuapkan di cawan uap
- Residu bau aromatic (+) adanya senyawa golongan minyak atsiri
g. Skrining fitokimia steroid dan triterpenoid
- Simplisia disari dengan eter
- Residu diisi pereaksi liberman buchard
- Ungu (+) triterpenoiid hijau biru (+) steroid
h. Skrining senyawa kuinon
- Simplisia digerus
- Aquadest panaskan
- Saring
- Filtrate ditetesi lar. NaOHH
- (+) kuinon terbentuk warna kuning sampai merah
i. Skrining senyawa Kumarin
- 2 gram simplisia
- Tambahkan 10 ml pelarut kloroform
- Pasang corong yang telah dilapisi kapas
- Panaskan 10 menit diatas penagas air dinginkan
- Saring dengan kertas saring
- Filtrat diuapkan dicawan sampai kering
- Sisa (+) air panas 10 ml, dinginkan
- Masukan dalam tabng reaksi
- Tambahkan 0,5 ml lar ammonia (NH4OH) 10%
4. Ekstrak Cair-Cair
- Masukan ekstrak kental ke dalam corong pisah
- Masukn 100 ml aquadest
- Kocok secara horizontal
- Tambahkan 100 ml N-Heksan
- Kocok kembali sesekali buka tutup untuk mengeluarkaan gas
- Diamkan 24 jam
- Kemudian terbentuk pemisahan air dan n-heksan. Pisahkan fraksi
n-hekasan
23
- Lakukan 3x pengulangan dengan penambahan n-heksan 100 ml.
- Setelah pemisahan n-heksan selesai masukan fraksi air kedalam
corong pisah
- Tambahan 100 ml etil asetat
- Kocok secara horizontal
- Diamkan 24 jam
- Kemudia terbentuk pemisahan air dan etil asetat. Pisahka fraksi etil
asetat
- Lakukan 3x pengulangan
- Dan didapat 3 fraksi air, n-heksan dan etil asetat.
- Pekatkan semua farksi yang didapat.
6. Pemantauan Fraksi
- Aktivasi plat KLT dengan menggunakan oven pada suhu 105°C
selama 30 menit.
- Lalu siapkan chamber dan langsung buat fase gerak didalam
chamber dengan menggunakan n-heksan dan etil asetat
perbandingan 7:3.
- Masukkan kertas saring pada proses penjenuuhan chamber, simpan
dibagian belakang dinding chamber sampai eluen naik keatas
(kertas saring terbasahi semua).
24
- Lalu plat KLT yang telah diaktivasi diberi garis bawah dan atas
dengan jarak 0,5 – 1 cm setelah itu totolkan fraksi n-heksan, etil
asetat dan air.
- Plat KLT yang telah ditotoli dimasukkan kedalam chamber jenuh
dan ditutup. Tunggu sampai eluen naik pada plat KLT hingga batas
atas.
- Amati bercak yang terbentuk.
- Jika ingin melihat bercak lebih jelas harus menggunakan
UV254/366.
7. Kromatografi Kolom
- Siapkan set kolom kromatografi dan sumbat dengan kapas
- Masukan kapas yang sudah dibahasi dengan eluen kedalam kolom
- Masukkan pasir yang sudah dibasahi dengan eluen
- Masukkan bubur yang berisi silika gel yang telah bersatu dengan
hasil fraksi
- Lalu penambahan eluen
- Screw clam ditutup
- Proses elusi dilakukan secara bertingkat dimulai dari pelarut non
polar
- Setekah itu dilakukan KLT preparatif
25
- Masukan kertak saring dan lihat sampai eluen naik ke atas kertas
saring
- Isolat dilarutkan dengan air dan etanol menggunaka pipa kapiler
- Lalu totolkan isolat pada plat KLT yang sudah di aktivasi
- Masukan plat KLT ke dalam chamber ke 1 eluen non polar yaitu n
heksan dan tunggu hingga adanya bercak
- Selanjutnya masukan plat pada chamber ke 2 eluen semi polar
yaitu etil setat dan amati
- Lalu masukan pada chamber ke 3 berisi air
- Amati becak dengan sinar UV
- Lakukan penyemprotan dengan DPPH
- Tentukan bercak tunggal nya
26
Campuran hasil cetakan ditempatkan dalam tempat
sampel spektrofotometri IR
Isolat dianalisi dalam spektrofotometri IR
- Cair
Letakkan isolate diantara dua plat kBr atau plat NaCl
untuk membuat film tipis
Letakkan plat dalam tempat sampel
Isolate dianalisis dalam spektrofotometri IR
27
BAB IV
Gambar Gambar
28
hijau kecoklatan pada permukaan daun di atas dan coklat pada permukaan
daun di bawah. Bentuk daun jorong, bentuk permukaan daun berkerut,
bentuk tepi daun rata, susunan tulang daun yang menyirip serta
organoleptic serbuk daunnya memiliki warna hijau kecoklatan, rasa agak
kelat dan berbau khas aromatic. Sedangkan pada uji mikroskopik pada
perbesaran 400x diperoleh fragmen rambut penutup, pembuluh kayu,
stomata tipe anomositik, dan jaringan palisade. Pada fragmen yang
diperoleh dari percobaan ini lebih sedikit jumlahnya dibandingkan literatur
yang terdapat tujuh fragmen.
29
Proses maserasi 500 gram serbuk daun sirsak dilakukan selama 4 hari dan
sehari sekali sampel diaduk sehingga sampel bagian bawah berada pada
bagian atas. Jumlah pelarut yang digunakan pada maserasi ini sebanyak
7,5 Liter. Dan didapatkan hasil ekstraksi cair sebanyak 6,9 Liter, dan nilai
rendemen 5,2%
30
Skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pemeriksaan
skrining fitokimia ektrak etanol daun sirsak (Annona Mucirata L)
menunjukan adanya kandungan senyawa senyawa metabolit sekunder
berupa: Alkaloid, Flavonoid, Kuinon, Steroid, Mono dan Seskuiterpenoid
dan Polifenol.
31
D. Ekstrak Cair-Cair
32
berwarna dan berbau harum atau aroma buah ini mempunyai kemurnian
99,8% dengan kadungan impuritasnya berupa air maksimal 0,1% dan
etanol maksimal 0,1%, serta larut dalam alcohol dan mempunyai titik
didih sebesar 77 derajat celcius dengan berat jenis 0,8945 gr/ml.
Sedangkan untuk pelarut polar yang digunakan yaitu air dengan rumus
H2O. Titik didihnya adalah 100 derajat celcius dan massa jenisnya 997
kg/m3.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan
massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu
larutan, masing – masing komponen akan menguap pada titik didihnya.
Zat cair yang mendidih jika dipanaskan terus – menerus akan berubah
menjadi uap. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk mengubah zat caiir
menjadi uap seluruhnya pada titik didihnya disebut kalor uap.
Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap maka yang
menguap adalah pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan
partikel pelarut yang menguap menjadi berkurang akibatnya terjadi
penurunan tekanan uap. Jadi, dengan adanya zat terlarut menyebabkan
penurunan tekanan uap. Dengan kata lain tekanan uap larutan lebih rendah
disbanding tekanan uap pelarut murninya. Penurunan tekanan uap yang
terjadi meruakan selisih dari tekanan uap jenuh pelarut murni dengan
tekanan uap larutan. Tekanan uap larutan ideal dapat dihitung berdasarkan
suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali
tekanan uap dari komponen. Beberapa sifat larutan bergantung pada sifat
khusus dari zat terlarutnya. Dengan kata lain, pengaruh yang dapat diamati
tentang larutan tersebut bergantung pada sifat alamiah zat terlarutnya.
33
kental
100 g 1200 5 Hari 900 mL 300 mL 13
mL
34
pemanasan selama 2 menit di atas penangas air kemudian didinginkan lalu
saring kemudian dipipet tiga tetes filtrat dan dimasukkan dalam tabung
reaksi selanjutnya direaksikan dengan pereaksi Mayer terjadi kekeruhan
tetapi tidak terbentuk endapan, hal ini dikarenakan tidak semua alkaloid
bereaksi dengan pereaksi Mayer. Pengendapan yang terjadi tergantung
pada jenis alkaloidnya.
Setelah itu diambil kembali tiga tetes filtrat direaksikan dengan
pereaksi Bouchardat terbentuk endapan berwarna coklat kehitaman yang
menandakan adanya alkaloid, akan tetapi karena semua senyawa yang
mengandung unsur nitrogen dapat bereaksi dengan pereaksi Bouchardat
maka dilakukan identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis. Proses
identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen etil
asetat : metanol : air dengan perbandingan 16 : 1: 2 tujuan dipilihnya tiga
pelarut tersebut karena masing-masing pelarut memiliki kepolaran yang
berbeda sehingga senyawasenyawa dengan kepolaran yang berbeda dapat
terpisahkan dengan eluen tersebut. Deteksi bercak dengan menggunakan
sinar UV 254 nm. Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi
sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Hasil setelah dilihat di bawah sinar UV 254 nm noda atau bercak
tidak tampak, dikarenakan tidak semua noda atau bercak yang
menandakan adanya alkaloid bisa dilihat dengan UV 254 nm oleh karena
itu lempeng disemprot dengan pereaksi Dragendorff untuk menampakkan
noda atau bercaknya. Setelah lempeng disemprot dengan pereaksi
dragendorff terdapat bercak berwarna jingga yang dapat dilihat secara
langsung. Bercak berwarna jingga ini menandakan adanya senyawa
golongan alkaloid pada daun sirsak. Harga Rf yang didapatkan setelah
dihitung adalah 0,76.
Berdasarkan Harborne (1987) nilai Rf 0,76 tidak masuk dalam
kisaran 12 alkaloid yang paling umum yaitu 0,07 – 0,62 namun dengan
melihat hasil identifikasi dengan pereaksi kimia dan kromatografi lapis
tipis dapat dinyatakan bahwa daun sirsak mengandung senyawa alkaloid.
35
F. Pemantauan Fraksi
Identifikasi secara kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan untuk
mengetahui isi kandungan senyawa kimia dan menetapkan kebenaran yang
terdapat pada ekstrak etanol daun sirsak dan masing-masing fraksinya.
Senyawa yang diidentifikasi adalah alkaloid. Campuran yang akan
dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada pelat berupa bercak. Setelah
pelat ditotolkan, ditaruh dalam bejana tertutup rapat yang fase gerak.
Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler. Hasil pemeriksaan yang
diperoleh diidentifikasi dibawah sinar UV (254 dan 366 nm) ditandai
dengan ada atau tidaknya fluoresensi. Apabila ingin melihat bercak
senyawa secara spesifik seperti pada senyawa alkaloid maka harus
menggunakan penampak bercak/noda dengan pereaksi Dragendorff. Jika
timbul warna coklat atau jingga setelah penyemprotan pereaksi
Dragendorff menunjukkan adanya alkaloid. Bila tanpa pereaksi kimia, di
bawah sinar UV 366 nm, alkaloid akan berfluoresensi biru, biru-hijau atau
ungu dan pada UV 254 nm terjadi peredaman coklat kehitaman (Depkes
1989).
Berdasarkan literatur diperoleh hasil pemantauan fraksi dengan metode
KLT yaitu sebagai berikut:
36
pada UV 366 nm. terlihat jelas berfluoresensi biru. Namun pada literatur
penelitian ini hanya menguji senyawa alkaloid dengan spektro UV 254 dan
366 nm saja tidak dengan pereaksi Dragendorff.
G. Kromatografi Kolom
37
fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diama akan menahan komponen
campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal,
sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat.
Pemisahan suatu senyawa dari senyawa lain dalam suatu ekstrak,
dimana senyawa-senyawa itu akan terpartisi sesuai tingkat kepolarannya,
Dimana fase diam yang digunakan adalah bubuk silika kasar yang
dimampatkan pada kolom yang terlebih dahulu di masukkan kapas untuk
mencegah silikanya turun, dan digunakan kertas saring agar proses partisi
dapat berjalan baik dan lebih selektif Karen lewat pori-pori penggunaan
perbandingan eluen tertentu berguna untuk mempartisi ekstrak dan
digunakan dari yang paling non polar lalu paling polar agar proses
pemisahan lebih baik dan di bantu dengan bantuan gaya gravitasi.
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
dan identifikasi senyawa aktiif dari fraksi Lamtoro (Leucaena
leucocephala Lmenggunakan kromatografi lapis tipis preparative.
Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pemisahan
senyawa aktif dari fraksi Lamtoro (Leucaena leucocephala Lmenggunakan
kromatografi lapis tipis preparative.
Cara kerja dari praktikum ini yaitu, Disiapkan alat dan bahan yang
akan di gunakan kemudian dimasukkan lempeng yang telah di totol dalam
chamber yang berisi eluen. Diamati eluen yang naik sampai batas tanda,
kemudian diamati pada lampu UV 254 nm dan 366 nm kemudian
disemprot dengan DPPH.
Pada praktikum KLTP digunakan 2 hasil jenis fraksi yaitu fraksi
dari hasil KKK dan KCV. Dimana fraksi KKK yang diambil itu fraksi
berwarna Hijau sedangkan pada KCV fraksi yang diambil yaitu yang
berwarna kuning. Tujuannya untuk membandingkan fraksi yang mana
paling Nampak noda untuk dikerok. Dimana hasil yang diperoleh yaitu
fraksi dari KCV yang paling baik atau paling bagus, karena bercak pita
38
yang terbentuk terbentuknya beberapa pita pada lempeng KLTP dimana
pita yang akankeruk pada lempeng adalah pita yang memiliki warna yang
lebih kuning berlatar ungu yang dapat disebut sebagai fraksi aktif,.
39
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi.Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366
terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi
pada sinar UV 366 nm.
40
850,55 C-H
777,26 aromatik
721,33
651,89
41
42
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pemantauan fraksi dengan metode KLT diperoleh hasil positif
alkaloid pada fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat yang terlihat pada sinar UV 254
nm terjadi peredaman coklat kehitaman sedangkan pada UV 366 nm. terlihat jelas
43
berfluoresensi biru. Pemisahan komponen alkaloid dengan metode kromatografi
kolom dan KLT preparatif menghasilkan 3 noda alkaloid (D3 ; D4; D5). Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan kromatografi lapis tipis
preparatif nilai Rf pada fraksi 1 yaitu 0,94118 cm dan nilai Rf untuk fraksi 2
yaitu 0,76471 cm.
44
DAFTAR PUSTAKA
Antibakteri Dari Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat dan n-Heksana Daun
Asetat dan Air Dari Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap
Bobsaid, Fitri Amalia . 2018 . Review Jurnal : Identifikasi Alkaloid pada Daun
Trisakti, Jakarta
Pustaka Bunda
45
Amsterdam.
Semarang.
Jakarta.
Publishing:New York.a
America
46
LAMPIRAN
Pembuluh kayu
Rambut penutup
Gambar Keterangan
Proses memasukkan simplisia ke dalam toples kaca
47
Proses menambahkan eluen ke dalam toples kaca yang
berisi simplisia serbuk
48
Kuinon (+) Flavonoid (+) Dragendorf (+)
Skrining fitokimia dari ekstrak kental daun sirsak
Saponin (-)
Ekstrak Cair-cair
49
Pemantauan Fraksi
Kromatografi Kolom
50
Identifikasi Isolat
51