Disusun oleh:
Kelompok C2-2
Rindi Valent Sabatines 172210101054
Novia Paramitha 172210101105
Nimas Putri Ariyanti B 172210101119
Yenika Ayumega Dianatri 172210101120
Syahdan Nur Prayogo 172210101147
Kristia Cesaria Destianti 172210101149
Ima Zahrotul Awwaliyah 172210101151
Adelia Nadyana Arief P 1722101011153
Ema Prastiwi Refayani 172210101157
Putri Wulan Suciyanti 172210101158
Erna Putri Iliyin 172210101160
Nilam Ardiningtyas 172210101162
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI ............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... iii
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. iii
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... iii
1.3 Tujuan Praktikum ...................................................................................................................... iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... iv
2.1 Jambu Biji .................................................................................................................................... iv
2.1.1 Taksonomi Tanaman ........................................................................................................... iv
2.1.2 Manfaat Daun Jambu Biji ................................................................................................... iv
2.2. Macam-Macam Simplisia ........................................................................................................... v
2.3. Ekstraksi .................................................................................................................................... vii
2.3.1. Maserasi .............................................................................................................................. vii
2.3.2. Infusi ................................................................................................................................... viii
2.3.3. Pemasakan ......................................................................................................................... viii
2.3.4. Dekoksi ............................................................................................................................... viii
2.3.5. Perkolasi ............................................................................................................................. viii
2.3.6. Ekstrasi kontinyu dengan pemanasan (sokhletasi) .......................................................... ix
2.3.7. Ekstraksi dengan alkohol teknis secara fermentasi .......................................................... x
2.3.8. Ekstraksi kontinyu secara lawan arah .............................................................................. xi
2.4 Cairan Penyari ............................................................................................................................ xi
2.5. Rendemen................................................................................................................................... xii
BAB. III PROSEDUR KERJA .......................................................................................................... xiii
3.1. Alat dan Bahan:........................................................................................................................ xiii
3.2 Prosedur kerja ........................................................................................................................... xiii
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................ xiv
4.1 Hasil pengamatan ...................................................................................................................... xiv
4.2 Pembahasan ............................................................................................................................... xiv
BAB. V PENUTUP ............................................................................................................................. xvii
5.1. Kesimpulan .............................................................................................................................. xvii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ xviii
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Secara garis besar, ekstraksi
terdiri dari dua macam yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstraksi cara panas. Ekstraksi cara
dingin merupakan metode yang tidak melibatkan proses pemanasan selama proses ekstraksi.
Metode ekstraksi cara dingin ada dua, yaitu maserasi dan perkolasi. Sedangkan ekstraksi cara
panas merupakan ekstraksi yang melibatkan panas dalam prosesnya. Cara ekstraksi panas
misalnya : refluks, soxhlet, dan digesti
Daun jambu biji digunakan sebagai sumber antioksidan alami, karena di dalam daun
jambu biji terkandung tanin dimana tanin merupakan senyawa polifenol yang berfungsi
sebagai antioksidan. Keseluruhan bagian dari tumbuhan jambu biji memiliki efek
farmakologis yang dapat berguna bagi kesehatan. Hanya saja kandungan zat aktif dan
khasiatnya berbeda-beda. Pada bagian daun, terdapat empat jenis flavonoid yang berkhasiat
sebagai antibakteri dan juga kandungan zat aktif lainnya yang memiliki aktivitas farmakologis
seperti antiinflamasi, analgesik, dan antioksidan. Untuk mendapatkan senyaawa-senyawa
yang memiliki manfaat tersebut maka perlu dilakukan ekstraksi dari daun jambu biji.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Subdivisi : Angiospermae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik untuk
kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan
ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita.
Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik.
Pada umumnya daun jambu biji (P. Guajava L.) digunakan untuk pengobatan seperti
diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah meninggi,
sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur atau sakit gigi dan demam berdarah.
2.3. Ekstraksi
Tujuan dari suatu proses ekstraksi adalah untuk memperoleh suatu bahan aktif yang
tidak diketahui, memperoleh suatu bahan aktif yang sudah diketahui, memperoleh
sekelompok senyawa yang struktur sejenis, memperoleh semua metabolit sekunder dari suatu
bagian tanaman dengan spesies tertentu, mengidentifikasi semua metabolit sekunder yang
terdapat dalam suatu mahluk hidup sebagai penanda kimia atau kajian metabolisme.
Teknik ekstraksi yang ideal adalah teknik ekstraksi yang mampu mengekstraksi bahan
aktif yang diinginkan sebanyak mungkin, cepat, mudah dilakukan, murah, ramah lingkungan
dan hasil yang diperoleh selalu konsisten jika dilakukan berulang-ulang. Adapun teknik
ekstraksi konvensional antara lain, adalah:
2.3.1. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan melakukan perendaman bagian tanaman secara utuh atau
yang sudah digiling kasar dengan pelarut dalam bejana tertutup pada suhu kamar selama
sekurang-kurangnya 3 hari dengan pengadukan berkali-kali sampai semua bagian tanaman
yang dapat larut melarut dalam cairan pelarut. Keuntungan proses maserasi diantaranya
adalah bahwa bagian tanaman yang akan diekstraksi tidak harus dalam wujud serbuk yang
halus, tidak diperlukan keahlian khusus dan lebih sedikit kehilangan alkohol sebagai pelarut
seperti pada proses perkolasi atau sokhletasi. Sedangkan kerugian proses maserasi adalah
perlunya dilakukan penggojogan/pengadukan, pengepresan dan penyaringan, terjadinya residu
pelarut di dalam ampas, serta mutu produk akhir yang tidak konsisten.
2.3.2. Infusi
Infusi dibuat dengan maserasi bagian tanaman dengan air dingin atau air mendidih
dalam jangka waktu yang pendek. Pemilihan suhu infus tergantung pada ketahanan senyawa
bahan aktif yang selanjutnya segera digunakan sebagai obat cair. Hasil infus tidak bisa
digunakan dalam jangka waktu yang lama karena tidak menggunakan bahan pengawet.
Namun pada beberapa kasus, hasil infusi (larutan infus) dipekatkan lagi dengan pendidihan
untk mengurangi kadar airnya dan ditambah sedikit alkohol sebagai pengawet.
2.3.3. Pemasakan
Proses pemasakan merupakan proses maserasi yang dilakukan dengan pemanasan
secara perlahan-lahan selama proses dekantasi. Proses ini dilakukan jika bahan aktif dalam
bagian tanaman tidak mengalami kerusakan oleh pemanasan hingga mencapai suhu di atas
suhu kamar. Dengan penggunaan sedikit panas, maka efisiensi pelarut dalam mengekstrak
bahan aktif dapat meningkat.
2.3.4. Dekoksi
Pada proses dekoksi, bagian tanaman yang berupa batang, kulit kayu, cabang, ranting,
rimpang atau akar direbus dalam air mendidih dengan volume dan selama waktu tertentu
kemudian didinginkan dan ditekan atau disaring untuk memisahkan cairan ekstrak dari
ampasnya. Proses ini sesuai untuk mengekstrak bahan bioaktif yang dapat larut dalam air dan
tahan terhadap panas. Ekstrak Ayurveda yang disebut quath atau kawath diperoleh melalui
proses dekoksi. Rasio antara massa bagian tanaman dengan volume air biasanypea 1:4 atau
1:16. Selama proses perebusan terjadi penguapan air perebus secara terusmenerus, sehingga
volume cairan ekstrak yang diperoleh biasanya hanya seperempat dari volume semula.
Ekstrak yang pekat ini selanjutnya disaring dan segera digunakan atau diproses lebih lanjut.
2.3.5. Perkolasi
Perkolasi merupakan teknik yang paling sering digunakan untuk mengekstrak bahan
aktif dari bagian tanaman dalam penyediaan tinktur dan ekstrak cair. Sebuah perkolator,
biasanya berupa silinder yang sempit dan panjang dengan kedua ujungnya berbentuk kerucut
yang terbuka. Bagian tanaman yang akan diekstrak dibasahi dengan sejumlah pelarut yang
sesuai dan dibiarkan selama kurang lebih 4 jam dalam tangki tertutup. Selanjutnya, bagian
tanaman ini dimasukkan ke dalam perkolator dan bagian atas perkolator ditutup. Sejumlah
pelarut biasanya ditambahkan hingga membentuk lapisan tipis di bagian tanaman yang akan
dieskstrak. Bagian tanaman ini dibiarkan mengalami maserasi selama 24 jam dalam
perkolator tertutup. Setelah itu, cairan hasil perkolasi dibiarkan keluar dari perkolator dengan
membuka bagian pengeluaran (tutup bawah) perkolator. Sejumlah pelarut ditambahkan lagi
(seperti membilas) sesuai dengan kebutuhan hingga cairan ekstrak yang diperoleh menjadi
kurang lebih tiga per empat dari volume yang diinginkan dalam produk akhir. Ampas
ditekan/dipress, dan cairan yang diperoleh ditambahkan ke dalam cairan ekstrak. Selanjutnya,
sejumlah pelarut ditambahkan lagi ke dalam cairan ekstrak untuk memeperoleh ekstrak
dengan volume yang diinginkan. Campuran ekstrak yang diperoleh dijernihkan dengan
penyaringan atau sedimentasi dengan dilanjutkan dengan dekantasi.
Embunan pelarut ini akan merayap turun menuju kantong berpori yang berisi bagian
tanaman yang akan diekstrak. Kontak antara embunan pelarut dan bagian tanaman ini
menyebabkan bahan aktif terekstraksi. Ketika ketinggian cairan dalam tempat ekstraksi
meningkat hingga mencaapai puncak kapiler maka cairan dalam tempat ekstraksi akan
tersedot mengalir ke labu selanjutnya.
Proses ini berlangsung secara terus-menerus (kontinyu) dan dijalankan sampai tetesan
pelarut dari pipa kapiler tidak lagi meninggalkan residu ketika diuapkan. Keuntungan dari
proses ini jika dibandingkan dengan proses-proses yang telah dijelaskan sebelumnya adalah
dapat mengekstrak bahan aktif dengan lebih banyak walaupun menggunakan pelarut yang
lebih sedikit. Hal ini sangat menguntungkan jika ditinjau dari segi kebutuhan energi, waktu
dan ekonomi. Pada skala kecil, proses ini hanya dijalankan secara batch. Namun, proses ini
akan lebih ekonomis jika dioperasikan secara kontinyu dengan skala menengah atau besar.
Beberapa keuntungan ekstraksi sokhletasi adalah sampel bagian tanaman
terusmenerus berkontak dengan embunan pelarut segar yang turun dari kondenser sehingga
selalu mengubah kesetimbangan dan memepercepat perpindahan massa bahan aktif, suhu
ekstraksi cenderung tinggi karena panas yang diberikan pada labu destilasi akan mencapai
sebagian ruang ekstraksi, tidak memerlukan penyaringan setelah tahap leaching, kapasitas alat
ekstraksi dapat ditingkatkan dengan melakukan ekstraksi secara kontinyu atau paralel karena
harga peralatannya cukup murah, dan bahkan mampu mengekstraksi sampel yang jauh lebih
banyak jika dibandingkan dengan teknik ekstraksi yang baru, peralatan dan pengoperasian
alatnya sederhana sehingga hanya memerlukan sedikit latihan untuk mengoperasikan alat
ekstraksi dengan baik, ekstraksi sohlet tidak bergantung pada bagian tanaman yang akan
diekstrak. Kelemahan ekstraksi dengan sokhlet ini adalah jika dibandingkan dengan teknik
ekstraksi yang lain maka teknik ekstraksi ini memerlukan ekstraksi yang panjang dan pelarut
yang banyak. Hal ini menyebabkan timbulnya biaya tambahan utnuk membuang/mengolah
sisa pelarut dan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Karena sampel diekstraksi
pada titik didih pelarut dalam jangka waktu yang cukup lama, maka bahan aktif yang tidak
tahan panas dapat mengalami dekomposisi. Alat ekstraksi sokhlet tidak mempunyai pengaduk
untuk mempercepat proses ekstraksi. Penguapan/pemekatan ekstrak perlu dilakukan karena
ekstraksi dengan sokhlet menggunakan pelarut dalam jumlah besar. Teknik ekstraksi ini juga
dibatasi oleh selektivitas pelarut dan susah dioperasikan secara otomatis.
1. Kapasitas besar
2. Selektif
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara
memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan
wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.
4. Harus dapat diregenerasi
5. Relative tidak mahal
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap
7. Viskositas cukup rendah
Salah satu pelarut universal adalah etanol. Etanol memiliki nama lain yaitu etil alkohol
dengan rumus kimia 𝐶2 𝐻6 𝑂. Etanol dapat bercampur praktis dengan air dan pelarut organik.
2.5. Rendemen
Rendemen merupakan suatu nilai penting dalam pembuatan produk. Rendemen adalah
perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat bahan baku (Yuniarifin,
Bintoro, dan Suwarastuti, 2006). Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat
akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan)
dikalikan 100% (Sani et al, 2014).
Hasil rendemen ekstrak dapat dihitung dengan rumus :
Nilai rendemen juga berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung pada
tumbuhan yang akan diekstraksi. Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang terkandung
dalam tubuh hewan maupun tumbuhan. Semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan
menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak. Sejalan dengan Nurhayati et al.
(2009) yang menyatakan bahwa nilai rendemen yang tinggi menunjukkan banyaknya
komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya. Semakin besar rendemen yang dihasilkan,
maka semakin efisien perlakuan yang diterapkan dengan tidak mengesampingkan sifat-sifat
lain.
Rendemen suatu ekstrak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu
metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan,
lama waktu ekstraksi, perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah pelarut yang digunakan
dan jenis pelarut yang digunakan (Salamah, 2002).
Metode ekstraksi yang dipilih dapat mempengaruhi besarnya rendemen karena adanya
perbedaan perlakuan dari masing-masing metode seperti adanya perbedaan suhu, jenis
pelarut, dan lama ekstraksi. Semakin lama waktu ekstraksi, semakin tinggi rendemen yang
diperoleh, karena kesempatan bereaksi antara bahan dengan pelarut semakin lama sehingga
proses penetrasi pelarut kedalam sel simplisia semakin baik yang menyebabkan semakin
banyak senyawa yang berdifusi keluar sel (Mardina, 2011).
BAB. III PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan:
• Alat:
- Penangas air
- Corong Buchner
- Shaker incubator
- Erlenmeyer
• Bahan:
- Etanol 96%
Diekstrak dengan metode digesti pada suhu 500 C kecepatan 100 rpm selama 1 jam
Filtrate diuapkan dengan penguap putar (rotary evaporator) dengan penangas air
hingga diperoleh ekstrak kental
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
PENGAMATAN HASIL PERHITUNGAN
% rendemen 19,04 %
Perhitungan :
= 187,5 ml
= 4,76 g / 25 g X 100%
= 19,04 %
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen suatu campuran homogeny
menggunakan pelarut cair atau solven sebagat sparating agent (Aditya.2015). Sedangkan
ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk.(farmakope Indonesia edisi 3.1979)
Saat melakukan ekstraksi pemilihan solven merupakan hal yang paling penting dan
mempengaruhi dalam proses ekstraksi. Solven harus sesuai dan dapat menarik zat yang
diinginkan dalam suatu simplisia. Sehingga perlu adanya pemahaman mengenai karakteristik
dari solven dan zat yang akan diekstraksi. Menurut (Aditya.2015) solven yang dipilih harus
memiliki sifat :
Sedikit mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven dapat atau tidak
melarutkan diluen
Tidak mudah menguap saat ekstraksi
Mudah dipisahkan dari solute sehingga dapat dipergunakan kembali
Tersedia dan tidak mahal
1. Maserasi : merupakan cara yang sederhana yang hanya dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kanenia et al.2011 tentang jambu buji
didapatkan hasil tes skrinning fitokimia sebagai berikut :
Alkaloid Dragendroft + +
Mayer + ++
Wagner + +++
Fenobatanin HCl - -
Triterpen H₂SO₄ + ++
Steroid Liebermann- + -
burchard
saponin Test buih + +++
Kardiak glikosida Killer- killanni +++ -
Keterangan :
- : tidak ada
+ : rendah
++ : sedang
+++ : tinggi
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI
Press.
Atun, Sri. 2014. Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan Alam.
Jurnal konservasi cagar budaya borobudur. 8 (2), 53-61
Dewanti TW, Wulan SN, Indira NC. 2005. Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Produk
Kering, Instan dan Effervescent dari Buah Mahkota Dewa[Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.Jurnal Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, vol. 6, no. 1, hh.
29-36.
Dinata A. 2009. AtasiJentik DBD dengan Kulit
Jengkol.
http://arda.studentsblog.undip.ac.id/2009/10/18/atasi-jentik-dbd-dengan-kulit-
jengkol.
Diakses tanggal 9 September 2019.
Endah, R. D., Sperisa, D., Adrian, N., Paryanto, 2007. “Pengaruh Kondisi Fermentasi
terhadap Yield Etanol Pada Pembuatan Bioetanol Dari Pati Garut”, Gema Teknik.
Hardiningtyas, S.D. 2009. Aktivitas antibakteri ekstrak karang lunak Sarcophyton sp yang
difragmentasi dan tidak difragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan
Seribu, Skripsi, Bogor:Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan obat masyarakat Dayak
Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Keil, F. J. 2007. Modeling of Process Intensification. In Alupului, A., Ioan Calinescu, and
Vasile Lavric. 2009. Ultrasonic Vs. Microwave Extraction Intensification of Active
Principles From Medicinal Plants. AIDIC Conference Series, Vol. 9 2009 page 1-8.
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 261/MENKES/SK/IV/2009 Tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi
Pertama. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Terjemahan A. Saptoraharjo. UI Press:
Jakarta.
Mardina, P. Pengaruh Kecepatan Putar Pengaduk dan Waktu Operasi pada Ekstraksi
Tannin dari Mahkota Dewa. Jurnal Kimia. 2011; 5(2): 125-132.
Nurhayati, T., Aryanti, D., dan Nurjanah. 2009. Kajian Awal Potensi Ekstrak Spons
Sebagai Antioksidan. Jurnal Kelautan Nasional. 2:43-51
Nohong. 2009. Skrining Fitokimia Tumbuhan Ophiopogon Jaburan Lodd dari Kabupaten
Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Pembelajaran Sains. 5(2): 172-178.
Parimin, 2005. Jambu Biji. Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar Swadaya,
Jakarta
Salamah, N. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kelengkeng (Euphoria longan
(L) Steud.) dengan Metode Penangkapan Radikal 2,2’- Difenil-1-Pikrilhidrazil.
Pharmaciana. 2015; 5(1): 25-34.
Santana, C.M., Z.S. Ferrera, M.E.T. Padron, and J.J.S. Rodriquez. 2009. Methodologies for
The Extraction of Phenolic Compounds from Enviromental Samples : New
Approaches. Molecules. Vol. 14. Hal. 298-320.
Sarker, Satyajit D., Zahid Latif, & Alexander I. Gray (Ed). (2006). Natural Products
Isolation. Totowa : Humana Press.
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Corong Buchner dikondisikan Disaring filtrat dari ampas Filtrat yang dihasilkan setelah
agar vakum sehingga dapat dengan corong Buchner penyaringan dengan corong
menyaring filtrat dengan Buchner
maksimal
Pemasangan corong Pemasangan corong untuk Filtrat diuapkan dengan
yangberisikan filtrat menampung pelarut yang penguap putar (rotary
telah diuapkan evaporator) dilanjutkan dengan
penangas air hingga diperoleh
ekstrak kental