Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING FITOKIMIA

OLEH :
LISA KUSUMA WARDHANI 122210101087
NOVIALDA NITIYACASSARI 122210101089
LUISA FATMA S 122210101091
ANANDINI AULIA S 122210101093
NURUL QOMARIYAH 122210101095
ANNISA RAGDHA 122210101097
MAGFIROH FITDIYAWATI 122210101099
FIRDAUSIA IRAWANDA 122210101101
MUH. AGUS MAULUDDIN 122210101103
PUTRI KARTIKA NINGSIH 122210101105
ARIMBI SULISTYO KARTIKA 122210101109
HARIS RAUDHATUZAKINAH DWIPUTRI 122210101111
ALNI RISKYNA HASAN 122210101115
MOHAMAD NOR ZAENUDIN 122210101117

LABORATORIUM FITOKIMIA
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2014
I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengetahui cara identifikasi senyawa golongan alkaloid, glikosida


saponin, triterpenoid, steroid, flavonoid, polifenol, tanin, dan antrakinon.

II. TEORI DASAR

Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam yang terdiri atas
berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-
senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan
ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder. Berbagai metode yang dapat
digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder antara lain dengan metode tabung dan
dengan metode KLT (kromatografi Lapis Tipis).
II.1Metode Tabung

Metode Tabung merupakan metode yang paling sederhana karena tidak


menggunakan alat yang canggih dan masih manual. Sebelum melakukan uji tabung
terlebih dahulu melakukan uji pendahuluan dengan menggunakan larutan KOH 5%
yang menghasilkan warna intensif. Selanjutnya melakukan pengujian metode tabung
pada beberapa senyawa misalnya alkaloid, tanin, saponin, polifenol dll dengan
menggunakan beberapa pelarut diantaranya NaCl 2%, FeCl, NaOH 2N dll.

II.2Metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

KLT (Kromatogfafi Lapis Tipis) adalah metode pemisahan fitokikimia lapisan


yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam) ditempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan, berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak atau noda (awal), setelah
plat atau lapisan ditaruh dalam bejana tetutup rapat yang berisi larutan pengembang
yang cocok (fase gerak) pemisahan terjadi perambatan kapiler.
Senyawa uraian yang akan di teliti antara lain :
1. Steroid atau triterpenoid
Triterpeoid adalah seyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprane dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C3O asiklik yaitu skulen.
Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit kebanyakan berupa alkohol, aldehida atau
sama seperti karbohidrat. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Lieberman-
Buchard (aldehida asetat H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpen dan sterol
memberikan warna hijau-biru.
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang larut air, dapat diekstrasi dengan etanol 70%
dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini dikocok dengan eter minyak bumi.
Flavonoid berupa senyawa fenil oleh karakter itu warnanya berubah bila ditambah
basa atau amonia. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjungsi sehingga
akan menunjukan pita serapan yang kuat pada sinar UV (ulta violet) dan sinar
tampak.
3. Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti termasuk dalam senyawa fenolik.
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut
dalam air.
4. Saponin
Saponin atau glikosida sapongenin adalah salah satu tipe glikosida yang tersebar
luas dalam tanaman. Tipe saponin terdiri dari sapongenin yang merupakan molekul
aglikon dan sebuah gula. Saponin merupakan senyawa yang menimbulkan busa jika
dikocok dengan air, pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah
merah, sering digunakan sebagai detergen.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

- Chamber - Kertas saring

- Tabung reaksi - Hot plate

- Batang pengaduk - Beaker glass

- Corong - Gelasukur

- Vial - Stirer

- Penotol mikro - Pinset

- Lempeng KLT - Spatula

3.2 BAHAN - Pereaksi Wagner

- Ekstrak daun mimba - Pereaksi Mayer

- HCl - Dragendorf
- Anisaldehid

- FeCl3

- NaCl

- NH4OH

- KOH

- Aquadest

- H2SO4
IV. CARA KERJA

Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid

1. Penyiapan Sampel

2. Reaksi Pengendapan
3. KLT

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel gel GF 254

Fase gerak : etil asetat : metanol : air (9 : 2 : 2)

Penampak noda : Pereaksi Dragendorf

Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terjadinya noda warna jingga.

Identifikasi Glikosida Saponin, Triterpenoid, dan Steroid

1. Uji Buih
2. Uji Salkowski

3. KLT

Identifikasi terpenoid atau steroid bebas

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : kiesel gel GF 254

Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)

Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat (dipanaskan)

Adanya terpenoid atau steroid ditunjukkan dengan terjadinya warna merah


ungu atau ungu.
Identifikasi sapogenin steroid atau triterpenoid

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fasen gerak : n-heksana etil asetat (4 :1)

Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat (dipanaskan) atau antimon

klorida

Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna merah ungu (ungu)


untuk anisaldehida asam sulfat dan merah muda untuk antimon klorida.
Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid

1. Reaksi Warna

o Uji Bate-Smith dan Metcalf


o Uji Wilstater

2. KLT

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel gel GF 254

Fase gerak : butanol : asam asetat glacial : air (4 : 1 : 5)

Penampak noda : Pereaksi sitrat borat atau uap ammonia

Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terjadinya noda warna kuning.


Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol dan Tanin

1. Reaksi Warna

Uji Ferriklorida
Uji Gelatin

2. KLT

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel gel GF 254

Fase gerak : kloroform : etil asetat (1 : 9)

Penampak noda : Pereaksi FeCl3

Adanya polifenol ditunjukkan dengan terjadinya noda warna hitam.


Identifikasi Senyawa Golongan Antrakinon

1. Reaksi Warna

Uji Borntrager
Uji Modifikasi Borntrager

2. KLT

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :

Fase diam : Kiesel gel GF 254

Fase gerak : toluen : etil : asam asetat (75 : 24 : 1)

Penampak noda : Larutan 10% KOH dalam metanol

Adanya antrakinon ditunjukkan dengan terjadinya noda warna kuning, kuning


coklat, merah ungu, atau hijau ungu.
V. HASIL

Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid

1. Reaksi Pengendapan

Larutan IA + pereaksi Mayer negatif (tidak keruh atau tidak ada endapan)

Larutan IB + pereaksi Wagner positif (keruh atau ada endapan)

2. KLT

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : Etil asetat : etanol : air (9 : 2 : 2)

Penampak noda : Pereaksi Dragendorf

Hasil : Negatif, karena pada lempeng KLT yang telah di semprot

pereaksi dragendorf tidak timbul noda warna jingga

Identifikasi Glikosida Saponin, Triterpenoid, dan Steroid

1. Uji Buih

Ekstrak + aquadest dikocok negatif (tinggi buih kurang dari 3 cm)

2. Uji Salkowski

Larutan IIB + H2SO4 pekat negatif (tidak timbul cincin berwarna merah)

3. KLT

Identifikasi sapogenin steroid atau triterpenoid

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : n-heksana : etil asetat (4 : 1)

Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat

Hasil : Negatif, karena pada lempeng KLT yang telah di

semprot anisaldehida asam sulfat tidak timbul noda

warna merah ungu atau ungu

Identifikasi terpenoid atau steroid bebas

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : n-heksana : etil asetat (4 : 1)


Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat

Hasil : positif, karena pada lempeng KLT yang telah di

semprot anisaldehida asam sulfat timbul noda

warna merah ungu atau ungu

Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid

1. Reaksi Warna

Uji Bate-Smith dan Metcalf

Larutan IIIB + HCl pekat dipanaskan negatif (larutan tidak berwarna merah
terang atau ungu)

Uji Wilstater

Larutan IIIC + HCl pekat + 4 potong Mg negatif (larutan tidak berwarna


merah jingga)

2. KLT

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : butanol : asam asetat glacial : air (4 : 1 : 5)

Penampak noda : Pereaksi sitrat borat

Hasil : positif, karena pada lempeng KLT yang telah di

semprot pereaksi sitrat borat timbul noda warna kuning

Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol dan Tanin

1. Reaksi Warna

o Uji Ferriklorida

Larutan IVC + FeCl3 positif (ada endapan dan berubah warna menjadi
hijau kehitaman)

o Uji Gelatin

Larutan IVB + gelatin + NaCl 10% positif (ada endapan putih)

2. KLT

Fase diam : Kiesel Gel GF 254


Fase gerak : kloroform : etil asetat (1 : 9)

Penampak noda : Pereaksi FeCl3

Hasil : positif, karena pada lempeng KLT yang telah di

semprot pereaksi FeCl3 timbul noda warna hitam

Identifikasi Senyawa Golongan Antrakinon

1. Reaksi Warna

Uji Borntrager

Larutan VB + ammonia dikocok negatif (larutan tidak berwarna merah)

Uji Modifikasi Borntrager

Larutan VIB + ammonia negatif (larutan tidak berwarna merah atau merah
muda pada lapisan alkalis)

2. KLT

Fase diam : Kiesel Gel GF 254

Fase gerak : toluen : etil : asam asetat (75 : 24 : 1)

Penampak noda : Larutan 10% KOH dalam metanol

Hasil : negatif, karena pada lempeng KLT yang telah di

semprot larutan 10% KOH dalam metanol tidak timbul

noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu atau


hijau ungu
VI. PEMBAHASAN

Pendekatan skrining fitokimia meliputi analisis kualiatif kandungan kimia


dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah, biji),
terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif, yaitu alkaloid, antrakinon,
flavonoid, glikosida jantung, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin (polifenol),
minyak atsiri (terpenoid), dan sebagainya. Adapun tujuan utama dari pendekatan
skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan
bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan.

Keberadaan metabolit sekunder dapat diidentifikasi dengan melakukan uji penapisan


atau skrining fitokimia menggunakan perlakuan dan pemberian pereaksi-pereaksi
tertentu:

1. Identifikasi alkaloid

Alkaloid merupakan kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam


bentuk gugus fungsi amin. Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder
yang besar. Pada umumnya, alakaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom N sebagai bagian dalam surem siklik.

Struktur alkaloid beraneka ragam dari yang sederhana sampai yang rumit, dari
efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang
sederhana, tetapi yang efeknya tidak sederhana adalah nikotin. Nikotin dapat
menyebabkan penyakit jantung , kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah
tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.

Cara identifikasi : sebanyak 5 ml sampel dibasakan dengan laritan amonium


10% (tes dengan kertas pH) kemudian dipartisi dengan kloroform (2 X 5ml). Fraksi
kloroform digabungkan lalu diasamkan dengan HCl 1 M. Larutan asam dipisahkan
dan diuji dengan pereaksi dragendorf atau mayer. Endapan kuning jingga atau putih
menunjukan adanya alkaloid.

Tujuan penambahan Ammonia berfungsi untuk membasakan dan pengendapan


alkaloid agar dapat diperoleh alkaloid dalam bentuk garam atapun alkaloid dalam
bentuk basa bebas. Kloroform digunakan dengan tujuan dapat menarik senyawa
alkaloid karena alkaloid mempunyai kelarutan yang baik dalam kloroform, alkohol,
tetapi tidak larut dalam air meskpun dapat larut dalam air panas. Setelah itu
diberikan pereaksi dragendorf dimana jika terbentuk endapan kuning jingga berarti
terdapat alkaloid atau pereaksi mayer bila terdapat endapan putih menunjukan
adanya alkaloid.

2. Identifikasi flavonoid

Flavonoid adalah kelompok senyawa fenil propanoid dengan kerangka karbon


C6-C3-C6. Flavonoid dan isoflavonoid adalah salah satu golongan senyawa
metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan, khususnya dari
golongan leguminoceae (tanaman berbunga kupu-kupu). Kandungan senyawa
flavonoid dalam tanaman sangat rendah yaitu sekitar 25 %. Senyawa-senyawa
tersebut pada umunya dalam keadaan terikat / konjugasi dengan senyawa gula.
Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi :
1) Sebagai pigmen warna
2) Fungsi fisiologi
3) Aktivitas farmakologi
4) Flavonoid dalam makanan
Cara identifikasi : dilakukan dengan menggunakan reagen atau pereaksi
Willstater, Smith-Metcalf dan NaOH 10% karena dapat menghasilkan terjadinya
perubahan warna yang menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung
senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid. Pada uji willstater akan terjadi
perubahan warna dari coklat muda menjadi kuning muda. Pada uji Smith-Metcalf
akan terjadi perubahan warna dari coklat muda menjadi kuning muda dan pada uji
dengan pereaksi NaOH 10% akan terjadi perubahan warna dari coklat muda menjadi
kuning muda. Flavonoid yang ditambahkan dengan pereaksi Willstater, Smith-
Matcalfe dan NaOH 10% akan berubah warna, hal ini dikarenakan flavonoid
termasuk dari senyawa fenol. Bila fenol direaksikan dengan basa akan terbentuk
warna yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari gugus aromatik.

3. Identifikasi saponin

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi


suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin ini terdiri dari dua
kelompok : saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan
dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang digunakan untuk
bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampo. Saponin dapat diperoleh dari
tembuhan melalui ekstraksi.

Cara identifikasi : Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan
cara memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi.
Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30 detik) maka
identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji penegasan saponin dilakukan
dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan
heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal ditambahkan kloroform,
diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat
dibagi enjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
ditetesi anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan
diaduk kembali.

Terbentuknya cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin.


Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang
mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lainnya.

4. Identifikasi triterpenoid

Triterpenoid adalah sekelompok senyawa turunan asam mevalonat. Triterpenoid


yang paling penting dan tersebar luas adalah triterpenoid pentasiklik. Senyawa ini
ditemukan dalam tumbuhan seprimitif sphagrum, tetapi yang paling umum pada
tumbuhan berbiji.

Cara identifikasi : digunakan pereaksi L-B, H2SO4 pekat dan H2SO4 50%.
Digunakan pereaksi ini karena dapat menghasilkan terjadinya perubahan warna yang
menunujukan bahwa ekstrak tersebut positif mengandung senyawa yang termasuk
dalam golongan triterpen. Pada uji triterpen yang menggunakan pereaksi L-B,
H2SO4 pekat dan H2SO4 50%., terjadi perubahan warna, hal ini disebabkan oleh
Uji warna Liebermann- Burchard (LB) berguna untuk mengetahui adanya senyawa
saponin baik triterpenoid maupun steroid. Uji warna Liebermann- Burchard (LB).
Apabila pada campuran timbul kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut
menunjukkan adanya triterpen, sedangkan munculnya warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya sterol. Hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap
sampel adalah terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin
warna coklat muda. Sedangkan hasil uji warna Liebermann- Burchard (LB) terhadap
ekstrak terjadinya perubahan warna pada sampel yaitu terbentuknya cincin warna
coklat tua.

5. Identifikasi steroid

Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar


siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.senyawa-senyawa
ini mempunyai efek fisiologi tertentu. Steroid umumnya berada dalam bentuk bebas
sebagai glikosida sederehana. Hormon-hormon seks yang dihasilkan terutama pada
testis dan indung telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan
hormon betina estrogen dan hormon kehamilan progesteron.

Cara identifikasi : Untuk pendeteksian steroid dengan metode KLT cukup


dengan melarutkannya dengan etanol lalu bercak nodanya disemprot dengan
anisaldehid asam sulfat dan dipanaskan. Jika ekstrak positif mengandung steroid,
maka akan timbul noda merah ungu atau ungu. Steroid juga dapat didentifikasi
dengan uji Salkoswki yaitu memasukkan 0.3 gram ekstrak dalam tabung reaksi yang
dilarutakan dalam 15 mL etanol. Tujuannya adalah untuk memisahkan gugus steroid
dengan gugus senyawa lain. Digunakan etanol dikarenakan etanol merupaka pelarut
yang universal karena dapat memisahkan senyawa dari yang bersifat polar sampai
non polar. Selain itu, etanol dapat memisahkan komponen steroid secara optimal,
aman dalam pemakaian, tidak merusak komponen senyawa, tidak berbahaya bagi
lingkungan, oekonomis serta mudah didapatkan. Setelah larutan ekstrak homogen,
campuran dibagi menjadi 3 bagian yaitu IIA, IIB dan IIC. Larutan IIA digunakan
sebagai blanko, IIC ditambahakan 1-2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung
reaksi. Tujuan penambahan ini untuk memutuskan ikatan gula pada senyawa. Jika
ikatan gula terlepas maka adanya steroid bebas pada sampel akan ditandai dengan
adanya cincin yang berwarna merah. Apabila hal ini tidak muncul maka tidak
mengandung steroid bebas. Pada ekstrak yang didiujikan positif mengandung
steroid. Hal ini ditandai adanya cincin berwarna merah.

6. Identifikasi tannin/ polifenol

Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan untuk


menyamak kulit. Secara kimia, tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh
pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan senyawa fenol, biasanya
merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula.

Senyawa polifenol adalah suatu senyawa yang berasal dari tumbuhan, dimana
salah satu cirinya adalah mengandung cincin aromatik yang tersubstitusi oleh dua
atau lebih gugus fenol. Dua gugus fenol, hidrolisis dan terkondensasi terdiri dari
tanin yang merupakan suatu zat yang penting secara ekonomi sebagai agen untuk
menghaluskan kulit dan juga penting untuk tujuan kesehatan. Baru baru ini
ditemukan adanya fakta fakta yang mendukung nilai potensialnya sebagai
sitotoksik dan atau sebagai agen antineoplastic.

Cara identifikasi : Proantosianidin dapat dideteksi langsung dalam jaringan


tumbuhan hijau dengan mencelupkan kedalam HCl 2M mendidih selama setengah
jam. Bila terbentuk warna merah yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil
alkohol, maka ini merupakan bukti adanya senyawa tersebut.

Daun mimba mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah -sitosterol,


hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, salanin, meliantriol, azadirachtin, dan
nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker. Daun mimba
mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin.

Tanaman mimba mempunyai beberapa kegunaan. Di India tanaman ini disebut the
village pharmacy, dimana mimba digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit,
antiinflamasi, demam, antibakteri, antidiabetes, penyakit kardiovaskular, dan
insektisida. Daun mimba juga di gunakan sebagai repelan, obat penyakit kulit,
hipertensi, diabetes, anthelmintika, ulkus peptik, dan antifungsi. Selain itu bersifat
antibakteri dan antiviral.

Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat
kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa
serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses
perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari
kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali
mengakibatkan kematian.

Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan


daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh
karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak
mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk
mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya
rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit.

Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga


hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca
gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali
satu jenis tanaman, yaitu mimba. Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga,
khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan
merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak.

Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus,
bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan
penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan
dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit pada manusia.

Reaksi positif palsu adalah hasil pengujian menyatakan ada (positif), tapi sebenarnya
tidak ada (negatif), hal ini bisa disebabkan kesalahan alat, atau pengaruh senyawa yang
memiliki kesamaan sifat maupun struktur atom yang identik. Reaksi negatif palsu adalah
hasil pengujian menyatakan tidak ada (negatif), tapi sebenarnya ada (positif), hal ini bisa
disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena kadar didalam bahan uji terlalu sedikit,
atau bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak memenuhi syarat, oleh karena itu senyawa
yang tadinya ada hilang atau rusak karena reaksi enzimatik maupun hidrolisis.

Hasil identifikasi ekstrak daun mimba didapatkan hasil sebagai berikut

1. Untuk identifikasi senyawa golongan alkaloid pada semua cara identifikasi


memberikan hasil negatif

2. Untuk identifikasi senyawa glikosida saponin memberikan hasil negatif, sedangkan


untuk identifikasi senyawa triterpenoid, dan steroid memberikan hasil positif

3. Untuk identifikasi senyawa golongan flavonoid memberikan hasil positif

4. Untuk identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin pada semua cara
identifikasi memberikan hasil positif
5. Untuk identifikasi senyawa golongan antrakinon pada semua cara identifikasi
memberikan hasil negatif

Jadi melalui praktikum skrining fitokimia atau penapisan ini dapat disimpulkan
bahwa ekstrak daun mimba mengandung senyawa golongan triterpenoid, steroid,
flavonoid, polifenol dan tannin.
VII. KESIMPULAN

Pada praktikum Skrining Fitokimia dapat di simpulkan hasil identifikasi senyawa


golongan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Untuk identifikasi senyawa golongan alkaloid pada semua cara identifikasi


memberikan hasil negatif, sehingga dapat di simpulkan bahwa ekstrak daun mimba
tidak mengandung alkaloid.

2. Untuk identifikasi senyawa glikosida saponin, triterpenoid, dan steroid dapat di


simpulkan bahwa ekstrak daun mimba mengandung terpenoid atau steroid tetapi
tidak mengandung saponin.

3. Untuk identifikasi senyawa golongan flavonoid dapat di simpulkan bahwa pada


ekstrak daun mimba terdapat senyawa golongan flavonoid.

4. Untuk identifikasi senyawa golongan polifenol dan tannin pada semua cara
identifikasi memberikan hasil positif, sehingga dapat di simpulkan bahwa ekstrak
daun mimba mengandung senyawa golongan polifenol dan tannin.

5. Untuk identifikasi senyawa golongan antrakinon pada semua cara identifikasi


memberikan hasil negatif, sehingga dapat di simpulkan bahwa ekstrak daun mimba
tidak mengandung senyawa golongan antrakinon.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.

Jakarta: Penebar Swadaya

Harborne.J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Press

Sastrohamidjojo H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah mada University

Press

Satyajit. 2007. Kimia untuk Farmasi, Bahan Kimia Organik, Alam dan Umum.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Teyler.V.E et.al. 1988. Pharmacognosy Edition 9th. Phiadelphia: Lea & Febiger
LAMPIRAN

Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid

1. Reaksi Pengendapan

2. KLT
Identifikasi Glikosida Saponin, Triterpenoid, dan Steroid

1. Uji Buih
2. Uji Salkowski

3. KLT

Identifikasi sapogenin steroid atau triterpenoid


Identifikasi terpenoid atau steroid bebas

Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoid

1. Reaksi Warna

Uji Bate-Smith dan Metcalf


Uji Wilstater

2. KLT
Identifikasi Senyawa Golongan Polifenol dan Tanin

1. Reaksi Warna

o Uji Ferriklorida
o Uji Gelatin

2. KLT
Identifikasi Senyawa Golongan Antrakinon

1. Reaksi Warna

o Uji Borntrager
o Uji Modifikasi Borntrager

2. KLT

Anda mungkin juga menyukai