Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAUN JAMBU BIJI

Disusun oleh :

Nama : Aulia Wati

NIM : 2011102415055

Kelas :D

Dosen Pengampu : Paula Mariana Kustiawan M.Sc. Ph.D

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
I. JUDUL PRAKTIKUM ................................................................. 1
II. TUJUAN PRAKTIKUM .............................................................. 1
III. LATAR BELAKANG .................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
I. DASAR TEORI ............................................................................ 3
BAB III KAJIAN PRAKTIKUM ......................................................................... 5
I. ALAT DAN BAHAN ................................................................... 5
A. ALAT ..................................................................................... 5
B. BAHAN ................................................................................. 5
II. PROSEDUR KERJA .................................................................... 5
A. PENYIAPAN SIMPLISIA .................................................... 5
B. STANDARISASI SIMPLISIA .............................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10
I. PENYIAPAN SIMPLISIA ......................................................... 10
II. IDENTITAS ................................................................................ 11
III. UJI ORGANOLEPTIS ................................................................ 11
IV. UJI MIKROSKOPIK .................................................................. 12
V. KADAR SENYAWA LARUT DALAM ETANOL .................. 12
VI. PERHITUNGAN KADAR ZAT LARUT DALAM PELARUT 13
VII. PERHITUNGAN KADAR SUSUT PENGERINGAN .............. 13
VIII. PEMBAHASAN ......................................................................... 14
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 18
I. KESIMPULAN ........................................................................... 18
II. SARAN ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20

i
BAB I
PENDAHULUAN
I. JUDUL PRAKTIKUM
Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Biji
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia yang baik dan
dapat menjaga stabilitas, keamanan dan mempertahankan konsistensi
kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia
III. LATAR BELAKANG
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas segala jenis
zat kimia yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayur dan buah-
buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang
ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
tetapi memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit (Sabrina, 2018).
Indonesia kaya akan tanaman obat tradisional yang secara turun
temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Saat ini banyak
tumbuhan obat yang dikembangkan industri farmasi menjadi obat tradisional.
Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan
adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku
obat atau sediaan galenik (Ulfayani, 2015).
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan
melakukan standarisasi simplisia yang diperlukan agar dapat diperoleh bahan
baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman
tersebut. Parameter mutu simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air,
kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut
etanol. Sebagai data pelengkap, dilakukan pemeriksaan organoleptik,
mikroskopis, makroskopis serta identifikasi kimia simplisia. Pengetahuan
akan kandungan kimia suatu tumbuhan merupakan suatu langkah awal
pemahaman tumbuhan tersebut sebagai obat Identifikasi simplisia dilakukan

1
dengan memeriksa pemerian dan melakukan pengamatan simplisia baik
secara makroskopik maupun secara mikroskopik penetapan kadar air,
penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol,
penetapan kadar abu, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, selanjutnya
dilakukan skrining fitokimia (Ulfayani, 2015).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati,
hewani dan simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia
yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tanaman. Eksudat
tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari sel nya atau senyawa nabati lainya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa
senyawa murni (Endarini, 2016).
Dalam bentuk bahan dan produk kefarmasian baru, yaitu ekstrak, maka
selain persyaratan monografi bahan baku (simplisia), juga diperlukan
persyaratan parameter standar umum dan spesifik. Parameter spesifik ekstrak
yang sebagian besar berupa analis kimia yang memberikan infirmasi
komposisi senyawa kandungan (jenis dan kadar) nantinya lebih banyak
tercantum di buku khusus monografi ekstrak tumbuhan obat (Endarini, 2016).
Ektraksi merupakan proses pemisahan zat yang berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda (Poudel et
al., 2015). Maserasi istilah aslinya adalah Mecerase (bahasa latin artinya
merendam). Cara ini merupakan salah satu cara ekstaksi, dimana sediaan cair
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
kefarmasian (Foudubun, 2019).
Daun jambu biji dalam bahasa latin ialah Psidii guajavae Folium (FI
Herbal, 2017). Jambu biji atau dalam Bahasa ilmiahnya disebut Psidium
guajava L. dan lebih popular disebut guava, adalah jenis tanaman suku myrtle
(Myrtaceae). Kandungan pada buah dan daun jambu biji sangat banyak,

3
sehingga sering di jadikan sebagai bahan untuk obat tradisional. Salah satu
pemanfaatan daun biji adalah untuk obat diare sedangkan buahnya sering
digunakan untuk suplemen makanan karena banyak mengandung vitamin C.
Buah jambu biji (Psidium guajava) atau Guava merupakan salah satu buah
yang bisa tumbuh di daerah beriklim tropis maupun subtropis (Malik, 2022).

4
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
I. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Timbangan
2. Pisau atau alat mesin perajang khsus
3. Tempat penyimpanan simplisia
4. Wadah
5. ATK
6. Mikroskop
7. Kaca objek
8. Kaca penutup
9. Botol timbang dangkal penutup
10. Blender atau alat penghalus simplisia
11. Cawan kaca atau kertas saring bebas abu
12. Oven
13. Piknometer
B. BAHAN
1. Daun jambu biji
2. Sumber air
3. Pelarut simplisia
4. Etanol 70%
5. HCl 37%
6. Kloroform
II. PROSEDUR KERJA
A. PENYIAPAN SIMPLISIA
1. Pengumpulan Bahan Baku
Siapkan bahan tanaman yang akan dijadikan simplisia,
tentukan bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, waktu
panen dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi Basah atau Pencucian

5
a. Pisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya dari bahan
tanaman seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
b. Pencucian dilakukan dengan air yang mengalir yang bersih,
seperti air dari mata air, air sumur atau air PAM.
c. Timbang berat basah bahan baku simplisia.
3. Perajangan
a. Dengan dirajang secara vertikal beraturan.
b. Perajangan dilakukan dengan pisau atau dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
c. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang
atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
4. Pengeringan
a. Dijemur dibawah sinar matahari tidak langsung.
b. Lama pengeringan sekitar 7 hari.
5. Sortasi Kering
a. Pisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering.
b. Timbang berat kering simplisia.
c. Hitung kadar air simplisia dalam satuan persen.
6. Penyimpanan dan Pengepakan
a. Simplisia dapat rusak atau berkurang atau berubah mutunya
karena berbagai faktor luar, oleh karena itu perhatikan cara
penyimpanan dan pengepakan.
b. Lihat literatur tentang faktor luar yang dimaksud.
B. STANDARISASI SIMPLISIA
1. Spesifik

6
a. Indetitas
Pendeskripsian tata nama, yaitu nama ekstrak, nama latin
tumbuhan, sinonim, nama daerah, bagian tumbuhan yang
digunakan, taksonomi, hingga deskripsi tanaman.
b. Organoleptik
Menggunakan panca indra untuk mendeskripsikan
pemerian, bentuk, warna, bau dan rasa simplisia.
c. Uji Mikroskopik
Pemerian mikroskopik dilakukan terhadap serbuk
simplisia. Serbuk simplisia diletakkan pada kaca objek, ditetesi
dengan pelarut tertentu lalu ditutup dengan kaca penutup
selanjutnya diamati di bawah mikroskop (Fitrya, 2010). Pelarut
yang digunakan adalah perbandingan 3:1 pelarut etanol 96 %
dengan HCl 37 % untuk melihat bentuk stomata dan air untuk
melihat fragmen lainnya.
d. Senyawa Terlarut Dalam Pelarut Tertentu
Pengujian senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dalam
simplisia terdiri dari kadar sari yang terlarut dalam air dan kadar
sari yang terlarut dalam etanol.
1) Kadar Senyawa yang Larut Dalam Air
Senyawa 5 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 100
mL air jenuh kloroform dengan menggunakan labu bersumbat
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
didiamkan selama 18. Disaring cepat (untuk menghindarkan
penguapan etanol) filtrat sebanyak 20 mL diuapkan dalam
cawan dangkal yang telah ditara. Dipanaskan residu pada suhu
105ºC hingga bobot tetap dan dihitung kadar sari larut etanol.
𝑊1−𝑊2 100
Kadar sari larut air = 𝑊1−𝑊0 𝑥 𝑥 100%
20

Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong
W1 = bobot cawan + sampel yang digunakan

7
W2 = bobot cawan + hasil pengeringan
2) Kadar Senyawa yang Larut Dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 100
mL air jenuh kloroform dengan menggunakan labu bersumbat
sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian
didiamkan selama 18. Disaring cepat (untuk menghindarkan
penguapan etanol) filtrat sebanyak 20 mL diuapkan dalam
cawan dangkal yang telah ditara. Dipanaskan residu pada suhu
105ºC hingga bobot tetap dan dihitung kadar sari larut etanol.
𝑊1−𝑊2 100
Kadar sari larut etanol = 𝑊1−𝑊0 𝑥 𝑥 100%
20

Keterangan :
W0 = bobot cawan kosong
W1 = bobot cawan + sampel yang digunakan
W2 = bobot cawan + hasil pengeringan
2. Non Spesifik
a. Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap
suatu zat. Kecuali dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 105ºC
dan susut pengeringan ditetapkan sebagai berikut: ditimbang
seksama 1-2 g simplisia dalam botol timbang dangkal tertutup
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30
menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum
ditimbang digerus dengan cepat sampai ukuran simplisia lebih
kurang 2 mm. Diratakan simplisia dalam botol timbang dengan
menggoyangkan botol timbang sampai lapisan setebal lebih
kurang 5-10 mm, dimasukkan ke dalam ruang pengering, dibuka
tutupnya, dikeringkan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap.
Sebelum setiap pengeringan, Dibiarkan botol dalam keadaan
tertutup mendingin dalam eksikator sampai suhu kamar. Jika suhu
lebur simplisia lebih rendah dari suhu 105ºC, pengeringan
dilakukan pada suhu antara 5-10ºC di bawah suhu leburnya

8
selama 1-2 jam, kemudian pada suhu 105ºC selama waktu yang
ditentukan atau sampai bobot tetap.
b. Bobot Jenis
Bobot jenis ekstrak cair diukur dengan menggunakan
piknometer yang telah dikalibrasi, dengan menetapkan bobot
piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25ºC. Piknometer
diisi ekstrak cair dan suhu dikondisikan pada 25ºC, kemudian
piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi ekstrak
cair kemudian dikurangi bobot piknometer kosong. Bobot jenis
ekstrak cair merupakan perbandingan antara bobot jenis ekstrak
dengan bobot air, pada suhu 25ºC. Dilakukan replikasi sebanyak
3 kali.
𝑊1−𝑊0
d = 𝑊2−𝑊0

Keterangan :
d = bobot jenis
W0 = bobot cawan kosong
W1 = bobot cawan + sampel yang digunakan
W2 = bobot cawan + hasil pengeringan

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. PENYIAPAN SIMPLISIA

Pengumpulan bahan
baku

Sortasi basah atau


pencucian

Pengeringan

Sortasi kering

Penyimpanan dan
pengepakan

10
II. IDENTITAS
Menurut Yulinar (2011), sistematika dan klasifikasi tanaman jambu biji
adalah sebagai berikut :
Nama latin : Psidium guajava L.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava
Pada praktikum ini bagian tanaman yang digunakan ialah daun jambu
biji. Daun jambu biji termasuk kedalam daun tunggal dan juga termasuk
kedalam jenis daun tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai dan helai
daun saja atau disebut juga dengan daun bertangkai.
Jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip karena memiliki tulang
punggung yang membentang dari pangkal sampai keujung daun. Bagian
ujung daun jambu biji berbentuk tumpul dan bagian atas daun jambu biji
memiliki warna yang jauh lebih terang dibandingkan bagian bawahnya.
III. UJI ORGANOLEPTIS
Parameter Simplisia Basah Simplisia Kering
Bau Bau khas Bau khas
Kelat, sedikit pahit, Hambar
Rasa
sepat.
Warna Hijau Coklat muda keemasan
Daun tunggal berbentuk Daun tunggal berbentuk
bulat memanjang ± 14 bulat memanjang ± 14
Pemerian cm, ujung daun runcing, cm, ujung daun runcing,
pangkal daun tumpul, pangkal daun tumpul,
bertulang menyirip, bertulang menyirip,

11
permukaan daun agak permukaan daun agak
licin dan berepi rata. licin dan berepi rata.

Gambar

IV. UJI MIKROSKOPIK


Parameter Hasil Pengamatan

(Pembesaran 0,10)
Stomata

(pembesaran 10x)

(Pembesaran 40x)
Fragmen

(Pembesaran 100x)

V. KADAR SENYAWA LARUT DALAM ETANOL


Diketahui :
W0 = 86,68 gr

12
W1 = (86,68 g + 1g) = 87,68 gr
W2 = (86,68 g + 0,72 g) = 87,4 gr
Rumus menurut penelitian pada tahun1989 :
𝑊1−𝑊2 100
Kadar sari larut etanol = 𝑊1−𝑊0 𝑥 𝑥 100%
20
(86,68+1)−(86,68+0,72) 100
= (86,68+1)−86,68
𝑥 𝑥 100%
20
87,68 − 87,4
= 87,68 − 86,68 𝑥 5 𝑥 100%
0,28
= 𝑥 5 𝑥 100%
1

= 140%
Rumus menurut penelitian pada tahun 2000 :
𝑊2−𝑊0
Kadar sari larut etanol = 𝑥 100%
𝑊1
87,4−86,68
= 𝑥 100%
87,68
0,72
= 87,68 𝑥 100%

= 0,8211%
VI. PERHITUNGAN KADAR ZAT LARUT DALAM PELARUT
Berat zat terekstrasi pelarut tertentu
% Kadar zat terlarut etanol = 𝑥 100%
Berat simplisia / ekstrak awal
0,72 gr
= 𝑥 100%
1 gr

= 72%
Jadi, % kadar zat terlarut dalam etanol adalah 72%.
VII. PERHITUNGAN KADAR SUSUT PENGERINGAN
Berat sebelum pemanasan−berat akhir
% Kadar Penyusutan = 𝑥 100%
Berat sebelum pemanasan
1 gr − 0,72 gr
= 𝑥 100%
1 gr
0,28 gr
= 𝑥 100%
1 gr

= 28%
Jadi, % kadar penyusutan dari daun jambu biji adalah 28%

13
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan karakterisasi simplisia dari daun jambu
biji. Identifikasi dari karakterisasi simplisia ini pula akan di bandingkan
dengan beberapa jurnal. Pengumpulan simplisia di ambil dari satu tempat
yang sama agar kandungan senyawa dari simplisia tidak berbeda-beda.
Tanaman jambu biji (P. Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan
(Septia, 2010).
Daun jambu biji mengandung senyawa aktif tanin, triterpenoid,
flavonoid, dan saponin. Daun pada tanaman jambu biji memiliki struktur daun
tunggal dan mengeluarkan aroma yang khas jika diremas. Kedudukan
daunnya bersilangan dengan letak daun berhadapan dan pertulangan daun
menyirip. Terdapat beberapa bentuk daun pada tanaman jambu biji, yaitu:
bentuk daun lonjong, jorong, dan bundar telur terbalik. Bentuk daun yang
paling dominan adalah bentuk daun lonjong. Perbedaan pada bentuk daun
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Tanaman jambu
biji (Psidium guajava) berdaun tunggal dengan bentuk lonjong, tepi tumpul,
bagian bawah membulat, dan tepi rata. Daun jambu biji memiliki panjang 6-
14 cm dan lebar 3-6 cm. Daun ini memiliki warna hijau kekuning-kuningan
dan memiliki daun berduri Panjang. Daunnya berbentuk lonjong, dengan tepi
atas dan bawah melengkung ke atas. Buahnya bulat sampai lonjong, merah,
hijau sampai kuning-hijau. Buah pohon ini sangat lebat dan terdapat di tengah
pohon, dengan biji yang banyak (Hasibuan, 2020).
Identitas simplisia daun jambu biji menurut FI Herbal (2017) adalah
sebagai berikut :
Pemerian Berupa helaian daun tunggal, bertangkai pendek, helai
daun berbentuk bulat memanjang, pangkal daun bulat
sampai rata, tepi rata, agak menggulung ke atas, ujung
runcing sampai meruncing, permukaan atas agak licin,

14
pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun dan tulang
cabang menonjol pada permukaan bawah; permukaan
atas berwarna hijau kecokelatan, permukaan bawah
berwarna hijau; bau khas; mula-mula tidak berasa
lama-lama kelat dan pahit.
Mikroskopis Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan
rambut sisik dan kristal kalsium oksalat bentuk roset,
rambut penutup, epidermis bawah dengan stomata,
berkas pengangkut dengan penebalan tipe tangga, dan
mesofil dengan idioblas berupa sel minyak.
Fragmen

Senyawa Kuersetin
Identitas
Struktur Kimia

Susut Tidak lebih dari 10%


Pengeringan
Abu Total Tidak lebih dari 8,4%
Abu Tidak Tidak lebih dari 0,8%
Larut asam
Sari Larut Air Tidak kurang dari 18,2%

15
Sari Larut Tidak kurang dari 15,0%
Etanol

Hasil pengujian mikroskopik menurut Amelia (2018) ialah sebagai berikut :

Bau Bau khas aromatic

Berupa lembaran daun, daun tungal, bertangkai


pendek, helai daun berbentuk bundar menjorong,
pinggir daun rata agak menggulung ke atas,
Bentuk
permukaan atas agak licin, ibu tulang daun dan
tulang cabang menonjol pada permukaan bawah,
bertulang menyirip.

Warna Hijau kecoklatan

Rambut penutup

Mesofil dengan
kelenjar minyak

Hasil pengujian mikroskopik menurut Sinaga (2021) ialah sebagai berikut :

Rambut penutup

Epidermis atas

16
Epidermis dengan mesofil bagian
atas

Epidermis bawah dengan stomata

Mesofil bagian bawah

Hablur kalsium oksalat

17
BAB V
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Di dapatkan hasil pengamatan pemerian daun jambu biji memiliki
daun tunggal berbentuk bulat memanjang ± 14 cm, ujung daun runcing,
pangkal daun tumpul, bertulang menyirip, permukaan daun agak licin bertepi
rata, dengan bau yang khas. Simplisia basah berwarna hijau sedangkan
simplisia kering berwarnaa coklat muda keemasan.
Didapatkan pula hasil kadar senyawa yang larut dalam etanol
menurut rumus penelitian tahun 1989 sebesar 140% sedangkan menurut
rumus penelitian pada tahun 2000 ialah 0,8211%. Untuk perhitungan % kadar
zat terlarut dalam etanol ialah 72%, dan kadar penyusutan 28%.
II. SARAN
Diharapkan kepada setiap praktikan untuk melaksakan tata tertib yang
ada di laboratorium dalam proses praktikum agar berjalan dengan aman.
Praktikan ditekankan untuk mengetahui setiap alat dan bahan yang akan
digunakan agar tidak mengalami kesusahan dalam praktikum

18
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, A. K. (2020). Klasifikasi Jenis Jambu Berdasarkan Daun Menggunakan
Metode Principal Component Analysis. Doctoral dissertation. Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara.
Amelia, R., & Susilo, R. (2018). Formulasi Lotion Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.) Dengan Konsentrasi 2%, 4%, Dan 6%. Medimuh:
Jurnal Kesehatan Muhammadiyah, 1(1).
Anonim. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi II. Jakarta: Dirjen Pelayanan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
Endarini, L. H. (2016). Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan.
Foudubun, O. A. (2019). Toxicity of Ethanol Extract of Mountain Sourcle Leaf
(Annona Montana) on Artemia Salina Larva Using BSLT (Brine Shrimp
Lethality Test). Doctoral dissertation. Malang: Indonesian Academy of
Pharmacy.
Malik, K. (2022). Klasifikasi Jenis Jambu Biji Berdasarkan Tekstur Daun
Menggunakan Convolutional Neural Networks (CNN). NJCA (Nusantara
Journal of Computers and Its Applications), 6(2).
Mayasari, U., & Laoli, MT (2018). Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia
Daun Jeruk Lemon (Citrus limon (l.) burm. f.). Klorofil: Jurnal Ilmu Biologi
dan Terapan, 2 (1), 7-13.
Najib, A., Abd, M., Ahmad, A. R., Handayani, V., Syarif, R. A., & Waris, R.
(2017). Standarisasi Ekstrak Air Daun Jati Belanda Dan Teh Hijau. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 4(2), 241–245.
Poudel, B. K., Sah, J. P. Subedi, S. R Amarya, M. P. Sherestha T. M. 2015
Phamarcological Studies of Methanois Exstracts of Sonehus Arveus From
Khatmandu. Journal of Pharmacognosy and Physiotherapy, 7 (11).
Sabrina, S. (2018). Studi Pengetahuan Fitokimia dan Terapi Fitokimia di Instalasi
Gizi dan Pasien Kanker Payudara Rumah Sakit Wahidin Sudirohusoso
Makassar Tahun 2011.
Septia Anggraini. 2010. Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch
Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Sinaga, B. (2021). Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kualitas Simplisia
Daun Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.). Jurnal Jamu Kusuma, 1(2),
67-75.
Utami, Y. P., Umar, A. H., Syahruni, R., & Kadullah, I. (2017). Standardisasi
Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum minahassae
Teisjm. & Binn.). Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences, 2(1),
32–39.
Yulinar Rochmasari. 2011. Studi Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa
Kimia Dalam Fraksi Netral Daun Jambu Biji Australia (Psidium Guajava
L.). Depok: Universitas Indonesia.

19
LAMPIRAN

Gambar 1. Penghalusan Gambar 2. Penimbangan Gambar 3. Pemindahan


simplisia menjadi serbuk serbuk simplisia serbuk simplisia
(blender) sebanyak 1 gr. kedalam labu ukur

Gambar 4. Penambahan Gambar 5. Pengocokan


etanol 70% sebanyak 20 setiap 30 menit, selama Gambar 6. Penyaringan
ml. 2 jam.

Gambar 7. Pengeringan Gambar 8. Penimbangan Gambar 9. Penimbangan


cawan kosong berat residu

20

Anda mungkin juga menyukai