Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena telah memberikan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan Laporan Praktikum ini untuk memenuhi salah satu tugas
akhir Praktikum mata kuliah Teknologi Bahan Alam. Dalam penyusunan Laporan
Praktikum ini, penulis telah dibantu oleh berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. GA. Md. Ratih Kusuma R.D.,S.Farm.,M.Farm.,Apt, selaku dosen pengampu
praktikum mata kuliah Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan
membimbing selama Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam
ini dapatdiselesaikan.
2. Nur Habibah, S.Si.,M.Sc, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah Teknologi
Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum sehingga
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat diselesaikan.
3. I Wayan Karta, S.Pd.,M.Si, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah
Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama
Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat
diselesaikan.
4. Jannah Sofy Yanty, S.Si.,M.Si, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah
Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama
Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperibaiki Laporan
Praktikum Teknologi Bahan Alam yang dibuat sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dengan luas 4.500 km2 dan terdiri dari lebih dari 17.500 pulau
menjadikannya negara kepulauan yang paling besar di dunia. Oleh karena itu,
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati ketiga tertinggi di dunia. Hal ini juga
didukung oleh letak geografisnya yang dilewati oleh garis khatulistiwa menyebabkan
curah hujan yang tinggi hampir di seluruh bagian Indonesia Keanekaragaman hayati
ini menyebabkan tingginya bioresource dimana tanaman-tanaman tersebut memiliki
bioaktivitas tersendiri sesuai dengan kandungan kimianya diantaranya yaitu Ocimum
basilicum L. yang berasal dari genus Ocimum. Genus ini dikenal karena kandungan
minyak atsirinya yang berlimpah. Kandungan minyak atsiri yang berlimpah dari
berbagai spesies Ocimum seperti Ocimum basilicum L., Ocimum citriodorum,
Ocimum basilicum canum Sims. dan spesies Ocimum lainnya dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan, antimikroba, insektisida dan aktivitas terapeutik seperti anti-
inflamasi, antipiretik, analgesik dan lain-lain.
Ocimum basilicum L. atau yang lebih dikenal dengan daun basil berasal dari
Afrika, India dan Asia tetapi banyak ditanam di berbagai negara di dunia pada iklim
sedang. Meskipun banyak digunakan sebagai sayuran dan penambah cita rasa
termasuk di Indonesia, ternyata daun basil juga banyak digunakan untuk pengobatan
diantaranya migrain, stres, demam, diare dan berbagai khasiat lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemisahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil ( Ocimum
basilicum ) ?
2. Mengapa larutan etanol digunakan sebagai pelarut dalam mengekstraksi Daun
Basil ( Ocimum basilicum ) ?
3. Bagaimana hasil rendemen ekstrak terhadap ekstraksi evaporasi Daun Basil
( Ocimum basilicum ) ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemisahan bahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil
( Ocimum basilicum ).
2. Untuk mengetahui mengapa larutan etanol dipilih sebagai pelarut saat melakukan
proses pemisahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil ( Ocimum basilicum ).
3. Untuk mengetahui massa akhir ekstrak berdasarkan perhitungan rendemen.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Ocimum basilicum adalah tanaman aromatik kaya akan minyak esensial dan
senyawa fenolik (flavonoid, asam fenolik) yang termasuk dalam famili Lamiaceae
yang digunakan sebagai pelengkap masakan dan juga obat tradisional untuk migrain,
stres, demam, diare. Tanaman ini memiliki beberapa manfaat termasuk sebagai
antibakteri. Tinggi herba Ocimum basilicum L. bervariasi dimulai dari 45 hingga 75
cm dengan warna batang hijau dan warna tangkai hijau sampai ungu pucat. Daunnya
berwarna hijau dengan bentuk lenset (lanceolate) hingga bundar telur (ovate) dengan
permukaan rata atau berombak. Panjang daunnya 4-6 cm, lebarnya kurang lebih 4,49
cm dengan luas 4-13 cm. Cabangnya berjumlah dari 25 hingga 75 cabang. Umumnya,
bunganya berwarna putih hingga merah muda.
3
C. Tinjauan Kandungan Kimia
4
D. Ekstraksi Metode Maserasi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses
pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,
biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase
ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut: pelarut organik akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi di dalam sel dan pelarut organik di luar
sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
(Sastroamidjojo, 1985: 65-72).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam atau
dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda ini dapat
dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan.
Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti
dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara
sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa
yang tidak tahan panas (terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif
sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah
yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak
karena kelarutannya yang rendah pada suhu ruang.
5
E. Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi adalah
suatu proses yang bertujuan memekatkan suatu larutan yang terdiri atas pelarut
(solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang nonvolatile. Dalam kebanyakan
proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilakukan dengan menguapkan
sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi (Saleh, 2004). Menurut Saleh (2004), umumnya, dalam evaporasi, larutan
pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan
dibuang.
6
BAB III
METODE
A. Hasil Praktikum
1. Penimbangan Sampel
Pada proses ini dilakukan penimbangan daun basil. Daun basil di masukkan
kedalam beaker glass kemudian di timbang menggunakan neraca analitik
sebanyak 50,20 gram.
2. Pengukuran Larutan Pelarut Etanol
Pipet pelarut etanol sebanyak 400 ml menggunakan pipet volume 50 ml
sebanyak 8× lalu masukkan kedalam beaker glass
3. Proses Ekstraksi Metode Maserasi
Campurkan 50,20 gram daun basil dengan 400 ml etanol kemudian taruh
magnetik bar kedalam larutan tersebut dan tututp menggunakan aluminium
foil. Letakan larutan tersebut diatas magnetic stirrer kemudian putar dengan
kecepatan 80 rpm.
9
setelah selesai di putar di atas magnetic stirrer saring larutan tersebut
menggunakan kertas saring dan taruh didalam Erlenmeyer
4. Proses Evaporasi
Setelah sampel diekstrak dan disaring lakukan evaporasi menggunakan alat rotary
vacuum evaporator dengan memasukkan ekstrak kedalam labu alas bulat dan atur
suhu pada alat yang diperlukan. Suhu waterbath 65°C dibawah titik didih pelarut
yang dipakai yaitu etanol. Etanol dengan titik didih 70. Vacum dinyalakan dengan
tekanan 0,6-0,7 barr dan Rotasi diatur 100 rpm. Recirculating Chiller dinyalakan
dan diatur suhu 8-10°C. Tekan start untuk memulai proses evaporasi
2,16 𝑔
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = × 100%
50,20 𝑔
= 0,04 x 100%
=4%
Jadi hasil rendemen ekstrak yaitu bobot akhir sampel (ekstrak) dibagi
dengan bobot simplisia dikali dengan 100% sehingga mendapatkan hasil rendemen
ekstrak yaitu 4%
10
B. Pembahasan
Proses ekstraksi dengan metode maserasi dipilih karena efektif menarik
metabolit sekunder maupun senyawa pada tanaman. Sampel tanaman yang
direndam dalam pelarut akan mengalami pemecahan membran sel dan dinding
karena adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel simplisia. Hal ini akan
menyebabkan metabolit sekunder di dalam sitoplasma simplisia akan larut ke
dalam pelarut organik
Pada proses setelah ekstraksi dilanjutkan dengan proses evaporasi yang dilakukan
pada suhu 400-600C dan waterbath yang diisi etanol 400ml. Suhu 400- 600C agar
komponen senyawa metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan, tetapi dalam proses
ini kita menggunakan suhu 600C dikarenakan menggunakan pelarut etanol, jadi etanol
pada suhu 600C sudah menguap, dengan alat Rotary Vacum Evaporator tekanan uap
pelarut akan turun, sehingga pelarut akan menguap dibawah titik didih normalnya. Hal
ini agar proses pemekatan tidak memerlukan suhu panas yang tinggi yang akan merusak
senyawa metabolit sekunder pada sampel. Adanya tekanan yang diberikan oleh pompa
vakum mengakibatkan pelarut menguap dari campuran kemudian terkondensasi dan
masuk ke dalam labu penampung. Dan untuk tekanan diatur 300mbar serta rotasi
100rpm.
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri
atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile
(Widjaja,2010). Penguapan atau evaporasi adalah suatu bentuk proses yang
menggunakan panas untuk menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang
berbentuk cairan. Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut.
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang
rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang
memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang
lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Senyawa yang terkandung dalam daun basil meliputi minyak atsiri,flavonoid,
alkaloid, saponin, triterpenoid, steroid, tanin, dan fenol. Daun basil dapat larut dengan
etanol karena unsur senyawa flavonoid merupakan senyawa golongan polifenol yang
terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk glikosidaa yang berikatan dengan suatu
gula, karena itu flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar. Pelarut polar akan
11
melarutkan senyawa polar begitu sebaliknya. Pelarut polar yang biasanya digunakan
untuk ekstraksi adalah etanol, metanol, aseton, isopropanol, dan air.
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Hal ini karena untuk menghindari kejenuhan pelarut dan memaksimalkan
proses penarikan senyawa yang terkandung dalam simplisia, sehingga rendemen ekstrak
yang didapatkan maksimal. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
mempengaruhi jenis komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing
pelarut mempunyai selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam
bahan.
Menurut Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi, yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut harus dapat
melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin dan sesedikit mungkin
melarutkan bahan pengotor.
b. Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan komponen yang
akan diekstrak.
c. Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
bahan ekstraksi.
d. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
e. Tidak korosif.
f. Tidak beracun.
g. Tidak mudah terbakar.
h. Stabil secara kimia dan termal.
i. Tidak berbahaya bagi lingkungan.
j. Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk dialirkan.
k. Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.
l. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
m. Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses ekstraksi dengan metode maserasi dipilih karena efektif menarik
metabolit sekunder maupun senyawa pada tanaman. Sampel tanaman yang
direndam dalam pelarut akan mengalami pemecahan membran sel dan dinding
karena adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel simplisia. Hal ini akan
menyebabkan metabolit sekunder di dalam sitoplasma simplisia akan larut ke
dalam pelarut organic.
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri atas
pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (Widjaja,2010).
Penguapan atau evaporasi adalah suatu bentuk proses yang menggunakan panas untuk
menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang berbentuk cairan. Evaporasi adalah
proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut
menggunakan rotary vacuum evaporator.
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang
rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang
memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang
lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Ekstraksi daun basil ( Ocimum basilicum) menggunakan pelarut etanol 70%
memperoleh rendemen Sebesar 4% yakni lebih rendah dari kadar normal ekstrak
simplisia. Rendemen ekstrak daun basil ( Ocimum basilicum) yang diekstrak
menggunakan metode Maserasi evaporasi pada penelitian ini memiliki kemungkinan
secara kualitatif mengandung senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antibakteri
dan antioksidan. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi hasil
rendemen ekstrak bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari kadar normal ekstrak simplisia.
Berdasarkan jurnal yang telah dianalisis salah satu factor yang memengaruhi adalah lama
waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, dimana semakin lama waktu ekstraksi
maka semakin tinggi rendemen, semakin besar volume pelarut dan semakin lama waktu
ekstraksi maka semakin besar persen rendemen yang dihasilkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
17
LEMBAR PENGESAHAN
18