Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PROSES EKSTRASI DAN EVAPORASI

PADA SIMPLISIA DAUN BASIL ( Ocimum basilicum )

Oleh :

1. Navyola Eka Ramadhani P07134120063


2. Ni Made Sekarningsih P07134120064
3. Gusti Ayu Ana Dwicahyani Parnawan P07134120065
4. Ni Nyoman Trisna Dewi P07134120066
5. Ni Nyoman Ayu Triza Meytarani Riasma P07134120067
6. Ni Komang Omik Trianita Udiana P07134120068
7. Luh Gede Trisna Agustini P07134120069
8. Ni Komang Sri Rahayu P07134120070

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena telah memberikan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan Laporan Praktikum ini untuk memenuhi salah satu tugas
akhir Praktikum mata kuliah Teknologi Bahan Alam. Dalam penyusunan Laporan
Praktikum ini, penulis telah dibantu oleh berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. GA. Md. Ratih Kusuma R.D.,S.Farm.,M.Farm.,Apt, selaku dosen pengampu
praktikum mata kuliah Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan
membimbing selama Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam
ini dapatdiselesaikan.
2. Nur Habibah, S.Si.,M.Sc, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah Teknologi
Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum sehingga
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat diselesaikan.
3. I Wayan Karta, S.Pd.,M.Si, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah
Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama
Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat
diselesaikan.
4. Jannah Sofy Yanty, S.Si.,M.Si, selaku dosen pengampu praktikum mata kuliah
Teknologi Bahan Alam yang senantiasa mengajar dan membimbing selama
Praktikum sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktikum Teknologi Bahan Alam ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperibaiki Laporan
Praktikum Teknologi Bahan Alam yang dibuat sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Denpasar, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Klasifikasi Tanaman Basil ...................................................................... 3
B. Deskripsi Tanaman Basil ........................................................................ 3
C. Tinjauan Kandungan Kimia .................................................................... 4
D. Ekstraksi Metode Maserasi ..................................................................... 5
E. Evaporasi ............................................................................................... 6
BAB III METODE
A. Waktu dan Tempat ................................................................................... 7
B. Alat dan Bahan......................................................................................... 7
C. Prosedur Kerja ......................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum ....................................................................................... 9
B. Pembahasan ............................................................................................11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Basil ( Ocimum basilicum )............................................................ 3


Gambar 2. Penimbangan Simplisia ................................................................................ 9
Gambar 3. Proses Maserasi ............................................................................................ 9
Gambar 4. Proses Penyaringan Ekstraksi ....................................................................... 9
Gambar 4. Proses Evaporasi......................................................................................... 10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan minyak atsiri Ocimum basilicum .................................................... 4


Tabel 2. Identifikasi Kandungan Ocinum basilicum ....................................................... 4

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dengan luas 4.500 km2 dan terdiri dari lebih dari 17.500 pulau
menjadikannya negara kepulauan yang paling besar di dunia. Oleh karena itu,
Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati ketiga tertinggi di dunia. Hal ini juga
didukung oleh letak geografisnya yang dilewati oleh garis khatulistiwa menyebabkan
curah hujan yang tinggi hampir di seluruh bagian Indonesia Keanekaragaman hayati
ini menyebabkan tingginya bioresource dimana tanaman-tanaman tersebut memiliki
bioaktivitas tersendiri sesuai dengan kandungan kimianya diantaranya yaitu Ocimum
basilicum L. yang berasal dari genus Ocimum. Genus ini dikenal karena kandungan
minyak atsirinya yang berlimpah. Kandungan minyak atsiri yang berlimpah dari
berbagai spesies Ocimum seperti Ocimum basilicum L., Ocimum citriodorum,
Ocimum basilicum canum Sims. dan spesies Ocimum lainnya dilaporkan memiliki
aktivitas antioksidan, antimikroba, insektisida dan aktivitas terapeutik seperti anti-
inflamasi, antipiretik, analgesik dan lain-lain.
Ocimum basilicum L. atau yang lebih dikenal dengan daun basil berasal dari
Afrika, India dan Asia tetapi banyak ditanam di berbagai negara di dunia pada iklim
sedang. Meskipun banyak digunakan sebagai sayuran dan penambah cita rasa
termasuk di Indonesia, ternyata daun basil juga banyak digunakan untuk pengobatan
diantaranya migrain, stres, demam, diare dan berbagai khasiat lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemisahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil ( Ocimum
basilicum ) ?
2. Mengapa larutan etanol digunakan sebagai pelarut dalam mengekstraksi Daun
Basil ( Ocimum basilicum ) ?
3. Bagaimana hasil rendemen ekstrak terhadap ekstraksi evaporasi Daun Basil
( Ocimum basilicum ) ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemisahan bahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil
( Ocimum basilicum ).
2. Untuk mengetahui mengapa larutan etanol dipilih sebagai pelarut saat melakukan
proses pemisahan senyawa bioaktif terhadap Daun Basil ( Ocimum basilicum ).
3. Untuk mengetahui massa akhir ekstrak berdasarkan perhitungan rendemen.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Klasifikasi Tanaman Basil

Tanaman Basil berasal dari kingdom plantae, subkingdom Tracheobionta,


superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida dengan
subkelas Asteridae, ordo Lamiales, famili Lamiaceae, genus Ocimum dan spesies
Ocimum basilicum L. Terdapat berbagai macam nama selain tanaman basil yang
terdapat di Indonesia, diantaranya serawung, selasih putih. Di negara lain, tanaman
basil juga banyak dikenal sebagai selaseh/ruku-ruku (Malaysia), sweet basil (Inggris),
ban tulsi (India), kinuka (Afrika Selatan).

B. Deskripsi Tanaman Basil

Gambar 1 Tanaman Basil ( Ocimum basilicum )

Ocimum basilicum adalah tanaman aromatik kaya akan minyak esensial dan
senyawa fenolik (flavonoid, asam fenolik) yang termasuk dalam famili Lamiaceae
yang digunakan sebagai pelengkap masakan dan juga obat tradisional untuk migrain,
stres, demam, diare. Tanaman ini memiliki beberapa manfaat termasuk sebagai
antibakteri. Tinggi herba Ocimum basilicum L. bervariasi dimulai dari 45 hingga 75
cm dengan warna batang hijau dan warna tangkai hijau sampai ungu pucat. Daunnya
berwarna hijau dengan bentuk lenset (lanceolate) hingga bundar telur (ovate) dengan
permukaan rata atau berombak. Panjang daunnya 4-6 cm, lebarnya kurang lebih 4,49
cm dengan luas 4-13 cm. Cabangnya berjumlah dari 25 hingga 75 cabang. Umumnya,
bunganya berwarna putih hingga merah muda.

3
C. Tinjauan Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang mendominasi Ocimum basilicum L yaitu minyak atsiri


yang terdapat pada bagian daun dan bagian-bagian yang terdapat pada bagian atas
tanah. Pada suatu penelitian disebutkan bahwa analisis kimia pada Ocimum basilicum
L. menunjukan bahwa minyak atsirinya kaya akan derivat monoterpen, seskuiterpen
dan fenilpropana.
Berikut ini merupakan komponen utama minyak atsiri hasil identifikasi dari
96,7% di Kairo total minyak dapat dilihat pada Tabel 1

Table 1 Kandungan minyak atsiri Ocimum basilicum


Pada penelitian lain disebutkan bahwa kandungan minyak atsiri pada daun
Ocimum basilicum L. memiliki persentase rendah diantaranya yaitu minyak volatil,
linalool, lineol, geraniol dan asam polifenol. Selain itu juga diperoleh kandungan
minyak lainnya yaitu kamfor, limonen, myrcene dan timol. Menurut studi literatur
yang dilakukan di berbagai negara, berikut komposisi kimia minyak atsiri Ocimum
basilicum L. pada Tabel 2

Table 2 Identifikasi kandungan Ocimum basilicum

4
D. Ekstraksi Metode Maserasi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses
pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,
biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase
ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut: pelarut organik akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi di dalam sel dan pelarut organik di luar
sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel
(Sastroamidjojo, 1985: 65-72).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam atau
dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda ini dapat
dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan.
Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti
dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan pengadukan secara
sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari metode ini yaitu efektif untuk senyawa
yang tidak tahan panas (terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relatif
sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah
yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak
karena kelarutannya yang rendah pada suhu ruang.

5
E. Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi adalah
suatu proses yang bertujuan memekatkan suatu larutan yang terdiri atas pelarut
(solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang nonvolatile. Dalam kebanyakan
proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilakukan dengan menguapkan
sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi (Saleh, 2004). Menurut Saleh (2004), umumnya, dalam evaporasi, larutan
pekat merupakan produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan
dibuang.

6
BAB III
METODE

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021. Analisis dilakukan di
Laboratorium Kimia Klinik Poltekkes Kemenkes Denpasar.
B. Alat dan Bahan
Ekstraksi Metode Maserasi
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaab ini adalah beaker glass, Erlenmeyer, gelas
ukur, magnetic stirrer, magnet bar, batang pengaduk, timbangan, pipet
volume.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah simplisia kering bahan alam daun
basil, pelarut etanol 70%.
Evaporasi
1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah satu set alat rotary evaporator (
Labu alas bulat, Chaber Water Bath. Labu Pelampung, Kondensor, Main
Unit).
2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah daun basil yang sudah di ekstrak
dan disaring.

C. Prosedur Kerja Maserasi


Preparasi Alat, Bahan dan Sampel
Pada tahapan preparasi ini beberapa langkah yang dilakukan meliputi persiapan
alat , bahan dan sampel. Persiapan alat yakni berupa peralatan yang dibutuhkan saat
melakukan proses ekstraksi dan evaporasi, seperti pada ekstraksi membutuhkan
timbangan, beaker glass, Erlenmeyer, gelas ukur, magnetic stirrer, magnet bar, batang
pengaduk, kertas saring, pipet volume, kertas alumunium foil sedangkan pada proses
evaporasi membutuhkan satu set alat Rotary Evaporator yang terdiri dari Labu alas
bulat, Chamber Water Bath. Labu Pelampung, Kondensor, Main Unit. Kemudian
dilanjutkan persiapan pada bahan yaitu menggunakan simplisia daun basil yang
7
ditimbang terlebih dahulu, lalu dilakukan pengukuran volume pada pelarut dengan
menggunakan pipet volume . Volume yang dilakukan setiap pengambilan pelarut
etanol yaitu 50 ml menggunakan pipet volume 50 ml sebanyak 8 kali.

Pembuatan Ekstraksi Daun Basil ( Ocimum basilicum )


Dalam praktikum ini pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi,
yaitu dengan merendam serbuk simplisia daun basil sebanyak 50,20 gram dan 400 ml
etanol 70 % ke dalam beaker glass dan diaduk sampai homogen. Pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung bahan zat
aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara zat aktif di
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak ke luar.
Proses maserasi ini membutuhkan waktu selama (1-2 jam) menggunakan magnetic
stirrer. 80 rpm Setelah campuran bahan terhomogen kemudian dilakukan penyaringan
menggunakan kertas saring sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar dan di dalam sel. Selanjutnya ampas dan filtrate dipisahkan. Setelah itu filtrate
jernih hasil maserasi yang diperoleh dikumpulkan dan diuapkan dengan vacuum
rotary evaporator pada suhu 65° hingga diperoleh ekstrak yang kental.
Ekstrak kering yang didapat dihitung perolehan rendemen dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎)

D. Prosedur Kerja Evaporasi


Siapkan 1 set alat rotary vacum evaorator, lalu masukkan sampel yang sudah di
maserasi ke dalam labu alas bulat yang tidak melebihi 2/3 volume labu. Labu bulat
penampung etanol dipasang pada bagian alat rotary vacum evaporator. Labu alas yang
berisi sampel dipasang pada bagian alat rotary evaporator dan tersentuh seluruh
bagian sampel hingga atas permukaan sampel terendam oleh aquadest di dalam
waterbath. Waterbath dalam posisi ON diatur suhu 65°C dibawah titik didih pelarut
yang dipakai yaitu etanol dengan titik didih 70. Vacum dinyalakan dengan tekanan
0,6-0,7 barr dan Rotasi diatur 100 rpm. Recirculating Chiller dinyalakan dan diatur
suhu 8-10°C dan tekan start. Sampel ditunggu hingga pekat yang ditandai dengan
munculnya gelembung udara pada permukaan sampel. Labu alas bulat dilepas dari
rangkaian alat rotary vacum evaporator.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Penimbangan Sampel

Gambar 2 Penimbangan Simplisia

 Pada proses ini dilakukan penimbangan daun basil. Daun basil di masukkan
kedalam beaker glass kemudian di timbang menggunakan neraca analitik
sebanyak 50,20 gram.
2. Pengukuran Larutan Pelarut Etanol
 Pipet pelarut etanol sebanyak 400 ml menggunakan pipet volume 50 ml
sebanyak 8× lalu masukkan kedalam beaker glass
3. Proses Ekstraksi Metode Maserasi

Gambar 3 Proses Maserasi Gambar 4 Proses Penyaringan Ekstraksi

 Campurkan 50,20 gram daun basil dengan 400 ml etanol kemudian taruh
magnetik bar kedalam larutan tersebut dan tututp menggunakan aluminium
foil. Letakan larutan tersebut diatas magnetic stirrer kemudian putar dengan
kecepatan 80 rpm.

9
 setelah selesai di putar di atas magnetic stirrer saring larutan tersebut
menggunakan kertas saring dan taruh didalam Erlenmeyer

4. Proses Evaporasi

Gambar 5 Proses Evaporasi Ekstrak Daun Basil ( Ocimum basilicum )

Setelah sampel diekstrak dan disaring lakukan evaporasi menggunakan alat rotary
vacuum evaporator dengan memasukkan ekstrak kedalam labu alas bulat dan atur
suhu pada alat yang diperlukan. Suhu waterbath 65°C dibawah titik didih pelarut
yang dipakai yaitu etanol. Etanol dengan titik didih 70. Vacum dinyalakan dengan
tekanan 0,6-0,7 barr dan Rotasi diatur 100 rpm. Recirculating Chiller dinyalakan
dan diatur suhu 8-10°C. Tekan start untuk memulai proses evaporasi

5. Perhitungan Rendemen Berdasarkan Massa Ekstrak

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)


𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎)

2,16 𝑔
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = × 100%
50,20 𝑔
= 0,04 x 100%
=4%

Jadi hasil rendemen ekstrak yaitu bobot akhir sampel (ekstrak) dibagi
dengan bobot simplisia dikali dengan 100% sehingga mendapatkan hasil rendemen
ekstrak yaitu 4%

10
B. Pembahasan
Proses ekstraksi dengan metode maserasi dipilih karena efektif menarik
metabolit sekunder maupun senyawa pada tanaman. Sampel tanaman yang
direndam dalam pelarut akan mengalami pemecahan membran sel dan dinding
karena adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel simplisia. Hal ini akan
menyebabkan metabolit sekunder di dalam sitoplasma simplisia akan larut ke
dalam pelarut organik
Pada proses setelah ekstraksi dilanjutkan dengan proses evaporasi yang dilakukan
pada suhu 400-600C dan waterbath yang diisi etanol 400ml. Suhu 400- 600C agar
komponen senyawa metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan, tetapi dalam proses
ini kita menggunakan suhu 600C dikarenakan menggunakan pelarut etanol, jadi etanol
pada suhu 600C sudah menguap, dengan alat Rotary Vacum Evaporator tekanan uap
pelarut akan turun, sehingga pelarut akan menguap dibawah titik didih normalnya. Hal
ini agar proses pemekatan tidak memerlukan suhu panas yang tinggi yang akan merusak
senyawa metabolit sekunder pada sampel. Adanya tekanan yang diberikan oleh pompa
vakum mengakibatkan pelarut menguap dari campuran kemudian terkondensasi dan
masuk ke dalam labu penampung. Dan untuk tekanan diatur 300mbar serta rotasi
100rpm.
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri
atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile
(Widjaja,2010). Penguapan atau evaporasi adalah suatu bentuk proses yang
menggunakan panas untuk menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang
berbentuk cairan. Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut.
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang
rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang
memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang
lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Senyawa yang terkandung dalam daun basil meliputi minyak atsiri,flavonoid,
alkaloid, saponin, triterpenoid, steroid, tanin, dan fenol. Daun basil dapat larut dengan
etanol karena unsur senyawa flavonoid merupakan senyawa golongan polifenol yang
terdistribusi luas pada tumbuhan dalam bentuk glikosidaa yang berikatan dengan suatu
gula, karena itu flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar. Pelarut polar akan
11
melarutkan senyawa polar begitu sebaliknya. Pelarut polar yang biasanya digunakan
untuk ekstraksi adalah etanol, metanol, aseton, isopropanol, dan air.
Pemilihan pelarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
ekstraksi. Hal ini karena untuk menghindari kejenuhan pelarut dan memaksimalkan
proses penarikan senyawa yang terkandung dalam simplisia, sehingga rendemen ekstrak
yang didapatkan maksimal. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
mempengaruhi jenis komponen aktif bahan yang terekstrak karena masing-masing
pelarut mempunyai selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen aktif dalam
bahan.
Menurut Perry (1984), berbagai syarat pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi, yaitu sebagai berikut:
a. Memiliki daya larut dan selektivitas terhadap solute yang tinggi. Pelarut harus dapat
melarutkan komponen yang diinginkan sebanyak mungkin dan sesedikit mungkin
melarutkan bahan pengotor.
b. Bersifat inert terhadap bahan baku, sehingga tidak bereaksi dengan komponen yang
akan diekstrak.
c. Reaktivitas. Pelarut tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
bahan ekstraksi.
d. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
e. Tidak korosif.
f. Tidak beracun.
g. Tidak mudah terbakar.
h. Stabil secara kimia dan termal.
i. Tidak berbahaya bagi lingkungan.
j. Memiliki viskositas yang rendah, sehingga mudah untuk dialirkan.
k. Murah dan mudah didapat, serta tersedia dalam jumlah yang besar.
l. Memiliki titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan.
m. Memiliki tegangan permukaan yang cukup rendah.

Dalam Ekstraksi dengan metode maserasi terhadap senyawa bioaktif pada


tanaman daun basil menggunakan pelarut etanol 70 % yang bertujuan untuk menarik
semua komponen kimia di dalam daun basil, karena pelarut etanol merupakan pelarut
universal yang dapat menarik senyawa senyawa yang larut dalam pelarut non polar
hingga polar dan memiliki indeks 5,2. Etanol dipilih sebagai pelarut dalam proses
12
ekstraksi evaporasi karena etanol merupakan pelarut yang maksimal dalam menarik
senyawa fenolik apabila dibandingkan dengan air atau campuran antara etanol dengan
air karena senyawa tersebut merupakan senyawa antimikroba.

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia


awal. Rendemen menggunakan satuan persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak
Rendemen merupakan perbandingan antara hasil banyaknya metabolit yang
didapatkan setelah proses ekstraksi dengan berat sampel yang digunakan. Rendemen
dikatakan baik jika nilainya lebih dari 10%. Oleh karena itu rendemen ekstrak kasar yang
didapatkan dinyatakan baik karena hasil rendmen >10%.
Perhitungan rendemen ekstrak dilakukan untuk menentukan perbandingan jumlah
ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan terhadap awal berat bahan simplisia serta untuk
mengetahui banyaknya senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan yang
terekstraksi.
Mardina (2011) menyatakan bahwa semakin lama waktu ekstraksi, semakin
tinggi rendemen yang diperoleh, karena kesempatan bereaksi antara bahan dengan
pelarut semakin lama sehingga proses penetrasi pelarut kedalam sel bahan semakin baik
yang menyebabkan semakin banyak senyawa yang berdifusi keluar sel. Dari segi pelarut,
menurut Kusyana (2014), pelarut yang berbeda akan memberikan nilai yang berbeda
karena pada proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi ke dalam sampel serta pada proses
tersebut pelarut terdifusi pada komponen yang memiliki tingkat kepolaran yang sama.
menurut Aziz (2009) semakin besar volume pelarut dan semakin lama waktu ekstraksi
maka semakin besar persen rendemen yang dihasilkan.
Rendemen ekstrak penelitian ini diperoleh melalui proses ekstrak menggunakan
metode maserasi. Pertimbangan metode maserasi digunakan pada penelitian ini karena
alat yang digunakan sangat sederhana. Pelarut etanol dipertimbangkan sebagai cairan
pelarut karena murah, mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap, dan
merupakan salah satu pelarut yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.Pengukuran rendemen ini dilakukan dengan
membandingkan massa ekstrak kering (gr) dengan massa awal bahan sebelum proses
ekstraksi (gr). Perhitungan ini dilakukan agar mengetahui presentase jumlah bahan yang
tersisa hasil proses ekstraksi dan mengetahui tingkat keefektifan dari proses yang
dihasilkan. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa rendemen daun basil (Ocimum
13
basilicim) terhadap pelarut etanol dengan kadar 70% memiliki persentasi lebih rendah
dari kadar normal simplisia yakni sebesar 4% . Hal ini terjadi karena kemungkin
berdasarkan faktor-faktor yang telah dianalisis dalam jurnal seperti pengaruh waktu dan
besar volume pelarut.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses ekstraksi dengan metode maserasi dipilih karena efektif menarik
metabolit sekunder maupun senyawa pada tanaman. Sampel tanaman yang
direndam dalam pelarut akan mengalami pemecahan membran sel dan dinding
karena adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel simplisia. Hal ini akan
menyebabkan metabolit sekunder di dalam sitoplasma simplisia akan larut ke
dalam pelarut organic.
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri atas
pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (Widjaja,2010).
Penguapan atau evaporasi adalah suatu bentuk proses yang menggunakan panas untuk
menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang berbentuk cairan. Evaporasi adalah
proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut
menggunakan rotary vacuum evaporator.
Cara kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik didih yang
rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga pelarut yang
memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya menyisahkan larutan yang
lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Ekstraksi daun basil ( Ocimum basilicum) menggunakan pelarut etanol 70%
memperoleh rendemen Sebesar 4% yakni lebih rendah dari kadar normal ekstrak
simplisia. Rendemen ekstrak daun basil ( Ocimum basilicum) yang diekstrak
menggunakan metode Maserasi evaporasi pada penelitian ini memiliki kemungkinan
secara kualitatif mengandung senyawa bioaktif yang dapat berperan sebagai antibakteri
dan antioksidan. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi hasil
rendemen ekstrak bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari kadar normal ekstrak simplisia.
Berdasarkan jurnal yang telah dianalisis salah satu factor yang memengaruhi adalah lama
waktu ekstraksi berpengaruh terhadap rendemen, dimana semakin lama waktu ekstraksi
maka semakin tinggi rendemen, semakin besar volume pelarut dan semakin lama waktu
ekstraksi maka semakin besar persen rendemen yang dihasilkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aminah S. , Purba, R. A. ,Situmorang, N. B. , Marbun, R. A. T. 2020. Uji aktivitas


antibakteri ekstrak etanol daun kemangi (ocimum basilicum L.) terhadap bakteri
Streptococcus mutans. Jurnal Farmasi. Vol. 2 No.2.
Hapsari, F. , & Sujati, N. M. 2019. Efisiensi Kinerja Evaporasi Pada Pengolahan Limbah
Radioaktif Batan. Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol. 4, No. 4
Herfianto, P, N., Nurhuda, M, Yuana, F. Pengaruh Durasi Evaporasi Etanol Low Grade
Terhadap Kadar Etanol Pada Residu Hasil Evaporasi. Jurusan Fisika, Fakultas
MIPA, Universitas Brawijaya.
Kumalasari, M. L. F., & Andiarna, F. (2020). Uji fitokimia ekstrak etanol daun kemangi
(Ocimum basilicum L). Indonesian Journal for Health Sciences, 4(1), 39-44
Luginda, A.R. Lohita, B. dan Indriani, L. 2018. Pengaruh Variasi Konsentrasi Pelarut Etanol
Terhadap Kadar Flavonoid Total Daun Beluntas (Pluchea indica (L.)Less) Dengan
Metode Microwave ± Assisted Extraction (MAE).
Luntungan, A.H., Mandey, L.C., Rumengan, I.F.M., Suptijah, P. 2017. Pengaruh penyalutan
nanokitosan kandungan fenolik ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L). Jurnal
Ilmu dan Teknologi Pangan 5(2):20-25.
Padmasari, P. D. Astuti, K. W. Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Syarifuddin, A. N., Purba, R. A., Situmorang, N. B., & Marbun, R. A. T. (2020). Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. JURNAL FARMASIMED (JFM), 2(2), 69-
76.
Syakdani, A. ,Purnamasari, I. ,Necessary, E. 2019. Prototipe Alat Evaporator Vakum
(Efektivitas Temperatur Dan Waktu Evaporasi Terhadap Tekanan Vakum Dan Laju
Evaporasi Pada Pembuatan Sirup Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)). Jurnal
Kinetika Vol. 10, No. 02, 29-35
Widnyani1, I. A. A. , Antara, N. S. ,Wartini N. M. 2014. INHIBITION ACTIVITY OF
BASIL LEAF EXTRACT ON THE GROWTH OF Eschericia coli, Salmonela typhi
AND Listeria monocytogenes. Jurnal REKAYASA DAN MANAJEMEN
AGROINDUSTRI. Vol. 2. No. 2. (99-110)
Widyasanti1, A. , Nurlaily, N. , Wulandari, E. 2018. Karakteristik Fisikokimia Antosianin
16
Ekstrak Kulit Buah Naga Merah Menggunakan Metode UAE. Jurnal Ilmiah
Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol .6, No. 1, 27-38
Zahra, S, Iskandar, Y. 2009, 'Review Artikel Kandungan Senyawa Kimia Dan Bioaktivitas
Ocimum basilicum var. pilosum L', Unpad Journal, vol.15, no.3, hlm.146-150.

17
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA ANGGOTA NIM TTD

Navyola Eka Ramadhani P07134120063

Ni Made Sekarningsih P07134120064

Gusti Ayu Ana Dwicahyani Parnawan P07134120065

Ni Nyoman Trisna Dewi P07134120066

Ni Nyoman Ayu Triza Meytarani Riasma P07134120067

Ni Komang Omik Trianita Udiana P07134120068

Luh Gede Trisna Agustini P07134120069

Ni Komang Sri Rahayu P07134120070

18

Anda mungkin juga menyukai