KELOMPOK 2 (Kotler 2)
1. Ni Komag Omik Trianita Udiana ( P07134120068 )
2. Luh Gede Trisna Agustini ( P07134120069 )
3. Ni Komang Sri Rahayu ( P07134120070 )
4. I Ngenah Jaya Arthawiguna ( P07134120071 )
5. Yunita ( P07134120073 )
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
tuntunanNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Pemeriksaan
Bakteriologi ini. Penyusunan laporan praktikum pemeriksaan bakteriologi ini merupakan
hasil dari pelaksanaan praktikum yang dimana sebagai syarat dalam penyelesaian tugas
praktikum. Laporan praktikum ini terdiri atas delapan percobaan praktikum dan tiap
percobaan praktikum memiliki tujuan,landasan teori, alat dan bahan praktikum, cara kerja
dan hasil pengamatan.
Dalam penyusunan Laporan Praktikum ini, kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
maka dalam kesempatan kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Nyoman Mastra,S.KM.,S.Pd.,M.Si selaku dosen pembimbing praktikum mata
kuliah Bakteriologi yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum
sehingga Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan.
2. I Nyoman Jirna, S.KM.,M.Si selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah
Bakteriologi yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum
sehingga Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan.
3. Buhannuddin, S.Si., M.Biomed selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah
Bakteriologi yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum
sehingga Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan.
4. Putu Ayu Suryaningsih, S.ST selaku dosen pembimbing praktikum mata kuliah
Bakteriologi yang senantiasa mengajar dan membimbing selama Praktikum
sehingga Laporan Praktikum ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari laporan praktikum Pemeriksaan Bakteriologi ini masih belum
sempurna dan masih ada kekurangan. Maka dari itu kami mohon maaf apabila ada
kekurangan dalam penyusunan laporan praktikum Pemeriksaan Bakteriologi ini.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami perlukan untuk
penyempurnannya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKARTA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II TINJAU PUSTAKA
BAB III METODE
A. WAKTU DAN TEMPAT
B. ALAT DAN BAHAN
C. CARA KERJA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PRAKTIKUM
B. PEMABHASAN
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti pada tanah, debu, udara, air,
makanan ataupun permukaan jaringan tubuh kita. Keberadaan mikroorganisme
tersebut ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, tetapi banyak pula yang
merugikan manusia misalnya dapat menimbulkan berbagai penyakit atau bahkan
dapat menimbulkan kerusakan akibat kontaminasi (Ratna S, 1990).
Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi
merupakan pembawa bahan partikulat, debu dan tetesan cairan,yang kesemuanya
ini mungkin dimuati oleh bakteri. Jumlah dan tipe mikroorganisme yang
mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan
misalnya, dari saluran pernafasan manusia yang disemprotkan melalui batuk,
bersin, dan partikel-partikel debu diedarkan oleh aliran udara (Entjang, 2003).
Mikroorganisme dapat hidup dimana – mana, tidak hanya di ruang terbuka
tapi di ruangan tertutup. Kehidupan mikroorganisme di ruang tertutup lebih
mudah dikendalikan dibanding di ruang terbuka. Jika suatu ruangan tertutup,
kehidupan mikroorganisme dapat dikendalikan, maka ruangan tersebut dapat
dikategorikan sebagai ruangan steril ( Rusli, 2004 ).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004, indeks angka kuman di udara laboratorium mempunyai
batasan konsentrasi maksimal sebesar 200 – 500 CFU/m3. Hal ini menunjukkan
bahwa begitu penting untuk menurunkan angka kuman udara di laboratorium
sebelum digunakan untuk melakukan pemeriksaan (KEMENKES RI, 2004).
Ukuran sel mikroorganisme yang sedemikian kecil dan ringan menyebabkan
mudah terhembuskan oleh aliran udara. Keberadaan mikroorganisme dapat
menyebabkan kontaminasi dan berpengaruh terhadap pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi, yang sering disebut bakteri kontaminan, yang biasanya dapat ikut
tumbuh dalam suatu media nutrient agar. Bakteri kontaminan yang sering
ditemukan diantaranya adalah Bacillus sp, Streptococcus sp, Staphyloccus,
Pseudomonas dan Sarcina (Pusdiknakes, 1989).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagimana teknik penghapusan dan teknik pewarnaan bakteri ?
2. Bagimana teknik kultur bakteri dengan sampel urine ?
3. Bagimana cara mengidentifikasi bakteri enteric ?
4. Bagimana cara mengidentifikasi bakteri Vibrio ?
5. Bagimana cara mengidentifikasi baketri Stalylococcus aureus ?
6. Bagimana cara mengetahui angka kuman pada makanan/minuman ?
7. Bagimana cara mengetahui kualitas bakteriologis air/minuman?
C. TUJUAN
1. Mengidentifikasi bakteri dengan teknik pewarnaan Gram
2. Mengidentifikasi bakteri dengan teknik pewarnaan BTA
3. Mengkultur bakteri dari sampel urine
4. Mengidentifikasi bakteri enteric
5. Mengidentifikasi bakteri Vibrio
6. Mengidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus
7. Mengetahui angka kuman makanan/minuman
8. Mengetahui kualitas bakteriologis air/minuman dengan uji MPN
D. MANFAAT
1. Untuk mengetahui bakteri dengan teknik pewarnaan Gram
2. Untuk mengetahui bakteri dengan teknik pewarnaan BTA
3. Untuk mengetahui bakteri dari sampel urine
4. Untuk mengetahui bakteri enteric
5. Untuk mengetahui bakteri Vibrio
6. Untuk mengetahui bakteri Staphylococcus aureus
7. Untuk mengetahui angka kuman makanan/minuman
8. Untuk mengethaui kualitas bakteriologis air/minuman dengan uji MPN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain
prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini
sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Dinding sel bakteri
sangat tipis dan elastis ,terbentuk dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang
hanya dimiliki oleh golongan bakteri. Fungsinya dinding sel adalah- memberi bentuk sel,
member perlindungan dari lingkungan luar dan mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke
dalam sel Teknik pewarnaan Gram adalah untuk menunjukan perbedaan yang mendasar
dalam organisasi struktur dinding sel bakteri atau cell anvelope.Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel relatif tebal, terdiri dari berlapis-lapis polymer peptidoglycan (disebut
juga murein). Tebalnya dinding sel menahan lolosnya komplek crystal violet-iodine ketika
dicuci dengan alkohol atau aseton. Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel berupa lapisan
tipis peptidoglycan, yang diselubungi oleh lapisan tipis outer membrane yang terdiri dari
lipopolysaccharide (LPS). Daerah antara peptidoglycan dan lapisan LPS disebut periplasmic
space (hanya ditemui pada Gram negatif) adalah zona berisi cairan atau gel yang
mengandung berbagai enzymes dan nutrient-carrier proteins. Kompleks Crystal violet-iodine
mudah lolos melalui LPS dan lapisan tipis peptidoglycan ketika sel diperlakukan dengan
pelarut. Ketika sel diberi perlakuan pewarna tandingan Safranin O, pewarna tersebut dapat
diserap oleh dinding sel bakteri Gram negatif. Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau
berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan
sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Selama
proses pembelahan, material genetik juga menduplikasi diri dan membelah menjadi dua, dan
mendistribusikan dirinya sendiri pada dua sel baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang
sangat singkat. Pada kondisi yang menguntungkan berduplikasi setiap 20 menit.
Pewarnaan gram adalah teknik pewarnaan gram yang memilki tujuan utama untuk dapat
mengelompokkan bakteri, dengan hasil bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram
positif memilki sifat yang dapat mempertahankan zat warna kristal violet, serta akan
menampakan warna ungu tua di bawah mikroskop. Sedangkan untuk bakteri gram negatif
akan memiliki sifat yaitu, akan kehilangan zat warna kristla violet setelah proses pencucian
yang dilakukan dengan alkohol, dan sewaktu diberikannya zat pewarna air safranin, maka
bakteri gram negatif akan tampak atau menunjukan warna merah. Perbedaan zat warna ini
dikarenakan oleh perbedaan yang ada dalam struktur kimiawi dinding sel bakteri (Lay.1994).
Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri ; sehingga
menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan
pencuci (Dwidjoseputro.1998).
Secara umum bakteri memiliki sifat yang tembus cahaya, hal ini dikarenakan bakteri
tidak memiliki zat warna dalam tubuhnya. Tujuan dari perwarnaan gram yaitu untuk
mempermudah proses pengamatan dari bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad,
mengamati struktur dalam serta luar sel bakteri, serta untuk melihat reaksi jazad terhadap
pewarna yang diberikan, sehingga nantinya sifat fisik atau kima jazad dapat
diketahui (Hadiutomo, 1990).Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae
harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu, sehingga nantinya mikroba atau morfoligi dapat
diamati dengan keadaan yang jelas. Pada dasarnya bakteri bersifat tembus cahaya atau
transparan, hal ini dikarena sebagian besar tubuh dari bakteri yang tidak mempunyai zat
warna (Waluyo, 2004). Metode Pewarnaan gram dilkukan untuk mengetahui morfologi dari
bakteri, serta membedakan bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram
positif akan berwarna ungu, jika dilihat dari mikroskop, itu karena bakteri gram positif dapat
menahan kompleks pewarna primer karbol gentian violet iodium sampai akhir prosedur
pewarnaan. Bakteri Gram negatif akan berwarna merah jika dilihat di bawah mikroskop, itu
karena bakteri gram negatif kehilangan kompleks warna karbol gentian violetiodium dengan
proses pembilasan alkohol, kemudian yang terwarnai oleh pewarna tandingan air
fuksin (Cappucino, 1987). Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang tebal, dan dapat
menyusut pada saat dilakukaanya proses pembilasan alkohol, yang menjadikan pori-porinya
menutup dan mencegah keluarnya kompleks pewarna primer pada saat pemucatan.
Sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif mengandung banyak lipid yang dapat larut
dalam alkohol pada saat pembilasan. Larutnya lipid ini dapat memperbesar pori-pori dinding
sel, yang dapat menyebabkan proses pemucatan berlangsung dengan cepat (Cappucino,
1987).
Jika berdasrakan gramnya menurut Lay (1994), bakteri dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Bakteri Gram positif memiliki ciri dapat mengikat zat warna pertama (kristal violet)
serta akan dapat memberikan warna ungu dan bahkan setelah proses pencucian
dengan alkohol, warna ungu akan tetap kelihatan. Jika ditambahkan zat warna kedua
(safranin), warna ungu pada bakteri positif tidak akan berubah. Contoh :
Stapylococcus aureus, dan Stapylococcus epidermidis
2. Bakteri Gram negative memilki ciri akan kehilangan warna dari kristal violet ketika
proses pencucian dengan alkohol dan setelah diberikan zat warna kedua (safranin),
bakteri negative akan berubah dan memberikan warna menjadi warna merah muda.
Contoh : Salmonella species,Salmonella typhi, Salmonella dysenteriae, dan Klebsiella
pneumonia kristal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane, yang bisa
digunakan atau dimanfaatkan untuk histologis noda dalam metode gram klasifikasi
bakteri. Sifat Kristal violet, antara lain adalah anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan
penting sebagai antiseptik topikal (Sutedjo,1991). Safranin merupakan noda biologis
yang digunakan sebagai histologi dan sitologi. Safranin digunakan sebagai conterstain
dalam beberapa protokol pewarnaan. Safranin mempunyai struktur kimia. Ada juga
trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan
biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara
keduanya (Sutedjo,1991).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling
penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan
bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet,
larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa
zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae (Putri, Sukini, & Yodong, 2017). Bakteri yang terwarnai dengan metode ini
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun 28 bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi
zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak
berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi
dinding selnya (Putri, Sukini, & Yodong, 2017). Menurut Waluyo (dalam Nurhidayati,
Faturrahman, Ghazali, 2015), uji pewarnaan gram dilakukan dengan akuades steril
diletakkan di atas kaca objek, koloni bakteri di ambil satu ose dari media diletakkan di
atas akuades steril dan sebarkan hingga merata, biarkan olesan tersebut kering karena
udara. Setelah olesan benar-benar kering kemudian lalukan kaca objek tersebut beberapa
kali di atas nyala api sampai kaca objek terasa agak panas bila ditempelkan pada
punggung tangan. Kemudian ditetesi dengan larutan kristal ungu (Gram A), dan
didiamkan selama satu menit, kemudian cuci menggunakan akuades pada botol semprot
dan dikeringkan. Selanjutnya ditetesi dengan larutan yodium (Gram B) dan dibiarkan
selama 2 menit, dicuci menggunakan akuades pada botol semprot dan dikeringkan.
Kemudian ditetesi dengan larutan etanol 95% (Gram C) selama 30 detik, dicuci
menggunakan akuades pada botol semprot dan dikeringkan. Setelah itu ditetesi dengan
larutan safranin (Gram D) atau zat penutup dan didiamkan selama 30 detik, kemudian
dicuci menggunakan akuades pada botol semprot dan dikeringkan. Selanjutnya diamati
dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran kuat.
B. Teknik pewarnaan BTA
Bakteri tahan asam, terutama basil tuberkel (Mycobacterium tuberculosis)
memiliki dinding sel yang mengandung sejumlah besar lilin, hidrokarbon becabang
kompleks (panjangnya 70-90 karbon) yang disebut sebagai mycolic acid. Dinding sel
terdiri dari peptidoglikan dan dua lapis lipid asimetris eksternal; lebaran dalam
mengandung mycolic acid yang berikatan dengan arabinoglikan dan lembaran luar
mengandung lipid yang dapat diekstraksi lainnya. Lapisan ini merupakan dua lapis
lipid yang sangat teratur, tempat protein tertanam membentuk pori-pori berisi air
sehingga nutrient dan obat yang tertentu dapat masuk atau lewat secara perlahan.1
Beberapa senyawa juga dapat menembus daerah lipid di dinding sel walau lambat.
Struktur hidrofobik ini membuat bakteri resisten terhadap berbagai bahan kimia keras
termasuk deterjen dan asam kuat. Jika sel-sel ini diberikan zat warna dengan
pemanasan singkat atau penggunaan deterjen maka warna tersebut tidak dapat
dihilangkan dengan asam klorida encer seperti pada bakteri lain. Permeabilitas
dinding selnya terhadap molekul hidrofilik 100-1.000 kali lipat lebih rendah
dibandingkan Escherichia coli dan dengan demikian hal ini mungkin juga
menyebabkan lambatnya pertumbuhan mikobakteri.1
Mikobakteri merupakan bakteri berbentuk batang, aerob yang tidak membentuk
spora, kaya akan lipid yang mencakup mycolic acid (asam lemak rantai panjang C78-
C90), lilin, fosfatida. Pada sel, lipid sangat terikat dengan protein dan polisakarda.
Muramyl dipeptide bersama dengan mycolic acid dapat menyebabkan pembentukan
granuloma yang merupakan fosfolipid menginduksi nekrosis kaseosa. Basil
tuberkulosis ini memiliki galur virulen dengan membentuk serpentine cord yang
merupakan kumpulan basil tahan asam tersusun dalam rantai paralel. Tali ini
merupakan sebuah cord factor (trehalose-6,6’-dimycolate) telah di ekstraksi dari basil
virulen dengan eter petroleum. Senyawa ini menghambat migrasi leukosit,
menyebabkan granuloma kronis dan dapat berfungsi sebagai adjuvan imunologis.1
Mikobakteri ini merupakan bakteri aerob obligat dan memperoleh energi dari oksidasi
banyak senyawa karbon sederhana. Peningkatan tekanan CO2 akan meningkatkan
pertumbuhan bakteri. Aktivitas biokimianya tidak khas dan kecepatan
pertumbuhannya jauh lebih lambat daripada sebagian besar bakteri. Waktu
pembelahan basil tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuk saprofit akan cendrung tubuh
lebih cepat dan berproliferasi baik pada suhu 22-33℃ dengan menghasilkan lebih
banyak pigmen dan kurang tahan asam dibanding bentuk patogenik. Mikobakteri
terkandung dalam droplet berdiameter <25 𝜇𝑚 ketika pasien yang terinfeksi batuk,
bersin atau bebicara. Droplet akan menguap dan meninggalkan organisme yang cukup
kecil untuk terdeposit di dalam alveoli ketika dihirup. Ketika berada di dalam alveoli
maka sistem imun pejamu akan merespons dengan mengeluarkan sitokin dan limfokin
yang menstimulasi monosit dan makrofag. Makrofag meningkatkan kemampuan
membunuh organisme sedangkan yang lainnya dapat dibunuh oleh basil. Setelah 1-2
bulan pasca paparan di paru akan terlihat lesi patognik yang disebabkan oleh infeksi.
Dua tipe lesi yaitu tipe eksudatif dan tipe produktif dapat berkembang. Resistensi dan
hipersensitivitas pejamu sangat mempengaruhi perkembangan penyakit dan tipe lesi
yang terlihat.1 Meskipun tidak mudah diwarnai, namun bila diwarnai maka bakteri ini
menahan penghilang warna oleh asam atau alkohol sehingga disebut basil “tahan
asam”. Terdapat lebih dari 125 spesies Mycobacterium, termasuk banyak di antaranya
yang saprofit. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan merupakan
sebuah patogen yang sangat penting pada manusia. Pada jaringan, basil tuberkulosis
berbentuk batang lurus dan tipis berukuran sekitar 0,4 x 3 𝜇𝑚. Pada media artifisial,
bakteri ini memiliki bentuk kokoid dan filamentosa yang terlihat dalam berbagai
morfologi dari berbagai spesies. Mikobakterium tidak dapat dimasukkan ke dalam
kelompok bakter gram-positif atau gram-negatif. Ketika diwarnai dengan pewarnaan
dasar maka warna pada bakteri tersebut tidak dapat dihilangkan oleh alkohol kecuali
dengan iodin. Basil tuberkulosis dengan sifatnya yang tahan asam, yaitu etil alkohol
95% yang mengandung asam hidroklorida (asam-alkohol) dengan cepat
menghilangkan warna semua bakeri kecuali mikobakteri. Sifat tahan asam ini
bergantung pada integritas selubung lilin. Pewarnaan dengan tehnik Ziehl-Neelsen
dilakukan untuk identifikasi bakteri tahan asam. Pada apusan sputum atau potongan
jaringan, mikobakteri dapat terlihat dengan warna kuning-orany fluoresens setelah di
warnai dengan pewarnaan fluorokrom seperti auramine, rhodamine. Kemudahan
untuk melihat BTA dengan pewarnaan fluorokrom ini menjadikan pewarnaan yang
lebih sering digunakan untuk spesimen klinik.1 Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen
menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 % dan methylen blue
0,3%. Pemberian warna pertama yang merupakan carbol fuchsin, BTA bersifat
mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam
larutan fenol 5%. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol
digunakan sebagai pelarut untuk membatu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri
sewaktu proses pemanasan. Pemanasan berfungsi untuk melebarkan pori-pori lemak
BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan
pemucat, yaitu asam alkohol sehingga zat warna pertama tidak mudah dilunturkan.
Bakteri dicuci lagi dengan air mengalir untuk menutup pori- pori dan menghentikan
pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan
asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat hingga sel bakteri tidak berwarna.
Setelah penambahan zat warna kedua yang merupakan methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru. Prinsip dasar metode Ziehl Neelsen adalah proses
penyerapan zat warna yang dilakukan dengan bantuan pemanasan untuk memudahkan
penyerapan warna karbol fukhsin agar melunakkan lemak atau lilin BTA, sehingga
karbol fukhsin terikat erat pada dinding sel BTA. Karbol fukhsin yang berwarna
merah akan lebih mudah larut dalam fenol dibanding dalam air atau alkohol asam
sehingga fenol lebih mudah larut dalam lemak atau lilin dari pada dalam air. Bakteri-
bakteri tahan asam yang banyak mengandung lemak atau lilin dalam keadaan panas
sangat mudah menyerap basik fuksin dan fenol, tapi sangat tahan karena memang
sifatnya yang sangat tahan terhadap pencuci asam.2 Apabila bakteri diwarnai dengan
karbol fukhsin sambil dipanaskan 90°C selama 4 menit maka lapisan lilinnya akan
menjadi lunak dan zat warna dapat menembus masuk kedalam sel. Setelah dingin zat
warna tersebut terikat erat oleh dinding sel dan tidak luntur pada pencucian dengan
alkohol asam maka bakteri tersebut bersifat tahan asam. Pada pemberian zat warna
lawan (metilen biru) bakteri ini tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau
hijau. Sebaliknya, bakteri yang tidak tahan asam maka zat warna utamanya akan
luntur pada waktu pencucian dengan alkohol asam, sehingga zat warna lawan dapat
memberi warna pada sel.3 Pemeriksaan mikroskopik langsung diperlukan untuk
mendiagnosis penyakit TB, sehingga hasil pemeriksaan 2 dari 3 sampel pada sputum
SPS tersebut positif maka hasil BTA positif. Mutu pemeriksaan sangatlah ditentukan
oleh teknik pengumpulan sputum yang baik dan harus tetap dijaga dengan melakukan
pemantauan langsung terhadap tehnik pengambilan sampel.
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson, Kinyoun
Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk analisis
tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenissputum:
Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.
Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.
Collection sputum : sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu minggu.
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin
0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu
carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa
yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan
dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel
bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak
BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat,
yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian
dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan
terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol
fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna
kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994). Pada
pewarnaan bakteri dengan metode Ziehl- Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua,
yaitu :
1. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tahan
asam (acid fast).
2. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak tahan
asam (non acid fast).
Negatif : apabila tidak ditemukan BTA.
Positif : apabila terdapat 1 - 9 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 1 : apabila terdapat 10 - 90 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 2 : apabila terdapat 1 - 9 BTA / 1 lapang pandang.
Positif 3 : apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang
C. Kultur Bakteri Urine
Kultur urine adalah metode pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri di
dalam urine, sebagai pertanda dari infeksi saluran kemih. Selain mendeteksi
keberadaan bakteri, kultur urine juga dapat digunakan untuk menentukan jenis bakteri
penyebab infeksi. Saluran Kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganismepada salah
satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yangbisa terinfeksi antara
lain urethra (urethritis), kandung kemih (cystitis),ureter (uretheritis), jaringan ginjal
(pyelonefritis). ISK dapat mengenai pria maupun wanita dari semua umur baik anak-
anak, remaja, dewasamaupun lanjut usia. Infeksi ini terjadi karena naiknya kuman
melaluiuretra menuju kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas. Infeksijuga
dapat terjadi akibat penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe. Wanita
memiliki resiko lebih sering terkena ISK daripada pria, hal itu disebabkan karena
bakteri dari rektum dapat dengan mudah mencapai uretra dan menyebabkan infeksi.
Untuk menentukan benar atau tidaknya pasien menderita ISK dibutuhkan diagnosis
yang kuat. Diagnosis ISK dilakukan menggunakan sampel urin. Sampel urin
merupakan sediaan yang memiliki proporsi besar sebagai sampel yang sering
dikerjakan di laboratorium mikrobiologi. Untuk mendiagnosis ISK bisa menggunakan
berbagai metode. Metode yang digunakan yaitu kultur bakteri. ISK merupakan
keadaan dimana saluran kemih terinfeksi oleh patogen sehingga menyebabkan
adanya bakteri pada urin yang dihasilkan. ISK secara umum dibagi menjadi dua
yaitu ISK atas yang melibatkan ginjal dan ISK bawah. Beberapa orang lebih
rentan untuk menderita ISK diantaranya adalah orang dengan abnormalitas struktur
dan fungsi pada saluran kemih seperti adanya kista dan divertikel, serta defek
neurologis yang menyebabkan retensi urin. Adanya benda asing pada saluran
kemih, keabnormalitasan metabolik dan menurunnya status imunitas juga dapat
memicu timbulnya ISK. Diagnosis ISK dapat ditegakkan apabila hasil anamnesis
sesuai dengan gejala, pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri tekan suprapubik
yang dipastikan dengan pemeriksaan urin mikroskopik yang menunjukkan
peningkatan >103 bakteri per lapang pandang. ISK dapat disebabkan oleh beberapa
jenis bakteri. Jenis bakteri penyebab ISK dapat diketahui dengan cara melakukan
kultur pada urin yang dilakukan pada pasien dengan ISK berulang atau ISK
dengan komplikasi. Diagnosis ISK selama ini didasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang mendukung adanya tanda dan gejala terjadinya ISK.
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menentukan penatalaksanaan yang
sesuai dengan penyakit yang terdiagnosis. Pemeriksaan penunjang ISK selama
ini menggunakan baku emas berupa kultur urin untuk melihat adanya patogen
penyebab ISK dan jumlah kolonisasi bakteri yang digunakan sebagai salah satu syarat
dari diagnosis ISK.
Kultur Urine
Alat: Ose bulat dan ose khusus, api bunsen, korek, petridish
Bahan: Sampel urine
Media: MCA, dan BAP
Catatan: untuk pembuatan media Lactose Broth (LB) yang double strength
sama dengan di atas, hanya penimbangannya 2 kali/double
Brilliant Green Lactose Bili Broth ( BGLB ) : tersedia media stock
dari produsen berikut cara pembuatannya
a) Larutkan media stock dengan aquadest sesuai petunjuk pembuatannya
yang tertera, campurkan hingga larut
b) Masukkan sebanyak 10 ml ke dalam tabung pembiakan (reaksi) yang
berisi tabung durham dalam posisi terbalik
c) Tutup dengan tutup karet / kapas
d) Sterilisasi dalam autoclove pada suhu 121°C selamam 15 menit (pH
setelah sterilisasi ± 7,2)
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pewarnaan Gram
2. Pewarnaan BTA
Gambar 2. Hasil Pewarnaan BTA
Sampel : Sputum
Pewarnaan : Ziehl Nelson
Bentuk : Batang
Warna : Biru
Jenis : Tidak tahan asam
Sampel : Feses
Bentuk : Bulat
Warna : Merah
Ukuran : Kecil, sedang sampai besar
Tekstur : Halus
Tepi koloni : Tidak bergerigi
Permukaan : Tidak terdapat Lendir
Dari hasil pengamatan makroskopis pada media Manitol Salt Agar (MSA) yang
diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37C di dapatkan hasil yang negative yaitu tidak
ada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus maupun bakteri Staphylococcus sp.
lainnya.
Negative ( - ) : tidak
ada pertumbuhan koloni
bakteri Staphylococcus
aureus maupun bakteri
Staphylococcus sp.
lainnya.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada pemeriksaan angka kuman kue nagasari (kue
basah) dapat diamati bahwa banyaknya koloni yang tumbuh setelah diinkubasi pada media
Plate Count Agar/ Nutrient Agar (NA) dengan suhu 37℃ selama 1 × 24 jam. Ditemukan
koloni bkteri pada pengenceran 10−1, 10−2 , 10−3 .
Keterangan :
nk = jumlah koloni pada media kontrol
n1 = jumlah koloni pada media pengenceran I
n2 = jumlah koloni pada media pengenceran II
n3 = jumlah koloni pada media pengenceran III
n4 = jumlah koloni pada media pengenceran IV
n5 = jumlah koloni pada media pengenceran V
- n6 = jumlah koloni pada media pengenceran VI
Catatan : plate yang dihitung adalah plate yang koloninya antara 30 – 300
8. Uji Kualitas Mikrobiologi Air Keran Berdasarkan Nilai Most Probable Number
(MPN) Coliform
No Gambar Keterangan
LB + + + - + - -
(Presuntiv
e Test/Tes
Perkiraan)
Keterangan :
( - ) Negatif = Tidak Terbentuknya gas/gelembung halus
NB : Jika terbentuk gas dalam tabung maka presumptive positif (+), bila
coliform maka larutan dalam tabung akan berwarna keruh dan adanya
gas/gelembung halus pada tabung durham.
Analisis Data
Berdasarkan data yang di peroleh di dapatkan nilai MPN pada tiap – tiap uji
dengan media tertentu. Pada suhu 37°C di peroleh hasil positif gas dan berwarna
keruh menandakan positif coliform.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa Pewarnaan BTA Berdasarkan praktikum pewarnaan BTA
menggunakan Ziehl Nelson dengan sampel Sputum ditemukan bakteri tidak
tahan asam karena bakteri yang diamati pada mikroskop pembesaran 10x
untuk mencari lapang pandang dan 40x untuk pengamatan dapat dilihat
adanya bakteri berbentuk batang yang berarti bakteri basil, dengan warna
biru yang menandakan bakteri tersebut adalah bakteri gram positif. Sesuai
dengan media yang digunakan Media Mac Conkey Agar yang merupakan
media selektif dan media diferensial yang digunakan untuk mengisolasi
bakteri batang gram negatif berdasarkan kemampuan bakteri
memfermentasi laktosa atau tidak. Identifikasi bakteri enterik Kultur bakteri
enteric pada media EMB Pada pemeriksaan bakteri enterik media EMB
dengan sampel feses, koloni yang tumbuh memiliki bentuk yang bulat
dengan ukuran dari kecil sampai besar, warna pada koloni merah, tidak
bergerigi dan tekstur halus serta tidak terdapat lendir yang menandakan
bakteri pada feses tersebut memfermentasi laktosa (contoh : Escherichia
coli, Klebsiella sp.
DAFTAR PUSTAKA
https://zdocs.tips/doc/laporan-praktikum-mikrobiologi-respirasi-
gpd5elm57e67
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/704/3/Chapter%201%20.pdf
https://id.scribd.com/doc/89413273/Laporan-Pemeriksaan-Mpn
https://123dok.com/document/yd9xwrjz-laporan-pemeriksaan-angka-kuman-
pada-mak.html