A.VISI
Menjadi Prodi D-3 Teknologi Laboratorium Medis yang unggul, mandiri, dan berbudaya dalara
pelayanan diagnostik Tubeikulosis Para dan penyakit penyerta serta mampu bersaing secara
global tahun 2024.
B.MISI
C.TUJUAN
1.Melaksanakan kegiatan pendidikan D-3 Teknologi Laboratorium Medis yang profesional
sesuai denga nilai dan prinsip ke-Tuhanan, moral luhur, etika, disiplin berbudaya dan
berdaya saing global.
Penyakit Penyerta.
4.Menjalin kerjsama dengan organisasi profesi dan stakeholder untuk menjamin
Ketua Jurusan D-III Teknologi Laboratorium Medis, menyatakan dengan benar bahwa modul
Biokimia dengan rincian di bawah ini:
Penyusun
Jabatan Dosen
Jabatan Dosen
Jabatan : Dosen
Telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan dan panduan penyusunan modul sehingga dapat
dipertanggungjawabkan dan layak digunakan dalam proses belajar mengajar di laboratorium.
1 /^
iii
LEMBAR KONTROL
Nama Mahasiswa
NIM
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan dan penyertaanNya sehingga
Modul Biokimia ini dapat diselesaikan. Modul Biokimia dibuat sebagai penunjang pencapaian
kompetensi bagi mahasiswa D-Ill Teknologi Laboratorium Medis untuk memudahkan mahasiswa
dalam memahami materi praktikum dan prosedur kerja. Modul ini dilengkapi dengan lembar
pengamatan sehingga mahasiswa dapat langsung mencatat hasil pengamatan, membahas dan
membuat kesimpulan. Materinya disusun sesuai dengan Kurikulum Teknologi Laboratorium Medik
tahun2018.
Modul ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.Dra. Elisabet Barung, M.Kes., Apt selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Manado;
2.Elne Vieke Rambi, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Manado;
3.Bapak dan Ibu Instruktur Laboratorium Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes
Kemenkes Manado
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini, maka dari itu
penulis berterima kasih dengan adanya saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan
modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
Biokimia
Manado, Juni2019
Penulis
PENDAHULUAN
Mata kuliah praktikum Immunoserologi 1 berada pada semester III (tiga)/Tingkat n dengan
jumlah SKS sebanyak 1 SKS praktik. Mata kuliah ini diberikan sebagai mata kuliah dasar keahlian
guna meuunjang mata kuliah keahlian terutama immunoserologi 2, imunohematologi dan bank darah
dan biologi molekuler.
Kompetensi Dasar
Capaian Pembelajaran:
-Mampu mengidentifikasi sel-sel imun dalam apusan darah dan menginterpretasikan hasilnya
Mampu melakukan pemeriksaan golongan darah dan menginterpretasikan hasilnya
VI
DAFTARISI
COVERi
VISIDANMISIfi
LEMBAR PENGESAHANiii
LEMBARKONTROLiv
KATA PENGANTAR^V
PENDAHULUANvi
DAFTARISIvii
MODULI^1
MODUL28
MODUL313
Identffikasi sel-sel imum dalam apusan darah13
MODUL419
MODULS28
Pemeriksaan Cross Match28
MODUL636
MODUL7,.38
Pemeriksaan RF38
MODUL8^45
Reaksi Hipersensltivitas45
MODUL951
Pemeriksaan Asto51
MODUL1056
Pemeriksaan HbsAg56
MODUL1161
Respon Imun tertiadap Penyatdt Mikosis61
MODUL12^66
MODUL1371
Transplantasi—^71
DAFTARPUSTAKA.....74
VII
VIII
MODULI
PEMBUATAN HAPUSAN DARAH
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Mahasiswa dapat membuat apusan darah tipis untuk pengenalan sel-sel imun
Dasar Teori~~~. \
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan
jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Sistem imun dibagi
menjadi:
Kedua sistem imun ini saling bekerja sama dan tidak dapat dipisahkan.
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu. Sistem imun ini telah ada
dan siap berfimgsi sejak lahir. Sistem pertahanan ini merupakan sistem pertahanan terdepan
dalam menghadapi serangan berbagai patogen.
Sistem imun nonspesifik:
a.Pertahanan fisik/mekanik
b.Pertahanan biokimia
c.Pertahanan humoral:
-Komplemen
-Protein fase akut:
+ C-Reactive Protein
+ Lektin
+ Protein fase akut lain
-Mediator asal fosfolipid
-Sitokin IL-1, IL-6, TNF-a
d.Pertahanan selular
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang
pertama kali terpajan segera dikenal oleh sistem imun spesifik dan menimbulkan sensitasi. Jika
antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kalinya akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan.
a.Sistem humoral
b.Sistem selular
Sel-sel sistem imun berasal dari sel induk (precursor) yang pleuripoten dalam sum-sum
tulang yang kemudian berdiferensiasi menjadi sel premieloid, sel limfosit (T dan B) dan sel
pre-monosit yang berdiferensiasi menjadi sel monosit-makrofag. Sel utama yang berperan
dalam pertahanan non spesifik adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel
polimorfonuklear atau granulosit
Fagosit mononuclear
Fagosit mononuclear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag dalam jaringan.
Fagosit polimorfonuklear
1.PipetMikro
2.Kaca Objek ukuran 25x75 mm
3.Rak Kaca Objek
4.Rak tempat pewarnaan
5.Pipet Tetes
6.Label identitas
7.Darah EDTA
Prosedur Kerja
B.Pembuatan Sediaan
-Pilihlah kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai kaca penghapus
-Lalu homogenkan sampel darahnya
-Letakkan 1 tetes kecil darah menggunakan pipet mikro pada 2-3mm dari ujung
kaca objek
-Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca objek didepan tetes
darah
-Tarik kaca penghapus kebelakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut
-Dengan gerak yang mantap doronglah kaca penghapus sehingga terbentuk
-apusan darah sepanjang 3-4cm pada kaca objek dengan ketebalan lmm
o darah harus habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung lain dari kaca
objek
o hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu tebal, ketebalan ini dapat
diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan
menggeser, makin besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis
apusan darah yang dihasilkan
- Biarkan apusan darah mengering diudara, tempelkan label identitas pasien
pada bagian belakang hapusan.
Tugas
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
7
MODUL 2
Pewarnaan Apusan Darah Tipis
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Mahasiswa dapat melaksanakan pewarnaan apusan darah tipis untuk pengenalan sel-sel imun
Dasar Teori
Apusan darah tipis dapat menggunakan zat warna Wright, Giemsa atau pulasan lain yang
dipakai secara rutin dalam laboratorium. Memeriksa sediaan apus dimulai saat pembuatan
sediaan yang belum dipulas.
Pembuatan sediaan memakai kaca objek yang kering, bebas debu dan bebas lemak. Ciri-ciri
sediaan yang baik:
1.Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek, panjangnya Vz samapi 2/3 panjang
kaca
2.Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diperiksa; pada bagian itu
eritrosit-eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan dan tidak menyusun
gumpalan atau rouleaux
3.Pinggir sediaan itu rata dan sediaan tidak boleh berlobang-lobang atau bergaris-garis
4.Penyebaran leukosit tidak boleh buruk, leukosit-leukosit itu tidak boleh berhimpun
pada pinggir-pinggir atau ujung-ujung sediaan.
Sediaan yang akan dipulas hendaknya yang segar; sediaan yang disimpan tanpa difiksasi
tidak dapat dipulas sebaik sediaan segar.
Alat dan Bahan
1.Sediaanhapus
2.Bakpewarnaan
3.Pipet
4.Larutan Bufifer pH 6,7
5.Zat warna wright
6.Zat warna absolute
7.Zat warna giemsa
Prosedur Kerja
Tugas
Pembahasan
10
11
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
. • : -. . . •• "
"-•."•-.• -• • '••-•
' • • ' •' '
-'.••• - - ••'••'.•
Rentang Nilai
Angka Lam bang Mutu
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
12
MODUL 3
Identifikasi sel-sel imum dalam apusan darah
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Memeriksa sediaan apus dimulai dengan sediaan yang belum dipulas. Jika terlihat sediaan itu buruk,
janganlah melanjutkan dengan memulasnya. Setelah dipulas, periksalah lebih dulu dengan
mikroskop yang memakai okuler 10 x dan objektif 10 x. Perhatikan pada sediaan itu: adakah bagian
yang baik untuk diperiksa, yaitu bagian yang cukup tipis dan rata dimana eritrosit-eritrosit cukup
berdekatan tanpa menggumpal. Perhatikan juga mutu pulasan : baik, pucat atau terlalu tua.
13
Sel Darah Putih
1.Apusan darah
2.Mikroskop
3.Tisulensa
Prosedur Kerja
14
D. Interpretasi Hasil
®
Sumsnia tulang alerp
Eosmofil
* leukemia, fase
i penyemboban
r iafd^si
inflamasi,
maachasilkaa
UstaaiiB (melawan
alergen) dan
keparia (mencegab
pembekuan darah)
ositos
Monostt
dapal
berpindab ke
janngaa
menjadi makrofaf
pemb^xtokaa
UmfosttB
antiliodi,
(menetap)
responimim
spesifik
Smnsumtttlang me^cema benda
IimfosBT
(berpindahke asiiig ata^ sel
timus) tubnbyang
tenerangbenda
asing,respoiimBB
spesifik
(Anoaim, 2008)
15
Tugas
1.Tuliskan komposisi sel imun pada tubuh manusia
2.Tuliskan fungsi setiap sel imun pada manusia
3.Tuliskan interpretasi hasil dari pengamatabn anda.
Pembahasan
16
17
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
RentangNftai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
18
MODUL4
Pemeriksaan Golongan Darah
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang didasarkan pada jenis
antigen yang dimilikinya. Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat dan protein.Satu
Prosedur Lab yg dilakukan untuk menentukan jenis golda. Pada uji transfusi, pemeriksaan
golda minimal yang harus dikerjakan adl golda sistem ABO dan Rhesus (D typing).
Pemeriksaan Golda dilakukan baik pada donor maupun pd pasien. Pemeriksaan golongan
darah mempunyai berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan
darah penting untuk diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta
identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal
Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah pada
manusia. Penetuan golongan darah ABO pada umumnya dengan menggunakan metode slide.
Metode slide merupakan salah satu metode ynag sederhana, cepat dan mudah untuk
pemeriksaan golongan darah Pemeriksaan golongan darah untuk mendeteksi keberadaan
antigen di permukaanmembran sel darah merah dengan cara mereaksikan darah manusia
dengan anti-sera A dan antisera B.
19
Jenis Peraeriksaan Golongan Darah
Berdasarkan jenis peralatan penunjang yang digunakan, pemeriksaan golongan darah secara
manual dapat dikerjakan dengan tiga metode, yaitu
1.Slide test atau glass slide atau white porcelain tile
2.Tube test
3.Microwell plate atau microplate test.
Beberapa teknik lain yang sudah dikembangkan saat ini dan dapat dikerjakan secara otomatis,
antara lain: Column technique (sephadex gel)
Pemeriksaan Golongan Darah Metode slide merupakan salah satu metode yag
sederhana, cepat dan mudah untuk pemeriksaan golongan darah. Prinsip pemeriksaannay
adalah apabila sel darah merah mengandung antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang
ditambahkan pada reagen, maka akan terjadi aglutinasi atau hemolisis. Aglutinasi adalah
penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh ikatan antibodi dengan antigen pada sel
darah merah sehingga menghasilkan ikatan yang menggandeng beberapa sel secara bersama-
sama. Ada 2 tahapan untuk pembentukan aglutinasi, yaitu:
Tahap 1: Antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setelah terjadi kontak antigen
antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi. Hanya sebatas melapisi atau
mensensitisasi sel.
Tahap 2: Pembentukan lattice yang menghasilkan gumpalan atau aglutinasi, merupakan
kelanjutan dari tahap 1
Pemeriksaan golongan darah metode Tube test Prinsip pemeriksaan adalah apabila sel
darah merah mengandung antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada
reagen maka akan terjadi aglutinasi. Secara umum, metode tube test jauh lebih sensitif
dibandingkan metode slide dan hanya membutuhkan reagen dalam jumlah kecil. Metode ini
juga bisa mendeteksi antigen yang tidak terduga, oleh sebab itu lebih aman untuk prosedur
transfusi. Namun, pada bayi, tes ini sulit untuk dilakukan karena bayi belum memproduksi
jumlah antibodi yang cukup untuk diperiksa.
Pemeriksaan golongan darah dengan microplate adalah langkah yang lebih maju
untuk pemeriksaan golongan darah yang lebih sensitif dan cepat. Pada teknik ini, antibodi
dalam plasma darah maupun antigen bisa ditentukan. Prinsip pemeriksaan pada pemeriksaan
golongan darah ABO pada microplate test sama dengan pemeriksaan menggunakan tabung
(tube test).
20
-Microplate reader
-sentrifiis
3.Jenis sampel
o Slide test atau glass slide atau white porcelain tile
Jenis sampel yang dipakai disesuaikan dengan rekomendasi sampel yang
tercantum pada insert kit reagen yang digunakan. Ada reagen yang
merekomendasikan sampel whole blood atau suspensi sel (Cooling, 2014).
o Tube test dan Microwell plate atau microplate test.
Umumnya, menggunakan sampel darah beku atau dengan antikoagulan. Sel
darah merah dapat disuspensi secara autologous dengan serum, plasma, salin
atau membutuhkan pencucian teriebih dahulu kemudian diresuspeusi dalam
salin. Jenis sampel disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang
digunakan (Cooling, 2014).
4.Reagen
o Slide test atau glass slide atauwhite porcelain tile
Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B dan anti-AB yang
bersifat opsional (Cooling, 2014).
o Tube test
Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B dan anti-AB yang
bersifat opsional. Karena pemeriksaan juga dilakukan pada sampel serum,
maka reagen tambahan pada tube test adalah suspensi sel Al, A2, B dan O 2-
5%. Suspensi sel dapat dibuat sendiri di laboratorium atau menggunakan
suspensi sel yang dijual secara komersial. Penggunaan sel A2 bersifat
opsional (Cooling, 2014).
Prosedur Kerja
21
2.Tube test
Langkah-langkah pemeriksaan sel darah merah (cell grouping) adalah sebagai berikut:
-Teteskan 1 tetes anti-A pada objek gelas yang bersih dan kering, kemudian label
objek gelas, Teteskan 1 tetes anti-B pada objek glass yang bersih dan kering, terpisah
dari objek glass pertama kemudian label objek glass
-Teteskan 1 tetes anti-AB pada objek glass ke tigas, lakukan pelabelan (penggunaan
anti-AB bersifat opsional tergantung rekomendasi reagen yang digunakan),
-Tambahkan pada masing-masing tabung 1 tetes suspense sel darah merah 2-5%,
-Campur dengan baik kemudian lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm
selama 1 menit
-Resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung, lihat ada tidaknya
aglutinasi,
-Baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan hasil reaksi pada semua tabung.
Prosedur pemeriksaan serum atau plasma (serum grouping) dengan metode tube test
adalah sebagai berikut:
-Tambahkan masing-masing 2 tetes serum atau plasma pada 3 tabung yang bersih dan
kering kemudian berikan label Al, B, dan O,
-Tambahkan 1 tetes suspensi sel Al 2-5% ke dalam tabung yang berlabel Al,
-Tambahkan 1 tetes suspensi sel B 2-5% ke dalam tabung yang berlabel B,
-Tambahkan 1 tetes suspensi sel O 2-5% ke dalam tabung yang berlabel O,
-Jika dibutuhkan pemeriksaan dengan suspensi sel A2 2-5% maka tambahkan 1 tabung
yang mengandung 2 tetes serum atau plasma dengan suspensi sel A2 2-5%,
-campur dengan baik kemudian lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm
selama 1 menit,
-resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung, lihat ada tidaknya
aglutinasi,
-baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan (Cooling, 2014).
22
-resuspensi dengan baik sel yang mengendap pada dasar tabung secara manual atau
menggunkan mechanical shaker, lihat ada tidaknya aglutinasi,baca dan interpretasi
hasil serta lakukan pencatatan (Cooling, 2014).
Prosedur pemeriksaan serum atau plasma (serum grouping) pada microplate test adalah
sebagai berikut:
-Tambahkan 1 tetes serum atau plasma pada bagian bawah masing-masing sumuran,
-tambahkan 1 tetes reagen suspensi sel A, sel B 2-5% pada sumuran kelima dan
keenam,
Interpretasi Hasil
Hasil negatif: bila tidak terjadi aglunitasi pada akhir menit kedua
23
2) Pemeriksaan Golongan Darah Dengan Metode Tube Test
I *. n
~,'i "j j I .^
Derajat aglutinasi:
4+: terdapat satu gumpalan besar 3+: terdapat 2 atau 3 gumpalan
2+ : sejumlah gumpalan kecil dengan supernatan yang jernih 1+ : sejumlah gumpalan kecil
dengan supernatan yang keruh
w: suspensi sel granular, sebaiknya diamati secara mikroskopis Negatif: suspensi sel halus
Hemolisis: hemolisis parsial atau komplit, menunjukkan reaksi positif
Tabel 33. Interpretasi hasil pemeriksaan golongan darah ABC
pada sampel eritrosit dan senun (Cooling, 2014).
Cell grouping Serum grouping Interpreta^i
Anli-A Anti-B SelAl SelB ABOGro^p
0 0 + + 0 O
+ 0 0 + 0 A
0 + + 0 0 B
+ + 0 0 0 AB
0 0 + + 4- O Bombay
- cx-x-xxxx;>(!.xx;xx-!>
I (;XX-XXX^X;XOCXX)
I cxSc-x^xx-x-x-x^^^
Hasil positif: bila terjadi aglutinasi kuat Hasil negatif: bila tidak terjadi aglunitasi
Interpretasi golongan darah ABO sama seperti tabel 3.3
24
Tugas
25
Pembahasan
26
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
27
MODUL 5
Pemeriksaan Cross Match
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Secara umum, metode tube test jauh lebih sensitif dibandingkan metode slide dan
hanya membutuhkan reagen dalam jumlah kecil. Metode ini juga bisa mendeteksi antigen
yang tidak terduga, oleh sebab itu lebih aman untuk prosedur transfusi. Namun, pada bayi, tes
ini sulit untuk dilakukan karena bayi belum memproduksi jumlah antibodi yang cukup untuk
diperiksa.
28
Prosedur Kerja
1.Persiapan sampel:
-Siapkan spuit dan jarum dengan lubang jarum menghadap keatas
-Pasang torniquet pada lengan atas
-Dengan jari telunjuk arah vena di palpasi ditempat yang akan ditusuk
-Lalu tempat yang akan ditusuk di desifeksi dengan alkohol 70%
Spuit diambil dan ditusuk pada vena
-Jika darah sudah terlihat keluar,tarik torak
-Jika darah yang diperlukan sudah cukup torniquet dilepas
-Kapas kering diletakkan pada ujung jarum kemudian spuit ditarik
-Pasien disuruh menekan kapas pada bagian terluka
>METODE TABUNG
Cara kerja: (cross match untuk 1 kantong darah)
1)Disiapkan tabung reaksi yang dilabeli terlebih dahulu
2)Berikut cara memberi label tabung:
-Disiapkan 6 tabung kosong
-Tabung 1 (sampel donor)
-Tabung 2 (label: suspense pasien. bisa disingkat SP)
-Tabung 3 (label: suspense donor, bisa disingkat SD)
-Tabung 4 (label: Mayor)
-Tabung 5 (label: Minor)
30
-Tabung 6 (label: Auto control bisa disingkat AC)
3)Diambil sampel darah donor dari kantong darah dimasukkan kedalam tabung 1
4)Dipipet 1 tetes sampel darah donor dimasukkan kedalam tabung 3 kemudian
ditambahkan NaCl % tabung
3) Dipipet 1 tetes sampel darah PASIEN dimasukkan kedalam tabung 2 kemudian
ditambahkan ^aCl V* tabung
6)Disentrifus tabung sampel darah pasein, tabung sampel darah donor, tabung 2 dan
tabung 3. selama 3 menit dengan kecepatan 3000 rpm
7)Pembuatan suspense eritrosit pasien dan suspense eritrosit donor:
-Tabung 2 dan tabung 3 yang telah disntrifiis dilakukan pencucian dengan cara
membuang supernatant (cairan bening diatas endapan eritrosi dalam tabung)
kemudian ditambahkan kembali NaCl sebanyak % tabung.
-Disentrifus kembali selama 3 menit, 3000 rpm
-Dilakukan sebanyak 3 kali
-Setelah pencucian terakhir tersisa endapan eritrosit ditambahkan NaCl sebanyak 19
tetes, homogenkan
8)Dipipet 2 tetes serum pasien dimasukkan kedalam tabung Mayor
9)Dipipet 2 tetes serum pasien dimasukkan kedalam tabung Auto Control (AC)
10)Dipipet 2 tetes serum donor dimasukkan kedalam tabung Minor
11)Dipipet 1 tetes suspense pasien dimasukkan kedalam tabung Minor (yang telah berisi
serum donor)
12)Dipipet 1 tetes suspense pasien dimasukkan kedalam tabung AC (yang telah berisi
serum pasien)
13)Dipipet 1 tetes suspense donor dimasukkan kedalam tabung Mayor (yang telah berisi
serum pasien)
14)Disentrifus tabung Mayor, Minor, Autocontrol selama 15 detik 3000 rpm (FASE 1)
15)Dilakukan pembacaan
o Teknik pembacaan hasil pada tabung:
Pengamatan hasil dilakukan dengan cara satu per satu tabung diangkat tepat
dihadapan mata kita dengan pencahayaan yang baik, kemudian digoyangkan secant
perlahan sampai endapannya menyebar didalam tabung, diamati pembentukan
aglutinasi. Hasil negative jika endapan dalam tabung terlihat larut dan hasil positif
terlihat jika endapan dalam tabung membentuk butiran atau gumpalan.
Catatan:
Hasil yang diperoleh baik negative maupun positif tetap dilanjutkan sampa FASE 3.
31
o Dilanjutkan Fase 3 yaitu dilakukan pencucian dengan NaCl sebanyak 3 kali
> METODEGEL
I.BUAT SUSPENSISEL PASIEN & DONOR 0.8 - 1%.
CARA:
-Masukkan 0,5 ml Dil 2 dengan Dispenser ke dalam tabung
-Ambil 5 ul (mikroliter) PRC atau 10 ul WB, masukkan tabung
-Campur dan homogenkan Suspensi 0,8 -1%
II.Ambil Liss / Coombs Card, tandai dengan identitas Pasien / Donor buka
penutup alumunium. Dengan bantuan mikropipet, masukkan:
-MAYOR : 50 ul Suspensi Sel Donor + 25 ul Serum Pasien
-MINOR : 50 ul Suspensi Sel Os + 25 ul Serum Donor • A.C: 50 ul Suspensi Sel
Os + 25 ul Serum Pasien
HI. Masukkan kartu ke Inkubator. Inkubasi 37 C, 15 menit (tekan tombol timer
1/2/3)
IV. Pindahkan kartu ke Centrifuge
Tugas
32
Lembar Kerja Mahasiswa
33
Pembahasan
34
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
35
MODUL 6
Komplemen
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu aJat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
_____
Sistem komplemen adalah sekelompok protein plasma infaktif yang bersirkulasi dalam darah
yang meningkatkan atau melengkapi sistem pertahanan tubuh. Ada sembilan komponen dasar
komplemen, yaitu C1-C9 yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan kecil
(C3a, C4a, dan sebagainya).
Komplemen berperan membantu host dalam melawan infeksi, pembuangan/ clearance debris
selular dan sel apototik, proses inflamasi dan memodulasi respon imun adaptive. Komplemen
sebagian besar disintesis di dalam hepar oleh sel hepatosit dan juga oleh sel fagosit mononuklear
yang berada dalam sirkulasi darah. Komplemen yang dihasilkan oleh sel fagosit mononuklear
terutama akan disintesis di tempat dan waktu terjadinya aktivasi.
36
Peranan Sistem Komplemen
Dalam sistem pertahanan, kompelemen berperan dalam proses:
•Sitolisis. Komplemen sistem yang lengkap akan mengakibatkan kerusakan membrane sel
bakteri. Pada bakteri gram negative, kerusakan membrane dapat mengakibatkan bacteriolysis
dengan bantuan dari enzim lysozyme.
•Adherensi C3b. C3b memiliki peranan dalam membantu proses fagositosis dari
mikroorganisme setelah proses aktivasi kompelemen melalui jalur alternative. C3b
mengakibatkan makrofag dapat mengenali antigen. Setelah proses fagositosis, C3b akan
mengaktifkan pengeluaran enzim lisozyme.
•Immunoconglutinin. Proses ini dilakukan dengan melakukan aglutinasi dari sejumlah
kompleks kecil yang tertempel oleh C3, sehingga dapat dikenali oleh fagosit.
Inflamasi. Aktivasi sistem kompelemen akan mengakibatkan beberapa bentuk respons, misalnya
adalah timbulnya inflamasi
Aktivasi Komplemen
•Terdapat 3 jalur aktivasi komplemen (jalur, klasik, jalur alternatif dan jalur lektin)
•Pengaktifan komplemen melalui jalur klasik merupakan bagian dari imun spesifik,
bergantung pada kompleks Ag-Ab
•Jalur alternatif adalah jalur aktivasi yang ditemukan setelah jalur klasik, tapi merupakan jalur
yang paling kuno
Walaupun pengaktifan komplemen diawali oleh 3 jalur berbeda -> berujung pada aktivasi
C3b ^membrane attack complex atau MAC) lisis membran
•Jalur klasik
•Jalur alternatif
•Jalur Lektin
37
MODUL 7
Pemeriksaan RF
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
_____
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan salah satu penyakit autoimun yang paling
umum di masyarakat, berupa inflamasi arthritis pada pasien dewasa (Singh et al., 2015).
Kejadian penyakit ini di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara maju seperti
Amerika. Menurut Arthritis Foimdation (2015), sebanyak 22% orang dewasa di Amerika
38
Serikat berusia 18 tahun atau lebih didiagnosa arthritis. Berdasarkan data tersebut, sekitar 3%
mengalami RA (Arthritis Foundation, 2015). Pada tahun 2009 menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nainggolan (2010), prevalensi RA di Indonesia mencapai 23,6% sampai
31,3%. RF merupakan antibodi terhadap regio Fc di Immunoglobulin G. Namun, sebagian
besar RF adalah berupa IgM (Ernesto, K., 2017). RF ditemukan lebih dari 70% penderita RA.
Meskipun demikian, RF juga ditemukan dalam persentase kecil pada subjek sehat dan hingga
20% pada subjek yang berusia lebih dari 65 tahun. Adanya RF menunjukkan RA tetapi
bukanlah penegak diagnosis. Peran autoantibodi dalam pathogenesis RA masih
diperdebatkan; namun temuan umum pada RA adalah adanya antibodi IgM yang bereaksi
dengan bagian Fc IgG, yang menyebabkan terbentuknya kompleks imun. Antibodi anti-IgG
ini dinamakan sebagai RF. Fengendapan kompleks imun ini pada sendi akan mengaktifkan
jalur komplemen klasik, yang menginisiasi kaskade peristiwa yang pada komplemen
menyebabkan pembentukan kemoatraktan yang dapat merekrut makrofag dan neutrophil di
tempat tersebut Sel-sel ini dapat menyebabkan destruksi jaringan dan juga menyebabkan
penyebaran respons inflamatorik (Ernesto, K., 2017). Kebanyakan penyakit RA berlangsung
kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan
kerusakan sendi secara menetap. RA dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan
gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit RA tidak hanya berupa
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek
sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ. RA dapat
mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta
gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita RA adalah pengaruh
negatifhya terhadap kualitas hidup. Oleh karena itu, diperlukan kepastian seberapa besar
frckucnsi RF pada lansia, yang merupakan kemungkinan besar mengalami autoimun
1.Flebotomikit
2.Centrifuge
3.Tb Plain
4.Mikropipet 10-100 pi
5.Tip kuning
6.Batang Pengaduk
7.Slide test
8.Rotator
9.Sampel
10.Alcohol 70%
11.NaClO,9%
12.KitreagenRF
13.Sampel
Serum, bebas dari kontaminasi, hemolysis dan lipemia, stabil 3
hari suhu 2-8C. > 4 minggu suhu 20C.
39
Prosedur Kerja
Pengenceran:
1 + 1(1:2)
1+3(1:4)
1 + 17 ( 1:8)
1 + 15 (1:16)
1+31(1:32)
Rumus:
Volume sampel ( Serum )
Vol. sampel -\-Vol.Pengencer
Interpretasi Hasil
Pembacaan Hasil Cara pembacaan dari pemeriksaan Rheumatoid faktor secara aglutinasi
latex:
o
AB
Oambar 1. Reaksi positif don negatif pads slide test
40
Pada slide test cara kualitatif
A: Reaksi positif bila teijadi aglutinasi
B. Reaksi negatif bila campuran keruh seperti susu
•<8 IU/ml: tidak ada aglutinasi
•>8 IU/ml: terjadi aglutinasi
Melakukan test pada setiap pengenceran sesuai dengan prosedur kualitatif sampai
tidak ada aglutinasi yang terlihat. Konsentrasi RF kemudian dapat dihitung dari
pengenceran terakhir yang ada aglutinasi. RF (IU/ml) = pengenceran tertinggi reaksi
positif x sensitivitas reagen (8,0 IU/ml)
41
Lembar Kerja Mahasiswa
42
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
. •• '• • • .
Rentang Nilai
Angka Lam bang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
44
MODUL8
Reaksi Hipersensitivitas
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
•Lakukan percobaan berdasarkan prosedur kerja
Maksud
Dasar Teori
Reaksi hipersensitivitas adalah reaksi abnormal dari sistem imun yang terjadi sebagai respon
akibat terpapar dengan substansi yang membahayakan sehingga tingkat respon reaksinya bervariasi
dari ringan sampai metnatikan. Reaksi hipersensitivitas dapat mencakup kelainan autoimun dan
alergi, seperti yang diketahui kondisi autoimun merupakan suatu respon imunologis abnormal yang
menyerang bagian tubuhnya sendiri sedangkan alergi adalah respon imunologis abnormal yang
timbul karena adanya stimulus dari lingkungan di luar tubuh (substansi eksogen). Prevalensi
penyakit alergi cukup tinggi di seluruh dunia. Penyakit ini meliputi asma, rinitis alergi, anafilaksis,
urtikaria, angioedema, alergi terhadap obat, makanan, dan serangga. Rinitis alergi terdapat pada 10-
30% populasi dunia. Sekitar 240-550 juta orang memiliki alergi terhadap makanan.
Skin prick test berperan untuk identifikasi alergen penyebab sehingga penting dalam
penentuan terapi, termasuk kontrol lingkungan dan imunoterapi. SPT merupakan metode diagnostik
paling akurat untuk menunjukkan bahwa alergen spesifik telah menginduksi respons spesifik
antibodi igE, sehingga dianggap sebagai baku emas deteksi antibodi lgE. ^slamun pemeriksaan SPT
memiliki beberapa kelemahan, di antaranya tidak dapat di lakukan pada pasien dengan
dermatografisme, hamil, bayi dan balita, dan sedang menjalani terapi obat tertentu seperti
antihistamin dan beta bloker.
45
Pemeriksaan antibodi IgE spesifik alergen menjadi pilihan jika terdapat kondisi seperti tersebut
di atas. Sampai saat ini, belum ada data di Indonesia mengenai perbandingan pemeriksaan IgE
spesifik dengan SPT. Salah satu pemeriksaan IgE spesifik yang tersedia di Indonesia adalah dengan
immunoblot. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive
value (PPV), negative predictive value (NPV), positive likelihood ratio (LR+), dan negative
likelihood ratio (LR-) dari pemeriksaan immunoblot dibandingkan terhadap SPT sebagai baku
emas.
1.Ekstrak alergen
5.vortex mixer
7.washing retainer
9.ScreenShaker
KOMPONEN ISI
Strip tes yang tersimpan pada plastic reaction trough, membran nitroselulosa yang 1x12
dilapisi alergen
Antibodi detektor (botol dengan tutup putih), siap digunakan, mengandung 8mL
antibodi anti-human IgE terkonjugasi dengan biotin, mono/polyclonal
mengandung 0,099% NaN3
Konjugat streptavidin (botol dengan tutup merah), siap digunakan, mengandung 8mL
streptavidin yang dikonjugasikan dengan alkalin phosphatase, 0,02%
methylisothiazolone, dan 0,02% bromonitrodioxane
46
Prosedur Kerja
perbandingan 1:25
3.Membran pada lubang reaksi dibasahi dengan washing buffer. Pada setiap lubang reaksi
dimasukkan serum 2x300 pi, kemudian inkubasi dilakukan pada suhu ruangan selama 45
menit.
4.Pencucian dengan cara washing buffer dituangkan dari botol ke strip tes beberapa kali sambil
memiringkan lubang reaksi. Lubang diisi beberapa kali dengan buffer dan dikocok selama
beberapa detik.
5.Detektor antibodi pada alat pemeriksaan immunoblot ditambahkan sebanyak 2x300 pi, lalu
diinkubasi pada suhu ruangan selama 45 menit
9.Substrat alat pemeriksaan immunoblot sebanyak 2x300 pi ditambahkan dan diinkubasi pada
suhu ruangan selama 20 menit Inkubasi harus dilakukan di ruangan gelap.
1.Tes dilakukan di bagian volar lengan bawah. Bagian kulit yang akan dites dibersihkan dengan
alkohol 70%, kemudian ditunggu sampai kering.
2.Batas tiap alergen digambarkan dengan pulpen sebanyak jumlah alergen yang akan dites.
3.Alergen diteteskan di tempat yang telah ditandai. larak tiap tetesan alergen 2-3 cm untuk
menghindari dua alergen yang kemungkinan bereaksi positif. Kontrol positif (larutan histamin
fosfat 0,1%) dan kontrol negatif (larutan phosphatebuffered saline dengan fenol 0,4%) juga
diteteskan.
4.Dilakukan tusukan dangkal dengan jarum khusus pada masing-masing alergen yang telah
diteteskan. Jarum yang digunakan harus baru pada tiap tusukan untuk masing-masing tetesan.
47
Interpretasi Hasil:
•Immunoblot Assay
Hasil pemeriksaan dikatakan positifbila kadar IgE spesifik >O,35 IU/mL
-Interpretasi tes kulit positif tergantung dan riwayat pasien dan gejala klinis yang
Tugas
48
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
50
MODUL 9
Pemeriksaan Asto
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Tes ASO - lateks adalah deteksi anti-streptolisin (ASO) dengan test aglutinasi secara
indirek dan semi-kuantitatif. Suspensi partikel lateks dilapisi dengan antigen Streptolisin O,
dan menggumpal dengan adanya antibodi spesifik yang ada di dalam serum pasien dengan
ekstraseluler yang dapat merangsang pembentukan antibodi dalam darah penderita. Sebagai
contoh streptolisin O yang dibentuk oleh grup A dan dapat menyebabkan lisis eritrosit,
Diantara antigen -antigen itu yang paling penting adalah streptolisin O, karena 80% penderita yang
terinfeksi dengan Streptococcus beta hemolitik grup A menunujukkan peningkatan titer ASO dalam
darahnya. Penetapan titer ASO menjadi penting karena infeksi karena Streptococcus dapat
menyebabkan kompHkasi lain. Atau secara tidak langsung menimbulkan respons imunologik yang
51
menimbulkan yang mengakibatkan kelainan dalam tubuh seperti demam rematik, glomerulonephritis
akut, eritema nodosum
1.Mikropipet
2.Yellow Tip
3.Ring slide hitam
4.Pengaduk
5.Rotator
6.Reagen latex
7.Sampel serum
Prosedur Kerja
b.Semi Kuantitatif
1.Serum diencerkan dengan Nacl 0,8 %, misalnya 14, % dan seterusnya
2.Serum di teteskan 50 pi pada ring slide
3.Serum ditambahkan 1 tetes reagen latex kemudian di aduk selama 5 detik
4.Ring slide digoyangkan selama 2 menit lalu di amati hasilnya
5.Jika hasilnya positif maka di lanjutkan pada pengenceran berikutnya.
Pengenceran ASOIU/mL
Tanpa pengenceran 200
1 :2 400
1:4 800
1:8 1600
Interpretasi Hasil
•Hasil diamati secara makroskopik untuk ada atau tidak adanya gumpalan atau aglutinasi
Perkiraan titer ASO (IU/mL ) yang terdapat dalam sampel dapat diperoleh dengan
52
mengalikan titer dengan batas sensitivitas (200 IU/mL ). Sebagai contoh:
Penentuan ASO tunggal tidak menghasilkan banyak informasi. Oleh karena itu disarankan
agar titrasi kasus dilakukan pada interval dua mingguan selama 4 sampai 6 minggu untuk
Tugas
1.Tuliskan jenis pemeriksaan lain untuk deteksi anti streptolisin o
2.Tuliskan keterbatasan prosedur
3.Interpretasikan hasil yang ditemukan
53
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
55
MODUL10
Pemeriksaan HbsAg
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
HBV adalah virus DNA beruntai ganda yang terbungkus dan tergabung dalam keluarga
hepadnavindae dan diakui sebagai penyebab utama penularan darah hepatitis bersama dengan virus
hepatitis C (HCV). Infeksi dengan HBV menginduksi spektrum manifestasi klinis mulai dari
penyakh ringan, tidak jelas hingga hepatitis fuhninan, penyakit hati kronis berat, yang pada beberapa
kasus dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma hati. Klasifikasi infeksi hepatitis B membutuhkan
identifikasi beberapa penanda serologi yang dickspresikan selama tiga fase (inkubasi, akut dan
sembuh) dari infeksi. Sekarang beberapa tes diagnostik digunakan skrining, diagnosis klinis dan
manajemen diasease. Antigen permukaan hepatitis B atau HBsAg, yang sebelumnya digambarkan
sebagai antigen Australia^ adalah protein terpenting dari amplop virus hepatitis B. Antigen
permukaan mengandung determinat "a", umum untuk semua subtipe virus dan imunologis
dibedakan dalam dua subkelompok yang berbeda (ay dan ad). HBV memiliki 10 serotipe utama dan
empat subtipe HBsAg telah dikenali (adw, ady, ayw dan ayr). HbsAg dapat dideteksi 2 hingga 4
minggu sebelum tingkat ALT menjadi tidak normal dan 3 hingga S minggu sebelum gejala
berkembang.
56
Alat dan Bahan
1.Kantongfoil
2.Pipet
3.Timer
4.AlatujiHbsAg
5.Serum atau Plasma
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
Interpretasi Hasil
Tugas
1.Tuliskan jenis-jenis pemeriksaan indentifikasi virus Hepatitis B
2.Tuliskan metode-metode indentifikasi virus Hepatitis B
3.Interpretasikan hasil pengamatan anda
57
Lembar Kerja Mahasiswa
58
Pembahasan
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lambang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
60
MODUL 11
Respon Imun terhadap Penyakit Mikosis
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Rinosinusitis maksila kronik adalah infeksi mukosa dan/atau jaringan submukosa sinus
maksila yang berlangsung selama >12 minggu. Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan proses
inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal dengan prevalensi tinggi yang menjadi masalah
kesehatan global.Permasalahan yang disebabkan oleh RSK dapat menyebabkan beban ekonomi yang
tinggi dan berdampak pada penurunan kualitas hidup, produktivitas kerja, daya konsentrasi bekerja
dan belajar.
prevalensi RSK pada dewasa mencapai 14%-16%.l Dari data tahun 2014 di Rumah Sakit dr. Saiftil
Anwar Malang, RSK menduduki peringkat ke tujuh penyakit terbanyak di Poli Telinga Hidung
Tenggorok-Bedah Kepala Leher (THT-KL) dengan jumlah 592 penderita (25,4%).2 Penyebab RSK
bersifat multifaktorial, termasuk di dalamnya peran mikroorganisme (bakteri dan jamur), inflamasi
akibat alergi maupun non alergi, serta berbagai penyebab non-mikroorganisme dan non-imunologik.
61
Penyebab utama dan terpenting adalah obstruksi ostium sinus
Peran jamur pada rinosinusitis sampai saat ini masih merupakan kontroversi dan telah
menjadi bahan perdebatan selama beberapa decade. Jamur bisa berperan sebagai mikroorganisme
dan sebagai aiergen. Jamur sebagai mikroorganisme akan melalui alur P-glucandarv dectin-1, serta
dengan infeksi kronik dan berulang pada sistem pernapasan yang kemudian mengakibatkan
peningkatan neutrofil, sehingga terjadi kerusakan mukosa sinus paranasal. Jamur sebagai aiergen
alur yang dilalui adalah sebagai reaksi hipersensitivitas tipe 1, yang berkaitan dengan peningkatan
Rinosinusitis jamur dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu rinosinusitis jamur invasif dan
non-invasif.5 Jamur yang paling banyak menyebabkan penyakit pada manusia adalah Aspergillus
fumigatus dan Mucor sp.5 Aspergillus spp. dan beberapa genus jamur lainnya memiliki p-glucan
yang merupakan suatu polimer glukosa atau polisakarida pada bagian dalam dinding sel jamur yang
berperan dalam aktivasi leukosit, stimulasi respon fagositosis dan sitotoksis, dan produksi oksigen
reaktif dan nitrogen.p-glucan diteliti sebagai penanda beberapa infeksi jamur dan sebagai
imunomodulator pada kadar tertentu. Agar peran sebagai imunomodulator dapat dicapai, dibutuhkan
peran reseptor pada tubuh pejamu untuk dapat mengenali P-glucan, dan peran tersebut dijalankan
oleh dectin-1.
1.TabungEDTA~
2.Kitflebotomi
3.Mikropipet
4.Tip
5.Vortex
6.ELISAKIT
7.Wadahsteril
8.PCR menggunakan instrumen Jena Bioscience DNA Preparation Kit, Intron Maxime PCR
62
Prosedur Kerja
Prosedur:
1.Penderita rinosinusitis maksila kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
acid(EDTA).
2.Penderita kemudian menjalani pembedahan dengan antrostomi anterior (punksi fossa
kanina atau Caldwell Luc) yang dapat dilakukan dengan pembiusan umum maupun
lokal oleh Dokter Supervisor Divisi Rinologi Departemen Ibnu Kesehatan THT-KL
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar. Pada pembedahan tersebut dilakukan pengambilan
spesimen jaringan mukosa sinus maksila, kemudian disimpan dalam wadah steril
3.Penderita akan ditetapkan menjadi subjek penelitian setelah spesimen yang diambil
Preparation Kit, Intron Maxime PCR Premix (master mix), DNA marker, IDT
PrimerDNA.
Interpretasi hasil:
63
Pembahasan
64
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
: ' .. •
Rcntang Nilai
80 -100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
65
MODUL 12
Pemeriksaan Rapid Direct Test Malaria
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Dasar Teori
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama di negara-negara tropis dan
subtropis. Malaria adalah penyakit yang disebabkan olehsatu atau lebih dari empat Plasmodia yang
menginfeksi manusia: P. Falciparum, P. Vivax, P.ovale dan P.malariae (Mawan dkk, 2015).Setiap
tahun sekitar 1S00 orang didiagnosis dan dirawat karena malaria di Amerika Serikat. Diagnosis
malaria yang cepat dan akurat merupakan bagian integral dari pengobatan yang tepat bagi individu
yang terinfeksi. Standar emas untuk diagnosis malaria adalah mikroskop namun layanan ahli
mikroskop mungkin tidak tersedia 24/7 di semua fasilitas klinis di mana orang yang mungkin
terinfeksi malaria mencari pertolongan medis. Laboratorium klinis yang tidak dapat segera
dengan metode yang lazim (konvensional). WHO bersama para ilmuwan, ahli laboratorik, serta
66
peklinik mengembangkan alat uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDTs) yang mudah
dilakukan, tepat, sensiti^ dan sesuai biaya (cost-effective). Sebagian besar RDTs malaria
(Histidine Rich Protein ) untuk Plasmodium falciparum dan pLDH ( parasite Lactate
Dehydrogenase) untuk mengetahui Plasmodium vivax sebagai indikator infeksi. Ada beberapa
antigen malaria yang dapat digunakan sebagai sasaran (target) pemeriksaan ini, yaitu: HRP-2,
pLDH, dan Plasmodium aldolase. HRP-2 adalah protein larut air yang dihasilkan pada tahap
aseksual dan gametosit Plasmodium falciparum dan dikeluartekankan (diekspresikan) di mem bran
sel eritrosit. HRP-2 banyak dihasilkan oleh Plasmodium falciparum, sehingga merupakan sasaran
RDT (Rapit Diagnostic Test) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan
untuk mengdiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria di
RDT merupakan dipstick alternatif utama berdasarkan manifestasi klinis malaria,terutama pada
tempat yang tidak memiliki teknisi dan sarana mikroskopis berkualitas.selain itu RDT bermanfaat
pada unit gawat darurat dipelayanan medis,ketika kejadian luar biasa malaria,serta didaerah
1.BinaxNOW Malaria
-Alat Tes
-Reagen Penyangga Berisiko Mengandung Deterjen Dan Natrium Azida
2.Sampel Darah Dalam Tabung EDTA
3.Lancet
4.Tabung Kapiler
5.Biohazard
6.Stopwatch
7.APD (Alat Pelindung Diri)
Prosedur Kerja
67
Catalan:
-Biarkan Tetes Pertama Meresap Ke Dalam Bantalan Sebelum Menambahkan
Tetes Kedua
5.Jangan Menambahkan Reagent A Pada Bantalan Ungu
6.Selanjutnya Biarkan Spesimen Darah Menjalankannya
Catatan:
-Strip Tes Penuh Tidak Memungkin Darah Mengalir Ke Bawah Bantalan
Penyerap Dibagian Atas Setrip Karena Hal Tersebut Akan Menghambat
Pencucian Yang Optimal Sebelum Spesimen Darah Mencapai Dasar Putih
7.Bantalan Penyerap Yang Terletak Dibagian Atas Strip Uji Perlahan Ditambahkan
Sebanyak 4 Tetes Reagen A Yang Berada Disisi Kiri Ke Atas
Catatan*.
68
Manado, 20
Tanda Tangan Dosen/Instruktur Nilai Mahasiswa
Rentang Nilai
Angka Lam bang Mutu
80-100 A 4
68-79 B 3
56-67 C 2
45-55 D 1
0-44 E 0
70
MODUL 13
Transplantasi
Petunjuk Belajar
•Baca dan siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan;
Maksud
Mahasiswa mampu menjelaskan dasar-dasar transplantasi, organ dan sel yang dapat
ditransplantasi dan reaksi penolakan terhadap transplantasi
Dasar Teori
Pertahanan tubuh kita dirancang untuk melindungi kita dari ancaman yang
berasal dari lingkungan. Untuk mencapai keadaan demikian system tubuh kita bekerja
untuk (1) mencegah ancaman potensial agar tidak masuk dalam tubuh (2) menolak
dan menghancurkan ancaman tersebut bila masuk dalam tubuh. Transplantasi merujuk
pada pemindahan sel-sel dan atau jaringan maupun organ dari satu orang ke orang
lainnya. Puluhan ribu transplan jantung, hati, pancreas, para, dan ginjal dilakukan
setiap tahun. Namun, transplant ginjal yang berhasil baru dilakukan selama kurang
lebih 50 tahun. Upaya-upaya awal (pertama kali pada manusia tahun 1935) berujung
pada penolakan segera karena ketidakcocokan golongan darah. Transplant ginjal yang
berhasil pertama kali dilakukan di antara kembar identik pada tahun 1954.
71
(graft) (Gambar 20). Terdapat bermacam-macam jenis tandur yaitu: (1) autograft
adalah suatu tandur dari orang yang sama (tandur diperoleh dari satu orang dan
ditransplantasikan ke bagian anatomis yang berbeda pada orang yang sama, misalnya
potongan kulit pada pasien luka bakar). Karena autograft diperoleh dari orang yang
sama, cangkok secara generis identik terhadap orang tersebut dan diterima. (2)
isograft, yaitu suatu tandur yang diperoleh dari seorang individu yang secara generic
identik dengan resipien, misalnya dari kembar identik, juga diterima. (3) allograft,
merupakan suatu tandur dari individu yang secara genetik berbeda dari spesies yang
sama, misal manusia ke manusia. Teknologi terkini juga menyelidiki pemakaian
xenograft, yang merupakan tandur dari spesies yang berbeda, misal dari primata non-
manusia ke manusia.
Allograft dan xenograft akan selalu ditolak oleh resipien dengan sistem imun
normal. Antigen yang menjadi sasaran penolakan dinamakan alloantigen dan
xenoantigen, sedangkan antibodi dan sel T yang bereaksi melawan antigen tersebut
disebut alloreaktif dan xenoreaktif. Antigen allografts yang menjadi sasaran utama
reaksi penolakan adalah protein yang disandi oleh gen MHC(Major Histocompability
Complex). Gen dan molekul MHC homolog terdapat pada semua mamalia. MHC
manusia disebut sebagai kompleks human leukocyte antigen (HLA). Fungsi fisiologi
molekul MHC adalah menyajikan antigen untuk dikenali limfosit T. Harap diingat
bahwa setiap orang mengekspresikan 6 alel MHC kelas 1 (satu alel HLA-A, -B, dan —
C dari masing-masing orangtua (ayah dan ibu)), dan biasanya lebih dari 8 alel MHC
kelas II (satu alel HLA-DQ dan -DP, satu atau dua -DR dari masing-masing
orangtua, serta beberapa kombinasi dari HLA tersebut). Gen MHC bersifat sangat
poliformik, dengan lebih dari 13.000 alel HLA pada seluruh manusia, menyandi
sekitar 2200 protein HLA-A, 2900 protein HLA-B, dan 1300 protein DR B. Karena
alel-alel ini dapat diwariskan dan diekspresikan dalam berbagai kombinasi, maka
setiap individu kemungkinan besar akan mengekspresikan protein MHC yang berbeda
dengan individu yang lain, sehingga akan terlihat sebagai antigen asing oleh sistem
imun individu yang berbeda, kecuali pada kasus kembar identik. Anda dapat melihat
ilustrasinya di link berikut https://www.voutube.com/watch?V:=t9TvTmddanE
72
Penolakan jaringan cangkok diklasifikasikan menjadi hiperakut, akut, dan
kronik berdasarkan gambaran klinis dan patologis (gambar 4.7 dan 4.8). Klasifikasi
ini dirancang berdasarkan penolakan allograft ginjal, dan tetap bertahan baik sampai
sekarang.
1.Penolakan hiperakut, terjadi hanya dalam hitungan menit setelah transplantasi dan
ditandai dengan thrombosis pembuluh darah serta nekrosis iskemik jaringan
cangkok. Penolakan ini diperantarai oleh antibodi di dalam darah yang spesifik
untuk antigen pada sel endotel jaringan cangkok dan telah ada sebelum
transplantasi. Antibodi yang telah terbentuk sebelumnya ini dapat berupa antibodi
IgM alami spesifik terhadap molekul MHC allogeinik karena transfiisi darah
sebelumnya, kehamilan, atau transplantasi organ. Penolakan hiperakut ini bukan
merupakan masalah umum pada transplantasi klinis, karena setiap donor dan
resipien dicocokkan jenis darahnya dan dilakukan tes crossmatch (resipien dites
adanya antibodi terhadap sel calon donor).
2.Penolakan akut, terjadi dalam hitungan hari atau minggu setelah transplantasi, dan
merupakan penyebab utama terjadinya kegagalan cangkok jaringan dini.
Penolakan akut diperantarai oleh sel T dan antibodi spesifik terhadap alloantigen
pada jaringan cangkok. Sel T dapat berupa CTL CD8+ yang langsung
menghancurkan sel jaringan cangkok atau sel CD4+ yang mensekresi sitokin dan
memicu inflamasi, yang akan menghancurkan jaringan cangkok. Sel T juga
bereaksi terhadap sel-sel dalam pembuluh darah jaringan cangkok, sehingga
menyebabkan kerusakan vaskular. Antibodi berperan terutama pada komponen
vascular pada penolakan akut. Kerusakan pada pembuluh darah jaringan cangkok
yang diperantarai antibodi terutama disebabkan oleh aktivasi komplemen melalui
jalur klasik.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Arsyadi. 2014.Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Hewan Sistem Imun. Universitas
IslamNegeriSunanKalijagaYogyakarta
https://www.researchgate.net/publication/328829628 Sistem imun 1
Eva Ayu Maharani, Ganjar Noviar, 2018. Modul Imunohematologi dan Bank Darah.
Fifin Pradina Duhitatrissari, Endang Retnoningsih, Iriana Maharan (2018). Korelasi IgE
Aspergillus fumigatus.
Http://jurnal.ukh.ac.id/inex.php/JK/article/download/34/89
Https://eiurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M JKBTH/article/view/454
maxillary sinus lavage at Dr. Saiful Anwar Hospital Malang. Bali Medical Journal.
2016;5(2):18-24
Kesehatan
Oktari, Anita dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
DenganReagen Serum Golongan darah A, B, OJurnal Teknologi Laboratorium. Vol. 5 No.
2:49
Pemeriksaan Rheumatoid Faktor Pada Penderita Tersangka Rheumatoid Arthritis " Agnes
Sri Harti, Dyah Yuliana, Prodi S-l Keperawatan, stikes Kusuma Husada Surakarta
Penulis Tri Wijayanti, SKM, M.Sc Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
Yogyakarta
74
Santosa, B. 2010. Differential Counting berdasarkan Zona Baca Atas dan Bawah pada
Preparat Darah Apus. Presiding Seminar Nasional UNIMUS. 2010, Semarang, Indonesia.Hal
1.
wastini, D.A dkk. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus Pelajar Kelas 5 Dan 6
SekolahDasar Di Desa Taro Kecamatan Tegallalang Gianyar Jurnal Udayana Mengabdi.
Vol.15 No. 1: 69. Bali: Universitas Udayan
Yudhistira,l Ninik Sukartini,2 Suzanna Immanuel,2 Iris Rengganis3 1 Program Pendidikan Dokter
Spesialis Patologi Klinik, 2Departemen Patologi Klinik, 3Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteraii Uriiversitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo,
75