Tujuan Instruksional Khusus Peserta didik mampu menjelaskan tentang : 1.Definisi 2.Fungsi Utama Sistem Imun. 3.Kategori Imunitas. 4.Perbedaan Sifat Sistem Imun non Spesifik dan Spesifik. Definisi
Imunologi Imun = kebal dan logos = ilmu ; ilmu yang mempelajari
kekebalan tubuh.
Imunitas Perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit infeksi.
Sistem Imun Sel-sel dan molekul yang terlibat dalam
perlindungan.
(Harti, Agnes Sri, 2013)
Definisi
Imunologi Cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan
respon organisme terhadap penolakan antigenik, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
(Harti, Agnes Sri, 2013)
Fungsi Utama Sistem Imun
1. Kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul
target sasaran dan mempunyai respon yang spesifik.
2. Kesanggupan membedakan antigen diri dan antigen asing.
3. Kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat
asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama. SISTEM IMUN
NONSPESIFIK SPESIFIK
FISIK LARUT SELULAR HUMORAL SELULAR
• BIOKIMIA : LISOZIM, SEL B : SEL T :
• KULIT SEBASEOUS, • FAGOSIT : • IgG • Th1 • SELAPUT ASAM LAMBUNG, MN, PMN LENDIR LAKTOFERIN, ASAM • SEL NK • IgA • Th2 • SILIA NEURAMINIK • SEL MAST • IgM • Ts/Tr/Th3 • BATUK • HUMORAL : • BERSIN • BASOFIL • IgD • Tdth KOMPLEMEN, INTER FERON, CRP • IgE • CTL/Tc Gambar 1. Pembagian Sistem Imun Kategori Imunitas
1. Imunitas Alamiah (innate, native immunity)
bersifat nonspesifik dan sudah ada sejak lahir.
Mencakup faktor-faktor protektif pada suatu individu yang
tidak bergantung pada rangsangan antigenik.
Sistem pengenalan awal cepat untuk mendeteksi patogen.
Mekanisme fisiologik Komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat, siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkan mikroba tersebut. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misal : jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit. Gambar 2. Mekanisme Utama Imunitas nonspesifik dan spesifik Gambar 3. Mekanisme Imunitas nonspesifik terhadap Bakteri pada tingkat sawar fisik Mekanisme Imunitas nonspesifik
1. Bakteri yang bersifat simbiotik/ komensal yang ditemukan pada
kulit menempati daerah terbatas pada kulit dan menggunakan hanya sedikit nutrien kolonisasi m.o patogen sulit terjadi.
2. Bila m.o patogen menempel pada kulit sawar fisik efektif.
Pertumbuhan bekteri dihambat oleh pH rendah dari asam
laktat yang terkandung dalam sebum yang dilepas kel.keringat. 3. Sekret di permukaan mukosa mengandung enzim destruktif seperti lisozim yang menghancurkan dinding sel bakteri.
4. Saluran napas dilindungi oleh gerakan mukosilier sehingga
lapisan mukosa secara terus-menerus digerakkan menuju arah nasofarings. Bakteri ditangkap oleh mukus sehingga dapat disingkirkan dari saluran napas.
5. Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung
peptida yang antimikrobial dapat membunuh mikroba patogen. 6 dan 7. Mikroba patogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk ke jaringan dibawahnya dapat dimusnahkan dengan bantuan komplemen dan dicerna oleh fagosit.
Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan ASI melindungi tubuh terhadap berbagai kuman Gram (+) karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.
ASI mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai
sifat antibakterial terhadap E.coli dan Staphylococcus sp. Saliva mengandung enzim laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma.
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan
empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba.
pH rendah dalam vagina mencegah tumbuhnya bakteri Gram (+).
Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba seperti Pseudomonas.
Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap
bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Polusi, asap rokok dan alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga memudahkan terjadinya infeksi oportunistik. Gambar 4. Proses Fagositosis Proses Fagositosis
1. Pengenalan (recognition) proses dimana mikroorganisme
terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis) Setelah partikel m.o dikenali maka
sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Bakteri /M.o mengeluarkan zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat memikat sel hidup seperti fagosit untuk menghampirinya. 3. Perlekatan (adhesion) Partikel m.o akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion) Membran sel fagosit akan menyelubungi
seluruh permukaan partikel asing dan menelannya “hidup-hidup” ke dalam sitoplasma.
5. Pencernaan (digestion) Fagosom mengundang lisosom yang
berisi enzim-enzim penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase berfusi membentuk fagolisosom. Enzim-enzim tersebut tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari partikel, akan berikatan dengan molekul kompleks yang bertugas mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan MHC (Major Histocompatibility Complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.
6. Pengeluaran (releasing) Produk sisa partikel asing yang tidak
dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit. 2. Makrofag
Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi dalam jumlah yang
lebih sedikit dibandingkan neutrofil. Monosit bermigrasi ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen.
Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan
melepas bahan antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin. 3. Sel NK
Jumlahnya sekitar 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan 45%
dari limfosit dalam jaringan.
Sel tersebut berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap
virus dan sel tumor. Secara morfologis, Sel NK merupakan limfosit dengan granul besar. 4. Sel Mast
Sel mast berperan dalam reaksi alergi dan dalam pertahanan
pejamu, jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi.
Sel mast berperan pada imunitas terhadap parasit dalam usus
dan terhadap invasi bakteri. Gambar 5. Fungsi Komplemen 2. Interferon
Sitokin berupa glikoprotein diproduksi makrofag yang
diaktifkan sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus.
Interferon mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi
sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus. 3. C-Reactive Protein (CRP)
Salah satu protein fase akut.Termasuk golongan protein yang
kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik.
Peningkatan sintesis CRP akan meningkatkan viskositas plasma
sehingga laju endap darah juga akan meningkat.
Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten.
4. Kolektin
Protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat
hidrat arang pada permukaan kuman. Kompleks yang terbentuk diikat reseptor fagosit untuk dimakan Selanjutnya komplemen juga dapat diaktifkan. 2. Imunitas adaptif (didapat)
Bersifat spesifik
Didapat secara aktif setelah infeksi/vaksinasi.
Didapat secara pasif dengan penyaluran melalui plasenta
atau suntikan antibodi spesifik. Perbedaan Sifat Sistem Imun nonspesifik dan Spesifik
Perbedaan Nonspesifik Spesifik
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang (=memori) Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroba yang sudah mikroba mensensitasi sebelumnya
Sel yang penting Fagosit Th
Sel NK Tdth Sel mast Tc Eosinofil Ts Sel B Molekul yang penting Lisozim Antibodi Komplemen Sitokin Protein Fase akut Mediator Interferon CRP Kolektin Respon Imun Spesifik
Sistem imun didapat/adaptif (aqcuired) yang timbul
terhadap unit-unit kecil dari mikroorganisme (misal : polisakarida dari kapsul/toksin) yang disebut sebagai antigen, bukan terhadap mikroorganisme secara keseluruhan. Respon Imun Spesifik
Spesifik kemampuan memberikan respon berbeda
terhadap antigen yang berbeda baik individu maupun spesies. Heterogen kemampuan berinteraksi dan memberikan respon terhadap produk populasi sel yang berbeda, misalnya antibodi. Memori kemampuan untuk mempercepat dan memperbesar respon spesifik dengan cara proliferasi dan diferensiasi sel-sel. Jenis Imunitas Spesifik Imunitas humoral Imunitas selular
Ekstraselular Intraselular
Mikroba Mikroba ekstraselular Fagositosis oleh Mikroba intraselular
makrofag (virus) berkembangbiak dalam sel terinfeksi
Respons Sel B Th CTL
Limfosit Mekanisme Antibodi mencegah infeksi dan Makrofag yang CTL membunuh sel efektor dan menyingkirkan mikroba diaktifkan terinfeksi dan Fungsi ekstraselular membunuh mikroba menyingkirkan yang dimakan sumber infeksi Sistem Imun Spesifik humoral Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral limfosit B/Sel B. Sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada ungags bursa sell /Sel B akan bermigrasi dan berdiferensiasi menjadi Sel B yang matang dalam alat Bursa Fabricius terletak dekat kloaka. Pada manusia diferensiasi tersebut terjadi dlm sumsum tulang. Sistem Imun Spesifik humoral Bila sel B dirangsang oleh benda asing lalu akan berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi Pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. Sistem Imun Spesifik Selular Limfosit T/Sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti Sel B. Pada orang dewasa, Sel T dibentuk di dalam sumsum tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel timus mati dan hanya 5-10 % menjadi matang dan meninggalkan timus untuk masuk ke dalam sirkulasi. Sistem Imun Spesifik Selular
Fungsi utama sistem imun spesifik selular
Pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Kerjasama antara sistem Imun nonspesifik dan Spesifik
Sistem imun nonspesifik dan spesifik berinteraksi
dalam menghadapi infeksi. Sistem imun nonspesifik bekerja dengan cepat dan sering diperlukan untuk merangsang sistem imun spesifik.