Anda di halaman 1dari 19

ANTIGEN DAN IMUNOGEN

PENDAHULUAN

1 Sistem imun
System imun diperlukan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Berbagai komponen
system imun bekerja sama dalam sebuah respon imun. Apabila seseorang secara imunologis
terpapar pertama kali dengan antigen kemudian terpapar lagi dengan antigen yang sama, maka
akan timbul respon imun sekunder yang lebih efektif. Reaksi tersebut dapat berlebihan dan
menjurus ke kerusakan individu mempunyai respon imun yang menyimpang. Kelainan yang
disebabkan oleh respon imun tersebut disebut hipersensitivitas. Secara garis besar dapat
digolongkan adanya dua kelompok respon imun abnormal yang berlebihan. Kelompok pertama
adalah respon yang berlebihan terhadap antigen asing (hipersensitivitas) yang berakibat
kerusakan jaringan, di mana kelainan ini dibagi menjadi 4 tipe reaksi hipersensitivitas dan
kelompok kedua adalah respon terhadap antigen sendiri (self antigen) yang berakibatkan
terjadinya penyakit autoimun

2. Pengertian Antigen dan Imunogen


Antigen adalah suatu substansi yang dianggap asing oleh tubuh, dan akan memacu
terjadinya respon imun yang akan akhirnya akan memacu produksi antibodi. Antigen yang
berhasil masuk ke dalam tubuh akan mengaktifkan berbagai respon imun spesifik maupun non-
spesifik. Jika antigen ini tidak ditangani dengan baik oleh sistem imun kita, antigen tersebut
dapat menimbulkan penyakit sesuai dengan jenis penyakit yang dibawanya.
Imunogen adalah substansi yang menginduksi respon imun spesifik, humoral, seluler,
atau keduanya. Setelah diolah oleh Antigen Presenting Cell (APC), maka imunogen akan pecah
menjadi antigen yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik.
Sementara hapten berukuran lebih kecil dari antigen. Karena ukurannya yang kecil itulah, maka
hapten tidak imunogenik. Akan tetapi, bila digabungkan dengan suatu molekul pembawa, maka
gabungan tersebut dapat menginduksi respon imun.
3. Macam Macam Antigen

1. Antigen eksogen Adalah antigen yang disajikan dari luar tubuh hospes dalam bentuk
mikroorganisme, tepung sari, obat obatan atau polutan Antigen ini bertanggung jawab terhadap
suatu spectrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang
ditengahi imunologik, seperti misalnya asma bronkiale
2. Antigen endogen Adalah antigen yang terdapat dalam individu Meliputi : antigen xenogeneik
(heterolog/heterogeneik), antigen idiotipik (autolog), dan antigen alogeneik (homolog)
3. Antigen xenogeneik / heterolog / heterogeneik Adalah antigen yang terdapat dalam aneka
macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannyaPenting pada kedokteran klinik,
karena antigen-antigen ini menimbulkan respons antibody yang berguna dalam diagnosis
penyakit
4. Antigen idiotipik dan autolog Merupakan komponen tubuh sendiri Contoh : antigen-antigen
spesifik immunoglobulin.
5. Antigen alogeneik / homolog Adalah antigen yang secara genetic diatur oleh determinan
antigenic yang membedakan satu individu spesies tertentu dari individu lain pada spesies yang
sama Pada manusia, determinan antigenic semacam ini terdapat pada sel-sel darah merah, sel-sel
darah putih, trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu
dari tubuh termasuk antigen histokompatibiltas

4. Antigen mempunyai 2 pengertian, yaitu :


Suatu molekul yang dapat dikenal oleh suatu antibody atau reseptor sel T, sehingga ia
bertindak sebagai target suatu respon imun, tapi belum tentu ia dapat menginduksi respon imun
Molekul yang merangsang timbulnya respon imun (disebut juga imunogen)
5. Sifat Antigenisitas
Antigenisitas adalah Sifat zat (antigen) yang memungkinkan zat tersebut bereaksi dengan
produk-produk dari respon imun spesifik, yaitu antibody atau limfosit T yang tersensitisasi
spesifik Kemampuan antigen untuk berikatan secara spesifik dengan produk akhir dari suatu
respon imun, di mana bisa berupa antibody atau reseptor permukaan sel
6. Imunogen
Imunogen adalah Molekul atau gabungan molekul yang dapat merangsang timbulnya
respon imun pada inang tertentu. Karena antigen mempunyai 2 pengertian, yaitu : Molekul yang
merangsang timbunya respon imun (disebut juga imunogen) dan
Molekul yang bereaksi dengan antibodi tanpa melihat kemampuan untuk merangsang
pembentukan antibodi Jadi, imunogen pasti antigen, tapi antigen belum tentu imunogen.
7. Struktur Antigen
Secara fungsional antigen dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Imunogen
Imunogen adalah molekul besar dari sebuah antigen yang bersifat sebagai molekul
pembawa karena membawa molekul kecil (hapten) dari suatu antigen. Imunogen ini dapat
dikenal oleh antibodi dan memacu pembentukan antibodi (imunogenik)

2. Hapten
Hapten adalah molekul kecil yang mempunyai kandungan antigenik (molekul karier)
yang diikat oleh molekul besar (imunogen). Namun hapten ini tidak dapat memacu produksi
antibodi jika tidak berikatan dengan molekul besar sehingga disebut sebagai molekul non-
imunogenik.
8. Pengertian dan Fungsi Antigen Antibodi
Klasifikasi Antigen
Antigen dapat dibagi jenisnya berdasarkan asal, determinan, spesifitas, dan bahan kimianya.
Berikut pembagiannya.
1. Berdasarkan Asal
a. Eksogen, karena berasal dari luar tubuh
b. Endogen, karena berasal dari dalam tubuh
2. Berdasarkan Determinan
Determinan adalah komponen antigen yang dapat menginduki atau memacu pembetukan
antibodi.
a. Unideterminan univalen : hanya memiliki satu jenis determinan dan jumlahnya satu
b. Unideterminan multivalen : hanya memiliki satu jenis determinan namun berjumlah lebih dari
satu pada satu molekul
c. Multideterminan univalen : memiliki dua atau lebih jenis determinnan namun hanya berjumlah
satu pada setiap jenis determinannya
d. Multideterminan multivalen : memiliki dua atau lebih jenis determinan dan setiap jenisnya
berjumlah lebih dari satu.
3. Berdasarkan Spesifitas
a. Heteroantigen : dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantigen : dimiliki oleh banyak spesies namun hanya spesies tertentu saja
c. Aloantigen : dimiliki oleh individu dalam satu spesies saja
d. Antigen Organ Spesifik : hanya dimiliki oleh organ tertentu saja
e. Autoantigen : berasal dari tubuh sendiri

4. Berdasarkan Bahan Kimia


a. Polisakarida
b. Lipid
c. Asam nukleat
d. Protein
Pada umumnya, antigen yang tersusun oleh polisakarida dan protein bersifat imunogenik,
sedangkan jika tersusun oleh lipid dan asam nukleat biasanya tidak imunogenik kecuali berikatan
dengan protein pembawa.
9. Pengertian Antibodi
Antibodi adalah sekelompok substansi protein yang diproduksi karena adanya pajanan
antigen terhadap limfosit. Antibodi bisa juga disebut sebagai imunoglobulin (Ig).
10. Struktur Antibodi
Antibodi tersusun oleh 4 rantai polipeptida (2 rantai polipeptida berat atau "heavy chain" dan
2 polipeptida ringan atau "light chain". Antibodi mempunyai bentuk seperti huruf Y. Kedua
lengan bagian atas disebut daerah variable, karena dapat berubah-ubah sesuai dengan antigen
yang diikat. Sedangkan lengan bagian bawah disebut daerah constan, karena daerah tersebut
tidak dapat berubah bentuk.
11. Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi mempunyai 5 jenis yang berbeda, yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE.
1) Imunoglobulin GMerupakan jenis Ig terbanyak pada tubuh, dan satu-satunya Ig yang dapat
menembus plasenta sebagai pertahanan pada bayi. IgG mempunyai 4 subkelas, yaitu IgG1, IgG2,
IgG3, dan IgG4.
2) Imunoglobulin AMerupakan jenis Ig terbanyak kedua pada tubuh. Ig ini berfungsi menjaga
permukaan luar tubuh. Biasanya ditemukan pada air mata, saliva, kolostrum, dan mukus. IgA
mempunyai 2 subkelas, yaitu IgA1 dan IgA2
3) Imunoglobulin MMerupakan jenis Ig yang paling baik dalam mengikat komplemen karena
strukturnya yang pentamer. Ig ini disekresi pada tahap awal respon sel plasma sehingga berada
pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen.
4) Imunoglobulin DIg ini juga berada pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen, namun tidak
dapat mengikat komplemen.
5) Imunoglobulin EMerupakan jenis Ig yang paling sedikit pada tubuh. Ig ini berfungsi sebagai
mediator pelepasan histamin sebagai respon alergi.

12. Interaksi Antigen-Antibodi


Antaran antigen dan antibodi mempunyai beberapa macam interaksi, seperti :
1) Netralisasi, yaitu antibodi yang menghalangi antigen untuk berikatan dengan sel lain sehingga
tidak menimbulkan efek yang merugikan.
2) Aglutinasi, yaitu antigen yang dianggap asing oleh antibodi diikat lalu membentuk gumpalan.
Terjadi apabila antigen bersifat karier, contohnya eritrosit.
3) Presipitasi, yaitu antigen dan antibodi yang mengendap ketika bertemu. Hal ini dapat terjadi jika
antigen bersifat larut air.

13. Sifat Imunogenisitas


Adalah kemampuan suatu imunogen untuk menginduksi suatu respon imunitas pada
inang tertentu, baik yang humoral maupun seluler Faktor yang mempengaruhi imunogenitas
suatu imunogen Derajat Keasingan Sifat imun yang normal dapat membedakan mana molekul
milik sendiri (self) dan mana yang molekul bukan milik sendiri (nonself) Molekul yang dikenal
pada limfosit yang belum matang (immature) disebut molekul sel milik sendiri (self), sehingga
tidak perlu dilawan. Molekul yang dikenal pada limfosit yang sudah matang (mature) disebut
molekul sel bukan milik sendiri (nonself), sehingga perlu dilawan Sifat asing dapat terjadi jika
ada perubahan konfigurasi atau komposisi substansi yang semula bukan substansi asing
Ukuran Molekul Imunogen yang paling poten adalah makromolekul protein yang mempunyai
berat molekul 100.000 dalton. Jika beratnya kurang dari 100.000 dalton, maka imunogen bersifat
lemah Molekul yang sangat kecil (misal, asam amino) tidak bersifat imonugenik. Sedangkan
molekul kecil tertentu (misal, hapten) dapat bersifat imonugenik hanya jika bergabung dengan
protein pembawa (carrier). Kerumitan (Kompleksitas) kimiawi dan struktural Makin kompleks
susunan suatu molekul imunogen, maka makin tinggi imunogenitas substansi yang bersangkutan
Contohnya, homopolimer asam amino kurang bersifat imunogenik dibandingkan dengan
heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda Kepekaan terhadap
presentasi dan pemrosesan antigen Makromolekul yang besar atau tidak larut lebih siap
difagositosis, diproses dan dipresentasikan Limfosit T yang dipresentasikan atau diproses oleh
antigen, kerjanya dilaksanakan oleh APC (Antigen-Precenting Cell) dengan bantuan MHC
(Major Histocompatibility Complex).
Enzim pada APC hanya bisa mendegradasi asam amino L, tidak bisa jika asam aminonya
berbentuk D. Tatanan genetik penjamu Dua strain binatang dari species yang sama dapat
merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon
imun Dosis, cara dan waktu pemberian imunogen Karena derajat respon imun tergantung pada
banyaknya imunogen yang diberikan, respon imun dapat dioptimalkan dengan cara menentukan
dosis imunogen dengan cermat, cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval
diantaradosis yang diberikan) adalah mungkin untuk meningkatkan Respon imun dari suatu zat
dapat ditingkatkan dengan menggabungkanya dengan adjuvan.
Hapten
Hapten adalah molekul kecil yang bersifat antigenic (misalnya protein) tapi tidak
imunogenik, yang bisa berikatan dengan produk respon imun tapi tidak bisa membangkitkan
respon imun. Antibody atau limfosit teraktivasi yang terbentuk untuk melawan ikatan tersebut
kemudian seringkali akan bereaksi secara terpisah terhadap protein atau hapten.
Hapten yang menimbulkan tipe respon imun seperti ini biasanya berupa obat-obatan dengan
berat molekul rendah, unsure kimiawi dalam debu, produk pemecahan ketombe dari hewan,
bahan kimiawi industri , toksin dari racun tumbuh-tumbuhan yang menjalar ,dll. Hapten +
Carriers → imunogenik
Keterangan : Hapten yang berikatan dengan carriers bersifat imunogenik yang disebut
hapten carriers conjugate.
Epitope dan determinannya
Epitope disebut juga antigenic determinant Epitope adalah : Suatu tempat-tempat tertentu dari
suatu imunogen yang sifatnya aktif, yang akan berikatan dengan antibody atau dengan reseptor
spesifik pada permukaan limfosit T Posisi epitope dengan antibody harus berdekatan dan sesuai
yang merupakan ikatan non kovalen. Jumlah epitop pada satu molekul antigen berbeda dengan
jumlah epitop pada antigen yang lain Dari hasil penelitian bahwa imunogan sedikitnya harus
memiliki 2 determinan/ 2 epitop untuk dapat merangsang pembentukan antibody.
14. Struktur Antibody
Semua immunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai polipeptida berat (Heavy chains / H-
chains) dan rantai polipeptida ringan (Light chains / L-chains Kebanyakan merupakan kombinasi
2 rantai berat identik dan 2 rantai ringan identik Antara rantai yang satu dengan yang lain,
berikatan melalui ikatan disulfide (S-S) 5 macam rantai berat, yaitu : Ada 3 kelompok gena yang
berbeda, yang terlibat dalam produksi daerah variable rantai-rantai berat, yaitu : gena variable
(VH), gena diversitas (D), gena joining (JH), yang bersama-sama menghasilkan spesifitas
tertentu dari antibody. Pengenalan antigen yang berbeda tergantung pada V-D-J nya
15. 2 macam rantai ringan, yaitu :
Meskipun begitu ada immunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai 10 rantai berat
dan 10 rantai ringan, misalnya IgM Dalam semua immunoglobulin, tiap rantai berat sejajar
dengan satu rantai ringan pada salah satu ujungnya. Jadi membentuk satu pasangan rantai berat
dan rantai ringan Ujung setiap rantai ringan dan rantai ringan, disebut “bagian yang berubah”
(variable segment) Sisa dari masing-masing rantai, disebut “bagian yang tetap” (constant
segment) terdapat 2 “tempat yang dapat berubah”, untuk melekatnya antigen, maka antibody ini
disebut bersifat bivalen “Bagian yang dapat berubah” tersebut berbeda-beda untuk setiap sifat
antibody dan bagian inilah yang secara khusus melekat pada tipe antigen tertentu “Bagian yang
tetap” dari antibody menentukan sifat-sifat lain dari antibody, menetapkan beberapa factor
seperti penyebaran antibody dalam jaringan, pelekatan pada kompleks komplemen, antibody
melewati membrane, dan sifat-sifat biologis lain dari antibody - Fragmentasi immunoglobulin
oleh Papain Imunoglobulin yang diberi enzim proteolitik papain , akan terpecah menjadi 3
fragmen, yaitu : 2 fragmen Fab (antigen binding site) dan 1 fragmen Fc (fragmen yang konstan)
Papain memecah Ig pada terminal asam amino di tempat ikatan S-S yang mengikat kedua rantai
H satu dengan yang lain Fragmen-fragmen IgG yang dihasilkan oleh pemecahan Papain :
Pembeda Fab Fc Pembentukan Dibentuk oleh domain terminal N Dibentuk oleh domain terminal
C Komposisi
16. Fungsi Antibodi
Membantu imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan melalui darah
seperti bacteria, virus, parasit, dan beberapa jamur karena gamaglobulin mengandung sebagian
besar antibody serumMemberi aktifitas antibody dalam jaringan Mengikat dan menghancurkan
antigen, namun demikian pengikatan antigen tersebut kurang memberikan dampak yang nyata
kalau tidak disertai fungsi efektor sekunder. Fungsi efektor sekunder yang penting adalah
memacu aktivasi komplemen, di samping itu merangsang pelepasan histamine oleh basofil atau
mastosit dalam reaksi hipersensitivitas tipe segera
17. Variabilitas Antibody
Immunoglobulin merupakan kumpulan protein yang sangat heterogen. Heterogenitas ini
disebabkan oleh susunan asam amino yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan
mengakibatkan perbedaan struktur molekul. Hal ini selanjutnya menimbulkan variabilitas dalam
determinan antigenik Ig. Keragaman antibodi tergantung pada :
1) Segmen gen V, D dan J multiple.
2) Hubungan kombinasi misalnya hubungan tiap segmen V, tiap segmen D dan Segmen
3) Kombinasi acak rantai L dan H yang berbeda
4) Mutasi somatik
5) Keragaman junctional yang dihasilkan oleh penggabungan yang tepat selama penyusunan
kembali dan mengakibatkan perubahan atau penghilangan asam amino dalam regio hipervariabel
6) Keragaman intersional, yaitu enzim deoksinukleotidil transferase ujung menyisipkan kelompok
kecil nukleotida pada persilangan ( junctional ) V – D dan D – J ( keragaman regio N).

18. Variabilitas antibodi dapat digolongkan berdasarkan

1. Variasi Isotip Pada manusia terdapat 9 isotop H chain fungsional. Sesuai dengan sub kelas
Immunoglobulin. Pada orang normal dapat dijumpai 5 kelas immunoglobulin, yaitu Ig A, Ig D,
Ig E, Ig G dan Ig M. Tetapi dalam satu kelas dapat dijumpai beberapa sub kelas seperti Ig G1, Ig
G2, Ig G3 dan Ig G4. Karena semua bagian konstan H – chain yang terdapat pada berbagai kelas
dan sub kelas itu dapat djumpai pada satu orang maka bagian tersebut dinamakan varian Isotip.
Sebutan varian isotip juga berlaku bagi bagian konstan L – chain kappa dan lamda yang dapat
dijumpai pada semua kelas dan subkelas Ig dan terdapat pada semua orang.
2. Variasi Alotip Determinant antigen satu varian isotip imnoglobulin satu species dapat juga
berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini ditentukan secara genetik dan disebut varian Alotip.
Contohnya ; golongan darah rhesus.
3. Variasi Idotip Adalah determinant Antigen yang diasosiasikan dengan reseptor binding site.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antibodi terhadap antigen yang sama dan diproduksi
oleh individu yang berbeda secara genetik, dapat memiliki idiotip yang sama.
Idiotip inilah yang membedakan satu molekul imunoglobulin dengan molekul imunoglobulin
yang lain dalam alotip yang sama.
4. Variasi idiotip adalah karakterisitik bagi setiap molekul antibodi.

19. Klas dan Subklas Imunoglobulin


Klas Imunoglobulin Pembagian molekul imunoglobulin berdasarkan atas determinan
antigen yang unik pada regio Fc dari rantai H. Pada manusia terdapat 5 ( lima ) kelas
imunoglobulin yaitu ;
A. Ig A Merupakan kelas Ig kedua terbanyak dalam serum Merupakan Imunoglobulin utama pada
hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata serta sekresi traktus respiratorius, intestinal, dan
genital. Fungsi : Imunoglobulin ini melindungi membran mukosa dari serangan bakteri dan
virus. Kehadirannya dalam kolostrum dapat membantu sistem imun bayi baru lahir Membatasi
absorbsi antigen yang berasal dari makanan Tiap molekul Ig A (berat molekul 400.000) terdiri
dari dua unit H2 L2 dan satu molekul yang terdiri atas rantai J dan componen sekresi Komponen
sekretorik ini mengikat dimer Ig A dan mempermudah trasnpornya melintasi epitel sel epitel
mucosa dengan cara endositosis Beberapa Ig A terdapat dalam serum sebagai monomer H2
L2. Terdapat sedikitnya dua sub kelas yaitu Ig A1 dan Ig A2. Beberapa bakteri ( misalnya
neisseria ) dapat merusak Ig A1 dengan cara menghasilkan protease sehingga menghalangi
imunitas yang diperantarai antibodi pada permukaan mukosa. Half-life = 5-6 hari
B. Ig D Konsentrasinya dalam serum sedikit, tapi dalam darah tali pusat cukup tinggi
Fungsi : Bertindak sebagai reseptor antigen ketika terdapat pada permukaan limfosit B tertentu
dan berperan mengawali respon imun. Keberadaannya bersama Ig M pada permukaan limfosit
menimbulkan dugaan bahwa keduanya berinteraksi sebagai reseptor antigen dalam
mengendalikan aktivasi dan penekanan limfosit Sifat : Lebih lentur karena punya bagian engsel
yang lebih panjang sehinga dapat melakukan ikatan silang dengan antigen polivalen secara lebih
efisien mungkin inilah yang menyebabkan umur Ig D pendekSangat peka terhadap enzim
proteolitik
C. Ig E Merupakan antibodi dengan jumlah sedikit (hanya 0,0004% dari kadar Ig total), tetapi
merupakan antibodi yang berperanan penting dalam peristiwa alergi. Sifat : kemampuannya
melekat erat pada permukaan mastosit atau basofil Regio Fc dari Ig E terikat pada reseptor pada
permukaan sel mast dan basofil.
Ig E yang terikat ini bertindak sebagai reseptor untuk antigen yang menstimulasi produksinya
sehingga terbentuk kompleks antigen – antibodi yang memicu terjadinya respon alergi tipe cepat
anafilaksis ) melalui pelepasan mediator. Parasit yang dilapisi Ig E lebih mudah membunuh
eosinofil Kadar Ig E pada individu atopik lebih tinggi dibanding individu normal Pada orang
dengan hipersensitivitas alergi yang diperantarai antibodi tersebut, konsentrasi Ig E meningkat
dengan cepat dan Ig E dapat terdapat pada sekresi eksternal. Ig E serum juga meningkat secara
tipikal selama infeksi cacing.
Sel plasma yang memproduksi Ig E terdapat dalam tonsil dan sinusoid dan padajaringan limfotik
sepanjang mukosa saluran nafas dan saluran cerna
D. Ig G Pada orang normal terdiri dari sekitar 75 % dari seluruh anti bodi.
Merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan menyusun pertahanan yang penting
melawan bakteri dan virus. Paling mudah berdifusi ke dalam jaringan ekstravakular dan
melakukan aktivitas antibodi di jaringan Ig G merupakan satu – satunya anti bodi yang dapat
melintasi plasenta. Oleh karena itu merupakan Imunoglobulin yang paling ditemukan pada bayi
baru lahir. Tiap molekul Ig G terdiri dari dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan sulfida oleh
karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik maka
disebut bivalen Terdapat empat sub kelas yang dibedakan berdasarkan perbedaan antigenik dan
lokasi ikatan disulfida, yaitu Ig G1, Ig G2, Ig G3, Ig G4. Ig G1 merupakan 65 % dari Ig G. Ig G2
ditujukan untuk melawan antigen polisakarida dan mungkin berperan penting dalam pertahan
penjamu melawan bakteri berkapsul.
E. Ig M Antibodi yang berukuran paling besar Merupakan imunoglobulin yang diproduksi pada
awal respon imunitas primer. Ig M terdapat pada permukaan semua sel B yang belum aktif. Ig
M ini tersusun atas lima unit H2 L2 ( masing – masing hampir sama Ig G ) dan satu molekul
rantai J ( joining ) Merupakan Pentamer ( berat molekul 900.000 ) yang mempunyai total sepuluh
tempat pengikatan antigen yang identik oleh karena itu disebut mempunyai valensi 10.
Merupakan imunoglobulin yang paling efisien dalam proses aglutinasi dan fiksasi
komplemen dan reaksi antigen – antibodi lainnya serta penting juga dalam pertahanan melawan
bakteri dan virus. Imunoglobulin ini dapat diproduksi oleh fetus yang terinfeksi.
Menunjukkan afinitas rendah terhadap antigen dengan determinan tunggal (hapten)
Karena molekul Ig M multivalen, maka Ig M dapat berinteraksi dengan antigen dengan
melibatkan semua tempat pengikatan (epitope) antigen tersebut, sehingga memiliki aviditas
tinggi SubKlas Imunoglobulin Pembagian kelas imunoglobulin berdasarkan perbedaan struktur
dan perbedaan antigenik pada rantai H.
20. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme pengenalan antigen :

1. Spesifitas adalah respon yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen structural
kompleks protein / polisakarida yang berbeda, tidak sama. Bagian dari antigen tersebut yang
dikenal oleh limfosit disebut determinan antigen / epitop. Spesifitas terjadi karena masing
masing limfosit mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan struktur antigen 1 dengan
yang lain walaupun itu sangat kecil.
Klon limfosit dengan berbagai spesifitas terdapat pada individu yang belum tersensitasi dan
mampu mengenal dan membedakan respons terhadap antigen asing.
2. Diversitas adalah jumlah total spesifitas limfosit terhadap antigen dalam 1 individu yang disebut
limfosit repertoireI, sangat besar. Diduga bahwa system imun dapat membedakan sekitar 109
antigen yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki reseptor terhadap antigen
dengan struktur yang berbeda-beda, tergantung pada antigen yang dikenalnya. Setiap klon
limfosit memiliki struktur reseptor yang berbeda dari klon limfosit yang lain sehingga dengan
demikian terdapat diversitas repertoire yang sangat besar
3. Afinitas Kekuatan total interaksi non kovalen antara antigen yang mengikat antibody dan epitop
merupakan gaya gabungan (afinitas) dari antibody untuk epitop tersebut
Antibody dengan afinitas yang rendah mengikat antigen dengan lemah dan cenderung memisah
Sedangkan antibody dengan afinitas tinggi mengikat antigen dengan ketat dan sisa ikat lebih
panjang
4. Aviditas Afinitas pada suatu ikatan sebenarnya tidak selalu mencerminkan kekuatan interaksi
antara antibody dan antigen Ketika komplek antigen berisi berbagai factor penentu yang
antigenic dan tercampur dengan antibody yang terikat, interaksi dari molekul antibody dan
molekul antigen pada satu sisi akan meningkatkan kemungkinan dari reaksi kedua molekul itu
pada lokasi yang kedua Kekuatan interaksi antara antibody multivalent dan antigen itulah yang
disebut dengan aviditas Aviditas dari antibody lebih baik dalam mengukur terikatnya kapasitas
dalam system biologi (Contohnya yaitu : reaksi antibody dengan antigenic determinan pada virus
atau bakteri) dibanding afinitas Aviditas yang tinggi dapat menggantikan kerugian untuk afinitas
yang rendah Ikatan dalam interaksi antigen dan antibody Interaksi antigen-antibodi adalah
asosasi biomolekuler yang mirip dengan interaksi enzin-substrat, dengan perbedaan penting : ini
tidak mengarah pada perubahan kimiawi yang tidak dapat diubah lagi. Interaksi diantara
antibody dan antigen meliputi berbagai macam interaksi non kovalen diantara determinan
antigenic, atau epitope, antigen dan dominant wilayah variabel dari molekul antibody, khususnya
wilayah-wilayah hipervariabel, atau wilayah yang menentukan pelengkap (CDR)
Spesifikasi yang sangat halus dari interaksi-interaksi antigen-antibodi mengarah pada
pengembangan berbagai macam kadar immunologis, kadar ini bisa digunakan untuk mendeteksi
kehadiran antibody-antigen dan memainkan peranan penting dalam mendiagnosa
penyakit,memantau level respon imun humoral, dan mengidentifikasikan molekul-molekul untuk
kepentingan biologis atau medis. Kadar ini berbeda dalam hal kecepatan dan kepekaan mereka ;
beberapa adalah sangat kualitatif dan lainnya kuantitatif. Ikatan dalam interaksi antigen antibody
adalah ikatan non-kovalen jadi apabila ingin melekat letaknya harus dekat.
Beberapa macam ikatan non kovalen, yaitu : ikatan hidrofobik ikatan hydrogenikatan
hidrogen adalah sejenis gaya tarik antarmolekul yang terjadi antara dua muatan listrik parsial
dengan polaritas yang berlawanan merupakan gaya tarik menarik elektrostatik kuat antara
hidrogen pada satu molekul dengan atom N , O atau F dari molekul lain Ikatan ionic Ikatan ionik
merupakan ikatan yang terbentuk antara unsur yang ingin membebaskan elektron dengan unsur
yang ingin menerima elektron. atau gaya tarik menari elektrostatik antara ion posiif dan ion
negatif Ikatan van der waals gaya van der waals terjadi akibat distribusi muatan yang tidak
simetri
21. Reaksi Hipersensitivitas
Pengertian Hipersensitivitas Adalah : Respon atau reaksi imun yang berlebihan atau tidak
terkontrol. Reaksi ini terjadi bila jumlah antigen yang masuk relative banyak atau bila status
imunologik seseorang baik selular maupun humoral meningkat. Reaksi ini tidak pernah timbul
pada pemaparan antigen pertama dan merupakan ciri khas individu bersangkutan
22. Macam Macam Dan Contoh Reaksi Hipersensitivitas
Berdasarkan mekanisme reaksi imunologik yang terjadi, secara umum reaksi
hipersensitivitas dibagi menjadi 4 golongan, yaitu tipe I, II, III, dan IV Reaksi tipe I, II, dan III
terjadi karena interaksi antara antigen dengan antibody, sehingga termasuk reaksi humoral
Sedangkan reaksi tipe IV terjadi karena interaksi antara antigen dengan reseptor yang terdapat
pada permukaan limfosit T dan mengaktifkan limfosit T sehingga termasuk reaksi selular
Tipe reaksi : 1.Tipe I : Reaksi Hipersensitivitas tipe segera Terjadi apabila antigen
lingkungan dan respons Ig E menyebabkan pelepasan berbagai mediator oleh sel mastosit yang
berakibat reaksi inflamasi Bila antigen (khususnya Alergen) berikatan dengan molekul IgE yang
sebelumnya telah melekat pada permukaan mastosit atau basofil, maka hal itu akan
menyebabkan dilepaskannya berbagai mediator oleh mastosit dan basofil yang secara kolektif
mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksi otot polos bronkus dan
saluran cerna inflamasi lokal. Mediator-mediatornya : IgE disebut antibody homosititropik atau
regain dengan sifat khas, yaitu: afinitas yang tinggi pada mastosit dan basofil melalui reseptor Fc
pada permukaan sel bersangkutan yang mengikat fragmen FcIgE, berperan besar pada reaksi
anafilaktik IgG4 mempunyai kemampuan serupa dengan IgE tetapi dengan afinitas yang jauh
lebih rendah.
Berbagai jenis limfokin dan sitokin dengan peran multifungsi juga dilepaskan pada reaksi
ini sebagai akibat aktivasi mastosit oleh IgE. IL-3 dan IL-4 mungkin mempunyai dampak
autokrin pada sel mastosit bersangkutan dan substansi ini bersama-sama dengan sitokin lain
meningkatkan produksi IgE oleh sel B. IL-5, IL-8 dan IL-9 berperan dalam proses khemotaksis
dan aktivasi sel-sel inflamasi di daerah terjadinya alergi. Eosinofil merupakan sel yang
menghasilkan berbagai mediator inflamasi yang dilepaskan bila sel itu diaktivasi misalnya :
Major Basic Protein (MBP) dan Neurotoksin. Granula mastosit mengandung beberapa jenis
protease; dua diantaranya adalah tryptase dan chymase yang dapat merombak peptide intestinal
vasoaktif yang merupakan mediator relaksasi bronkus.

PENUTUP

Kesimpulan
1. Antigen adalah suatu molekul yang dapat dikenal oleh suatu antibody atau reseptor sel T,
sehingga ia bertindak sebagai target suatu respon imun, tapi belum tentu ia dapat menginduksi
respon imun
2. Ada 2 macam antigen, yaitu antigen endogen dan antigen eksogen
3. Antigenisitas adalah kemampuan antigen untuk berikatan secara spesifik dengan produk akhir
dari suatu respon imun, di mana bisa berupa antibody atau reseptor permukaan sel
4. Imunogen adalah molekul atau gabungan molekul yang dapat merangsang timbulnya respon
imun pada inang tertentu
5. Imunogen pasti antigen, tapi antigen belum tentu imunogen.
6. Imunogenisitas adalah kemampuan suatu imunogen untuk menginduksi suatu respon imunitas
pada inang tertentu, baik yang humoral maupun seluler
7. Faktor yang mempengaruhi imunogenitas suatu imunogen : derajat keasingan, ukuran molekul,
kerumitan (kompleksitas) kimiawi dan structural, kepekaan terhadap presentasi dan pemrosesan
antigen, tatanan genetik penjamu, serta dosis, cara dan waktu pemberian imunogen
8. Hapten adalah molekul kecil yang bersifat antigenic (misalnya protein) tapi tidak imunogenik,
yang bisa berikatan dengan produk respon imun tapi tidak bisa membangkitkan respon imun.
9. Epitope adalah suatu tempat-tempat tertentu dari suatu imunogen yang sifatnya aktif, yang akan
berikatan dengan antibody atau dengan reseptor spesifik pada permukaan limfosit T
10. Antibody dibentuk oleh sel limfosit B dan didistribusikan ke dalam cairan limfe dan sirkulasi
darah
11. Respon sekunder lebih cepat dan lebih kuat daripada respon primer karena disebabkan adanya
sel memory
12. Struktur antibody adalah terdiri dari rantai berat (H-chain) dan rantai ringan (L-chain) yang
berikatan melalui ikatan disulfide
13. Selain itu antibody terdiri dari 2 segmen : variable segmen dan constant segmen
14. Variabilitas antibody digolongkan menjadi 3 macam, yaitu variasi isotip, alotip, dan idiotip
15. Ada 5 macam klas immunoglobulin, yaitu Ig A, Ig G, Ig M, Ig D, Ig E
16. Ig G mempunyai 5 subklas, yaitu Ig G1, Ig G2, Ig G3, Ig G4, Ig G5. Sedangkan Ig A
mempunyai 2 subklas, yaitu Ig A1 dan Ig A2

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, 2005. Cellular and Molecular Immunology, updated edition 5th ed., WB Saunders
Co.
Abbas, Litchtman, 2006. Basic Immunology. Functions and Disorders of the immune system, 2nd ed.
Updated edition 2006-2007. WB Saunders Co.
Dra. Agnes Sri Harti, M.Si : Imunologi Dasar & Imunologi Klinis, Graha Ilmu, Yogyakarta
Goldsby RA, Kindt TJ, Osborne BA, 2000. Kuby Immunology, 4th ed. New York : WH Freeman and
Company.
Roitt I, 1994. Essential Immunology. Jakarta : Widya Medika.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


LATAR BELAKANG

1.1
Sejarah Imunologi
Imunologi berasal dari ilmu kedokteran dan penelitian awal akibat dari imunitas sampai
penyakit. Sebutan imunitas yang pertama kali diketahui adalah selama wabah Athena tahun 430
SM. Thucydides mencatat bahwa orang yang sembuh dari penyakit sebelumnya dapat mengobati
penyakit tanpa terkena penyakit sekali lagi. dan diteliti oleh Louis Pasteur pada
perkembangan vaksinasi dan teori penyakit kuman. Teori Pasteur merupakan perlawanan dari
teori penyakit saat itu, seperti teori penyakit miasma. Robert Koch membuktikan teori ini pada
tahun 1891, untuk itu ia diberikan hadiah nobel pada tahun 1905. Ia membuktikan
bahwa mikroorganisme merupakan penyebab dari penyakit infeksi. Virus dikonfirmasi sebagai
patogen manusia pada tahun 1901 dengan penemuan virus demam kuning oleh Walter
Reed. Imunologi membuat perkembangan hebat pada akhir abad ke-19 melalui perkembangan
cepat pada penelitian imunitas humoral danimunitas selular. Paul Ehrlich mengusulkan teori
rantai-sisi yang menjelaskan spesifisitas reaksi antigen-antibodi. Kontribusinya pada pengertian
imunitas humoral diakui dengan penghargaan hadiah nobel pada tahun 1908, yang bersamaan
dengan penghargaan untuk pendiri imunologi selular, Elie Metchnikoff.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.
Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler
mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari,
dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh,
sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga
kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan
tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan
berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin
yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme
pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir dan
terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan khusus
untuk antigen tertentu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki
cara baru agar dapat menginfeksi organisme
Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis
dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat
pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi
dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal.
Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi
fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag,
sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak,
repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah
untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki
jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu
substansi mikroba.
2.2 Dua jenis Kekebalan Tubuh (Imunitas) yakni,
1. Kekebalan alami atau non-spesifik (innate immunity) ,
merupakan pertahanan tubuh yang mendasar dan kita miliki semenjak lahir dan bersifat
non-spesifik (artinya tidak bersifat khusus terhadap zat asing tertentu). ditujukan untuk
menangkal masuknya segala macam zat dari luar yang asing bagi tubuh, yang dapat
menimbulkan kerusakan tubuh (penyakit). Contohnya berbagai bakteri, virus, parasit, atau zat-
zat yang berbahaya bagi tubuh.
2. kekebalan dapatan (acquired immunity) atau Spesifik,
merupakan pertahanan tubuh yang terbentuk sebagai respon adanya zat asing yang masuk
ke dalam tubuh, bersifat spesifik, dan memiliki kemampuan mengingat. misalnya pertahanan
fisik (kulit, selaput lendir), kimiawi (enzim, keasaman lambung), mekanik (gerakan usus, rambut
getar selaput lendir), fagositosis (penelanan kuman atau zat asing oleh sel darah putih), serta zat
komplemen (pelengkap) yang berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing.
Kekebalan ini hanya akan Bereaksi pada kuman atau zat asing yang sudah dikenal, artinya bila
jenis kuman atau zat asing tersebut sudah pernah atau lebih dari satu kali masuk ke dalam tubuh
manusia.
Jadi jika Tubuh kita terasa tidak enak atau sudah ada gejala sakit, Jangan terlalu langsung
cepat mengkonsumsi obat-obatan kimia, antibiotic,atau berobat dengan resep dokter,,beri
kesempatan pada Tubuh kita dalam hal ini Sistem Imun untuk menyembukan diri sendiri yang
tentunya dibarengi dengan istirahat yang cukup dan hindari stress.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi
imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,
atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit
autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus
erythematosus. Peran penting imunologitersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari
penelitian.
Menurut Sherwood (2001) sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik adalah
respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda
asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon ini
membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen
infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka bakar
termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut nonspesifik
karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002). Selain itu
sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat.
Imunomodulator adalah adalah zat yang dapat memodulasi (mengubah atau
memengaruhi) sistem imun tubuh menjadi ke arah normal. imunomodulator adalah obat, dan
bukan suplemen yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Fungsinya hanya membantu meningkatkan
sistem kekebalan . Konsumsi imunomodulator pada orang normal tidak ada gunanya, karena
tubuh yang sehat masih mampu untuk menyeimbangkan sistem imun secara otomatis, kecuali
jika tubuh telah mengalami keadaan sakit.
Terdapat 2 jenis peran Imunomodulator:
1) Imuno stimulator atau stimulant, yaitu imunomodulator yang berperan menguatkan sistem imun
tubuh
2) Imuno suppressan, yaitu imunomodulator yang menekan reaksi sistem imun yang berlebihan
saat bersaaman diberikan dengan antibiotic.
2.3 Sifat Sistem Imun Bawaan Atau Nonspesifik
1. Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
2. Umumnya efektif terhadap semua zat asing
3. Terjadi pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan infeksi
4. Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
5. Tidak ada memori imunologikal
6. Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Imum Bawaan
1. Spesies
Perbedaan spesies memiliki perbedaan kerentanan yang jelas terhadap mikroorganisme asing.
Misalnya, tikus sangat resisten, sedang manusia sangat rentan terhadap difteri.
2. Keturunan dan usia
Peranan heriditer yang menentukan resistensi terhadap infeksi terlihat dari studi tuberkolosis
pada pasangan kembar. Bila satu dari kembar homozigot menderita tuberkolosis, pasangan
lainnya menunjukkan resiko lebih besar untuk juga menderita tuberkolosis dibanding dengan
pasangan kembar yang heterozigot. Infeksi sering terjadi lebih berat pada anak usia balita dan
binatang muda dibanding usia dewasa. Hal tersebut disebabkan karena sistem imun yang belum
matang pada usia muda.
Yang berarti:
 Peran hereditas menentukan resistensi terhadap infeksi
 Usia muda (anak) lebih rentan terkena infeksi karena system imun yang belum matang
 Usia lanjut disertai dengan penurunan resistensi terhadap infeksi

3. Hormon
 Sebelum pubertas sistem imun pada pria dan wanita sama
 System imun berkembang pada usia dewasa
 Hormon estrogen pada wanita membantu meningkatkan system imun bayi
 Pada diabetes melitus, hipotiroidisme dan disfungsi adrenal ditemukan resistensi yang menurun
terhadap infeksi. Sebabnya belum diketahui. Steroid yang merupakan antiinflamsi berefek
menurunkan kemampuan fogositosis, tetapi juga menghambat efek tosik endotoksin yang
dihasilkan kuman.

4. Suhu
Kelangsungan hidup banyak jenis mikroorganisme tergantung pada suhu.
 Pada suhu normal beberapa mikroorganisme tidak menginfeksi manusia
 Suhu mempengaruhi tingkat infeksi tergantung karakteristik mikroorganismenya

5. Faktor nutrisi
Nutrisi yang baik dapat meningkatkan system imun, begitu juga sebaliknya.

6. Flora normal
Flora normal kulit dapat memproduksi berbagai bahan anti microbial.

7. Stress
Stress juga dapat mempengaruhi katahanan tubuh menjadi kurang baik.

2.5 Macam Macam Dan Fungsi Dari Pertahanan Humoral dan Seluler Imunitas Bawaan
1) Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin,
merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Kulit yang rusak misalnya oleh luka
bakar dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko infeksi.
2) Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga,
spermin dalam semen, mengandung bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh secara
biokimiawi. Asam HCL dalam cairan lambung, lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air
susu dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dengan menghancurkan
dinding selnya. Air susu ibu juga mengandung laktoferin dan asam neuraminik yang mempunyai
sifat antibacterial terhadap E. coli dan staphylococcus.
Lisozim yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram negatif dan hal
tersebut diperkuat oleh komplemen. Laktoferin dan transferin dalam serum dapat mengikat zan
besi yang dibutuhkan untuk kehidupan kuman pseudomonas
3) Pertahanan Humoral
Sistem imun nonspesifik ini menggunakan berbagai molekul larut tertentu yang
diproduksi di tempat infeksi dan berfungsi lokal, misalnya peptida antimikroba (defensin,
katelisidin, dan IFN dengan efek antiviral). Namun juga ada faktor larut lainnya yang diproduksi
di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti
komplemen dan PFA (Protein Fase Akut).

Pertahanan humoral diperankan oleh komplemen, interferon dan CRP (C Reaktif Protein
/ protein fase akut), kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin):
a. Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
 Komplemen dapat menghancurkan sel membran bakteri
 Merupakan faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
 Komponen komplemen lain yang mengendap pada permukaan bakteri memudahkan makrofag
untuk mengenal dan memfagositosis (opsonisasi)
b. Interferon
 Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung
nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus. Interveron mempunyai sifat anti
virus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus sehingga menjadi resisten
terhadap virus. Disamping itu, interveron juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell (sel NK).
Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang kemudian membunuhnya. Dengan demikian
penyebaran virus dapat dicegah.
c. Reactive Protein (CRP)
 Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh
badan pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya cepat meningkat (100 x atau
lebih) setelah infeksi atau inflamasi akut. CRP berperanan pada imunitas non spesifik, karena
dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan
jamur.
d. Kolektin MBL 9 (Manan Binding Lectin)
 Lektin mannose-binding (MBL), juga disebut protein mannose-binding protein atau mannan-
binding (MBP), merupakan lektin yang berperan dalam kekebalan bawaan. MBL milik kelas
collectins dalam tipe C lektin superfamili, yang fungsinya tampaknya pengenalan pola pada baris
pertama pertahanan dalam host pra-imun. MBL mengakui pola karbohidrat, ditemukan pada
permukaan sejumlah besar patogen mikro-organisme, termasuk bakteri, virus, protozoa dan
jamur. Pengikatan MBL ke mikro-organisme hasil di aktivasi jalur lektin dari sistem komplemen .
Fungsi penting lain MBL adalah bahwa molekul ini mengikat pikun dan apoptosis sel dan
meningkatkan terperosok keseluruhan, sel apoptosis utuh, serta puing-puing sel oleh fagosit.
2.6 Lapisan pelindung pada imunitas
Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infeksi dengan lapisan pelindung
khusus yang meningkat .Pelindung fisikal mencegah patogen seperti bakteri dan virusmemasuki
tubuh.Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem imun bawaan menyediakan perlindungan
dengan segera, tetapi respon tidak-spesifik. Sistem imun bawaan ditemukan pada semua
jenis tumbuhan dan binatang.[2] Namun, jika patogen berhasil melewati respon bawaan,
vertebrata memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif yang diaktivasi oleh
respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon tersebut selama infeksi untuk
menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini lalu ditahan setelah patogen dihabiskan pada
bentuk memori imunologikal dan menyebabkan sistem imun adaptif untuk memasang lebih cepat
dan serangan yang lebih kuat setiap patogen tersebut ditemukan
2.7 Komponen Imunitas
NO Sistem Imun Bawaan Sistem Imun Adaptif / Dapatan
1 Respon tidak spesifik Respon spesifik patogen dan antigen
2 Eksposur menyebabkan respon Perlambatan waktu antara eksposur dan respon
maksimal segara maksimal
3 Komponen imunitas selular dan respon Komponen imunitas selular dan respon imun
imun humoral humoral
4 Tidak ada memori imunologikal Eksposur menyebabkan adanya memori
imunologikal
5 Ditemukan hampir pada semua bentuk Hanya ditemukan pada Gnathostomata
kehidupan

Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri adalah
komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem
imun.[4] Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu
kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependean dari generator antibodi) dan dianggap
sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan respon imun.
2.8 Imunitas Adaptif
Imunitas adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon imun yang
lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda
antigen.[39] Respon imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan
sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen. Spesifisitas antigen menyebabkan
generasi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang terinfeksi patogen. Kemampuan
tersebut ditegakan di tubuh oleh "sel memori". Patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali,
sehingga sel memori tersebut digunakan untuk segera memusnahkannya.
1. Limfosit
Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan sel
T adalah tipe utama limfosit yang berasal dari sel punca hematopoietik pada sumsum tulang Sel
B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.
Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil. Sel T
mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil
patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang disebut
molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T
pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada
molekul kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran
berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T yang mengenali antigen yang
tidak melekat pada reseptor MHC Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada
permukaan sel B dan mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap
keturunan sel B memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang
lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.
2. Sel T pembunuh
Sel T pembunuh secara langsung menyerang sel lainnya yang membawa antigen asing
atau abnormal di permukaan mereka. Sel T pembunuh adalah sub-grup dari sel T yang
membunuh sel yang terinfeksi dengan virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan
patogen.Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi
ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor kelas
I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini kompleks antigen dibantu oleh co-reseptor pada sel
T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel yang reseptor I MHC
mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya, sitotoksin dikeluarkan
yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air dan toksin masuk. Hal ini
menyebabkan sel mengalami apoptosis. Sel T pembunuh penting untuk mencegah replikasi virus.
Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi antigen/MHC yang sangat kuat, atau
penambahan aktivasi sinyak yang disediakan oleh sel T pembantu.
3. Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu
menentukan tipe respon imun mana yang tubuh akan buat pada patogen khusus. Sel tersebut
tidak memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan
patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel lain
untuk melakukan tugas tersebut.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada
molekul MHC kelas II. MHC antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel
pembantu CD4 yang merekrut molekul di dalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel
T. Sel T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC antigen kompleks daripada
pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu
yang harus dililit pada MHC antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementara sel T
pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC antigen. Kativasi sel T pembantu
juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki antigen. Aktivasi
sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanya sitokin yang memperluas aktivitas
banyak tipe sel. Sinyak sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu memperbesar fungsi
mikrobisidal makrofag dan aktivitas sel T pembunuh. Aktivasi sel T pembantu menyebabkan
molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti CD154), yang menyediakan sinyal
stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel B yang memproduksi antibodi.
4. Antibodi dan limfosit B
Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat pada antigen
asing. Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh proteolisis ke peptid.
Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul MHC kelas II. Kombinasi
MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang melepas limfokin dan
mengaktivkan sel B. Sel B yang aktif lalu mulai membagi keturunannya (sel plasma)
mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu. Antibodi tersebut diedarkan pada
plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan antigen dan menandai mereka untuk
dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat
menetralisir tantangan secara langsung dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu
dengan reseptor yang digunakan virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.
5. Imunitas adaptif alternatif
Walaupun molekul klasik sistem imun adaptif (seperti antibodi dan reseptor sel T) ada
hanya pada vertebrata berahang, molekul berasal dari limfosit ditemukan pada vertebrata tak
berahang primitif, seperti lamprey dan hagfish. Binatang tersebut memproses susunan besar
molekul disebut reseptor limfosit variabel yang seperti reseptor antigen vertebrata berahang,
diproduksi dari jumlah kecil (satu atau dua) gen. Molekul tersebut dipercaya melilit
pada patogen dengan cara yang sama dengan antibodi dan dengan tingkat spesifisitas yang sama.

BAB III
KESIMPULAN

Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia
untukmengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan non-
spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis
dari mikroba itu.
Sistem imun nonspesifik memiliki sifat:
 Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang
 Umumnya efektif terhadap semua zat asing
 Terjadi Pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan infeksi
 Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat
 Tidak ada memori imunologikal
 Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba
Berbagai faktor yang disebut determinan berpengaruh terhadap sistem imun nonspesifik
sebagai adalah spesies, keturunan dan usia, hormon, suhu, faktor nutrisi, flora normal dan stress.
Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama
dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala
macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan
pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit,
inflamasi demam dan substansi antimikroba.
Imunitas adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon imun yang
lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda
antigen.[39] Respon imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen "bukan
sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen.
Jadi jika Tubuh kita terasa tidak enak atau sudah ada gejala sakit, Jangan terlalu langsung
cepat mengkonsumsi obat-obatan kimia, antibiotic,atau berobat dengan resep dokter,,beri
kesempatan pada Tubuh kita dalam hal ini Sistem Imun untuk menyembukan diri sendiri yang
tentunya dibarengi dengan istirahat yang cukup dan hindari stress. Jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen, termasuk
virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul ketika sistem imun kurang
aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Aggrie Daston 2010. Imunitas Bawaan Dalam Tubuh Manusia.dikeluarkan oleh Bagian Penelitian
Kesehatan Hewan .yokyakarta.
Copeland K, Heeney J (1996). "T helper cell activation and human retroviral pathogenesis". Microbiol
ITB .Bogor
Muchtaromah, Bayyinatul. 2012 Kelainan Sistem Imun .Kelainan Sistem Imun diakses pada tanggal
15 Sebtember 2014
Stram Y, Kuzntzova L. (2006). "Inhibition of viruses by RNA interference". Virus Genes 32 IPB
jakarta
Wikipedia.Mannan-binding lectin. (Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Mannan binding_lectin ,
diakses pada tanggal 15 Sebtember 2014

Anda mungkin juga menyukai