Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IMUNOLOGI
SITOKIN

Kelompok 1 :
Elma Nurhidayati 20330704
Dini Kurrata A’yuni 20330709
Rika Febriyanti Nawawi 20330708
Devina Gressanta Simanullang 20330718
Diandra Alifka
Hana Permata Desis 17330049

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan.
Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Sitokin” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Imunologi. Adapun pada makalah disampaikan untuk memahami dan mengetahui pengertian
dari sitokin, mekanisme kerja sitokin, fungsi sitokin yang terlibat dalam system imun, saat
kapan siotkin di produksi dan apa saja penggoloongan dari jenis sitokin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah Imunologi. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.
Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah.
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang
membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 21 November 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PENGERTIAN SITOKIN
2.1 Pengertian Sitokin.......................................................................................3
2.2 Sifat Umum Sitokin.....................................................................................3
2.3 Karakteristik Sitokin...................................................................................4
2.4 Fungsi Sitokin.............................................................................................5
2.5 Penggolongan Jenis Sitokin........................................................................5
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistim imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan di lingkungan. Fungsi sistem imun antara lain adalah, melindungi tubuh dari invasi
penyebab penyakit,menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing
(bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalamtubuh, menghilangkan
jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel)untuk perbaikan jaringan, mengenali dan
menghilangkan sel yang abnormal.
Sistem imun membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih  dahulu sebelum dapat
memberikan responnya. Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B. Sel makrofag sebagai
sel APC (Antigen Presenting Cell) mempunyai  molekul MHC klas II. Melalui MHC klas II,
sel B akan menerima antigen, kemudian  antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk
mengaktivasi sel T helper.sel sel ini akan mensekresikan sitokin.   Produksi sitokin yang tepat
merupakan dasar untuk perkembangan perlindungan
Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi perilaku sel-sel lain.
Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh
seperti makrofag , limfosit B , limfosit T dan sel mast , serta sel-sel endotel , fibroblas , dan
berbagai sel stroma. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis.  Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang
disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara
sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain  Sitokin dihasilkan sebagai
respon terhadap stimulus sistem imun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sitokin ?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari sitokin?
3. Apa saja fungsi dari sitokin?
4. Kapan sitokin diproduksi?
5. Bagaimana penggolongan jenis sitokin?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari sitokin
2. Mengetahui dan memahami mekanisme kerja dari sitokin

1
3. Mengetahui dan mengetahui fungsi dari sitokin yang terlibat dalam system imun
4. Mengetahui dan memahami kapan sitokin diproduksi
5. Memahami penggolongan jenis dari sitokin

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sitokin

Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara dalan komunikasi
antar sel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10 -10 – 10-15).
(Baratawidjaja, 2012). Umumnya produksi sitokin sangat rendah atau sama sekali tidak
diproduksi, produksi sitokin diatur oleh berbagai rangsang melalui induksi pada tingkat
transkripsi atau translasi. Produksi sitokin hanya selintas dan jarak kegiatannya dengan sel
sasaran biasanya pendek (sangat jelas pada autokrin atau parakrin yang berbeda dengan
endokrin). Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang
kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk
mengubah aktivitasnya (ekspresi gen).

2.2 Sifat Umum Sitokin

Sifat umum sitokin diantaranya adalah :

 Masa paruhnya singkat


 Cepat terurai sebagai metode regulasi sehingga sulit diukur dalam sirkulasi
 kebanyakan bekerja lokal dalam lingkungan mikrosel
 Beberapa bekerja pada produksi itu sendiri, meningkatkan aktivasi dan diferensiasi
melalui resptor permukaan dengan afinitas tinggi
 Kebanyakan efek biologis sitokin bersifat pieonotropik misalnya mempengaruhi
organ multipel damam tubuh.
 Kebanyakan juga menunjukkan fungsi biologis yanh tumpang tindi, sehingga
menggambarkan redundansi pada kelompoknya.Karena alasan inilah sasaran
terapeutik sitokin tertentu sering gagal.

Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung. Sitokin yang berefek langsung
memiliki ciri :

 Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleiptropi)


 Autoregulasi (fungsi autokrin)
 Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)

3
Sedangkan Sitokin yang berefek tidak langsung mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin
lain dalam merangsang sel (sinergisme)
 Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

Gambat Sifat-Sifat Sitokin

2.
3 Karakteristik Sitokin

Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap rangsang


mikroba dan antigen lainnya dan berperan sebagai mediator pada reaksi imun dan
inflamasi.
 Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai molekul
preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis

4
sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin menunjukkan
efek yang sama). Oleh karena itu, efek antagonis satu sitokin tidak akan menunjukkan
hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin yang lain.
 Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.
 Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.
 Sinyal luar mengatur ekspresi reseptornya pada membrane sel sasaran.
 Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekspresi gen
terhadap sel sasaran yang menimbulkan espresi fungsi baru dan kadang proliferasi sel
sasaran.
2.4 Fungsi Sitokin

Fungsi sitokin dapat disebutkan dalam beberapa kategori, yaitu sebagai mediator
imunitas bawaan mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, mengatur
immune mediated inflammation, merangsang leukosit yang belum matang/ immature dalam
pertumbuhan dan diferensiasi. Adapun fungsi sitokin yaitu:

1. Menstimulasi berbagai respon sel yang terlibat dalam sistem imun dan peradangan
2. Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
3. Mengaktivasi berbagai sel efektor yang berbeda untuk mengeleminasi mikroba dan
antigen lainnya
4. Merangsang perkembangan sel hematopoetik
5. Digunakan sebagai obat dan target antagonis spesifik dalam berbagai penyakit imun
dan peradangan

2.5 Penggolongan Jenis Sitokin


A. Berdasarkan jenis sel penghasilnya :
1. Monokin
Monokin merupakan sitokin yang dihasilkan terutama oleh monosit dan turunannya.
Pada awalnya dalam tahun 1940, para peneliti menemukan mediator yang muncul di
daerah infeksi bakteri. Pada waktu itu diduga bahwa mediator tersebut dibawa ke
daerah otak , karena infeksi selalu memberikan efek kenaikan tubuh. Kini dugaan
tersebut telah terungkap, bahwa kenaikan suhu tubuh disebabkan oleh 4 jenis
monokin : IL-1,TNF,
IFN-α, dan IL-6. Sebagian besar dari monokin tersebut baru dikenal pada awal tahun
1960, yaitu pada masa telah dikenalnya teknologi pembiakkan sel.

5
Sebagian besar monokin yang berbentuk peptide dengan jumlah gugus asam amino
sebanyak 122-190 dihasilkan oleh sel penghasil utamanya yaitu monosit dan
turunannya dan beberapa jenis sel lain. Fungsi diantara monokin tersebut tumpang
tindih, seperti misalna TNF( tumor growth factor) dengan IL-1. Lagipula aktivitasnya
beragam, mulai dari meningkatkan pertumbuhan sel (IL-6 dan PDGF = platelet
derived growth factor) dan TNF, menghentikan pertumbuhan (TGF-β = Transfering
growth factor-β), sampai induksi pertahanan virus (IFN-α DAN β1) dan menimbulkan
khemotaksis (MDNCF = Monocyte derived neutrophil chemotactic factor).
2. Interferon (IFN)
Pada awal ditemukannya dalam tahun 1957 oleh Isaacs dan Lindenman, interferon
merupakan sitokin yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Sitokin tersebut
berperan “menganggagu” (to interfere) replikasi virus. Aktivitas anti-virus ini stabil
pada pH 2,00 dalam konsentrasi rendah. Sedang aktivitas anti-proliperatif dan
pengatur respons imun baru diketahui kemudian. Ternyata induksi pelepasan IFN
tidak terbatas oleh infeksi virus saja, tetapi tetapi meliputi bahan yang sangat
beragam.
Tabel Daftar Substansi yang dapat menginduksi pelepasan interferon

Mikroorganisme Virus, rickettsia, bacteria protozoa,


clamidia

Ekstrak Microbal Ekstrak bacteria (endotoksin)


Ekstrak virus
Ekstrak rickettsia
Ekstrak fungi
Polimer sintetik Polifosfat, polisulfat, polikarboksilat,
poli-tiofosfat

Berbagai jenis interferon telah diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan sumber


selnya, yaitu :
a) Interferon tipe I ( tipe Fibroblast), mencakup IFN-α, IFN- β, IFN-ƴ. IFN-w
b) Interferon tipe II (tipe imn) dihasilkan oleh sel-sel imun, mencakup IFN-ƴ.

3. Growth Factor

6
Keluarga sitokin yang dikelompokkan dalam Growth factor banyak terlibat dalam
peradangan. Berikut beberapa contoh anggota dari keluarga Growth factor :
 TGF-β (Transforming growth factor-β)
 PDGF (Platelet-derived growth factor)
 EGF (Epidermal growth factor)
 KTGF ( Keratocyte growth factor)
 ENKGF ( Epidermal NK cell growth factor)

B. Berdasarkan Fungsi
1) Sitokin pada Hematopoiesis
Segolongan sitokin hematopoiesis pada manusia yaitu GM CSF, G-CSF, dan M-
CSF. Sitokin golongan ini berperan dalam perkembangan, diferesiensiasi dan
ekspansi sel – sel mieoloid. Pada dasarnya sitokin tersebut merangsang diferensisasi
sel progenitor dalam sumsum tulang menjadi yang spesifik dan berperan pada
pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan inflamasi yang memerlukan
pengerahan leukosit akan memacu produksi sitokin.
Tablet sitokin yang berperan pada Hematopoiesis.

Sitokin Sumber Utama Sel sasaran utama Populasi sel utama


yang diinduksi
SCF Sumsum tulang, sel Sel pluripotent Semua sel
stroma
IL-7 Fibroblast, sel stroma Progenitor limfoid Sel T dan B
sumsum tulang imatur
IL-3 Sel T Porgenitor imatur Semua sel
GSM-CSF Sel T makrofag, sel Progenitor imatur dan Aktifitas granulosit
endotel, fibroblas yang committed dan makrofag
makrofag matang
M-CSF Makrofag, sel endotel, Progenitor yang Monosit
sel sumsum tulang, committed
fibroblast
G-CSF Makrofag, fibroblast, Progenitor yang Granulosit
sel endotel committed

7
Gambar berbgai sitokin pada pertumbuhan dan pematangan berbagai sel darah

2) Sitokin pada Imunitas Nonspesifik


Respon imun nonspesifik dini yang terhadap virus dan bakteri berupa sekresi yang
diperlakukan untuk fungsi banyak sel efektor.

Tabel sitokin pada imunitas nonspesifik

Sitokin Sumber Utama Sasaran Utama dan efek


biologik
IL-1 Makrofag, endotel, beberapa Endotel : aktivasi
sel epitel (inflamasi, koagulasi)
hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP

8
IL-6 Makrofag, sel endotel, sel T Hati : sintesis APP
Sel B : Poliferasi sel
plasma
IL-10 Makrofag, sel T terutama Makrofag, sel dendritic :
Th2 mencegah produksi IL-21
dan ekspresi kostimolator
dan MHC-II
IL-12 Makrofag, sel dendritic Sel T: difrensiasi Th I
Sel NK dan Sel T : sintesis
IFN-ƴ meningkatkan
aktivitas sitolitik
IL-15 Makrofag sel lain Sel NK : Poliferasi
Sel T : Poliferasi memori
CD 8
IL-18 Makrofag Sel NK dan sel T : sintesis
IFN-ƴ
IFN-α IFN-α : makrofag Semua sel : antivirus,
peningkatkan ekspresi
MHC-I
IFN-β IFN-β : fibrolas Sel NK : aktivasi
IFN-ƴ Th1 Aktivasi sel NK dan
makrofag, induksi MHC II
Kemokrin Makrofag, sel endotel, sel T, Leukosit : kemotaksis,
fibrolas, trombosit aktivasi, migrasi ke
jaringan
TNF Makrofag sel T Sel endotel : aktivasi
(inflamasi, koagulasi)
Neutrofil : aktivasi
Hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP
Otot, lemak: katabolisme
Banyak jenis sel : apoptosis
a. TNF
TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri
gramdan mikroba lainnya. Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF dalam jumlah
besar yang menimbulkan reaksi sistemik. TNF disebut TNF-α atas dasar historis dan
membedakan nya dari TNF-β atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit

9
monomuklear dan sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. LPS merupakan
rangsangan poten terhadap makrofag untuk mensekresi TNF> IFN-у yang diproduksi sel
T dan NK juga merangsang makrofag antra lain menigkatkan sintesa TNF.
Pada kadar rendah,TNF bekerja terhadap leukosit dan endotel, menginduksi
inflamasi akut. Pad kadar sedang, TNF berperan dalam inflamasi sistemik. Pada kadar
tinggi, TNF menimbulkan kelainan patologik syok septik. TNF memiliki efek biologis
sebagai berikut :
 Pengerahan neutrofil dan monosit ketempat infeksi serta mengaktifkan sel – sel
tersebut untuk menyikngkirkan mikroba
 Memacu ekspresi molekul adhesi sel endotel vascular untuk leukosit. Molekul
adhesi terpenting adalah selektif dan ligan untuk integrin leukosit
 Merangsang makrofag mensekresi kemokin dan mengunduksi kemptaksis dan
menginduksi kemotaksis dan mengerahan leukosit
 Merangsng fagosit moninuklear untuk mensekresi IL- 1 dengan efek seperti TNF
 Menginduksi apoptosis sel inflamasi yang sama
 Merangsang hipotalamus yang menginduksi panas dan oleh karena itu disebut
pirogen endogen. Panas ditimbulkan atas pengaruh prostaglandin yang di
produksi sel hipotalami yang dirangsang TNF dan IL-1. Inhibitor sintesi
prostaglandin seperti aspirin, menurunkan panas. TNF seperti halnya denan IL –
1 dan IL – 6 menigkatkan sintesi protein serum tertentu seperti amyloid A protein
dan fibrinogen oleh leukosit
 Produksi TNF dalam jumlah besar dapat mencegah kontraktilitas miokard dan
tonus otot polos vaskular yang menurunkan tekanan darah atau syok dan sel
lemak yang menimbulkan kaheksia, gangguan metabolisme berat seperti gula
darah turun sampai kadar yang tidak memungkinkan untuk hidup.
 Komplilasi sindrom sepsis yang ditimbulkan bakteri negatif –Gram (atau syok
endotoksin) ditandai dengan kolaps vascular
 DIC dan gangguan metabolik disebabkan produksi TNNF yang dirangsang LPS,
dan sitokin lain IL – 12, IFN –у dan IL – 1. Kadar TNF darah mempunyai nilai
prediksi yang akan terjadi akibat infeksi bakteri negatif –Gram yang berat.

10
a) IL-1
Fungsi utama IL – 1 adalh sama dengan TNF, yaitu mediator inflamasi yang
merupakan repons tergadap infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan pasa
imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit
mononulear yang diaktifkan. Efek biologis IL-1 sama seperti TNF yang tergantung dari
jumlah yang diproduksi.
 Peran IL dalam Peradangan IL-1 dianggap sebagai mediator yang snagat penting dalam
proses radang. Hal ini dapat dilihat dari munculnya gejala yang menyertai radang yang
dapat diamati dari munculnya gejala yang menyertai radang yang dapat diamati secara in
vitro maupun in vivo. Keterkaitan IL-1 dengan gejala tersebut dijelaskan melalui
pengamaan in vitro. Pengaruh IL-1 lainnya yang dapat diamati, yaitu induksi pelepasan
sejumlah mediator (mediator sekunder) misalnya : PAF (Platelet activating factor), IL-6,
TNF, CSF, dan bahkan untuk induksi IL-1 sendiri. Produksi IL-1 dapat dihambat oleh
inhibitor yang dilepaskan oleh sel makrofag juga
 Efek pada Aktivasi Limfosit T
Dalam mengawali respon imun, aktivasi limfosit T merupakan tahap yang menentukan.
Kecocokan akan MHC kelas II dari sel makrofag dalam menyajikan antigen kepada
limfosit T sangat diperlukan dalam mengawali respons imun. Sel-sel penyaji ini tidak
saja menghadirkan antigen dengan cara kontak dengan klon limfosit T yang cocok,
namun juga diperlukan adanya pelepasan IL-1 sebagai signal kedua. Aktivasi limfosi T
berlangsung dengan adanya 2 signal tersebut, akan diususul kemudian oleh proliferasi
dan diferensiasi sel. Namun jelaslah bahwa tanpa keterlibatan molekul MHC kelas II, IL-

11
1 tidak dapat berfungsi sendiri dalam membangkitkan respons imun melalui aktivasi
limfosit T
 Efek pada Difrensiasi Limfosit T
Disamping sebagai mediator yang penting dalam proses peradangan , IL-1 juga
merupakan mediator yang berperan dalam aktivitas imunologik. Pengaruh IL-1 dalam
imunitas ini terutama melalui dorongannya terhadap diferensiasilimfoit T yang dapat
dipantau melalui perubahan-perubahan marka pada membrannya ; misalnya IL-1 akan
lebih menstabilkan CD2 pada limfosit T, yang merupakan resptor untuk eritrosit domba
sehingga mempermudah pembentukan kloset dengan eritrosit domba (SRBC). Dengan
demikian meIL-1 meningkatkan funhsi limfosit T dan memproduksi limfokin seperti IL-
2, CSF, BCGF (IL-4 dan IL-5), IFN-, dan LDCF (Limphocyte derived chemotatic
factor)
 Efek pada limfosit B
Dalam perbobaan in vitro, IL-1 memperkuat proliferasi diferensiasi dan fungsi produksi
antibody oleh limfosit B. pengaruh IL-1 terhadap limfosit B dapat secara tidak langsung
melalui limfosit Th yang menghasilkan BCGF (IL-4 dan IL-5). Oleh karena IL-1 dapat
dihasilkan juga oleh limfosit B sendiri, maka interleukin ini dapat bertindak sebagai
autorkin yang dapat mengatur aktivitasnya sendiri.
b) IL-6
IL–6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit mononuklear, sel
endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons terhadap mikroba dan sitokin
lain. IL-6 mempunyai berbagai fungsi. Dalam imunitas nospesifik, IL-6 merangsang
hepatosit untuk memproduksi APP dan bersama CSF merangsang progenitor di
sumsum tulang untkuk memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel maast yang menproduksi
antbodi. IL-6 juga merupakan Gf sel plasma neoplastik (mieloma).
c) IL-10
IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendrit yang berperan dalam
mengontrolreaksi imun nonspesifik dan imun sellar. IL – 10 diproduksi terutama oleh
marofag yang diaktifkan. Hal tersebut merupakan contoh dari regulator
feedback negatif.
d) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba
intraselular dan merupakan inductor kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap

12
mikroba. Sumber utama IL-12 adalah fagosit mononuclear dan sel dendritik yang
diaktifkan. Efek biologis IL-12 adalah merangsang produksi IFN-ɣ oleh sel NK dan
sel T, diferensiasi oleh sel T CD4+ menjadi sel Th1 yang memproduksi IFN-  . IL-
12 juga meningkatkan fungsi sitolitik sel NK dan sel CD8+ / CTL.
Gambar efek biologis IL-12

e) IFN Tipe I
IFN Tipe I (IFN-α dan IFN-β) berperan dalam imunitas nonspesifik dini pada infeksi
virus. Nama interferon berasal dari kemampuannya dalam intervensi infeksi virus.
Efek IFN
Tipe I adalah proteksi terhadap infeksi virus dan meningkatkan imunitas selular
terhadap mikroba intraselular. IFN Tipe I mencegah replikasi virus, meningkatkan
ekspresi molekul MHC-1, merangsang perkembangan Th1, mencegah proliferasi
banyak jenis sel antara limfosit invitro. IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus
dan makrofag. IFN Tipe 1 mencegah infeksi virus dan meningkatkan aktivitas CTL
terhadap sel yang terinfeksi virus. Interferon menginduksi ekspresi MHC-II di sel
jaringan meningkatkan ekspresi Fc-R pada makrofag dan aktivitas sel NK. Interferon
adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK
dan berbagai sel tubuh yang mengandung nucleus dan dilepas sebagai respons
terhadap infeksi virus. IFN mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel

13
sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus. Di samping itu, IFN
juga dapat mengaktifkan sel NK. Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas akan
menunjukkan perubahan pada permukaannya yang akan dikenal dan dihancurkan sel
NK. Dengan demikian penyeberan virus dapat dicegah. Produksi IFN diinduksi oleh
infeksi virus atau suntikan polinukleotida sintetik. IFN dapat dibagi menjadi 2 tipe
yaitu, Tipe I dan Tipe II. Tipe I terdiri atas IFN-α yang disekresi makrofag dan
leukosit lain serta IFN-β disekresi oleh fibroblast. IFN Tipe II adalah IFN-ɣ yang juga
disebut IFN imun, disekresi sel T setelah dirangsang oleh antigen spesifik. Efek
protekso IFN-ɣ terjadi melalui reseptor di membrane sel dan mengaktifkan gen yang
menginduksi sel untuk memproduksi protein antivirus yang mencegah translasi
mRNA virus. IFN juga meningkatkan aktivitas sel T, makrofag, ekspresi MHC dan
efek sitotoksik sel NK. MHC berfungsi untuk mengikat peptide dalam presentasi ke
sel T.

f) IL-15
IL-15 diproduksi fagosit mononuclear dan mungkin jenis sel lain sebagai respons
terhadap infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memicu imunitas nonspesifik. IL-15
yang disintesis fagosit pada ekspansi virus, merangsang ekspansi sel NK dalam
beberap ahari pasca infeksi. IL-15 dapat dianggap ekuivalen dengan IL-2. IL-15
dianggap ekuivalen dengan IL-2. IL-15 berperan pada imunitas nonspesifik dini dan
IL-2 pada imunitas spesifik dini. IL-15 juga merupakan factor pertumbuhan dan factor
hidup terutama untuk sel CD8+ yang hidup lama.

14
g) IL-18
IL-18 memiliki struktur yang homolog dengan IL-1, namun mempunyai efek yang
berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai respons terhadap LPS dan produk
mikroba lian, merangsang sel NK dan sel T untuk memproduksi IFN-ƴ. Jadi IL-18
adalah inductor imunitas selular bersama IL-21.
h) IL-33
IL-33 digambarkan sebagai superfamili IL-1 dan juga diketahui berperan sebagai
komponen yang mengatur respons imun alamiah terutama aktivasi sel mast.

3) Sitokin pada Imunitas Spesifik


Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit setelah antigen dikenal dalam
fase aktivasi pada respons spesifik dan selanjutnya berperan dalam aktivasi dan
proliferasi sel efaktor khusus.
a. IL-2
IL-2 adalah factor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang antigen dan berperan
pada ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal. Ekspresi reseptor IL-2 ditingkatkan
oleh rangsangan antigen, oleh karena itu sel T yang mengenal antigen merupakan sel
utama yang berproliferasi pada respons imun spesifik. IL-2 meningkatkan proliferasi
dan diferensiasi sel imun lain (sel NK, sel B). IL-2 meningkatkan kematian apoptosis
melalui Fas. Fas adalah golongan reseptor TNF yang di ekspresikan pada permukaan
sel T. Banyak sel lain menginisiasi kaskade sinyal dalam apoptosis. Kematian sel
terjadi akibat ikatan Fas dengan ligannya yang diekspresikan oleh sel T yang
diaktifkan. Kematian sel T tersebut merupakan hal yang penting dalam
mempertahankan toleransi self. Mutasi dalam gen Fas dapat menimbulkan penyakit
autoimun sistemik.
IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK. IL-2 juga mencegah
respon imun terhadap antigen sendiri melalui peningkatan apoptosis sel T melalui Fas
dan merangsang aktivitas sel T regulatori.

15
b. IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan Th2 dari sel
〖 CD4 〗^+ naif. IL-4 merupakan sitokin pertanda sel Th2. IL-4 merangsang sel B
meningkatkan produksi IgG dan IgE dan ekspresi MHC-II. IL-4 merangsang isotipe
sel B dalam pengalihan IgE, diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah
aktivasi makrofag yang diinduksi IFN-ɤ dan merupakan GF untuk sel mast terutama
dalam kombinasi dengan IL-3.

Gambar Efek Biologis IL-4


c. IL-5
IL-5 merupakan activator pematangan dan difrensiasi eosinofil utama dan berperan
dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi eosinofil. IL-5 diproduksi subset
sel Th2 CD4+dan sel mast yang diaktifkan. Sel CD4+ yang berdiferensiasi menjadi

16
sel Th2 melepas IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang sel B untuk memproduksi IgE yang
diikat sel mast. IL-4 juga bersifat autokrin dan merupakan sitokin yang berperan
dalam diferensiasi sel T2. IL-5 mengaktifkan eosinofil. Sitokin asal Th2 merupakan
antagonis
efek aktivasi makrofag atas pengaruh sitokin sel Th1.
d. IFN-ƴ
IFN-ƴ yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama MAC dan
berperan utama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik selular. IFN-ɤ adalah sitokin
yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh fagosit. IFN-ɤ merangsang ekspresi
MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN-ɤ meningkatkan diferensiasi sel
〖CD4〗^+ naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2. IFN-ɤ bekerja
terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengikat Fcɤ-R pada fagosit dan
mengaktifkan komplemen. Kedua proses tersebut meningkatkan gfagositosis mikroba
yang diopsonisasi. IFN-ɤ dapat mengalihkan Ig yang berpartisipsi dalam eliminasi
mikroba. IFN-ɤ mengaktifkan neutrofil dan merangsang efek sitolitik sel NK.
IFN-ɤ mengaktifkan fagosit dan APC dan iduksi pengalihan sel B (isotip
antibodi yang dapat mengikat komplemen dan Fc-R pada fagosit, yang berbeda
dengan isotip yang diinduksi IL-4), menginduksi tidak langsung efek Th1 atas peran
peningkatan produksi IL-12 dan ekspresi reseptor.

Gambar efek biologis IFN-ƴ

e. TGF-β

17
Efek utama TGF-β adalah mencegah poliferasi dan aktivasi limfosit dan leukosit lain.
TGF-β merangsang produksi IgA melalui induksi dan pengalihan sel B.
f. Limfotoksin
LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan sel endotel dan
neutrofil, merupakan mediator pada inflamaso akut dan menghubungkan sel T dengan
antiinflamasi. Efek ini sama dengan TNF.
g. IL-13
IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi CD4+ Th2. IL-13-R
ditemukan terutama pada sel nonlimfoid seperti makrofag. Efek utamanya adalah
mencegah aktivasi dan sebagai antagonis IFN-ɤ. Il-13 merangssang produksi mukus
oleh sel epitel paru dan berperan pada asma.
h. IL-16
IL-16 diproduksi berbagai sel dengan fungsi multiple.
i. IL-17
IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi produksi sitokin pro
inflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.
j. IL-23
Merangsang perkembangan sel T CD4 untuk memproduksi IL-17.
k. IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan merangsang produksi
sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL- 5 dan IL-13, IL-17 dan IL-25 diduga berperan
dalam meningkatkan reaksi inflamasi yang sel T dependen bentuk lain.
l. IL-31
IL-31 terutama diproduksi sel Th2 yang diaktifkan dan bekerja melalui IL-31R yang
diekspresikan pada sel monosit yang diaktifkan, epitel dan kreatinosit. Ekspresi IL-31
berlebihan dapat menimbulkan gatal, alopesia, lesi kulit,
hiperaktivitas bronkus, dermatitis dan alergi.
m. IL-9
IL-9 yang diproduksi sel T pertama kali digambarkan sebagai sitokin serup IL-4, IL-,
IL-13 yang diproduksi Th2. Ternyata IL-9 diproduksi oleh Th9 yang merupakan
subset Th lain.

Tabel Perbandingan ciri sitokin imunitas nonspesifik dan spesifik

18
Ciri Imunitas nonspesifik Imunitas spesifik
Contoh TNF, IL-1, IL-12, IFN-ƴ IL-2, IL-4, IL-5, IFN-ƴ
Sel yang merupakan Makrofag, sel NK Sel T
sumber utama
Fungsi fisiologis utama Makrofag inflamasi (local Regulasi pertumbuhan
dan sistemik) limfosit dan diferensiasi,
aktivitas sel efektor
(makrofag, eosinophil, sel
mast)
Rangsangan LPS (endotoksin), Antigen protein
peptidoglikan bakteri, virus
RNA, sitokin asal T (IFN)
Jumlah yang diproduksi Mungkin tinggi, ditemukan Biasanya rendah, biasanya
dalam serum tidak ditemukan dalam
serum
Efek local atau sistemik Keduanya Biasanya local saja
Peran pada penyakit Penyakit sistemik (misalnya Kerusakan local jaringan
syok sepsis) (inflamasi misalnya
granulomatosus)
IFN-ƴ berperan penting dalam imunitas nonspesifik dan spesifik

2.6 Sinyal Tranduksi Sitokin


Semua reseptor sitokin terdiri dari satu atau lebih protein transmembran yang berfungsi
untuk mengikat sitokin dan bagian sitoplasmanya berperan untuk mengawali jalur sinyal
intraselular.Sinyal transduksi dapat berupa produk mikroba dan reseptornya adalah PRR pada
leukosit.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

19
1. Sitokin adalah protein dengan berat molekul kecil yang diproduksi dan dilepas
berbagai jenis sel. Sitokin berperan utama dakam induksu dan regulasi interaksi
selular yang melibatkan sel inflamasi imun dan sustem hematopoietic.
2. Aktivitas biologis sitokin dapat berupa pleiotopik, redundancy, sinergi dan antagonis.
3. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian
membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk mengubah
aktivitasnya (ekspresi gen).
4. Berdasarkan jenis sel penghasilnya, sitokin dibagi 4 ; monokin, limfok, Growth
hormone dan interferon.
5. Berdasarkan fungsinya sitokin dibagi 3 ; Sitokin pada Hematopoiesis, Sitokin pada
imunitas spesifik dan Sitokin pada imunitas nonspesifik.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS (1994), Cytokines in Cellular an Molecular
Immunology, International edition, WB Sounders Co , Philadelphia , London ,
Toronto, Monreal, Sydney, Tokyo, p.240-260.
2. Baratawidjaja KG. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : Balai penerbit Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai