PENDAHULUAN
1
7. Apa saja reseptor dari sitokin ?
8. Bagaimana penggolongan jenis sitokin berdasarkan jenis sel sumbernya
dan fungsinya
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sitokin berfungsi sebagai sinyal interseluler yang mengatur hampir semua
proses biologis penting seperti halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi,
diferensiasi, proses inflamasi sel, imunitas, serta pertahanan jaringan ataupun
morfogenesis. Kesemuanya terjadi akibat rangsangan dari luar.
4
5. Kebanyakan juga menunjukkan fungsi biologis yanh tumpang tindi,
sehingga menggambarkan redundansi pada kelompoknya.Karena alasan
inilah sasaran terapeutik sitokin tertentu sering gagal.
Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung. Sitokin yang
berefek langsung memiliki ciri ( Baratawidjaja, 2012) :
5
2.3 Karakteristik Sitokin
Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Baratawidjaja, 2012) :
1. Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons
terhadap rangsang mikroba dan antigen lainnya dan berperan
sebagai mediator pada reaksi imun dan inflamasi.
2. Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan
sebagai molekul preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu
sitokin bekerja terhadap berbagai jenis sel yang menimbulkan
berbagai efek) dan redundan (berbagai sitokin menunjukkan efek
yang sama). Oleh karena itu, efek antagonis satu sitokin tidak akan
menunjukkan hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin yang
lain.
3. Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang
lain.
4. Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.
5. Sinyal luar mengatur ekspresi reseptornya pada membrane sel
sasaran.
6. Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan
ekspresi gen terhadap sel sasaran yang menimbulkan espresi fungsi
baru dan kadang proliferasi sel sasaran.
6
IFN-) menunjukkan paling sedikit 30% homologi satu sama lain dalam urutan
asam amino.
7
2.4.2 Fungsi Sitokin
Abbas pada tahun1994 menyatakan bahwa fungsi sitokin dapat
disebutkan dalam beberapa kategori, yaitu sebagai mediator imunitas bawaan
mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, mengatur immune
mediated inflammation, merangsang leukosit yang belum matang/ immature
dalam pertumbuhan dan diferensiasi.
Theze pada tahun 1999 menyatakan bahwa fungsi dasar sitokin yang
diproduksi akibat adanya respons terhadap rangsangan yang bersifat
imunologik, berperan utama dalam kelanjutan hidup sel, proliferasi sel,
diferensiasi sel dan kematian sel.
8
Agar sitokin menunjukkan efek pada sel sasarannya, sel sasaran tersebut harus
dilengkapi dengan molekul reseptor pada permukaanya. Sitokin bekerja pada
sel-sel targetnya dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik.
Reseptor dan sitokin yang cocok dengan reseptor tersebut dibagi ke dalam
beberapa kelompok berdasarkan struktur dan aktivitasnya. Klasifikasi reseptor
sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang dimiliki.
9
Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta
superfamili, yang tergolong kelompok ini, meliputi TGF-1, TGF-2,
TGF-3.2
Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan
larut. Reseptor sitokin yang larut umumnya secara ekstrim sebagai
pengatur fungsi sitokin. Aktivitas sitokin bisa dihambat oleh
antagonisnya, yaitu molekul yang mengikat sitokin atau reseptornya.
Selama berlangsungnya respon imun, fragmen- fragmen membran reseptor
terbuka dan bersaing untuk mengikat sitokin.
6) Keluarga reseptor chemokine
Reseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan
berinteraksi dengan G protein. Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-
8, MIP-1, dan RANTES. Reseptor kemokin, dua diantaranya beraksi
mengikat protein untuk HIV (CXCR4 dan CCR5), yang juga tergolong ke
dalam kelompok ini.
2.6 Penggolongan Jenis Sitokin
A. Berdasarkan jenis sel penghasilnya
1. Monokin
Monokin merupakan sitokin yang dihasilkan terutama oleh
monosit dan turunannya. Pada awalnya dalam tahun 1940, para peneliti
menemukan mediator yang muncul di daerah infeksi bakteri. Pada waktu
itu diduga bahwa mediator tersebut dibawa ke daerah otak , karena infeksi
selalu memberikan efek kenaikan tubuh. Kini dugaan tersebut terlah
terungkap, bahwa kenaikan suhu tubuh disebabkan oleh 4 jenis monokin :
IL-1,TNF, IFN-, dan IL-6. Sebagian besar dari monokin tersebut baru
dikenal pada awal tahun 1960, yaitu pada masa telah dikenalnya teknologi
pembiakkan sel.
Sebagian besar monokin yang berbentuk peptide dengan jumlah
gugus asam amino sebanyak 122-190 dihasilkan oleh sel penghasil
utamanya yaitu monosit dan turunannya dan beberapa jenis sel lain.
Fungsi diantara warga mnokin tersebut tumpang tindih, seperti misalna
10
TNF( tumor growth factor) dengan IL-1. Lagipula aktivitasnya beragam,
mulai dari meningkatkan pertumbuhan sel (IL-6 dan PDGF = platelet
derived growth factor) dan TNF, menghentikan pertumbuhan (TGF- =
Transfering growth factor-), sampai induksi pertahanan virus (IFN-
DAN 1) dan menimbulkan khemotaksis (MDNCF = Monocyte derived
neutrophil chemotactic factor).
2. Limfokin
Limfokin merupakan sitokin yang dihasilkan terutama oleh
limfosit. Menjelang akhir abad ke-20, namoak sangat peat kemajuan
penelitian aspek molecular limfokin, khususnya yang dihasilkan oleh
limfosit. Dalam keluarga limfokin ini telah dapat diidentifikasi dan
diisolasi setokin dengan nama : -IFN, IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-7
dan GM-CSF. (Subowo, 2009)
3. Interferon (IFN)
Pada awal ditemukannya dalam tahun 1957 oleh Isaacs dan
Lindenman, interferon merupakan sitokin yang dihasilkan oleh sel yang
terinfeksi virus. Sitokin tersebut berperan menganggagu (to interfere)
replikasi virus. Aktivitas anti-virus ini stabil pada pH 2,00 dalam
konsentrasi rendah. Sedang aktivitas anti-proliperatif dan pengatur respons
imun baru diketahui kemudian.
Ternyata induksi pelepasan IFN tidak terbatas oleh infeksi virus
saja, tetapi tetapi meliputi bahan yang sangat beragam.
Virus
Ricketsia
Mikroorganisme Bacteria
Protozoa
Clamidia
Ekstrak bacteria (endotoksin)
Ekstrak microbial
Ekstrak virus
11
Ekstrak ricketsia
Ekstrak fungi
Ekstrak tumbuhan
Polifosfat
Polisulfat
Polimer sintetik
Polikarboksilat
Poli-tiofosfat
4. rowth Factor
Keluarga sitokin yang dikelompokkan dalam Growth factor banyak
terlibat dalam peradangan. Berikut beberapa contoh anggota dari keluarga
Growth factor :
a) TGF- (Transforming growth factor- )
b) PDGF (Platelet-derived growth factor)
c) EGF (Epidermal growth factor)
d) KTGF ( Keratocyte growth factor)
e) ENKGF ( Epidermal NK cell growth factor)
B. Berdasarkan Fungsi
1) Sitokin pada Hematopoiesis
Segolongan sitokin hematopoiesis pada manusia yaitu GM CSF,
G-CSF, dan M-CSF. Sitokin golongan ini berperan dalam perkembangan,
diferesiensiasi dan ekspansi sel sel mieoloid. Pada dasarnya sitokim
tersebut merangsang diferensisasi sel progenitor dalam sumsum tulang
12
menjadi yang spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi.
Reaksi imun dan inflamasi yang memerlukan pengerahan leukosit akan
memacu produksi sitokin.
13
a) TNF
TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut
terhadap bakteri gramdan mikroba lainnya. Infeksi yang berat dapat
memicu produksi TNF dalam jumlah besar yang menimbulkan reaksi
sistemik. TNF disebut TNF- atas dasar historis dan membedakan nya dari
TNF- atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit monomuklear
dan sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. LPS merupakan
rangsangan poten terhadap makrofag untuk mensekresi TNF> IFN- yang
diproduksisel Tdan NK juga merangsang makrofag antra lain menigkatkan
sintesa TNF.
Pada kadar rendah,TNF bekerja terhadap leukosit dan
endotel, menginduksi inflamasi akut. Pad kadar sedang, TNF berperan
dalam inflamasi sistemik. Pada kadar tinggi, TNF menimbulkan kelainan
patologik syok septik.
TNF memiliki efek biologis sebagai berikut :
Pengerahan neutrofil dan monosit ketempat infeksi serta
mengaktifkan sel sel tersebut untuk menyikngkirkan mikroba
Memacu ekspresi molekul adhesi sel endotel vaskular
untuk leukosit. Molekul adhesi terpenting adalah selektif dan ligan untuk
integrin leukosit
Merangsang makrofag mensekresi kemokin dan
mengunduksi kemptaksis dan menginduksi kemotaksis dan mengerahan
leukosit
Merangsng fagosit moninuklear untuk mensekresi IL- 1
dengan efek seperti TNF
Menginduksi apoptosis sel inflamasi yang sama
Merangsang hipotalamus yang menginduksi panas dan oleh
karena itu disebut pirogen endogen. Panas ditimbulkan atas pengaruh
prostaglandin yang di produksi sel hipotalami yang dirangsang TNF dan
IL-1. Inhibitor sintesi prostaglandin seperti aspirin, menurunkan panas.
14
TNF seperti halnya denan IL 1 dan IL 6 menigkatkan sintesi protein
serum tertentu seperti amyloid A protein dan fibrinogen oleh leukosit
Produksi TNF dalam jumlah besar dapat mencegah
kontraktilitas miokard dan tonus otot polos vaskular yang menurunkan
tekanan darah atau syok dan sel lemak yang menimbulkan kaheksia,
gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun sampai kadar yang
tidak memungkinkan untuk hidup. Hal ini disebabkan karena penggunaan
glukosa yang berlebihan oleh otodan hati dan gagal untuk
kemggantikannnya
Komplilasi sindrom sepsis yang ditimbulkan bakteri negatif
Gram (atau syok endotoksin) ditandai dengan kolaps vascular
DIC dan gangguan metabolik disebabkan produksi TNNF
yang dirangsang LPS, dan sitokin lain IL 12, IFN dan IL 1. Kadar
TNF darah mempunyai nilai prediksi yang akan terjadi akibat infeksi
bakteri negatif Gram yang berat
Berbagai efek TNF dengan manifestasi sebagai berikut (Subowo,
2009) :
a. Efek sitotoksik
Efek sitiotoksik terlihat pada beberapa jenis jaringan tumor yang
mengalami kemunduran dan nekrosis yang disertai perdarahan.
Mekanisme kematian sel tumor in vivo oleh TNF belum jelas, tetapi yang
jelas bahwa kematian sel tumor membutuhkan reseptor untuk TNF.
Kematian sel tumor secara in vivo bukan pengaruh langsung TNF
melainkan secara tidak langsung. Kemungkinan kematian sel tumor karena
tejadinya nekrosis jaringan tumor sebagai akibat gangguan vaskularisasi
untuk jaringan tumor. Terdapat bukti bahwa sel makrofag teraktifkan dapt
membunuh sel-sel tumor, sedang TNF merupakan produk sel makrofag.
b. Efek radang
Kini TNF lebih diangga sebagai mediator utama dalam radang.
Mekanisme pada beberapa kejadian radang setempat diramalkan
berdasarkan pengamatan dalam percobaan in vitro. Misalnya sel netrfil
15
yang bereaksi dengan TNF meningkat pengikatannya dengan sel emdotel,
letupan respiratori dan degranulasinya. Pola kerusakan jaringan radang
mirip dengan kerusakan oleh IL-1. Demikian pula kemampuan TNF dalam
menginduksi prolifeasi fibroblast mirip IL-1, sehingga TNF dianggap
penting dalam proses penyembuhan luka.
c. Efek hematopoietic
Efek TNF terhadap aktivitas hematopoietic terlihat dalam bentuk
hambatan pembentukan koloni buakan granulosit-monosit, eritroid dan
koloni sel multi-potensial pada jaringan sumsum tulang manusia. Tetapi
sebaliknya pada mencit, TNF meningkatkan sel-sel progenitor dalam
jaringan sumsum tulang pada percobaan in vivo.
d. Efek imunologik
Walaupun TNf dalam beberapa aktovotas biologic mirip IL-1,
namun ada beberapa perbedaan dalam mekanisme pengaturan imun.
Secara umum Nampak perbedaan bahwa TNF tidak banyak terlibat dalam
pengaturan tersebut. TNF mempunyai aktivitad perangdangan yang
multiple terhadap limfosit T teraktifkan, misalnya respons proliferative
limfosit T terhadap antigen, peningkatan reseptor untuk IL-2 dan indiksi
produksi IFN-. Demikian juga imunitas spesifik terhadap tumor
ditingkatkan oleh TNF. TNF dapat meningkatkan ekspresi antigen kelas I
pada fibroblast dan sel endotel.
Efek perlingungan non-spesifik terhadap pathogen telah dilaporkan
pula untuk TNF. Misalnya aktivitas antivirus dan beberapa parasit.
16
b) IL-1
Fungsi utama IL 1 adalh sama dengan TNF, yaitu mediator
inflamasi yang merupakan repons tergadap infeksi dan rangsangan lain.
Bersama TNF berperan pasa imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1
juga sama dengan TNF yaitu fagosit mononulear yang diaktifkan. Efek
biologis IL-1 sama seperti TNF yang tergantung dari jumlah yang
diproduksi.
Peran IL-1 dalam Peradangan
IL-1 dianggap sebagai mediator yang snagat penting dalam proses
radang. Hal ini dapat dilihat dari munculnya gejala yang menyertai radang
yang dapat diamati dari munculnya gejala yang menyertai radang yang
dapat diamati secara in vitro maupun in vivo. Keterkaitan IL-1 dengan
gejala tersebut dijelaskan melalui pengamaan in vitro.
Dalam pengamatan gejala radang secara in vivo, terungkap
misalnya demam dan perubahan sususnan biokimia darah dan komponen
sel darah. Timbulnya demam merupakan efek neroendokrin IL-1, karena
terangsangnya pusat panas pada daerah hipotalamus. Telah lama diketahui
bahwa mediator yang dihasilkan oleh leukosit yang semula dinamakan
endogenous pyrogen (EP) bertanggung jawab dalam induksi produksi
prostaglandin (PG) oleh sel-sel yang terdapat di sekitar pusat demam di
hipotalamus. Efek neroendokrin lain berlangsung karena produksi cortico
releasing factor yang pada gilirannya akan merangsang produksi
hormone ACTH dari hipofisa yang akan ,enginduksi produksi hormone
kortikosteroid dari kelenjar adrenal. Hormone kortikosteroid mendorong
pelepasan sel-sel netrofil dari sumsum tulang kedalam peredaran darah
yang dibarengi dengan peningkatan hematopoiesis menyebabkan
perubahan susunan komponen sel darah.
Pengaruh IL-1 lainnya yang dapat diamati, yaitu induksi pelepasan
sejumlah mediator (mediator sekunder) misalnya : PAF (Platelet
activating factor), IL-6, TNF, CSF, dan bahkan untuk induksi IL-1 sendiri.
17
Produksi IL-1 dapat dihambat oleh inhibitor yang dilepaskan oleh sel
makrofag juga.
Efek pada Aktivasi Limfosit T
Dalam mengawali respon imun, aktivasi limfosit T merupakan
tahap yang menentukan. Kecocokan akan MHC kelas II dari sel makrofag
dalam menyajikan antigen kepada limfosit T sangat diperlukan dalam
mengawali respons imun. Sel-sel penyaji ini tidak saja menghadirkan
antigen dengan cara kontak dengan klon limfosit T yang cocok, namun
juga diperlukan adanya pelepasan IL-1 sebagai signal kedua. Aktivasi
limfosi T berlangsung dengan adanya 2 signal tersebut, akan diususul
kemudian oleh proliferasi dan diferensiasi sel. Namun jelaslah bahwa
tanpa keterlibatan molekul MHC kelas II, IL-1 tidak dapat berfungsi
sendiri dalam membangkitkan respons imun melalui aktivasi limfosit T.
Atas dasar kenyataan tersebut, oleh Oppenheim (1987) diusulkan
urutan tahap peristiwa siklus limfosit setelah menerima rangsan antigen
yang dihasilkan oleh sel penyaji (sel makrofag). Epitope antigen spesifik
atau poliklonal yang diproses oleh sel makrofag akan merupakan
rangsangan ketika hasil pemprosesan tersebut disajikan kepada limfosi T.
pada tahap ini akan terjadi perubahan status limfosit T dari G0 menjadi
tahap G1 awal yang mampu mengadakan biosintesis. Beberapa dari
limfosit T tersebut melanjutkan perkembangannya dalam tahap G1 lanjut,
sehingga mereka mampu mengekspresikan resptor untuk IL-2. Sebagian
dari limfosit T lain setelah menerima rangsangan IL-1 akan melepaskan
IL-2. Limfosit yang menerima rangsangan IL-2 ini selanjutnya akan
mengekspresikan resptor untuk transferin, sehingga dapat meneruskan
perkembangannya dalam tahap S siklus sel yang berakhir dengan sitosis.
Efek pada Diferensiasi Limfosit T
Disamping sebagai mediator yang penting dalam proses
peradangan , IL-1 juga merupakan mediator yang berperan dalam aktivitas
imunologik. Pengaruh IL-1 dalam imunitas ini terutama melalui
dorongannya terhadap diferensiasilimfoit T yang dapat dipantau melalui
18
perubahan-perubahan marka pada membrannya ; misalnya IL-1 akan lebih
menstabilkan CD2 pada limfosit T, yang merupakan resptor untuk eritrosit
domba sehingga mempermudah pembentukan kloset dengan eritrosit
domba (SRBC). Dengan demikian meIL-1 meningkatkan funhsi limfosit T
dan memproduksi limfokin seperti IL-2, CSF, BCGF (IL-4 dan IL-5),
IFN-, dan LDCF (Limphocyte derived chemotatic factor).
Efek pada Limfosit B
Dalam perbobaan in vitro, IL-1 memperkuat proliferasi diferensiasi
dan fungsi produksi antibody oleh limfosit B. pengaruh IL-1 terhadap
limfosit B dapat secara tidak langsung melalui limfosit Th yang
menghasilkan BCGF (IL-4 dan IL-5). Oleh karena IL-1 dapat dihasilkan
juga oleh limfosit B sendiri, maka interleukin ini dapat bertindak sebagai
autorkin yang dapat mengatur aktivitasnya sendiri.
c) IL-6
IL6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit
mononuklear, sel endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons
terhadap mikroba dan sitokin lain. IL-6 mempunyai berbagai fungsi.
Dalam imunitas nospesifik, IL-6 merangsang hepatosit untuk
memproduksi APP dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum
tulang untkuk memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6
merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel B menjadi sel maast yang
menproduksi antbodi. IL-6 juga merupakan Gf sel plasma neoplastik
(mieloma).
d) IL-10
IL 10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendrit yang
berperan dalam mengontrolreaksi imun nonspesifik dan imun sellar. IL
10 diproduksi terutama oleh marofag yang diaktifkan. Hal tersebut
merupakan contoh dari regulator feedback negatif.
e) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini
terhadap mikroba intraselular dan merupakan inductor kunci dalam
19
imunitas selular spesifik terhadap mikroba. Sumber utama IL-12 adalah
fagosit mononuclear dan sel dendritik yang diaktifkan. Efek biologis IL-12
adalah merangsang produksi IFN- oleh sel NK dan sel T, diferensiasi oleh
sel T CD4+ menjadi sel Th1 yang memproduksi IFN- . IL-12 juga
meningkatkan fungsi sitolitik sel NK dan sel CD8+ / CTL.
20
mengandung nucleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus.
IFN mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel
yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus. Di samping itu, IFN
juga dapat mengaktifkan sel NK. Sel yang diinfeksi virus atau menjadi
ganas akan menunjukkan perubahan pada permukaannya yang akan
dikenal dan dihancurkan sel NK. Dengan demikian penyeberan virus dapat
dicegah.
Produksi IFN diinduksi oleh infeksi virus atau suntikan
polinukleotida sintetik. IFN dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu, Tipe I dan
Tipe II. Tipe I terdiri atas IFN- yang disekresi makrofag dan leukosit lain
serta IFN- disekresi oleh fibroblast. IFN Tipe II adalah IFN- yang juga
disebut IFN imun, disekresi sel T setelah dirangsang oleh antigen spesifik.
Efek protekso IFN- terjadi melalui reseptor di membrane sel dan
mengaktifkan gen yang menginduksi sel untuk memproduksi protein
antivirus yang mencegah translasi mRNA virus. IFN juga meningkatkan
aktivitas sel T, makrofag, ekspresi MHC dan efek sitotoksik sel NK. MHC
berfungsi untuk mengikat peptide dalam presentasi ke sel T.
21
merangsang ekspansi sel NK dalam beberap ahari pasca infeksi. IL-15
dapat dianggap ekuivalen dengan IL-2. IL-15 dianggap ekuivalen dengan
IL-2. IL-15 berperan pada imunitas nonspesifik dini dan IL-2 pada
imunitas spesifik dini. IL-15 juga merupakan factor pertumbuhan dan
factor hidup terutama untuk sel CD8+ yang hidup lama.
h) IL-18
IL-18 memiliki struktur yang homolog dengan IL-1, namun
mempunyai efek yang berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai
respons terhadap LPS dan produk mikroba lian, merangsang sel NK dan
sel T untuk memproduksi IFN-. Jadi IL-18 adalah inductor imunitas
selular bersama IL-21.
i) IL-33
IL-33 digambarkan sebagai superfamili IL-1 dan juga diketahui
berperan sebagai komponen yang mengatur respons imun alamiah
terutama aktivasi sel mast.
22
Sel B: proliferasi, produksi IgA
IFN- Th1, CD8+ , sel Makrofag: aktivasi
Nk Sel B: pengalihan isotipe ke IgG dalam
meningkatkan opsonisasi dan ikatan
komplemen
Th1: diferensiasi
Berbagai sel: peningkatan ekspresi MHC-I
dan MHC-II, peningkatan proses dan
presentasi antigen ke sel T
TGF- Sel T, Sel T: mencegah proliferasi dan fungsi
makrofag, sel efektor
lain Sel B: mencegah proliferasi, poduksi IgA
Makrofag: pencegahan
Limfotoksin Sel T Pengerahan dan aktivasi neutrofil
(LT)
IL-13 Sel Th2 Sel B: pengalihan ke isotipe IgE
Sel epitel: peningkatan produksi mukus
Makrofag: pencegahan
a) IL-2
IL-2 adalah factor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang
antigen dan berperan pada ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal.
Ekspresi reseptor IL-2 ditingkatkan oleh rangsangan antigen, oleh karena
itu sel T yang mengenal antigen merupakan sel utama yang berproliferasi
pada respons imun spesifik. IL-2 meningkatkan proliferasi dan diferensiasi
sel imun lain (sel NK, sel B). IL-2 meningkatkan kematian apoptosis
melalui Fas. Fas adalah golongan reseptor TNF yang di ekspresikan pada
permukaan sel T. Banyak sel lain menginisiasi kaskade sinyal dalam
apoptosis. Kematian sel terjadi akibat ikatan Fas dengan ligannya yang
diekspresikan oleh sel T yang diaktifkan. Kematian sel T tersebut
23
merupakan hal yang penting dalam mempertahankan toleransi self. Mutasi
dalam gen Fas dapat menimbulkan penyakit autoimun sistemik.
IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK.
IL-2 juga mencegah respon imun terhadap antigen sendiri melalui
peningkatan apoptosis sel T melalui Fas dan merangsang aktivitas sel T
regulatori.
b) IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan
Th2 dari sel CD4^+ naif. IL-4 merupakan sitokin pertanda sel Th2.
IL-4 merangsang sel B meningkatkan produksi IgG dan IgE dan ekspresi
MHC-II. IL-4 merangsang isotipe sel B dalam pengalihan IgE, diferensiasi
sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah aktivasi makrofag yang diinduksi
IFN- dan merupakan GF untuk sel mast terutama dalam kombinasi
dengan IL-3.
24
Gambar efek biologis IL-4
c) IL-5
IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil
utama dan berperan dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi
eosinofil. IL-5 diproduksi subset sel Th2 CD4+dan sel mast yang
diaktifkan(Gambar 9.18)
Sel CD4+ yang berdiferensiasi menjadi sel Th2 melepas Il-4 dan
IL-5. IL-4 merangsang sel B untuk memproduksi IgE yang diikat sel mast.
IL-4 juga bersifat autokrin dan merupakan sitokin yang berperan dalam
diferensiasi sel T2. IL-5 mengaktifkan eosinofil. Sitokin asal Th2
merupakan antagonis efek aktivasi makrofag atas pengaruh sitokin sel
Th1.
d) IFN-
IFN- yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin
utama MAC dan berperan utama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik
selular. IFN- adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk
membunuh fagosit. IFN- merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan
ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2. IFN- bekerja
terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengikat Fc-R pada
fagosit dan mengaktifkan komplemen. Kedua proses tersebut
meningkatkan gfagositosis mikroba yang diopsonisasi. IFN- dapat
25
mengalihkan Ig yang berpartisipsi dalam eliminasi mikroba. IFN-
mengaktifkan neutrofil dan merangsang efek sitolitik sel NK (Gambar
9.19)
IFN- mengaktifkan fagosit dan APC dan iduksi pengalihan sel B
(isotip antibodi yang dapat mengikat komplemen dan Fc-R pada fagosit,
yang berbeda dengan isotip yang diinduksi IL-4), menginduksi tidak
langsung efek Th1 atas peran peningkatan produksi IL-12 dan ekspresi
reseptor.
26
IFN-. Il-13 merangssang produksi mukus oleh sel epitel paru dan
berperan pada asma.
h) IL-16
IL-16 diproduksi berbagai sel dengan fungsi multiple.
i) IL-17
IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi
produksi sitokin proinflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.
j) IL-23
Merangsang perkembangan sel T CD4 untuk memproduksi IL-17.
k) IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan
merangsang produksi sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL-5 dan IL-13, IL-
17 dan IL-25 diduga berperan dalam meningkatkan reaksi inflamasi yang
sel T dependen bentuk lain.
Perbandingan ciri-ciri sitokin yang berperan dalam imunitas
nonspesifik dan spesifik tersebut terlihat pada tabel 9.7.
l) IL-31
IL-31 terutama diproduksi sel Th2 yang diaktifkan dan bekerja
melalui IL-31R yang diekspresikan pada sel monosit yang diaktifkan,
epitel dan kreatinosit. Ekspresi IL-31 berlebihan dapat menimbulkan gatal,
alopesia, lesi kulit, hiperaktivitas bronkus, dermatitis dan alergi.
m) IL-9
IL-9 yang diproduksi sel T pertama kali digambarkan sebagai
sitokin serup IL-4, IL-, IL-13 yang diproduksi Th2. Ternyata IL-9
diproduksi oleh Th9 yang merupakan subset Th lain. Efeknya terlihar pada
gambar 9.21.
27
Contoh TNF, IL-1, IL-12, IFN-* IL-2, IL-4, IL-5, IFN-
*
Sel yang merupakan Makrofag, sel NK Sel T
sumber utama
Fungsi fisiologis Mediator inflamasi (lokal Regulasi pertumbuhan
utama dan sistemik) limfosit dan
diferensiasi, aktivasi
sel efektor( makrofag,
eosinofil, sel mast)
Rangsangan LPS Antigen protein
(endoktoksin),peptidoglikan
bakteri, virus RNA, sitokin
asal sel T (IFN)
Jumlah yang Mungkin tinggi, ditemukan Biasanya
diproduksi dalam serum rendah,biasanya tidak
ditemukan dalam
serum
Efek lokal atau Keduanya Biasanya lokal saja
sistemik
Peran pada penyakit Penyakit sistemik ( Kerusakan lokal
misalnya syok sepsis) jaringan (inflamasi
misalnya
granulomatosus)
Dapat dicegah KS Siklosporin,FK-506
IFN-*berperan penting dalam imunitas nonspesifik dan spesifik
28
Gambar fungsi sitokin pada pertahanan penjamu
29
1. Perkembangan subset T helper di tentukan lingkungan sitokin
Lingkungan sitokin dari diferensiasi sel Th yang dipacu antigen,
menentukan subset yang diproduksi. IL-4 adalah esensial untuk respons
Th2 dan IFN-, IL-12 dan IL-18 penting dalam fisiologi dan
perkembangan Th1. Perkembangan Th1 tergantung IFN-y yang
menginduksisejumlah perubahan termasuk upregulasi produksi IL-12 oleh
makrofag dan SD dan aktivasi IL-12R pada sel T yang dialtifkan yang
disertai oleh peningkatan ekspersi rantai dari IL-12R.
2. Profil sitokin T helper
Sitokin yang di produksi subset Th1 dan Th2 memiliki dua ciri
efek terhadap perkembangan subset sel Th. Pertama meningkatkan
perkembangan subset yang memproduksinya, kedua mencegah
perkembangan dan aktivasi subset sebaliknya ysng disebut regulasi silang.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Sitokin adalah protein dengan berat molekul kecil yang diproduksi dan
dilepas berbagai jenis sel. Sitokin berperan utama dakam induksu dan
regulasi interaksi selular yang melibatkan sel inflamasi imun dan sustem
hematopoietic.
2. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik,
yang kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger
(tirosin kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen).
3. Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang
dimiliki terdapat 5 jenis ; Reseptor Sitokin Kelas I, 1) Reseptor Sitokin
Kelas II, reseptor sitokin Tumor Necrosis Factor family, Immunoglobulin
(Ig) superfamili, reseptor TGF- dan reseptor chemokine.
a. Berdasarkan jenis sel penghasilnya, sitokin dibagi 4 ; monokin,
limfokin, Growth hormone dan interferon.
b. Berdasarkan fungsinya sitokin dibagi 3 ; Sitokin pada Hematopoiesis,
Sitokin pada imunitas spesifik dan Sitokin pada imunitas nonspesifik.
c. Semua reseptor sitokin terdiri dari satu atau lebih protein
transmembran yang berfungsi untuk mengikat sitokin dan bagian
sitoplasmanya berperan untuk mengawali jalur sinyal intraselular.
d. Stimulasi Th oleh antigen dengan kehadiran sitokin tertentu dapat
memacu pembentukan subpopulasi Th seperti Th1 dan Th2. Setiap
subset menunjukkan cirri dan profil sekresi sitokin yang berbeda.
e. Profil sitokin Th1 menunjang respon imun yang melibatkan
fagositosis, CTL dan sel NK untuk menyingkirkan pathogen
intraselular. Sel Th2 memproduksi sitokin yang mendukung produksi
isotop immunoglobulin khusus dan respons IgE.
31
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja KG. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : Balai penerbit
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Theze J (1999), The Cytokine Network and Immune Functions, Oxford University
Press, New York.
32