Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 12

Carolina Astari (3415154024)


Dwi Nurhayati (3415150)
Pengertian Imunodiagnosis

Imunodiagnosis adalah Diagnosis berdasarkan pada reaksi antibodi dalam serum


darah terhadap antigen (Dorlan, 2002)
Imunodiagnosis parasit bertujuan untuk menegakkan diagnosis penyakit parasit yang
parasitnya sukar di temukan dengan pemeriksaan mikroskopik, misalnya:
1. pada masa prepaten (Waktu antara terjadinya infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah),
2. infeksi menahun, dan
3. lokalisasi pengambilan bahan peneriksaan secara teknik sukar dicapai
TIPE IMUNITAS
Imunitas alami
Aktif=> didapat stlh sembuh dari peny (ex; cacar air)
Pasif => antibodi yang sudah jadi diperoleh bayi melalui plasenta atau kolostrum
Imunitas buatan
Aktif => pembentukan stlh vaksinasi
Pasif => imunitas yang sdh jadi (ex; antitoksin tetanus)
Mekanisme
kekebalan yang
Sistem kekebalan inididapat
bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem
pertahanan tubuh nonspesifik. Secara garis besar kekebalan jenis ini
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Humoral
Bersifat tidak langsung dan dilaksanakan oleh imunoglobulin spesifik (antibodi)
yang dihasilkan sel B aktif (sel plasma) & dibantu oleh sistem komplemen
Limfosit B (Sel B):
Sel B plasma: Membentuk antibodi.
Sel B pengingat: Mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh.
Sel B pembelah: Membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
Pengertian Antibodi

Antibodi atau Immunoglobulin (Ig) merupakan sistem pertahanan tubuh yang


bersifat spesifik yang dihasilkan oleh limfosit B atau sel-sel B dan dapat di
temukan pada aliran darah serta cairan nonseluler.
Fungsinya adalah merespon antigen yang dihasilkan oleh mikroorganisme parasit
yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup. Fungsinya sangat spesifik dan hanya
merespon terhadap antigen-antigen tertentu saja, seperti anak kunci dengan
lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap antigen jenis tertentu
Untuk membentuk antibodi diperlukan 10-14 hari ketika benda-benda asing
(antigen) masuk kedalam tubuh.
FUNGSI IMUNOGLOBULIN (ANTIBODI)
Menyebabkan sitotoksisitas
Memungkinkan imunisasi pasif
Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pd suatu antigen shg kontak
lekat dg sel fagositik mjd lbh stabil)
Mengaktifkan komplemen
Dapat menyebabkan anafilaksis
FUNGSI UTAMA KOMPLEMEN
1. Menyebabkan lisis sel ; komplemen berinteraksi satu sama lain membentuk
membrane attack complex (MAC) di permukaan sel sasaran => memasukkan
molekul pembuat pori di membaran sel imunogen => membran rusak => air dan
elektrolit masuk ke sel => sel pecah dan mati
2.Pembentukan berbagai mediator imun, berperan dalam proses peradangan
3.Opsonisasi ; sel fagositik akan lebih mampu menelan apabila bahan imunogen
dilapisi komplemen.
=> ex; histamin, bradikinin
Jenis- Jenis Antibodi

Immunoglobulin A ( Ig A )
Ditemukan pada bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata,
paru-paru dan usus. Dan dimukan dalam darah serta cairan tubuh lainnya, seperti air
mata, air liur, ASI, getah lambung dan sekresi usu.
Dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium
Ig A melindung janin dalam kandungan dari berbagai penyakit
Ig A dalam ASI melindungi sistem pencernaan bayi dari mikroba.
Jenis- Jenis Antibodi
Immunoglobulin G ( Ig G )
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan
kadar yang rendah.
Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus serta menetralkan
racun.
Merupakan satu-satunya immunoglobulin yang mampu melewati plasenta karena
ukurannya kecil
Ig G berfungsi memberikan perlindungan janin dalam kandungan dan bayi yang
belum dapat menghasilkan antibodi sendiri
Immunoglobulin D ( Ig D )
IgD terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi
dalam jumlah yang sangat sedikit.
Berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel
limfosit B tersebut.
IgD ini bertindak dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka
Jenis- Jenis Antibodi

Immunoglobulin E ( Ig E )
Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil.
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh.
Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi.
Oleh karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi.
IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis
Immunoglobulin M ( Ig M )
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening dan pada permukaan sel-sel B
Ig M merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen yang masuk
Ig M terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang.
Janin dalam rahim memproduksi Ig M pada umur kehamilan 6 bulan
Tidak dapat melalui plasenta
Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM
Faktor kekebalan
tubuh

Secara garis besar faktor kekebalan dapat dibagi


menjadi dua bagian yaitu :
1. Kekebalan bawaan / Innate Immunity
2. Kekebalan didapat / Natural Acquired Immunity
Kedua jenis kekebalan ini akan saling berinteraksi dan
menentukan perjalanan penyakit hospesnya, sehingga
pengetahuan mengenai ke dua jenis kekebalan perlu
diketahui sebagai dasar penanggulangan penyakit
parasit.
Faktor kekebalan
tubuh
1. KEKEBALAN BAWAAN/ INNATE IMMUNITY
Kekebalan bawaan adalah kekebalan yang diperoleh sebelum seseorang terpapar parasit, termasuk di dalamnya faktor genetik maupun
faktor nongenetik.
A. Faktor genetik
Faktor genetik yang berdasarkan interaksi sel (hospes) dan molekul (parasit) akan menentukan dapat tindaknya parasit menginvasi
hospes. Sehingga faktor ini berperan pada stadium dini di mana respon selular dan respon humoral belum berkembang. Faktor genetik
diantara lain :
Eritrosit atau Sel Darah Merah
Pada manusia dapat ditemukan 15 jenis golongan darah dengan antigen yang berbeda pada permukaan sel darah merah dan lebih dari
300 variasi hemoglobin dalam sitoplasma. Untuk mempermudah mempelajarinya maka kelainan pada sel darah merah dibagi menjadi 2
jenis :
a. Kelainan pada membran sel darah merah
Pada membran sel darah merah dapat ditemukan reseptor-reseptor yang berfungsi sebagai tempat melekatnya merozoit Plasmodium
dengan sel darah merah. Reseptor-reseptor tersebut antara lain :
1. Antigen Duffy (Fyb)
Berperan sebagai reseptor P. vivax, sehingga orang yang tidak mempunyai antigen Duffy (Fyab) tidak dapat diinfeksi oleh P. vivax.
Biasa ditemukan pada penduduk Afrika Barat
2. Glikoforin A
Berperan sebagai reseptor P. falciparum
3. Ovalositosis/eliptositosis
Kelainana membran yang berhubungan dengan protein band-3 pada sel darah merah dan disebut dengan Southeast Asian Ovalocytosis
(SAO). Kelainan ini banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara dan Pasifik. Dengan adanya SAO menyebabkan kerentanan seseorang
terinfeksi P.vivax, P.falciparum, P.malariae berkurang dibandingkan dengan orang-orang yang sel darah merahnya normal. Kemungkinan
kelainan pada ovalositosis berhubungan dengan salah satu ptoses invasi parasit yang sama pada ketiga jenis spesies
b. Kelinan dalam sel darah merah/intraseluler
1. Defisiensi G6PD (Glucose-6 Phosphste Dehydrogenase)
Kelainan ini ditemukan pada 10-20% populasi penduduk daerah endemik malaria seperti di
Sardinia dan Afrika, sedangkan di Indonesia hanya 1-2%. Penderita heterozigot relatif resisten
terhadap infeksi P.falciparum, sedangkan penderita homozigot tetap sensitif karena sifat parasit
yang dapat lama-kelamaan beradaptasi dengan keadaan ini.
2. Hemoglobinopatia
Hemoglobin merupakan sumber protein bagi Plasmodium yang masih hidup dan berkembangbaik
di dalam sel darah merah, sehingga kelainan-kelainan yang ditemukan dapat mempengaruhi
kehidupannya.
a. Hemoglobin-S (Sickle cell)
Pada keadaan ini terjadi mutasi gen pada asam amino ke 6 terminal N dari rantai -
hemoglobin ( asam glutamat menjadi valin). Pada tekanan oksigen rendah misalnya dalam kapiler
pembuluh darah sel darah merah ini akan berbentuk bulan sabit sehingga pertumbuhan parasit
P.falciparum akan terhambay. Hb-S banyak ditemukan di Afrika Barat dengan frekuensi 20-50%.
b. Talasemia dan hemoglobin fetal (Hb-F)
Talasemia ditandai dengan tidak adanya salahsatu rantai hemoglobin (talasemia atau
talasemia ). Pada talasemia heterozigot biasanya anak terlihat sehat dan resisten terhadap
infeksi P.falciparum. Pada Hb-F pertumbuhan parasit dalam eritrosit akan terganggu, sehingga
orang dengan hemoglobin jenis ini akan dilindungi terhadap P.falciparum, hal yang sams juga
ditemukan pada berbagai variasi rantai misalnya Hb-C, Hb- D dan Hb-E.
Sel makrofag dan sel limfosit
Sel makrofag sebagai tempat hidup beberapa parasit seperti T.gondii,
T.cruzi, L.donovani ternyata secara genetik menentukan apakah parasit-
parasit dapat hidup dalam sel tersebut atau dinusnahkan. Salah satu gen
yang dapat diketahui berperan dalam hal infeksi Leishmanis adalsh gen Lsh.
Sedangkan pada sel limfosit yang berperan adalah gen MHC (Mayor
Histocompatibility Complex) yang terdiri dari MHC kelas I dan MHC kelas II.
MHC kelas I bergubungan dengan respons imun selular, sedangkan MHC kelas
II berhubungan dengan respons inun humoral.
B. Faktor nongenetik
1. Hormon
Perubahan yang terjadi pada waktu seorang wanita hamil arau menyusui juga akan
mempengaruhi infeksi paeasit. Giardiasis dan infeksi nematoda usus meningkat pada
akhir masa kehamilan dan laktasi. Sedangkan seorang wanita hamil yang terinfeksi
P.falciparum akan lebih mudah menderita malaria berat dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil.
2. Faktor-faktor pada sistem gastrointestinal
Parasit yang hidup dalam sistem gastrointestinal memerlukan keadaan fisiologis
yang optimal untuk kelangsungan hidupnya. Misalnya tekanan O2, CO2, pH, enzim-
enzim dan komposisi empedu tertentu. Empedu diperlukan dalam proses evaginasi
skoleks Cestoda, selain itu komposisi empedu menentukan mudah tidaknya infeksi
oleh Echinococcus granulosus.
3. Paktor-faktor pada kulit
Berbagai parasit yang masuk melalui kulit akan menghadapi bermacam-macam
barrier makanik, seperti rambut, atau bulu pada kulit, stratum korneum, kelenjar
sebum dan lai lain.
Faktor kekebalan
tubuh
2. KEKEBALAN YANG DI DAPAT /NATURAL ACQUIRED IMMUNITY
Kekebalan ini merupakan kekebalan yang diperoleh seseorang setelah terpapar parasit.
Kekebalan ini penting dalan mempelajari epidemilogi penyakit parasit dan pengembangan vaksin.
Di alam kekebalan ini didapat pada beberapa macam penyakit parasit antara lain :
A. Protozoa
1. Malaria
Di daerah dengan tingkat endemisitas tinggi, dimana seluruh penduduk mempunyai kesempatan
yang sama untuk digigit nyamuk infektif, ternyata penyakit malaria paling banyak di derita olah
anak-anak. Sedangkan orang dewasa biasanya jarang memperhatikan gejala klinis dan jumlah
parasit dalam darah.
2. Toksoplasmosis
Kebanyakan orang dengan IgG spesifik Toxoplasma positif, tidak memperlihatkan gejala klinis.
Sebaliknya toksoplasmosis akut (aktif) biasanya ditemukan pada orang-orang dengan
imunosupresi misalnya penderita tumor ganas yang diberi obat-obat sitostatika, penderita AIDS
atau penderita yang akan ditransplantasi organ sehingga diberi obat-obat yang dapat menekan
sistem imun.
3. Giardiasis
Pada penelitian secara epistimologi ternyata pendatang akan lebih mudah terinfeksi G.lamblia
daripads penduduk yang sudah lama tinggal di daerah tersebut. Hal ini karena penduduk asli
sudah mempunyai kekebalan terhadap strain G.lamblia di daerah tersebut.
B. Cacing
1. Skistosomiasis
Tinggi ditemukan pada anak-anak. Selain itu gejala klinis akut juga jarang
ditemukan pada orang dewasa. Hal ini disebabkan pada orang dewasa sudah
terbentuk kekebalan yang didapat setelah terpapar parasit bertahun-tahun.
Hanya bisa ditemukan di dataran tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah.
2. Filariasis
Di daerah endemik tinggi biasanya jarang ditemukan penderita dengan
mikrofilaria dalam darahnya ataupun penderita dengan gejala klinis, walaupun
demikian antibodi terhadap mikrofilaria banyak ditemukan. Hal ini
menunjukkan adanya paparan yang akhirnya menimbulkan kekebalan.
Mekanisme
kekebalan yang
didapat
Ada 3 cara yang dapat dilakukan oleh antibodi untuk mengeliminasi parasit, yaitu:
a. Antibodi yang bekerja sendiri
Parasit yang bersifat intraselular biasanya memerlukan reseptor pada permukaan
sel hospes untuk berikatan dan masuk ke dalam sel tersebut.
Antibodi dapat menghambat terjadinya ikatan antara molekul parasit dengan
reseptor, sehingga akan membatasi atau menghambat parasit yang masuk ke dalam
sel hospes.
Contoh: Antibodi terhadap antigen permukaan merozoit Plasmodium dapat
menghambat terjadinya interaksi merozoit dengan sel darah merah.
Mekanisme
kekebalan yang
b. Antibodi yang bekerja sama dengan sel
Dikenal sebagai ADCCdidapat
(Antibody Dependent Cell-mediated Cytotoxicity)
Sel-sel yang terlibat dalam sistem imun ini dapat berupa sel eosinofil, makrofag,
neutrofil, maupun trombosit.
Sel-sel ini akan berikatan dengan antibodi pada bagian Fc, sedangkan target sel atau sel
yang terinfeksi akan berikatan dengan antibodi pada bagian Fab.
Contoh: Pada stadium parasit Plasmodium dalam darah, makrofag yang berikatan dengan
antibodi akan memfagositosis parasit tersebut.
Mekanisme
kekebalan yang
c. Antibodi yang bekerja sama dengan sistem komplemen

didapat
Secara in vitro telah dibuktikan peran komplemen dalam mengeliminasi parasit,
tetapi secara in vivo efektivitas komplemen masih belum dibuktikan.

Antibodi bekerja melalui 2 cara untuk mempertahankan tubuh dari penyebab


penyakit, yaitu:
dapat menyerang langsung penyebab penyakit tersebut, atau
mengaktifkan sistem komplemen yang akan merusak penyebab penyakit tersebut.
Mekanisme
kekebalan yang
2. Selular didapat
Fungsi utama sistem kekebalan ini ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang
hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan keganasan.
Sistem kekebalan dilakukan oleh sel limfosit T.
Limfosit T (Sel T):
Sel T pembunuh: Menyerang patogen yang masuk ke tubuh, sel tubuh yang
terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
Sel T pembantu: Menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B plasma
serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
Sel T supresor: Menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara
menurunkan produksi antibodi serta mengurangi aktivitas sel T pembunuh.
Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat
Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
Mekanisme
kekebalan yang
Peran sel T ;

didapat
Fungsi pengendali; sel T penolong /CD4 (cluster of deferentiation 4)
Fungsi pelaksana; sel T sitotoksik (pemusnah) / CD8 => mampu mematikan sel
terinfeksi virus, sel tumor

Fungsi Sel CD4


Pengendali ; mengaitkan sist monosit-makrofag ke sist limfoid
berinteraksi dg sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig
Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8
Berkembang menjadi sel pengingat
FUNGSI IMUNITAS SELULER
Sel CD8 mematikan scr langsung sel sasaran
Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat
Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat
Sel T sbg pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun seluler dan
humoral
Mekanisme
kekebalan yang
Sistem kekebalan dilakukan oleh sel limfosit T dengan cara-cara sebagai berikut:

didapat
a. CTL (Cytotoxic T-Lymphocyte)
Cara ini memerlukan presentasi antigen oleh molekul MHC kelas 1 terhadap sel T
CD8+, sehingga akan terjadi lisis dari sel target. Contoh: pada Toxoplasma gondii
dimana sel T dibantu oleh IFN.
Mekanisme
kekebalan yang
b. Limfokin

didapat
Zat-zat larut yang dihasilkan oleh sel limfosit T ini akan meningkatkan aktivitas sel
efektor untuk mengeliminasi parasit, baik dengan bantuan antibodi maupun tanpa
antibodi.
Conto: IFN pada infeksi Plasmodium.
c. Sel NK (Natural Killer)
Sel ini tidak termasuk dalam sel limfosit T ataupun sel limfosit B.
Mempunyai aktivitas sitotoksik dan dapat menghasilkan IFN.
Perannya secara in vivo pada penyakit parasit belum dapat dinuktikan.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
Pada imunodiagnosis ini yang dideteksi secara garis besar adalah reaksi kekebalan
hospes dan antigen dari parasit.
Reaksi kekebalan hospes terdiri yang spesifik ada 2 macam, yaitu humoral dan
selular, sehingga diagnosis parasit secara imunologi dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Reaksi Humoral
Diagnosis dengan reaksi humoral yaitu dengan cara mendeteksi zat anti
(imunoglobulin) yang ada dalam serum/plasma.
Ada 5 macam imunoglobulin yaitu Ig G, Ig M, Ig D, Ig A, dan Ig E.
Ig G terdapat sekitar 80% dari seluruh imunoglobulin, Ig M sekitar 13%, dan Ig E
hanya 0,002%.
Diagnosis parasit secara imunologi terutama ditujukan pada Ig G, Ig M dan Ig E.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
Contoh beberapa tes humoral
1. IDT (Immunodiffusion test)
Dalam lempeng agar antigen dan zat anti bermigrasi berlawanan arah. Garis
presipitasi terbentuk di tempat antigen bertemu dengan zat anti (kompleks Ag Ab).
2. CIEP (Counter Immuno Electrophoresis)
Untuk mempercepat migrasi Ag dan zat anti pada lempeng agar dapat dibantu
dengan aliran listrik. Garis presipitasi terbentuk bila serum berisi zat anti.
3. Tes Hemaglutinasi
Larutan antigen dikonjugasi dengan sel darah merah dan direaksikan dengan serum
penderita. Bila zat anti dalam serum positif akan terbentuk aglutinasi SDM-Ag-zat
anti.
4. Tes Fluoresensi
Zat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan zat anti yang berfluoresensi
seperti fluoresein atau rodamin, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum
penderita. Bila terbentuk ikatan antara Ag- Ig manusia- zat anti Ig manusia, dengan
mikroskop fluoresensi akan terlihat fluoresensi.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
5. Tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Zat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan enzim seperti peroksidase dan
fosfatase alkali, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum penderita. Bila
terbentuk ikatan Ag - Ig manusia - zat anti Ig manusia, akan terlihat perubahan warna
menjadi jingga atau kehijauan setelah ditambahkan subsrat yang sesuai. Hasil tes ini
dapat dibaca dengan mata atau spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu.
6. Radioimmunoassay
Antigen dikonjugasi dengan zat radioaktif misalnya I131, kemudian direaksikan dengan
serum penderita. Bila serum tersebut berisi zat anti yang sesuai akan terjadi ikatan Ag-
zat anti yang terbaca sebagai jumlah sinar gama dengan gamma counter.
7. Tes dengan Komplemen
Komplemen adalah suatu sistem kekebalan yang terdiri lebih dari 20 protein serum dan
sistem ini tidak aktif pada serum normal. Komplemen menjadi aktif bila terjadi iaktan
dengan kompleks imun (Ag-zat anti) yaitu dengan melisiskan sel (misalnya sel darah
merah). Karena itu komplemen dapat digunakan sebagai tes untuk mengetahui ada
tidaknya zat anti dalam serum penderita. Reaksi ikat komplemen (complement fixation
test).
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
2. Reaksi Selular
Melakukan tes selular jauh lebih sulit daripada tes humoral, karena limfosit yang
diperoleh dari penderita harus dalam keadaan segeat pada waktu direaksikan
dengan parasir (antingen). Dikatakan positif bila jumlah limfosit yang menempel
pada parasit cukup banyak.
Deteksi antigen parasit
Deteksi antigen parasit dapat juga dilakukan dengan berbagai tes serologi humoral
misalnya ELISA, RIA, tes komplemen.
Biasanya yang dideteksi adalah metabolit parasit yang beredar dalam tubuh
penderita
Untuk melakukan tes ini harus dibuat zat anti poliklonal atau monoklonal yang
bereaksi dengan antigen parasit tertentu
Kelebihan cara ini dibandingkan dengan deteksi zat anti Ig G yaitu, karena dapat
menentukan apakah seseorang menderita infeksi secara aktif atau tidak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai