Immunoglobulin A ( Ig A )
Ditemukan pada bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata,
paru-paru dan usus. Dan dimukan dalam darah serta cairan tubuh lainnya, seperti air
mata, air liur, ASI, getah lambung dan sekresi usu.
Dapat menetralisir virus dan menghalangi penempelan bakteri pada sel epitelium
Ig A melindung janin dalam kandungan dari berbagai penyakit
Ig A dalam ASI melindungi sistem pencernaan bayi dari mikroba.
Jenis- Jenis Antibodi
Immunoglobulin G ( Ig G )
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya meninggi dalam satu
bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat selama bertahun-tahun dengan
kadar yang rendah.
Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus serta menetralkan
racun.
Merupakan satu-satunya immunoglobulin yang mampu melewati plasenta karena
ukurannya kecil
Ig G berfungsi memberikan perlindungan janin dalam kandungan dan bayi yang
belum dapat menghasilkan antibodi sendiri
Immunoglobulin D ( Ig D )
IgD terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi
dalam jumlah yang sangat sedikit.
Berfungsi sebagai reseptor antigen sel limfosit B dan penting bagi aktivitas sel
limfosit B tersebut.
IgD ini bertindak dengan menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka
Jenis- Jenis Antibodi
Immunoglobulin E ( Ig E )
Disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa dan tonsil.
IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh.
Mengakibatkan sel melepaskan histamin dan berperan dalam reaksi alergi.
Oleh karena itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi.
IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis
Immunoglobulin M ( Ig M )
Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening dan pada permukaan sel-sel B
Ig M merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan antigen yang masuk
Ig M terbentuk segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang.
Janin dalam rahim memproduksi Ig M pada umur kehamilan 6 bulan
Tidak dapat melalui plasenta
Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM
Faktor kekebalan
tubuh
didapat
Secara in vitro telah dibuktikan peran komplemen dalam mengeliminasi parasit,
tetapi secara in vivo efektivitas komplemen masih belum dibuktikan.
didapat
Fungsi pengendali; sel T penolong /CD4 (cluster of deferentiation 4)
Fungsi pelaksana; sel T sitotoksik (pemusnah) / CD8 => mampu mematikan sel
terinfeksi virus, sel tumor
didapat
a. CTL (Cytotoxic T-Lymphocyte)
Cara ini memerlukan presentasi antigen oleh molekul MHC kelas 1 terhadap sel T
CD8+, sehingga akan terjadi lisis dari sel target. Contoh: pada Toxoplasma gondii
dimana sel T dibantu oleh IFN.
Mekanisme
kekebalan yang
b. Limfokin
didapat
Zat-zat larut yang dihasilkan oleh sel limfosit T ini akan meningkatkan aktivitas sel
efektor untuk mengeliminasi parasit, baik dengan bantuan antibodi maupun tanpa
antibodi.
Conto: IFN pada infeksi Plasmodium.
c. Sel NK (Natural Killer)
Sel ini tidak termasuk dalam sel limfosit T ataupun sel limfosit B.
Mempunyai aktivitas sitotoksik dan dapat menghasilkan IFN.
Perannya secara in vivo pada penyakit parasit belum dapat dinuktikan.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
Pada imunodiagnosis ini yang dideteksi secara garis besar adalah reaksi kekebalan
hospes dan antigen dari parasit.
Reaksi kekebalan hospes terdiri yang spesifik ada 2 macam, yaitu humoral dan
selular, sehingga diagnosis parasit secara imunologi dapat ditegakkan berdasarkan:
1. Reaksi Humoral
Diagnosis dengan reaksi humoral yaitu dengan cara mendeteksi zat anti
(imunoglobulin) yang ada dalam serum/plasma.
Ada 5 macam imunoglobulin yaitu Ig G, Ig M, Ig D, Ig A, dan Ig E.
Ig G terdapat sekitar 80% dari seluruh imunoglobulin, Ig M sekitar 13%, dan Ig E
hanya 0,002%.
Diagnosis parasit secara imunologi terutama ditujukan pada Ig G, Ig M dan Ig E.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
Contoh beberapa tes humoral
1. IDT (Immunodiffusion test)
Dalam lempeng agar antigen dan zat anti bermigrasi berlawanan arah. Garis
presipitasi terbentuk di tempat antigen bertemu dengan zat anti (kompleks Ag Ab).
2. CIEP (Counter Immuno Electrophoresis)
Untuk mempercepat migrasi Ag dan zat anti pada lempeng agar dapat dibantu
dengan aliran listrik. Garis presipitasi terbentuk bila serum berisi zat anti.
3. Tes Hemaglutinasi
Larutan antigen dikonjugasi dengan sel darah merah dan direaksikan dengan serum
penderita. Bila zat anti dalam serum positif akan terbentuk aglutinasi SDM-Ag-zat
anti.
4. Tes Fluoresensi
Zat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan zat anti yang berfluoresensi
seperti fluoresein atau rodamin, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum
penderita. Bila terbentuk ikatan antara Ag- Ig manusia- zat anti Ig manusia, dengan
mikroskop fluoresensi akan terlihat fluoresensi.
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
5. Tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Zat anti terhadap Ig manusia dikonjugasi dengan enzim seperti peroksidase dan
fosfatase alkali, kemudian direaksikan dengan antigen dan serum penderita. Bila
terbentuk ikatan Ag - Ig manusia - zat anti Ig manusia, akan terlihat perubahan warna
menjadi jingga atau kehijauan setelah ditambahkan subsrat yang sesuai. Hasil tes ini
dapat dibaca dengan mata atau spektrofotometer dengan panjang gelombang tertentu.
6. Radioimmunoassay
Antigen dikonjugasi dengan zat radioaktif misalnya I131, kemudian direaksikan dengan
serum penderita. Bila serum tersebut berisi zat anti yang sesuai akan terjadi ikatan Ag-
zat anti yang terbaca sebagai jumlah sinar gama dengan gamma counter.
7. Tes dengan Komplemen
Komplemen adalah suatu sistem kekebalan yang terdiri lebih dari 20 protein serum dan
sistem ini tidak aktif pada serum normal. Komplemen menjadi aktif bila terjadi iaktan
dengan kompleks imun (Ag-zat anti) yaitu dengan melisiskan sel (misalnya sel darah
merah). Karena itu komplemen dapat digunakan sebagai tes untuk mengetahui ada
tidaknya zat anti dalam serum penderita. Reaksi ikat komplemen (complement fixation
test).
IMUNODIAGNOSIS
PENYAKIT PARASIT
2. Reaksi Selular
Melakukan tes selular jauh lebih sulit daripada tes humoral, karena limfosit yang
diperoleh dari penderita harus dalam keadaan segeat pada waktu direaksikan
dengan parasir (antingen). Dikatakan positif bila jumlah limfosit yang menempel
pada parasit cukup banyak.
Deteksi antigen parasit
Deteksi antigen parasit dapat juga dilakukan dengan berbagai tes serologi humoral
misalnya ELISA, RIA, tes komplemen.
Biasanya yang dideteksi adalah metabolit parasit yang beredar dalam tubuh
penderita
Untuk melakukan tes ini harus dibuat zat anti poliklonal atau monoklonal yang
bereaksi dengan antigen parasit tertentu
Kelebihan cara ini dibandingkan dengan deteksi zat anti Ig G yaitu, karena dapat
menentukan apakah seseorang menderita infeksi secara aktif atau tidak
TERIMA KASIH