3. Hitung Leukosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hitung leukosit dengan
metode Hemositometer/ Kamarhitung/ Improved Neubauer.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan hitung leukosit
dengan metode Hemositometer/Kamarhitung/Improved Neubauer.
5. Hitung Hematokrit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hematokrit dengan
Metode Mikrohematokrit.
b. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan hematokrit dengan
Metode Mikrohematokrit.
6. Hitung Retikulosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan retikulosit.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan retikulosit.
7. Hitung Trombosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan trombosit.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan trombosit.
8. Hitung Eritrosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hitung eritrosit dengan
Metode Kamar Hitung / Improved Nuebauer.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasilpemeriksaan hitung eritrosit.
LANDASAN TEORI
darah
mempunyai
suatu
sistem
yang
bekerja
telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam. (Bridgen, 1999; Desai & IsaPratt, 2000; Norderson, 2004)
Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan pengendapan sel-sel
eritrosit dalam plasma. (Burns, 2004)
Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda non spesifik perjalanan
penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut.
(Seldon, 1998; Pohan, 2004)
Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam
seseorang,
baik
inflamasi
akut
maupun
kronis,
atau
tubuh
adanya kerusakan
0-10
mm/jam,
partikel
padat
dan
LED
neonatus
adalah
0-2
0-20
mm/jam),
pengendapan,
yaitu
proses
Sampel darah yang telah diberi antikoagulan, bila dibiarkan pada suhu ruang
20-25C, dalam suatu tabung yang diletakkan tegak pada raknya, maka sel-sel
yang
ditempatkan
di
dalam
tabung
dengan
ukuran
tertentu, kemudian didiamkan pada posisi tegak lurus selama satu jam. Setelah
satu jam, jarak antara meniskus bagian plasma (skala nol) dengan batas
atas endapan eritrosit diukur dalam satuan milimeter (mm), lalu dilaporkan.
(Estridge et al, 2000; Pohan, 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi LED antara lain faktor plasma, faktor eritrosit,
dan faktor teknis yang saling punya keterkaitan satu dengan lainnya.
3. Hitung Leukosit
Leukosit adalah satuan mobile pada system pertahanan Imun tubuh. Leukosit
dan turunan-turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma, membentuk
system
imun,
suatu
system
pertahanan
internal
yang
mengenali
dan
menghancurkan atau menetrlkan benda-benda dalam tubuh yang asing bagi diri
normal. Secara spesifik, system imun berfungsi sebagai :
-
jaringan
Berfungsi esensial sebagai penyembuhan luka dan perbaikan jaringan
Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan strategi cari
dan hancurkan; yaitu, sel-sel ini pergi ke tempat invasi atau kerusakan jaringan.
Penyebab utama Leukosit berada di dalam darah adalah agar cepat diangkut dari
tempat produksi atau penyimpanannya ke tempat manapun yang membutuhkannya.
Semua Leukosit pada akhirnya berasal dari sel punca multipoten (memiliki
banyak potensi) tak berdeferesiansi yang juga mengahasilkan eritrosit dan
trombosit di sumsum tulang merah.
Jumlah total leukosit dalam keadaan normal berkisar dari 5 juta hingga 10 juta
per milimiter darah, dengan rerata 7 juta sel/ml, yang dinyatakan sebagai Hitung
sel darah putih
sedikit jumlahnya (Leukosit 1 : 700 Eritrosit), bukan karena yang diproduksi lebih
sedikit tetapi karena sel-sel ini hanya transit di darah. Dalam keadaan normal,
sekitar dua pertiga leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama neutrofil,
sementara sepertiga sisanya adalah agranulosit, terutama limfosit. Namun, jumlah
total sel darah putih dan presentase masing-masing tipe dapat sangat bervariasi
untuk memenuhi kebutuhan pertahanan tubuh yang terus berubah.
Meskipun kadar leukosit darah dapat bervariasi namun perubahan kadar ini
biasanya terkontrol dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan tubuh. Namun, dapat
terjadi kelainan dalam produksi leukosit yang berada di luar kendali; yaitu, SDP
yang dihasilkan mungkin terlalu banyak atau terlalu sedikit. Sumsum tulang dapat
sangat memperlambat atau bahkan menghentikan produksi sel darah putih jika
terpajan ke bahan kimia toksik tertentu atau radiasi berlebihan.
Salah satu konsekuensi utama leukemia, suatu kanker yang menyebabkan
poliferasi tak terkendali SDP, adalah berkurangnya kemampuan pertahanan
terhadap invasi organisme asing. Pada leukemia, hitung SDP dapat mencapai
500.000/mm3, dibandingkan nilai normal yaitu 7000/mm 3; tetapi karena sebagian
besar dari sel ini abnormal atau imatur maka mereka tidak dapat melaksanakan
fungsi pertahanan normal.
Dengan alat hitung sel otomatis (elektronik) maka perhitungan sel menjadi lebih
mudah, cepat, dan teliti dibandingkan dengan cara manual. Walaupun demikian
hitung sel secara manual masih dipertahankan. Karena salah satu keuntungannya
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
ialah hitung sel cara manual dapat dilakukan di laboratorium yang tidak ada aliran
listrik. Disamping itu harga sebuah alat hitung selotomatis cukup mahal dan
mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu
ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan
mutu (quality control). Tetapi cara menghitung sel darah secara manual
denganmemakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium.
Perhitung jumlahleukosit cara automatik sampel yang digunakan sangat sedikit dan
ada kemungkinan kesalahandalam pengenceran dan sampling. Karena darah
mengandung lebih sedikit leukosit dibandingeritrosit, pengencerannya lebih kecil
dan volume sampel yang digunakan lebih besar.Hampirsemua laboratorium besar
menggunakan cara automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara
menghitung partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran
cahaya,yang disebut dengan prinsip. (Sherwood, 2011)
i. Neutrofil
Neutrofil merupakan jenis leukosit terbanyak dalam darah normal. Diameternya 1215m pada sediaan apus darah dengan inti yang terdiri atas 2-5 lobus yang
dihubungkan oleh jembatan inti yang halus. Sitoplasma neutrofil mengandung 2
jenis granul utama, yaitu granul spesifik yang lebih banyak dan granul azurofil yang
merupakan lisosom khusus dengan komponen untuk membunuh bakteri yang
ditelan.
ii. Eosinofil
Eosinofil jauh lebih sedikit daripada neutrofil. Pada sediaan apus darah, sel ini
berukuran kurang lebih sama dengan neutrofil dan mengandung inti bilobus yang
khas. Cirri utama untuk mengenalinya adalah sejumlah besar granul spesifik
berukuran besar dan lonjongyang terpulas dengan eosin.
iii. Basofil
Basofil juga berdiameter 12-15m, tetapi membentuk kurang dari 1% leukosit darah
sehingga basofil sukar ditemukan pada apusan darah normal. Intinya terdiri dari 2
atau lebih lobuli irregular, tetapi granul-granul spesifik besar yang berada di atasnya
biasanya mengaburkan bentuk inti tersebut.
iv. Limfosit
Limfosit merupakan suatu family leukosit dengan inti berbentuk sferis. Limfosit dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang
khas, yaitu limfosit T, limfosit B, dan sel Natural Killer. Kebanyakan limfosit dalam
darah berukuran kecil dengan diameter 6-8m; limfosit berukuran sedang dan besar
berdiameter 9-18m.
v. Monosit
Monosit adalah agranulosit yang berasal dari sumsum tulang dengan variasi
diameter antara 12-20m. intinya besar, terletak agak eksentris, dan dapat
berbentuk lonjong, berbentuk ginjal, atau berbentuk seperti huruf U. kromatinnya
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
10
kurang padat ketimbang pada limfosit dan terpulas lebih terang ketimbang kromatin
limfosit besar. (Guyton, 2007; Mescher, 2011)
b. Konsentrasi Berbagai Macam Sel Darah Putih dalam Darah
Manusia dewasa mempunyai sekitar 6000-10.000 sel darah putih per mikroliter
darah. Persentase normal berbagai jenis sel darah putih dari jumlah total sel darah
putih kira-kira sebagai berikut: (Mescher, 2011)
Neutrofil polimorfonuklear
60-70%
Eosinofil polimorfonuklear
2-4%
Basofil polimorfonuklear
0,5%
Monosit
5%
Limfosit
28%
5. Hitung Hematokrit
yang
mencerminkan
ukuran
eritrosit,
kadar
hemoglobin,
dan
: 40% - 52%
11
bergantung usia dan jenis kelamin. Konsentrasi hemoglobin dalam sampel darah
(gram/100 mL) biasanya kira-kira satu per tiga hematokrit. Sel darah merah
dideskripsikan secara klinis menurut ukuran dan jumlah hemoglobin didalam sel.
Akhiran sitik menggambarkan ukuran, dan akhiran kromik menggambarkan
konsentrasi hemoglobin dalam sel. Rerata volume korpuskular atau mean
corpuscular volume (MCV) adealah ukuran volume dalam mikrokubik untuk satu sel
darah merah MCV paling sering digunakan sebagai penanda apakah sel berukuran
normal, kecil, atau besar dan digunakan secara klinis untuk menentukan jenis
anemia.
6. Hitung Retikulosit
Jika kebutuhan akan produksi Eritrosit tinggi (misalnya setelah perdarahan) maka
sumsum tulang dapat mengeluarkan sejumlah besar eritrosit imatur yang disebut
retikulosit ke dalam darah untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cepat. Selsel imatur ini dapat dikenali dengan teknik pewarnaan yang menyebabkan sisa
ribosom dan organel yang belum dikeluarkan terlihat. Keberadaan retikulosit di atas
kadar normal 0,5-1,5% (Dewasa) dari jumlah total eritrosit dalam darah menunjukan
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
12
mendiagnosis
anemia.
Banyaknya
retikulosit
dalam
darah
tepi
7. Hitung Trombosit
13
tidak
cedera
tersebut
untuk
membatasi
agregasi
trombosit
adalah
14
Produksi Trombosit
Trombosit dihasilkan dalam sum sum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Prekursor megakariosit megakarioblast mucul melalui proses
diferensiasi dari sel induk hemokoietik. Megakariosit akan mengalami pematangan
dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron dengan memperbesar volume
sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Pada
berbagai stadium dalam perkembangannya, sitoplasma akan menjadi granular dan
trombosit akan dilepaskan.Produksi trombosit mengikuti pebentukaan mikrovesikel
dalam sitoplasma sel yang menyatu dan membentuk membran pembatasan
trombosit. Setiap megakariosit akan menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval
waktu semenjak diferensiasi sel induk hingga produksi trombosit berkisar sekitar 10
hari. Trombopoietin merupakan pengatur utama produksi trombosit yang dihasilkan
oleh hati dan ginjal. Trombosit memiliki reseptor untuk trombopoietin (C-MPL) dan
mengeluarkannya dari sirkulasi. Oleh sebab itu, kadar trombopoietin akan tinggi
apabila terjadi trombositopenia karena adanya aplasia sum sum tulang.
Trombopoetin akan meningkatkan jumlah dan kecepatan kematangan dari
megakariosit. Jumlah trombosit akan mulai meningkat 6 hari setelah dimulainya
terapi dan tetap akan meningkat selama 7 hingga 10 hari. Interleukin 11 dapat
meningkatkan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Jumlah trombsit normal adalah
sekitar 250 x 10 9 / liter (rentang 150-400 x 10 9 / liter dan lama hidup trombosit yang
normal adalah 7 10 hari. (Hoffbrand,2006)
Struktur trombosit
Ultra struktur trombosit digambarkan pada gambar berikut ini:
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
15
16
dan peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi pelepasan, isi granula
akan dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular. (Hoffbrand,2006)
Antigen Trombosit
Beberapa protein permukaan trombosit merupakan antigen penting dalam
autoimunitas yang spesifik terhadap trombosit yang disebut antigen trombosit
manusia (human platelet antigen, HPA) trombosit mengeksperikan antigen ABO dan
antigen leokisut manusia (HLA kelas I, namun tidak mengekspresikan HLA kelas II).
(Hoffbrand,2006)
Fungsi Trombosit
Fungsi utama dari trombosit ialah membentuk sumbatan mekanik selama respon
hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Bila tidak adanya trombosit dapat
terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit
berupa adhesi, sekresi, agredasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulan sangat
berperan peting dalam fungsi trombosit. (Hoffbrand,2006)
Reaksi pelepasan trombosit
Pemajanan kolagen (kerja trombin) menyebabkan sekresi isi granula trombosit,
yang meliputi ADP, serotonin, fibrinogen, enzim lizosom, -tromboglobulin, dan
faktor penetral heparin (faktor trombosit, faktir trombosit 4). Kolagen dan trombin
mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit. Terjadi pelepasan diasilgliserol (yang
mengaktifkan fosforilase protein melalui protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang
menyebabkan pelepasan ion kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan
pembentukkan suatu senyawa yang labil yaitu tromboksan A2, yang menurunkan
kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) dalam trombosit serta mencetuskan reaksi
pelepasan. (Hoffbrand,2006)
17
Agregasi Trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepasakan dapat menyebabkan makin banyaknya
trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan
trombosit membesar dan akan mendorong membran trombosit pada trombosit yang
berdekatan untuk melekat satu sama lain. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi
pelepasan lebih lanjut yang melepaskan lebih banyak ADP dan tromboksan A 2 yang
menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder. Proses umban balik positif ini
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
18
dan
2. Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulan
dada,
tulang
selangka,
Pembentukannya
terjadi
dan
di
selama
dalam
tujuh
ruas-ruas
hari.
Pada
tulang
awalnya
belakang.
eritrosit
19
B. Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per mm 3 atau mikroliter darah. Prinsip
hitung
eritrosit
adalah
darah
diencerkan
dalam
larutan
isotonis
untuk
Hemoglobin ( g / Ldarah )
20
Corpuscular
Hemoglobin
Concentration
(MCHC)
=
21
Cara Perhitungan: MCV (VER) = Nilai Hematokrit (Hmt) /Jumlah Eritrosit (AE)
X 10 Fl
3. Mean
Corpuscular
Hemoglobin
Concentration
(MCHC)
22
Sediaan apusan darah tepi (peripheral blood smear) merupakan slide yang
digunakan pada mikroskop sebagai gelas objek yang pada salah satu sisinya dilapisi
oleh lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan seperti wright,
giemsa dan lain sebagainya.
Berikut ini cara pembuatan sediaan apusan darah tepi :
23
Sediaan apusan yang baik yang memiliki ketebalan yang cukup dan bergradari dari
kepala (awal) hingga ekor (akhir).
24
Pada sediaan apusan darah tepi digunakan darah EDTA yang baru yang
mengandung berbagai macam sel-sel darah separti :
1. Eritrosit
Eritrosit merupakan sel darah merah yang merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan memiliki fungsi untuk mentranspor oksigen. Eritrosit
berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan berbentuk bundar. Sel ini bersifat
elastis
dan
memiliki
kemampuan
untuk
merubah
bentuk
sehingga
atau
deretan
mirip
uang
logam
yang
disebut
dengan
25
pada eritrosit namun juga memberi bentuk pada eritrosit. Dalam keadaan
normal, sitoplasma sel-sel darah berada dalam keseimbangan osmotik
dengan plasma. Bila plasma bertambah pekat konsentrasinya akibat adanya
penguapan atau karena penambahan pelarut hipertonik pada darah, akan
terjadi krenasi pada sel darah. Sebaliknya bila plasma diencerkan, air akan
masuk ke dalam sel darah dan sel akan membengkak dan membuatnya
berbentuk membulat (sferis). Bila keadaan ini terus berlanjut, hemoglobin
akan keluar dari sel ke dalam plasma dan sel darah akan kehilangan
warnanya, kemudian menjadi kantung-kantung darah yang kempis atau yang
dikenal dengan blood ghosts atau blood shadow. (Lesson, 1996)
Aglutinasi merupakan penggumpalan sel-sel darah merah
yang
Penyebab
Disebabkan
alkoholisme.
adanya
penyakit
hati,
dan
26
megaloblastik.
Sel target
Stomatosit
Sel pensil
Ekinosit
Akantosit
Penyakit
hati,
abetalipoproteinenmia,
gagal
ginjal
Mikrosferosit
Sperositosis
herediter,
anemia
hemolitik
autoimun, septicemia
Fragmentosit
Elitosit
Elitositosis herediter
(basket sel)
Sel sabit
Mikrosit
27
2. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang mengandung inti. Dalam darah
manusia normal terdapat jumlah leukosit rata rata 5000 sampai 9000 sel /
mm3 . pada anak anak dan pada keadaan patologis jumlah leukosit akan
lebih tinggi. Bila jumlahnya lebih dari 12000 keadaan ini disebut dengan
leukositosis, namun bila kurang dari 5000 akan disebut dengan leukopenia.
Terdapat 2 golongan utama leukosit yaitu agranula dan granular. Leukosit
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
28
ii.
Monosit, yaitu sel sel agak besar yang megandung sitoplasma yang
lebih banyak. Monosit merupakan sel besar yang jumlahnya 3 hingga 8 %
dari leukosit normal darah. Diamernya 9 10 . bahan kromatin dalam inti
tersusun sebagai jala jala halus sehingga inti dapat terpulas gelap
seperti pada sajian hapusan pada limfosit. Monosit sering tampak seperti
jala jala atau berfakuola dan mengandung sejumlah granula azurofil.
Granula tersebut merupakan lisosom primer dan umumnya berjumlah
lebih banyak tetapi lebih kecil yang ada pada limfosit. Sitoplasma juga
mengandung beberapa retiklum endoplasma granular tetapi lebih sedikit
ribosom bebasnya dari pada yang terdapat didalam limfosit.
29
yang tidak teratur yang dihubungkan oleh benang benang kromatin yang
halus.
2) Basofil. Sel sel basofil dalam darah manusia hanya berjumlah 0,5 1 %
dari seluruh jumlah lekosit. Ukuran sel ini kurang lebih sama dengan
ukuran leukosit neutrofil, dengan batas inti yang tidak teratur dan sebagian
terbagi menjadi 2 lobus. Granular sitoplasma berbentuk bulat dan kasar
dengan ukuran yang berbeda beda.
3) Asidofil. Disebut juga dengan leukosit eosinofil. Jumlah normalnya kurang
lebih 2 4 % dari jumlah sel leukosit, dengan inti biasanya 2 lobus.
Sitoplasmanya mengandung granular kasar refraktil yang ukurannya
seragam. (Hoffbrand,2006)
darah
yaitu
memperlihatkan
gerakan
aktif
dan
sebagian
30
menjadi
kelipatan
duanya.
Pada
berbagai
stadium
dalam
oleh
hati
dan
ginjal. Trombosit
memiliki
reseptor
untuk
31
l (rentang 150-
(Hoffbrand,2006)
Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan agregasi
trombosit yang merupakan kejadian awal yang akan mengarah pada
pembentukan trombus selama hemostasis. Adhesi pada kolagen difasilitasi
oleh glikoprotein Ia. Glikoprotein Ib dan Iib / IIIa memiliki peranan penting
dalam perlekatan tromosit pada faktor fon willebrand (FWF) dan pada
subendotel faskular. Tempat perlekatan ini merupakan reseptor untuk
fibrinogen yang penting dalam agredasi trombosit. Membran plasma
berinfaginasi ke bagian dalam trombosit untuk membentuk suatu sistem
membran
terbuka
yang
menyediakan
permukaan
reaktif
yang
luas
32
yang
keseimbangan
merupakan
faktor-faktor
fasodilator
prokoagulan
penting.
dan
Pada
akhirnya,
antikoagulan
untuk
33
b. Struktur ginjal
Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang disebut neuron.
Setiap neuron berawal sebagai suatu berkas kapiler, yang di sebut glomerulus.
Plasma difiltrasi di sepanjang glomerulus melalui proses aliran yang deras dan
masuk ke tubulus nefron yang melengkung dan berkelok-kelok. Dari plasma yang
masuk ek dalam tubulus tersebut, hanya sebagian kecil yang diekskresi sebagai
urin. Plasma yang tidak disekresi sebagai urin, di bandingkan dengan plasma
yang masuk ke dalam tubulus melalui kapiler glomerulus, komposisi akhir dan
volumenya secara drastic diubah oleh proses reabsorbsi dan sekresi di ginjal.
(Corwin, 2009).
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
34
Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum
tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan linfatik, suplai saraf, dan ureter
yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urin di simpan
hingga dikeluarkan. Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk
melindungi struktur dalamnya yang rapuh. (Guyton, 2007).
c. Suplai Darah Ginjal
Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya sekitar 22% dari curah
jantung, atau 1100ml/menit. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilun dan
kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk arteri interlobularis,
arteri arkuata, arteri interlobularis (juga disebut arteri radialis), dan arteri aferen,
yang menuju ke kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat terlarut
kecuali protein plasma) di filtrasi untuk memulai pembentuka urin. Ujung distal
kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol eferen, yang
menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular, yang mengelilingi tubulus
ginjal. (Guyton, 2007).
d. Mikturisi
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelaah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan dua tahap utama : pertama, kandung kemih terisi
secara progresif hingga tegangan pada dindingnya menigkat malampaui nilai
ambang batas; keadaan ini akan mencetus tahap kedua; yaitu adanya reflex
saraf yang akan mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal setidaknya akan
menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun reflex mikturisi
adalah reflex medulla spinalis yang bersifat autonom, reflex ini dapat dihambat
atau difasilitasi oleh pusat-pusat korteks serebri atau batang otak. (Guyton,
2007).
Secara umum, urin normal berwarna kuning muda- warna kuning tua, jernih atau
sedikit keruh. Selain urobilin dan urokrom yang normal ada, warna urin dipengaruhi
juga oleh jenis makanan, kelainan metabolime, obat-obatan yang diberikan, unsur-unsur
sedimen dalam jumlah besar serta bakteri. Bau urin normal disebabkan oleh
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
35
perombakan protein, bau amoniak oleh perombakan ureum, dan bau aseton pada
ketonuria. pH urin normal kurang lebih 1500 mL/hari. Volume urin normal tergantung
kepada beberapa faktor seperti,umur, jenis kelamin, suhu badan, iklim, asupan
makanan/minuman, dan aktivitas.
Manifestasi klinik dari urin yaitu, poliuria adalah urin yang melebihi 3liter (rata-ratanya
1-2liter), menyebabkan diabetes mellitus, kekurangan ADH, dan tubular nekrosis akut.
Proteinuria adalah protein yang terdapat dalam urin lebih banyak. Jumlah protein urin
normal <100mg/hari, menyebabkan penyakit ginjal dan penyakit jantung. (Ganong,
2008)
36
PRAKTIKUM 1.
I.
METODE KERJA
- Waktu dan Tempat Praktikum
a. Waktu
:Sabtu, 5 April 2014; 14.30 WIT selesai
b. Tempat
:Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih.
-
:
Hemoglobinometer (Standard SAHLI)
Tabung SAHLI dengan skala g% atau gr/dL
Pipet SAHLI (20 mikron)
Pipet HCl 0,1 N
Selang penghisap
Batang pengaduk dari kaca
Sikat pembersih
b. Bahan
:
-
Prosedur Kerja
1) Tabung SAHLI diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai di angka 2
2) Sampel darah EDTA dihisap dengan pipet SAHLI sampai tepat di tanda 20
mikron
3) Bagian luar pipet SAHLI dibersihkan dengan kapas atau tissue kering secara
hati-hati
4) Sampel darah dari pipet SAHLI ditiup ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam
tabung SAHLI (Jangan sampai ada gelembung udara)
5) Pipet SAHLI dibilas dengan larutan HCl dalam tabung SAHLI (hati hati,
dihisap dan ditiup beberapa kali)
6) Agar terbentuk Hematin-Asam yang sempurna (minimal 95%) dibiarkan
selama 3-5 menit
7) Larutan Hematin-Asam dincerkan dan Aquabidest ditambahkan tetes demi
tetes sambil terus diaduk dengan pengaduk kaca hingga warna larutan sama
dengan warna standar pada Hemoglobinometer
8) Baca meniskus atas larutan pada tabung SAHLI (gr% atau gr/dL)
II.
37
a. Hasil Pengamatan
Rujukan
Normal
Perempuan Dewasa = 12 16 gr/dL
Nama
: Theresia Marlen Loinenak.
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama
: Sartika R. Safitri
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
38
39
Kesimpulan
-
40
PRAKTIKUM 2.
I. METODE KERJA
-
:
-
Spuit 3 mL
Pipet
Tabung Westergren
Botol-botol kaca
b. Bahan
:
-
Prosedur Kerja :
1) Sampel darah dihisap dengan menggunakan tabung Westergren sampai
skala 0.
2) Sampel darah yang telah dihisap dimasukkan ke dalam Natrium sitrat 3,8%.
Lalu hisap dan kemudian lepas secara berulang kali sebanyak 2-3 kali.
Terakhir hisap sampel darah sampai angka 0
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
41
SampelBA(thn)
(21
Sampel
thn)
15 mm/jam
3 mm/jam
B. Pembahasan
Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada
tahun 1921. LED merupakan pemeriksaan yang menggambarkan komposisi
plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma (Widodo, 2004). LED
adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet Westergren. Pada
peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma
yang terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
42
peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED
khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi.
Prinsip
dasar
pemeriksaan
LED
adalah
darah
dan
antikoagulan
dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED)
dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan
kecepatan
tertentu.
LED
merupakan
kecepatan
pengendapan
dengan
fibrinogen
(pada
beberapa
kasus
infeksi,
inflamasi,
dan
III. KESIMPULAN
-
Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat
tarikan gravitasi yang diimbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan.
43
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju endap
darah yang dianalisis dari kedua sampel wanita A dan B dengan menggunakan
metode Westergren memiliki kadar 3 mm/jam dan 15 mm/jam, sehingga
pemeriksaan LED yang dilakukan menunjukan bahwa laju endap darah tersebut
normal.
44
PRAKTIKUM 3.
HITUNG LEUKOSIT
I. METODE KERJA
-
b. Tempat
b. Bahan
:
-
Prosedur Kerja
1) Darah EDTA diambil dengan menggunakan Pipet Leukosit Thoma sampai
tanda 0,5
2) Kemudian larutan Turk dihisap sampai dengan tanda 11 menggunakan pipet
yang sama (Pipet Leukosit Thoma)
3) Lalu campuran darah dan larutan Turk dihomogenkan dengan cara
menggoyangkan pipet leukosit Thoma.
4) lalu 2-3 tetes campuran dibuang
5) Campuran larutan diteteskan pada kamar hitung/ hemositometer/ Improved
Neubauer
6) Capuran larutan diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10X.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
45
A
1
2
2
1
1
0
0
2
B
2 1
2 01 1
2 31 0
0 11 1
1 1
0
2
3
0
1
3
1
4
C
3
1
2
3
2
3
1
2
0
1
1
3
2
3
1
3
D
3
4
2
1
4
3
0
4
1
3
3
2
2
3
3
3
Jumlah kotak A
: 19
Jumlah kotak B
: 22
Jumlah kotak C
: 31
Jumlah kotak D
: 41 +
46
TOTAL
: 113
Perhitungan:
Misalnya jumlah leukosit dalam 4 kotak (kotak A-D) adalah N,
Volume 4 kotak = N = 4 x 1 mm x 1 mm x 0.1 mm = 0.4 mm3
Jumlah leukosit / mm3 =
x Dilusi x N
Dilusi merupakan nilai pengenceran darah EDTA terhadap larutan Turk yaitu 20
kali.
Maka, Jumlah leukosit
= 2.5 x 20 x N
= 50 x 113
= 5650 mm3
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Hitung Leukosit, metode yang digunakan adalah
metode kamar Hitung / improved bauers (Cara manual). Dengan metode ini para
praktikan haruslah sangat teliti untuk melihat leukosit di bawah mikroskop, karena
terkadang kamar hitung tidak terlihat terlalu jelas sehingga dibutuhkan ketelitian
yang tinggi. Pada percobaan mengenai hitung jumlah leukosit sampel yang dipakai
dari Marlen, digunakan darah yang diambil dari vena. Darah vena yang telah diambil
dimasukkan ke dalam tabung EDTA K.3 yang di dalamnya terdapat antikoagulan
sehingga darah tidak mengalami pembekuan. Setelah itu darah dimasukkan ke
dalam pipet leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat untuk kemudian ditambahkan
larutan turk sampai pada garis tanda 11 pada pipet. Larutan Turk adalah perpaduan
antara asam asetat glacial 1 % dan gentian violet 1 %. Karena leukosit bersifat tetap
stabil dalam larutan asam hingga kadar 3 %, asam asetat glacial digunakan untuk
hemolisis eritrosit. Sedangkan gentian violet digunakan untuk mewarnai leukosit.
Larutan turk dan darah didalam pipet leukosit harus dihomogenkan terlebih dahulu
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
47
sebelum digunakan agar larutan turk dan darah benar-benar tercampur dengan rata,
setelah itu campuran antara larutan turk dengan darah diteteskan ke dalam kamar
hitung untuk segera dilakukan perhitungan yang dilakukan di kamar hitung dilakukan
secara teratur mulai dari kiri ke kanan kemudian dari kanan ke kiri (alur zig-zag),
dengan pembesaran lensa 10X pada Mikroskop cahaya.
Setelah melakukan perhitungan terhadap jumlah leukosit didapatkan hasil
bahwa jumlah leukosit Orang Coba adalah normal, berkisar antara 5650 sel/L
darah, jumlah ini sesuai dengan referensi jumlah leukosit normal pada orang
dewasa sebanyak 5000 10.000 sel/L darah dengan rata-rata normal kadar 7.000
sel/L darah. (Sherwood, 2011)
III.
KESIMPULAN
Leukosit adalah satuan mobile pada system pertahanan Imun tubuh. Secara
spesifik, system imun berfungsi sebagai :
- Mempertahankan tubuh dari pathogen penginvasi
- Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh
- Berfungsi sebagai petugas kebersihan yang membersihkan sel-sel tua dan
-
sisa jaringan
Berfungsi esensial sebagai penyembuhan luka dan perbaikan jaringan
48
PRAKTIKUM 4.
I.
METODE KERJA
-
d. Tempat
Prosedur Kerja
1) Object Glass ditetesi 1 tetes darah Vena kira-kira 1 cm dari tepi.object glass.
2) Object glass lainnya dengan tepi yang rata dipilh sebagai
spreader/penggeser
3) Object glass yang telah ditetesi darah diletakkan di atas meja kerja. Lalu
Object glass lainnya (spreader) dipegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan, kemudian tepi dri kaca spreader diletakkan di dpan tetesan darah
dengan sudut 30-45 derajat.
4) Kaca Spreader di geser ke belakang sampai menyentuh tetesan darah.
Kemudian darah dibiarkan hingga menyebar sepanjang tepi kacaa spreader.
5) Kaca Spreader didorong ke ujung depan object glass dengan gerakan halus
hingga seluruh darah menyebar menjadi apusan yang tipis.
6) Sediaan diletakkan di bak pengecatan dengan posisi menghadap ke atas.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
49
II.
MACAM
JUML
AH
SEL
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
Basofil
Eosinofil
N.
16
48
Limfosit
28
Monosit
Jumlah
10
10
13
11
11
12
11
100
Batang
N.
Segmen
Basofil = 1%
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
50
Eosinofil = 3%
Neutrofil = 64%
Limfosit = 28%
Monosit = 4%
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan hitung jenis leukosit milik Theresia M. Loinenak per
100 sel leukosit, dapat dibandingkan dengan persentase normalnya sesuai
dengan tabel berikut ini:
Jenis Leukosit
Persentase normal
Persentase milik
Theresia
Basofil
0,5%
1%
Eosinofil
2-4%
3%
Neutrofil
60-70%
64%
Limfosit
28%
28%
Monosit
5%
4%
51
III.
KESIMPULAN
-
52
PRAKTIKUM 5.
HITUNG HEMATOKRIT
I.METODE KERJA
-
b. Tempat
b. Bahan
:
-
Spuit 3 mL
menit
Penggaris (sebagai skala pembaca hematokrit)
Prosedur Kerja
1) Pipet hematokrit diisi dengan sampel darah vena yang telah dicampur EDTA
sampai 3/4 tabung.
2) Ujung tabung dibakar (ujung yang bening kaca) dengan lampu spirtus atau
disumbat dengan sabun hingga benar benar tertutup.
3) Tabung yang telah dibakar ujungnya dimasukkan ke dalam sentrifuge dengan
kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Ujung tabung yang dibakar yang
diletakkan di bagian bawah.
53
4) Baca dengan skala hematokrit. Jika tidak ada skala hematokrit, pembacaan
dapat dilakukan dengan penggaris dan dipakai perhitungan sebagai berikut :
II.
Nama
: Theresia Marlen Loinenak
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
54
Nama
: Sartika R. Safitri
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B.
Dari hasil pengamatan kami, kadar eritrosit = 18
cm dan tinggi keseluruhan (eritrosit + plasma
darah)
45
cm.
B. Pembahasan
Pada hasil pengamatan kelompok kami, orang coba yang ke-1 (Theresia
Marlen Loinenak ) diperoleh kadar hematokrit (Hct / PCV) 53,06%, dan pada
orang coba yang ke-2 (Sartika R. Safitri) diperoleh kadar hematokrit (Hct /
PCV) 40%. Kadar normal hematokrit pada perempuan yaitu 38% - 48%. Jadi,
pada orang coba ke-1 diperoleh kadar hematokritnya meningkat, dan pada
orang coba ke-2 normal. Peningkatan kadar hematrokrit bisa disebabkan
karena : dehidrasi, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis,
emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar. Pada orang coba ke-1, hematokritnya meningkat
diperkirakan karena orang coba mengalami dehidrasi pada saat pemeriksaan
dilakukan. Faktor penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
55
hematokrit yaitu bisa karena pemasangan tourniquet yang terlalu lama dan
ketidak hati-hatian dari praktikan.
III.
KESIMPULAN
-
56
PRAKTIKUM 6.
HITUNG RETIKULOSIT
I.METODE KERJA
-
b. Tempat
Prosedur Kerja
1) 1 mL sampel darah vena dan 1 mL BCB di masukkan ke dalam botol kecil
2) Lalu campuran darah tersebut dihmogenkan dengan cara di aduk-aduk
3) Buat apusan darah kering dan basah (dalam praktikum ini cara basah yang
digunakan) dengan menggunakan darah tersebut
4) Cara membuat apusan basah yaitu teteskan 1 tetes larutan darah BCB dari
botol ke atas object glass, lalu tutup dengan cover glass dan pada tepi
diberikan vaselin agar tak mengering.
5) Denga perbesaran 100X periksalah darah di bawah mikroskop dengan
tambahan immersi oil
6) Hitung retikulosit dalam 1000 Eritrosit.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
57
II.
Hitung Retikulosit
Hitung Eritrosit
= 14
= 1000
B. Pembahasan
Jika terjadi peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal
mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan
yang diimbangi dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit
disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh
terhadap anemia tidak adekuat (sutedjo,2006). Penyakit yang disertai
peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit,
talasemia mayor, leukimia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif, kehamilan,
dan kondisi paska pendarahan berat. (Corwin, 2009)
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis
aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara
produksi eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS,
anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi
radiasi, hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.
(Sutedjo, 2006)
Dalam praktikum ini hasil Retikulosit yang didapat adalah normal yaitu
1,4% dari nilai normal retikulosit pada dewasa yaitu 0,5-1,5%. Dalam
praktikum bisa terjadi kesalahan yang biasanya diakibatkan oleh :
-
58
Salah Menghitung di daerah yang tidak tepat (terlalu padat atau terlalu
jarag)
III.
KESIMPULAN
-
59
PRAKTIKUM 7.
HITUNG TROMBOSIT
I.METODE KERJA
-
b. Tempat
b. Bahan
:
:
Spuit 3mL
Pipet
Object glass
Mikroskop
Methanol
Pewarnaan giemsa
Prosedur Kerja
1) Ambil sampel darah yang telah di masukan dalam tabung EDTA, kemudian
homogenkan.
2) Tetesi satu tetes darah di atas object glass yang bersih kira-kira 1cm dari
tepi.
60
3) Pilih sebuah object glass lainnya dengan tepi yang rata sebagai
spreader/pengeser
4) Letakkan object glass yang telah di tetesi darah di atas meja kerja. Lalu
pegang object glass lainnya (spreader/pengeser)dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kanan, letakkan tepi dari kaca pengeser di depan tetesan
darah dengan sudut 30-45.
5) Geser kaca pemulas (speader) kemudian kebelakang sampai menyentuh
tetesan darah. Biarkan darah menyebar sepanjang kaca pemulas(speader).
6) Dorong kaca pemulas (speader) ke ujung depan object glass dengan
gerakan halus sampai seluruh darah menyebar menjadi apusan yang tipis.
7) Letakkan sediaan di bak pengecatan dengan sediaan menghadap ke bagian
atas.
8) Tetes dengan methanol secukupnya untuk memfiksasi selama 5-10menit.
Buang kelebihan methanol dari sediaan.
9) Tetes dengan pewarnaan giemsa selama 25menit.
10)Bilas dengan air keran/aquades dan kemudian di keringkan.
11) Periksa sediaan apus di bawa mikroskop dengan pembesaran obyektif
100X dengan menggunakan immersi oil. Pilih sediaan di bagian yang
eritrositnya tidak saling menumpuk.
II.
61
KESIMPULAN
-
Pada praktikum kali ini ditemukan bahwa jumlah trombosit orang coba adalah
sebesar 317.000 l yang diperoleh dari 20 lapang pandang dengan 1000
jumlah eritrosit.
62
63
PRAKTIKUM 8.
I.METODE KERJA
-
b. Tempat
b. Bahan
:
-
Pipet tetes
Mikroskop
Kapas / tissue
Larutan Hayem
Prosedur Kerja
-
Hisap darah EDTA dengan menggunakan pipet eritrosit Thoma sampai tanda
0,5 dan encerkan dengan larutan hayem sampai tanda 11.
64
II.
: Theresia M.
: 20 tahun
Jumlah kotak A : 76
Jumlah kotak B : 76
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
65
Jumlah kotak C : 85
Jumlah kotak D : 90
Jumlah kotak E : 80
TOTAL
: 407
Perhitungan:
Jumlah eritrosit / cmm = Jumlah eritrosit dalam 5 kotak R (N) x 1/0,02 x 200
= N x 50 x 200
= N x 10000
= 407 x 10000 = 4590000 ( 4,07 x 106 /cmm)
= Normal
Indeks Eritrosit
66
2.
3.
Nilai normal
a. MCV :
b. MCH :
Dewasa
: 76-96 femtoliter
Neonatus
: 120 femtoliter
Dewasa
: 27-31 pikogram
Dewasa
: 32-37 gr/dL
Bayi
B. Pembahasan
Pada praktikum, untuk menghitung jumlah eritrosit sama seperti
menghitung jumlah leukosit hanya saja berbeda kamar hitungnya saja. Darah
dihisap sampai tanda 0,5, kemudian ditambahkan reagen hayem sampai tanda
batas. Tetesan ketiga yang sudah tercampur darah dan reagen diteteskan di
kamar hitung. Kemudian hitung dan lihat di mikroskop dengan perbesaran 40x.
Didapatkan jumlah eritrosit yaitu 407. Dari data tersebut, dapat ditentukan
kadar eritrosit yaitu 4,07 juta/L darah. Dapat disimpulkan bahwa jumlah
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
67
eritrosit pada sampel tersebut masuk dalam range normal kadar eritrosit
wanita.
Sedangkan untuk indeks eritrosit jumlah MVC masuk dalam range tinggi
dengan (98,2fl) perbedaan 2,2 fl dengan nilai batas akhir range normal (96fl),
jumlah MCH normal ( 27pg ) dan jumlah MCHC yang rendah (27,5gr/dL).
III.
KESIMPULAN
-
Hasil perhitungan eritrosit atau jumlah eritrosit normal (4,07 juta/L ), MCV
tinggi (
), MCH normal (
).
68
PRAKTIKUM 9.
I.
METODE KERJA
-
b. Tempat
:
-
Mikroskop
:
-
Immersi oil
Prosedur Kerja
1) Letakkan spesimen di atas meja benda mikroskop.
2) Tetesi permukaan sediaan dengan immersi oil.
3) Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100X.
69
II.
70
Gambar 3:
71
B. Pembahasan
I.
Eritrosit
Eritrosit merupakan sel darah merah yang merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan memiliki fungsi untuk mentranspor oksigen. Eritrosit
berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan berbentuk bundar. Sel ini bersifat
elastis
dan
memiliki
kemampuan
untuk
merubah
bentuk
sehingga
72
sintesis
hemoglobin
karena
adanya
defisiensi
besi,
c. Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan kelainan hematologi yang spesifik, yang
dimana akan dtemukan eritrosit yang berukuran tidak sama besar dalam
sediaan apusan darah tepi. Banyak ditemukan pada anemia mikrositik
yang bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
2. Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit
a. Ovalosit
pada kelainan ini eritrosit akan berbentuk lonjong, yang memiliki sel
dengan sumbu panjang kurang dari 2 kali sumbu pendek. Kelainan ini
ditemukan pada pasien yang mengalami kelainan yang diturunkan dan
mempengaruhi sitoskeleton eritrosit, yaitu pada kasus ovalositosis
herediter.
b. Sferosit
Kelainan ini membuat eritrosit akan berbentuk bulat atau mendekati bulat.
Sel ini tidak memiliki sitosol karena adanya kelainan dari sitoskeleton dan
membran ertrosit.
73
c. Schistocyte
Pada kelainan ini, eritrosit akan berbentuk seperti fragmen yang berukuran
kecil dan bentuknya tidak teratur, serta berwarna lebih tua. Ditemukan
pada kasus anemia hemolitik.
d. Teardrop Cells(Dacrocytes)/Lakrimosit
kelainan ini membuat eritrosit akan berbentuk seperti buah pir. Kelainan ini
terjadi karena adanya fibrosis sum-sum tulang atau diseritropoesis berat.
Banyak ditemukan pada kasus talasemia mayor, myelofibrosi idiopati.
e. Blister cells
kelainan ini membuat eritrosit memiliki satu atau lebih lepuhan dan
vakuola yang mudah pecah dan bila pecah akan membuat sel dapat
menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik
mikroangiopati.
f. Ekinosit/burr cells
kelainan ini membuat eritrosit memiliki tonjolan 1 atau lebih pada membran
dinding sel kaku. Terdapat pula duri-duri pada permukaan membran yang
berukuran bervariasi dan menyebabkannya sensitif terhadap pengaruh
dari dalam maupun luar sel. Banyak ditemukan pada kasus sirosi hati
yang disertai dengan anemia hemolitik, hemangioma hati dan hepatitis
pada neonatus.
g. Sickle Cells (Drepanocytes)
eritrosit akan berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis
congenital, anemia sel sabit dan anemia hemolitik.
h. Stomatocyte
74
defisiensi
glutsthione, sferosis
75
suatu granula yang berbentuk ramping/bulat, berwarna biru tua. Sel ini sult
ditemukan karena distribusinya jarang.
b. Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung polimer rantai beta Hb A,
dengan pewarnaan BCB yang nampak berwarna biru.
c. Heinz Bodies
benda inklusi berukuran 0,2-22 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan
crystal violet/BCB.
Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang mengandung inti. Dalam darah manusia
normal terdapat jumlah leukosit rata rata 5000 sampai 9000 sel / mm 3 . pada
anak anak dan pada keadaan patologis jumlah leukosit akan lebih tinggi. Bila
jumlahnya lebih dari 12000 keadaan ini disebut dengan leukositosis, namun
bila kurang dari 5000 akan disebut dengan leukopenia. Terdapat 2 golongan
utama leukosit yaitu agranula dan granular. Ditemukan adanya segmen
neutrofil (PMN) merupakan bagian dari sel darah putih kelompok granulosit. Di
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011
76
proses
peradangan.
menggunakan
berbagai
Neutrofil
substansi
akan
beracun
menyerng
yang
patogen
mengandung
dengan
bahan
l (rentang
III.
KESIMPULAN
-
77
Ditemukan pula adanya segmen neutrofil (PMN) merupakan bagian dari sel
darah putih(leukosit) kelompok granulosit.
78
I.METODE KERJA
-
b. Tempat
:
-
b. Bahan
Mikroskop
Tabung reaksi
Gelas beker
Spirtus
Reagen benedict
Asam asetat 6%
79
Prosedur Kerja
1) Masukkan 5mL urin yang telah dihomogenkan ke dalam tabung sentrifuge.
2) Tabung sentrifuge yang telah berisi sampel urin di pusingkan (di sentrifuge)
dengan kecepatan 2000 rpm selama 10menit.
3) Cairan di bagian atas dipindahkan ke tabung I dan tabung II masing-masing
untuk pemeriksaan glukosa urin (reduksi urin) dan pemeriksaan protein urin
dengan gerakan yang agak cepat. Kemudian tabung sentrifuge dibiarkan
tegak kembali.
4) Tabung I untuk pemeriksaan glukosa urin (reduksi urin)
-
Cairan urin di bagian atas yang sudah di sentrifuge dipindahkan ke tabung II.
80
II.
Sesudah 2
81
Sebelum 1
Sesudah 1
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pemeriksaan urin dilakukan untuk
mengetahui
KESIMPULAN
-
Kelompok
kami
menyimpulkan,
bahwa
hasil
yang
ditunjukkan
dari
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Price, SA., Wilson, LM., 2013. Patofisiologi Volume 1 Edisi 6. EGC. Jakarta.
Seldon, M., 1998. Erythrocyte Sedimentation Rate.
Http://Www.Haps.Nsw.Gov/Edrsrch/Edinfo/Esr.Html. 12 Januari 2012.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi Ke-6. EGC.
Jakarta
Sutedjo, AY. 2006.Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium.
Amara Books. Yogyakarta.
Widodo, HP., 2004. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
84