Anda di halaman 1dari 84

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Penentuan Kadar Hemoglobin

a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan Hb dengan Metode


Hematin Asam (SAHLI).
b. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan Hb.

2. Pemeriksaan Laju Endap Darah


a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan LED dengan metode Westergren.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan LED dengan
metode Westergren.

3. Hitung Leukosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hitung leukosit dengan
metode Hemositometer/ Kamarhitung/ Improved Neubauer.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan hitung leukosit
dengan metode Hemositometer/Kamarhitung/Improved Neubauer.

4. Hitung Jenis Leukosit


a. Mahasiswa dapat membuat sediaan apusan darah tepi yang baik.
b. Mahasiswa dapat mewarnai sediaan apusan darah tepi.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

c. Mahasiswa dapat menghitung jenis leukosit.

5. Hitung Hematokrit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hematokrit dengan
Metode Mikrohematokrit.
b. Mahasiswa dapat menginterprestasikan hasil pemeriksaan hematokrit dengan
Metode Mikrohematokrit.

6. Hitung Retikulosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan retikulosit.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan retikulosit.
7. Hitung Trombosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan trombosit.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan trombosit.

8. Hitung Eritrosit
a. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pemeriksaan hitung eritrosit dengan
Metode Kamar Hitung / Improved Nuebauer.
b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasilpemeriksaan hitung eritrosit.

9. Evaluasi Apusan Darah Tepi


a. Mahasiswa mampu mengevaluasi apusan sel darah merah, sel darah putih,
dan trombosit yang patologis.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

b. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

10. Pemeriksaan Urin


a. Menentukan adanya kelainan ginjal dan saluran-salurannya.
b. Menentukan beratnya kelainan ginjal dan saluran-salurannya.
c. Pemantauan penyakit

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

LANDASAN TEORI

1. Penentuan Kadar Hemoglobin

Rujukan Kadar Hemoglobin Normal:


a. Laki-laki dewasa = 13,5 18 gr/dL
b. Perempuan Dewasa = 12 16 gr/dL
c. Bayu baru lahir = 12 -24 gr/dL
d. Anak usia 6 bulan 4 tahun = 10 -15 gr/dL
e. Anak usia 5 14 tahun = 11 16 gr/dL
Komponen darah
Darah manusia mempunyai berat kurang lebih sebesar 8% dari berat tubuh
manusia. Darah terdiri atas sel-sel, pecahan-pecahan sel dan suatu larutan yang
bersifat cair,yaitu plasma.
A Fungsi
Darah merupakan alat transport, mempertahankan lingkungan dalam tubuh agar
terjaga konstan (homeostasis) dan berperan penting pada pertahanan tubuh
terhadap bahan-bahan asing.

Transpor : darah mengangkut zat-zat makanan yang diserap dari usus ke


dalam hati dan organ-organ tetap terpelihara dengan baik.Selain itu darah
mengambil produk akhir metabolisme dari jaringan dan membawanya ke paruparu,hati dan ginjal untuk diekskresikan.

Homeostasis : keseimbangan asam-basa diatur juga oleh darah, bekerja


sama dengan paru-paru,hati dan ginjal.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

Pertahanan tubuh : bila molekul-molekul dan sel-sel asing masuk ke dalam


organisme, segera tubuh membentuk pertahanan baik berupa mekanisme
tidak spesifik maupun spesifik. Yang termasuk sistem pertahanan tubuh
spesifik adalah sel-sel sistem imun dan antibodi.

Perlindungan sendiri : untuk menghindari kehilangan darah pada luka


pembuluhdarah,

darah

mempunyai

suatu

sistem

yang

bekerja

menggumpalkan darah dan menghentikan perdarahan secara fisiologik


mostasis.
B Unsur seluler
Unsur-unsur padat darah adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
putih) dan trombosit (keping-keping darah).
Yang termasuk leukosit adalah berbagai bentuk dari granulosit, monosit, dan
limfosit. Jenis-jenis lekosit tersebut dapat dibedakan melalui bentuk, fungsi dan
tempat pembentukannya.
Trombosit merupakan pecahan-pecahan sel yang berasal dari sel-sel awal yang
besar di dalam sumsum tulang, yaitu megakariosit. Fungsinya yang terpenting
adalah merangsang penggumpalan darah. (Koolman & Klaus, 2001)
Komponen utama eritrosit adalah hemoglobin (Hb) protein. Sintesis hemoglobin
dalam eritrosit berlangsung dari stadium perkembangan eritroblas sampai retikulosit.
Fungsi utama hemoglobin adalah transpor O 2 dan CO2. Konsentrasi hemoglobin
darah diukur berdasarkan intensitas warnanya menggunakan fotometer dan
dinyatakan dalam gram hemoglobin / seratus milliliter darah (g / 100 mL) atau gram /
desiliter (g / dL). (Price & Wilson, 2013)

2. Pemeriksaan Laju Endap Darah


Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR)
atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE)
adalah kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di dalam tabung berisi darah yang
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam. (Bridgen, 1999; Desai & IsaPratt, 2000; Norderson, 2004)
Laju endap darah juga didefinisikan sebagai kecepatan pengendapan sel-sel
eritrosit dalam plasma. (Burns, 2004)
Hasil pemeriksaan LED digunakan sebagai penanda non spesifik perjalanan
penyakit, khususnya memantau proses inflamasi dan aktivitas penyakit akut.
(Seldon, 1998; Pohan, 2004)
Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam
seseorang,

baik

inflamasi

akut

maupun

kronis,

atau

tubuh

adanya kerusakan

jaringan. (Estridge, 2000; Norderson, 2004)


Metode Westergren adalah metode pengukuran LED paling memuaskan yang
hingga saat ini masih digunakan di klinik. (Bridgen, 2004; Pohan, 2004)
Pemeriksaan LED walaupun mempunyai keterbatasan dan saat ini telah banyak
ditemukan berbagai penanda spesifik proses inflamasi, tetapi masih digunakan
secara luas untuk pemeriksaan skrining dan pemantauan berbagai penyakit
infeksi, autoimun, keganasan dan berbagai penyakit berdampak pada protein
plasma dan LED. (Bridgen, 1999; Jou, 2011)
Proses pengendapan eritrosit dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal
dimulai dengan pembentukan rouleaux yang berlangsung 10 menit; tahap ke-2
adalah pengendapan rouleaux dengan kecepatan konstan selama 40 menit;
dan tahap ke-3 yaitu pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang melambat
selama 10 menit, di mana pada tahap ini sel-sel eritrosit mengalami proses
agregasi dan pemadatan di dasar tabung. (Lewis, 2001; Morris & Davey, 2001)
Maka pembacaan hasil pemeriksaan darah adalah 1 jam setelah tabung
Westergren yang telah berisi sampel darah diletakkan tegak lurus pada raknya.
Nilai rujukan normal LED wanita dewasa 0-20 mm/jam (wanita usia > 50 tahun 030 mm/jam), pria dewasa 0-15 mm/jam (pria usia > 50 tahun
anak-anak

0-10

mm/jam,

Dunning III, 2009)


Prinsip dasar pemeriksaan
pengendapan

partikel

padat

dan
LED

neonatus
adalah

0-2

0-20

mm/jam),

mm/jam. (Fischbach &

pengendapan,

ke dasar tabung dalam

yaitu

proses

suatu cairan darah.

Sampel darah yang telah diberi antikoagulan, bila dibiarkan pada suhu ruang
20-25C, dalam suatu tabung yang diletakkan tegak pada raknya, maka sel-sel

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

eritrosit akan mengendap ke dasar tabung secara perlahan-lahan dan terpisah


dari plasma. (Estridge, 2000)
Kecepatan pengendapan eritrosit ditentukan oleh interaksi antara dua gaya fisik
yang berlawanan, yaitu tekanan ke bawah akibat gaya gravitasi bumi dan
tekanan ke atas akibat perpindahan plasma. Gaya gravitasi pada keadaan normal
nilainya relatif kecil karena pengendapan eritrosit diimbangi oleh reaksi gaya
ke atas plasma. Kecepatan LED juga dipengaruhi oleh muatan zeta potential.
Zeta potential adalah muatan negatif pada permukaan eritrosit sehingga terjadi
gaya saling tolak menolak antar sel-sel eritrosit. (Pohan, 2004)
Pengukuran LED secara manual membutuhkan sampel darah yang diberi
antikoagulan,

yang

ditempatkan

di

dalam

tabung

dengan

ukuran

tertentu, kemudian didiamkan pada posisi tegak lurus selama satu jam. Setelah
satu jam, jarak antara meniskus bagian plasma (skala nol) dengan batas
atas endapan eritrosit diukur dalam satuan milimeter (mm), lalu dilaporkan.
(Estridge et al, 2000; Pohan, 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi LED antara lain faktor plasma, faktor eritrosit,
dan faktor teknis yang saling punya keterkaitan satu dengan lainnya.
3. Hitung Leukosit
Leukosit adalah satuan mobile pada system pertahanan Imun tubuh. Leukosit
dan turunan-turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma, membentuk
system

imun,

suatu

system

pertahanan

internal

yang

mengenali

dan

menghancurkan atau menetrlkan benda-benda dalam tubuh yang asing bagi diri
normal. Secara spesifik, system imun berfungsi sebagai :
-

Mempertahankan tubuh dari pathogen penginvasi


Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh
Berfungsi sebagai petugas kebersihan yang membersihkan sel-sel tua dan sisa

jaringan
Berfungsi esensial sebagai penyembuhan luka dan perbaikan jaringan
Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan strategi cari

dan hancurkan; yaitu, sel-sel ini pergi ke tempat invasi atau kerusakan jaringan.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

Penyebab utama Leukosit berada di dalam darah adalah agar cepat diangkut dari
tempat produksi atau penyimpanannya ke tempat manapun yang membutuhkannya.
Semua Leukosit pada akhirnya berasal dari sel punca multipoten (memiliki
banyak potensi) tak berdeferesiansi yang juga mengahasilkan eritrosit dan
trombosit di sumsum tulang merah.
Jumlah total leukosit dalam keadaan normal berkisar dari 5 juta hingga 10 juta
per milimiter darah, dengan rerata 7 juta sel/ml, yang dinyatakan sebagai Hitung
sel darah putih

rerata 7000/mm3. Leukosit merupakan sel darah yang paling

sedikit jumlahnya (Leukosit 1 : 700 Eritrosit), bukan karena yang diproduksi lebih
sedikit tetapi karena sel-sel ini hanya transit di darah. Dalam keadaan normal,
sekitar dua pertiga leukosit dalam darah adalah granulosit, terutama neutrofil,
sementara sepertiga sisanya adalah agranulosit, terutama limfosit. Namun, jumlah
total sel darah putih dan presentase masing-masing tipe dapat sangat bervariasi
untuk memenuhi kebutuhan pertahanan tubuh yang terus berubah.
Meskipun kadar leukosit darah dapat bervariasi namun perubahan kadar ini
biasanya terkontrol dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan tubuh. Namun, dapat
terjadi kelainan dalam produksi leukosit yang berada di luar kendali; yaitu, SDP
yang dihasilkan mungkin terlalu banyak atau terlalu sedikit. Sumsum tulang dapat
sangat memperlambat atau bahkan menghentikan produksi sel darah putih jika
terpajan ke bahan kimia toksik tertentu atau radiasi berlebihan.
Salah satu konsekuensi utama leukemia, suatu kanker yang menyebabkan
poliferasi tak terkendali SDP, adalah berkurangnya kemampuan pertahanan
terhadap invasi organisme asing. Pada leukemia, hitung SDP dapat mencapai
500.000/mm3, dibandingkan nilai normal yaitu 7000/mm 3; tetapi karena sebagian
besar dari sel ini abnormal atau imatur maka mereka tidak dapat melaksanakan
fungsi pertahanan normal.
Dengan alat hitung sel otomatis (elektronik) maka perhitungan sel menjadi lebih
mudah, cepat, dan teliti dibandingkan dengan cara manual. Walaupun demikian
hitung sel secara manual masih dipertahankan. Karena salah satu keuntungannya
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

ialah hitung sel cara manual dapat dilakukan di laboratorium yang tidak ada aliran
listrik. Disamping itu harga sebuah alat hitung selotomatis cukup mahal dan
mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang sangat cermat.Selain itu perlu
ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu bekerja dalam satu program jaminan
mutu (quality control). Tetapi cara menghitung sel darah secara manual
denganmemakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya dalam laboratorium.
Perhitung jumlahleukosit cara automatik sampel yang digunakan sangat sedikit dan
ada kemungkinan kesalahandalam pengenceran dan sampling. Karena darah
mengandung lebih sedikit leukosit dibandingeritrosit, pengencerannya lebih kecil
dan volume sampel yang digunakan lebih besar.Hampirsemua laboratorium besar
menggunakan cara automatik untuk menghitung leukosit, baik dengan cara
menghitung partikel secara elektronik maupun dengan prinsip pembauran
cahaya,yang disebut dengan prinsip. (Sherwood, 2011)

4. Hitung Jenis Leukosit


Leukosit, disebut juga sel darah putih, merupakan unit system pertahanan tubuh
yang mobil. Manfaat sel darah putih yang sesungguhnya ialah sebagian besar diangkut
secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, dengan
demikian menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap agen-agen infeksius.
a. Jenis-jenis Sel Darah Putih
Ada enam macam sel darah putih yang biasa ditemukan dalam darah. Keenam
sel tersebut adalah neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil
polimorfonuklear, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain itu,
terdapat sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari sel jenis lain yang
serupa dengan sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yaitu
megakariosit. Ketiga tipe pertama sel-sel ini, yaitu sel-sel polimorfonuklear,
seluruhnya mempunyai gambaran granular, karena alasan itu sel-sel tersebut
disebut sel-sel granulosit, atau dalam terminology klinis disebut poli, karena intinya
yang multiple.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

i. Neutrofil
Neutrofil merupakan jenis leukosit terbanyak dalam darah normal. Diameternya 1215m pada sediaan apus darah dengan inti yang terdiri atas 2-5 lobus yang
dihubungkan oleh jembatan inti yang halus. Sitoplasma neutrofil mengandung 2
jenis granul utama, yaitu granul spesifik yang lebih banyak dan granul azurofil yang
merupakan lisosom khusus dengan komponen untuk membunuh bakteri yang
ditelan.
ii. Eosinofil
Eosinofil jauh lebih sedikit daripada neutrofil. Pada sediaan apus darah, sel ini
berukuran kurang lebih sama dengan neutrofil dan mengandung inti bilobus yang
khas. Cirri utama untuk mengenalinya adalah sejumlah besar granul spesifik
berukuran besar dan lonjongyang terpulas dengan eosin.
iii. Basofil
Basofil juga berdiameter 12-15m, tetapi membentuk kurang dari 1% leukosit darah
sehingga basofil sukar ditemukan pada apusan darah normal. Intinya terdiri dari 2
atau lebih lobuli irregular, tetapi granul-granul spesifik besar yang berada di atasnya
biasanya mengaburkan bentuk inti tersebut.
iv. Limfosit
Limfosit merupakan suatu family leukosit dengan inti berbentuk sferis. Limfosit dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan molekul-molekul permukaan yang
khas, yaitu limfosit T, limfosit B, dan sel Natural Killer. Kebanyakan limfosit dalam
darah berukuran kecil dengan diameter 6-8m; limfosit berukuran sedang dan besar
berdiameter 9-18m.
v. Monosit
Monosit adalah agranulosit yang berasal dari sumsum tulang dengan variasi
diameter antara 12-20m. intinya besar, terletak agak eksentris, dan dapat
berbentuk lonjong, berbentuk ginjal, atau berbentuk seperti huruf U. kromatinnya
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

10

kurang padat ketimbang pada limfosit dan terpulas lebih terang ketimbang kromatin
limfosit besar. (Guyton, 2007; Mescher, 2011)
b. Konsentrasi Berbagai Macam Sel Darah Putih dalam Darah
Manusia dewasa mempunyai sekitar 6000-10.000 sel darah putih per mikroliter
darah. Persentase normal berbagai jenis sel darah putih dari jumlah total sel darah
putih kira-kira sebagai berikut: (Mescher, 2011)
Neutrofil polimorfonuklear

60-70%

Eosinofil polimorfonuklear

2-4%

Basofil polimorfonuklear

0,5%

Monosit

5%

Hematokrit (Hct) atau volume

Limfosit

28%

packed cell, merupakan volume

5. Hitung Hematokrit

darah lengkap yang terdiri dari


eritrosit. Pengukuran ini merupakan persentase eritrosit dalam darah lengkap
setelah specimen darah disentrifugasi, dan dinyatakan dalam millimeter kubik
packed cell / 100 mL darah atau dalam volume / dL. Hasil dari hitung sel darah
merah, konsentrasi hemoglobin, dan hematokrit digunakan untuk menghitung indeks
eritrosit,

yang

mencerminkan

ukuran

eritrosit,

kadar

hemoglobin,

dan

konsentrasinya. (Price & Wilson, 2013)


Parameter Hematokrit ( Hct / PCV) :
Laki-laki

: 40% - 52%

Perempuan Sel: Darah


38% - Merah.
48%
Karakteristik
(Corwin, 2011)
Sel darah merah berukuran kecil, berbentuk discus biconcave (dua sisi) seperti
donat tanpa lubang di tengahnya. Area permukaan sel darah merah yang tinggi
memungkinkan untuk proses difusi tetap oksigen dan karbondioksida, sementara
ukuran yang kecil (berdiameter 7 m) dan relative fleksibel memungkinkan SDM
untuk menyelip masuk ke dalam pembuluh kapiler bahkan yang berukuran terkecil
tanpa kerusakan. Dalam sampel darah, presentase darah yang diambil adalah SDM
disebut hematokrit, yang biasanya memiliki perkiraan rentang dari 36% sampai 52%
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

11

bergantung usia dan jenis kelamin. Konsentrasi hemoglobin dalam sampel darah
(gram/100 mL) biasanya kira-kira satu per tiga hematokrit. Sel darah merah
dideskripsikan secara klinis menurut ukuran dan jumlah hemoglobin didalam sel.
Akhiran sitik menggambarkan ukuran, dan akhiran kromik menggambarkan
konsentrasi hemoglobin dalam sel. Rerata volume korpuskular atau mean
corpuscular volume (MCV) adealah ukuran volume dalam mikrokubik untuk satu sel
darah merah MCV paling sering digunakan sebagai penanda apakah sel berukuran
normal, kecil, atau besar dan digunakan secara klinis untuk menentukan jenis
anemia.

Normositik : sel berukuran normal (MCV 87 103 fL / sdm atau m 3 / sdm).

Mikrositik : sel berukuran terlalu kecil (MCV < 87 m 3 / sdm).

Makrositik : sel berukuran terlalu besar (MCV > 103 m 3 / sdm)

Hipokromik : sel dengan jumlah hemoglobin terlalu sedikit.

Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin normal.

Hiperkromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak.

6. Hitung Retikulosit

Jika kebutuhan akan produksi Eritrosit tinggi (misalnya setelah perdarahan) maka
sumsum tulang dapat mengeluarkan sejumlah besar eritrosit imatur yang disebut
retikulosit ke dalam darah untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cepat. Selsel imatur ini dapat dikenali dengan teknik pewarnaan yang menyebabkan sisa
ribosom dan organel yang belum dikeluarkan terlihat. Keberadaan retikulosit di atas
kadar normal 0,5-1,5% (Dewasa) dari jumlah total eritrosit dalam darah menunjukan
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

12

peningkatan kecepatan aktivitas eritropoietik. Pada kecepatan yang sangat tinggi,


lebih dari 30% sel darah merah dalam darah masih berada dalam tahap retikulosit
imatur. Untuk kadar normal Retikulosit Bayi baru lahir adalah 2,5-6,5% dari seluruh
eritrosit sedangkan untuk Anak-anak adalah 0,5-2,0% dari seluruh eritrosit.
(Sherwood, 2011)
Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan
untuk

mendiagnosis

anemia.

Banyaknya

retikulosit

dalam

darah

tepi

menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di


darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan
keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.

7. Hitung Trombosit

Trombosit merupakan potongan-potongan sitoplasma dari sel darah putih khusus


yang berasal dari sum-sum tulang yang disebut megakariosit. Trombosit akan lebih
banyak terdapat pada daerah yang mengalami peradangan. Pada daerah yang
mengalami cedera atau trauma, trombosit akan melekat pada dinding pembuluh
darah dan membentuk gumpalan yang disebut dnegan trombus. Perlekatan ini akan
membuat trombosit menjadi aktif dan melepaskan beberapa mediator kimia
termasuk serotonin dan histamin. Hal ini akan menurunkan secara sementara aliran
darah dan perdarahan. Akan terjadi vasokonstriksi ini terjadi secara singkat dan
segera darah akan kembali mengalir dan membawa sel darah putih lain ke daerah
yang mengalami cedera. Bila cederanya kecil, trombus biasanya cukup untuk
memfasilitasi penyembuhan. Trombosit beredar dalam darah selama 10 hari
sebelum menjadi inaktif dan difagositosis oleh neutrofil dan monosit. Seseorang
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

13

yang memiliki trombosit sangat rendah beresiko tinggi mengalami perdarahan


(hemoragik)kecil multipel pada kulit dan di seluruh tubuh. (Freund, 2011)
Trombosit berperan penting dalam kedua proses hemostasis. Trombosit dalam
keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah tanpa menempel
di sel-sel endotel vaskular. Akan tetapi, dalam beberapa detik setelah kerusakan
suatu pembuluh darah, trombosit akan tertarik kepada daerah tersebut sebagai
respon terhadap kolagen yang terpajan di lapisan subendotel pembuluh daha yang
mengalami kerusakkan. Trombosit akan melekat pada protein (disebut faktor von
wilebrand) yang menunjukkan adanya kerusakkan pada permukaan pembuluh
darah, dan mengeluarkan beberapa zat kimia vasoaktif termasuk serotonin dan
adesonindifosfat (ADP). Serotonin menyebabkan vasokonstriksi, yang membantu
penurunan aliran darah ke area cedera sehingga membatasi pendarahan.
Serotonin, ADP dan zat kimia lainnya juga menyebabkan trombosit berubah bentuk
dan menjadi lengket, dimulai dengan proses pembentukkan yang disebut sumbat /
plag trombosit di dalam pebuluh darah yang rusak. Trombosit lainnya ditarik ke area
luka dan selanjutnya membentuk sumbatan. Tromboksan A2 dihasilkan dari
trombosit dan membantu menarik lebih banyak trombosit ke area yang mengalami
cedera. Fibrinogen, adalah suatu protein plasma yang bersirkulasi menghubungkan
antara area ya g terpajan trombosit, menghasilkan suatu jembatan untuk membantu
menstabilisasi sumbatan yang terbentuk. Sumbatan tersebut secara efektif akan
menambal daerah yang mengalami cedera. Jika terjadi defisiensi, salah satu faktor
yang telibat dalam proses pembekuan akan menyebabkan perdarahan berlebih
bahkan pada robekan kapiler yang halus sekalipun.
Penimbunan trombosit yang berlebih dapat menyebabkan penurunan aliran
darah ke jaringan yang memanjang atau mengakibatkan sumbatan menjadi sangat
besar sehingga erlepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sembagai embolus,
sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera akan melepas zat lain yang dapat
membatasi agregasi trombosit. Zat utama yang dilepas sel-sek endotel terdekat
yang

tidak

cedera

tersebut

untuk

membatasi

agregasi

trombosit

adalah

prostaglandin I2 yang juga disebut prostasiklin, dan oksidanitrat yang merupakan


vasodilator penting. Pada akhirnya, keseimbangan faktor-faktor prokoagulan dan
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

14

antikoagulan untuk menyeimbangkan trombosit aktif di area cedera sekaligis


mencegah agregasi trombosit yang berlebihan dan mencegah sumbatan trombosit
akan menyebar ke daerah vaskular yang tidak cedera. (Hoffbrand,2006)

Produksi Trombosit
Trombosit dihasilkan dalam sum sum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Prekursor megakariosit megakarioblast mucul melalui proses
diferensiasi dari sel induk hemokoietik. Megakariosit akan mengalami pematangan
dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron dengan memperbesar volume
sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Pada
berbagai stadium dalam perkembangannya, sitoplasma akan menjadi granular dan
trombosit akan dilepaskan.Produksi trombosit mengikuti pebentukaan mikrovesikel
dalam sitoplasma sel yang menyatu dan membentuk membran pembatasan
trombosit. Setiap megakariosit akan menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval
waktu semenjak diferensiasi sel induk hingga produksi trombosit berkisar sekitar 10
hari. Trombopoietin merupakan pengatur utama produksi trombosit yang dihasilkan
oleh hati dan ginjal. Trombosit memiliki reseptor untuk trombopoietin (C-MPL) dan
mengeluarkannya dari sirkulasi. Oleh sebab itu, kadar trombopoietin akan tinggi
apabila terjadi trombositopenia karena adanya aplasia sum sum tulang.
Trombopoetin akan meningkatkan jumlah dan kecepatan kematangan dari
megakariosit. Jumlah trombosit akan mulai meningkat 6 hari setelah dimulainya
terapi dan tetap akan meningkat selama 7 hingga 10 hari. Interleukin 11 dapat
meningkatkan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Jumlah trombsit normal adalah
sekitar 250 x 10 9 / liter (rentang 150-400 x 10 9 / liter dan lama hidup trombosit yang
normal adalah 7 10 hari. (Hoffbrand,2006)

Struktur trombosit
Ultra struktur trombosit digambarkan pada gambar berikut ini:
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

15

Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan agregasi


trombosit yang merupakan kejadian awal yang akan mengarah pada pembentukan
trombus selama hemostasis. Adhesi pada kolagen difasilitasi oleh glikoprotein Ia.
Glikoprotein Ib dan IIb / IIIa memiliki peranan penting dalam perlekatan tromosit
pada faktor von willebrand (VWF) dan pada subendotelvasular. Tempat perlekatan
ini merupakan reseptor untuk vibrinogen yang penting dalam agredasi trombosit.
Membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit untuk membentuk suatu
sistem membran terbuka yang menyediakan permukaan reaktif yang luas
merupakan tempat protein koagulasi plasma akan diabsorpsi secara selektif.
Fosfolipit mebran sangat penting dalam konversi faktor koagulasi X menjadi Xa dan
protrombin menjadi trombin. Dibagian dalam trombosit terdapat kalsium, nukleotida
dan ATP, ADP dan serotomi yang terkandung dalam granula padat elektron. Granula
spesifik mengandung antagonisheparin, faktor pertumbuhan yang berasal dari
trombosit, - tromboglogulin, vibrinogen, vWF, dan faktor pembekuan lain. Granula
padat lebih sedikit jumlahnyadan mengandung ADP, ATP, 5 hidroksitriptamin dan
kalsium. Organel spesifik lain meliputi lisosom yang mengandung enzim hidrolitik
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

16

dan peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi pelepasan, isi granula
akan dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular. (Hoffbrand,2006)

Antigen Trombosit
Beberapa protein permukaan trombosit merupakan antigen penting dalam
autoimunitas yang spesifik terhadap trombosit yang disebut antigen trombosit
manusia (human platelet antigen, HPA) trombosit mengeksperikan antigen ABO dan
antigen leokisut manusia (HLA kelas I, namun tidak mengekspresikan HLA kelas II).
(Hoffbrand,2006)

Fungsi Trombosit
Fungsi utama dari trombosit ialah membentuk sumbatan mekanik selama respon
hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Bila tidak adanya trombosit dapat
terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit
berupa adhesi, sekresi, agredasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulan sangat
berperan peting dalam fungsi trombosit. (Hoffbrand,2006)
Reaksi pelepasan trombosit
Pemajanan kolagen (kerja trombin) menyebabkan sekresi isi granula trombosit,
yang meliputi ADP, serotonin, fibrinogen, enzim lizosom, -tromboglobulin, dan
faktor penetral heparin (faktor trombosit, faktir trombosit 4). Kolagen dan trombin
mengaktifkan sintesis prostaglandin trombosit. Terjadi pelepasan diasilgliserol (yang
mengaktifkan fosforilase protein melalui protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang
menyebabkan pelepasan ion kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan
pembentukkan suatu senyawa yang labil yaitu tromboksan A2, yang menurunkan
kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) dalam trombosit serta mencetuskan reaksi
pelepasan. (Hoffbrand,2006)

Reaksi pelepasan trombosit ini digambarkan pada gambar berikut :


KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

17

Tromboksan A2 tidak hanya memperkuat agregasi trombosit, namun juga


mempunyai aktivitas vasokonstriksi yang kuat. Reaksi pelepasan dihambat oleh zatzat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit. Salah satu zat yang berfungsi
demikian adalah prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh sel endotel vaskular.
Prostasiklin (PGI2) merupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat dan mencegah
deposisi trmbosit pada endotel vaskular normal. (Hoffbrand,2006)

Agregasi Trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepasakan dapat menyebabkan makin banyaknya
trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan
trombosit membesar dan akan mendorong membran trombosit pada trombosit yang
berdekatan untuk melekat satu sama lain. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi
pelepasan lebih lanjut yang melepaskan lebih banyak ADP dan tromboksan A 2 yang
menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder. Proses umban balik positif ini
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

18

menyebabkan terbentuknya massa trombosit yang cukup besar yang menyumbat


daerah kerusakan endotel. (Hoffbrand,2006)

8. Hitung Eritrosit dan Indeks Eritrosit

A. Eritrosit /Red Blood Cell (RBC)


1. Struktur dan Fungsi Eritrosit
Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis
tengah 7,5 m dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat
berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah
berupa Hemoglobin (Ira P, 2012). Komponen utama eritrosit adalah
hemoglobin protein (Hb), yang mengangkut sebagian besar oksigen (O 2)

dan

sebagiam kecil karbondioksida (O2) dan mempertahankan pH normal melalui


serangkaian dapar intraselular. (Price & Wilson, 2005)
Eritrosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah
mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam
sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan
dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya. (Komariah, 2009)

2. Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulan
dada,

tulang

selangka,

Pembentukannya

terjadi

dan

di

selama

dalam
tujuh

ruas-ruas
hari.

Pada

tulang
awalnya

belakang.
eritrosit

mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah


hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan
masuk ke dalam sirkulasi darah. (Pangesti, 2012)
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

19

Sel darah merah yang sedang berkembang dalam sumsum (eritroblas)


memiliki nukleus(inti); inti memadat seiring Maturasi, dikeluarkan sebelum sel
darah merah lepas kedalam sirkulasi. (Mehta, 2006; Hoffbrand, 2006)
3. Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi
bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat
besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya
digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000
eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah
eritrosit secara keseluruhan. (Pangesti, 2012)

B. Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per mm 3 atau mikroliter darah. Prinsip
hitung

eritrosit

adalah

darah

diencerkan

dalam

larutan

isotonis

untuk

memudahkan penghitungan dan mencegah hemolisis. Larutan pengencer yang


digunakan adalah Larutan Hayem, Larutan Gower dan bisa juga menggunakan
Natrium Klorida 0.85%.
Nilai rujukan untuk eritrosit adalah: (Silbernagl, 2006)
-

Jumlah (1012/Ldarah = 106/Ldarah)

: Laki-laki 4,6 - 6,2


: Perempuan 4,2 - 5,4

Hemoglobin ( g / Ldarah )

: Laki-laki 140 180

: Perempuan 120 160


Adapun kesalahan-kesalahan pada tindakan hitung eritrosit adalah:
1. Jumlah darah yang dhisap ke dalam pipet tidak tepat jika:
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada kebekuan darah,
b. Tidak mencapai garis 0,5;
c. Membaca dengan paralaks;
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

20

d. Memakai pipet basah;


e. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang sudah dihisap karena melewati
garis tanda 0,5.
2. Pengenceran dalam pipet salah jika:
a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol
berisi larutan Hayem;
b. Tidak menghisap larutan Hayem tepat sampai garis 11;
c. Terjadi gelembung udara didalam pipet pada waktu menghisap larutan
Hayem;
d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau waktu
mencabut karet penghisap dari pipet.;
3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan Hayem;
4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung;
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung;
6. Yang bertalian dengan kamar hitung dan tekhnik menghitung:
a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor;
b. Ada gelembung udara termasuk bersama dengan cairan;
c. Letaknya kaca penutup salah;
d. Meja mikroskop tidak rata air;
e. Salah menghitung sel yang menyinggung garis-garis batas;
f. Kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop.
(Gandasoebrata, 2013)
C. Indeks Eritrosit
Nilai Eritrosit rata-rata (ing: Mean Corpuscular Value) atau disebut juga indeks
eritrosit adalah nilai-nilai yang member keterangan mengenai rata-rata ukuran
eritrosit dan banyaknya hemoglobin pereritrosit. Nilai yang banyak dipakai adalah
:
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER)
2. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-rata
(VER)
3. Mean

Corpuscular

Hemoglobin

Concentration

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

(MCHC)

=
21

KonsentrasiHemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER)


Penjelasan dari nilai-nilai tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) = Volume Eritrosit Rata-rata (VER) adalah
Volume rata-rata sebuah eritrosit dalam femtoliter (Fl)
-

Cara Perhitungan: MCV (VER) = Nilai Hematokrit (Hmt) /Jumlah Eritrosit (AE)
X 10 Fl

Nilai Normal : 76-96 Fl

Interpretasi Hasil : Penurunan MCV (VER) terjadi pada pasien anemia


mikrositik, Defisiensi besi, arthritis rheumatoid, talasemia, anemia sel sabit,
HBC, keracunan timah, dan radiasi. Peningkatan MCV terjadi pada anemia
aplastik, anemia hemolitik, anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat,
penyakit hati kronis, hipotiroidisme, efek obat vitamin B12, antikonvulsan, dan
antimetabolik.

2. Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) = Hemoglobin Eritrosit Rata-rata


(VER) adalah banyaknya hemoglobin pereritrosit dalam Pikogram (Pg).
-

Cara Perhitungan : MCH (HER) = Kadar HB (g%)/Jumlah Eritrosit (AE) X 10


Pg

Nilai Normal : 27-31 Pg

Interpretasi Hasil : Penurunan MCH (HER) terjadi pada anemia mikrositik,


dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH (HER) terjadi pada anemia
defisiensi besi.

3. Mean

Corpuscular

Hemoglobin

Concentration

(MCHC)

KonsentrasiHemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER) adalah konsentrasi/kadar


hemoglobin yang didapat pereritrosit, dinyatakan dalam persen (%).
Meskipun dinyatakan dalam persen (%), satuan lebih lebih tepat gram
hemoglobin per dl eritrosit.
-

Cara Perhitungan : MCHC (KHER) = Kadar HB (g%)/ Nilai Hematokrit (Hmt)


X 100

Nilai Normal : 32- 37 %

Interpretasi Hasil : Penurunan MCHC terjadi pada anemia hipokromik dan


Talasemia. Peningkatan MCHC terjadi pada penderita defisiensi zat besi.
(Gandasoebrata, 2013)
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

22

9. Evaluasi Apusan Darah Tepi

Sediaan apusan darah tepi (peripheral blood smear) merupakan slide yang
digunakan pada mikroskop sebagai gelas objek yang pada salah satu sisinya dilapisi
oleh lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan seperti wright,
giemsa dan lain sebagainya.
Berikut ini cara pembuatan sediaan apusan darah tepi :

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

23

Sediaan apusan yang baik yang memiliki ketebalan yang cukup dan bergradari dari
kepala (awal) hingga ekor (akhir).

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

24

Pada sediaan apusan darah tepi digunakan darah EDTA yang baru yang
mengandung berbagai macam sel-sel darah separti :
1. Eritrosit
Eritrosit merupakan sel darah merah yang merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan memiliki fungsi untuk mentranspor oksigen. Eritrosit
berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan berbentuk bundar. Sel ini bersifat
elastis

dan

memiliki

kemampuan

untuk

merubah

bentuk

sehingga

membuatnya mampu untuk melalui kapiler-kapiler yang berdiameter kecil. Sel


darah merah berdiameter sekitar 7,6 m dan tebalnya 1,9 m dalam apusan
darah kering. Jumlah eritrosit jauh lebih besar dari pada unsur darah
berbentuk lainnya. Pada laki-laki terdapat 5-5,5 juta/mm 3 dan perempuan 4,55 juta/mm3 . Eritrosit yang belum dewasa disebut retikulosit yang merupakan
suatu tahap perkembangan sel darah merah. Retikulosit akan tampak lebih
besar dari pada sel darah merah dan tampak agak kebiruan disebabkan
karena adanya sisa-sisa sintesis protein (RNA residu). (Lesson, 1996)
Eritrosit memiliki kecenderungan menempel satu sama lain pada
permukaan-permukaan konkafnya, sehingga akan membentuk bangunan
tumpukan

atau

deretan

mirip

uang

logam

yang

disebut

dengan

pembentukkan rouleaux. Pembentukan ini terjadi secara spontan bila


adanya hambatan sirkulasi atau bila darah dikeluarkan dari peredaran darah.
Kanungan eritrosit adalah senyawa kimia yang terdiri atas lipid dan kompleks
protein koloid, terutama hemoglobin yang tidak hanya memberi warna merah
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

25

pada eritrosit namun juga memberi bentuk pada eritrosit. Dalam keadaan
normal, sitoplasma sel-sel darah berada dalam keseimbangan osmotik
dengan plasma. Bila plasma bertambah pekat konsentrasinya akibat adanya
penguapan atau karena penambahan pelarut hipertonik pada darah, akan
terjadi krenasi pada sel darah. Sebaliknya bila plasma diencerkan, air akan
masuk ke dalam sel darah dan sel akan membengkak dan membuatnya
berbentuk membulat (sferis). Bila keadaan ini terus berlanjut, hemoglobin
akan keluar dari sel ke dalam plasma dan sel darah akan kehilangan
warnanya, kemudian menjadi kantung-kantung darah yang kempis atau yang
dikenal dengan blood ghosts atau blood shadow. (Lesson, 1996)
Aglutinasi merupakan penggumpalan sel-sel darah merah

yang

dipengaruhi oleh berbagai zat. Pada keadaan patologik, tidak hanya


jumlahnya namun besar, bentuk serta kandungan hemoglobin eritrositnya
mungkin berubah. Hal ini akan membuat adanya ketidakseragaman dalam
ukuran, yang diseut anisositosis. Sel sel berdiameter lebih kecil dari 6 m
dinamakan mikrosit dan sel yang lebih besar dari normal disebut dengan
makrosit atau megalosit. Kelaianan dalam bentuk diberi nama poikilositosis.
Bila kecepatan pembentukan sel sel darah merah lebih besar dari pada
kecepatan sintesis hemoglobin, maka sel darah merah yang dihasilkan
mengandung hemoglobin yang kurang dari eritrosit normal. Sehingga akan
membuat sel sel tampak lebih pucat (hipokrom) dari pada eritrosit normal
(normokrom). (Hoffbrand,2006)

Tabel kelainan pada eritrosit. (Hoffbrand,2006)


Kelainan eritrosit
Makrosit

Penyebab
Disebabkan
alkoholisme.

adanya

penyakit

hati,

dan

berbentuk ofal pada anemia

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

26

megaloblastik.
Sel target

Terdapat pada kasus defisiensi, penyakit hati,


hemoglobinopati, dan paskah splenektomi

Stomatosit

Penyakit hati, alkoholisme

Sel pensil

Akibat defisiensi besi

Ekinosit

Penyait hati, pasca splenektomi

Akantosit

Penyakit

hati,

abetalipoproteinenmia,

gagal

ginjal
Mikrosferosit

Sperositosis

herediter,

anemia

hemolitik

autoimun, septicemia
Fragmentosit

DIC, mikroanemiapati, HUS, TTP, luka bakar,


katup jantung

Elitosit

Elitositosis herediter

Poikilosit sel teardrop mielofibrosis, hemopoiesis ekstramedula


Sel

keranjang Kerusakan oksidasi misalnya defisiensi G6PD,

(basket sel)

hemoglobin tak stabil

Sel sabit

Anemia sel sabit

Mikrosit

Defisiensi besi, hemoglobinopati

Berikut ini gambaran sel-sel darah merah yang mengalami gangguan :

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

27

2. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang mengandung inti. Dalam darah
manusia normal terdapat jumlah leukosit rata rata 5000 sampai 9000 sel /
mm3 . pada anak anak dan pada keadaan patologis jumlah leukosit akan
lebih tinggi. Bila jumlahnya lebih dari 12000 keadaan ini disebut dengan
leukositosis, namun bila kurang dari 5000 akan disebut dengan leukopenia.
Terdapat 2 golongan utama leukosit yaitu agranula dan granular. Leukosit
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

28

agranular memiliki sitopklasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk


bulat atau berbentuk ginjal leukosit granular mengandung granular spesifik
yang bila dalam keadaan hidup berupa tetesan cair dalam sitoplasmanha
dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak fariasi dalam bentuknya.
Leukosit agranular dibagi menjadi 2 jenis :
i.

Limfosit, yaitu sel sel kecil dengan sedikit sitoplasma. Leukosit


merupakan sel sel bulat dengan diameter berfariasi antara 6 - 8 .
jumlah limfosit adalah 20 53 % dari leukosit normal. Limfosit memiliki inti
tampak bulat dan menunjukan cekungan pada satu sisi. Kromatin inti yang
sangat padat terkulas gelap dan anak inti pada kulasam hapus darash
tidak tampak. Sitoplasma akan terpulas basofil, karen banyaknya ribosom
dalam seluruh sitoplasma. Beberapa limfosit dalam sirkulasi darah normal,
mungkin berukuran 10 12 . ukuran yang lebih besar disebabkan
karena sitoplasma yang lebih banyak.

ii.

Monosit, yaitu sel sel agak besar yang megandung sitoplasma yang
lebih banyak. Monosit merupakan sel besar yang jumlahnya 3 hingga 8 %
dari leukosit normal darah. Diamernya 9 10 . bahan kromatin dalam inti
tersusun sebagai jala jala halus sehingga inti dapat terpulas gelap
seperti pada sajian hapusan pada limfosit. Monosit sering tampak seperti
jala jala atau berfakuola dan mengandung sejumlah granula azurofil.
Granula tersebut merupakan lisosom primer dan umumnya berjumlah
lebih banyak tetapi lebih kecil yang ada pada limfosit. Sitoplasma juga
mengandung beberapa retiklum endoplasma granular tetapi lebih sedikit
ribosom bebasnya dari pada yang terdapat didalam limfosit.

Terdapat 3 jenis leukosit granular :


1) Neutrofil. Di dalam darah manusia terdapat neutrofil sebanyak 65 75 %
dari jumlah seluruh leukosit. Inti sangat polimorf dan memperlihatkan
berbagai bentuk inti umumnya terdiri atas 3 5 lobus berbentuk lonjong

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

29

yang tidak teratur yang dihubungkan oleh benang benang kromatin yang
halus.
2) Basofil. Sel sel basofil dalam darah manusia hanya berjumlah 0,5 1 %
dari seluruh jumlah lekosit. Ukuran sel ini kurang lebih sama dengan
ukuran leukosit neutrofil, dengan batas inti yang tidak teratur dan sebagian
terbagi menjadi 2 lobus. Granular sitoplasma berbentuk bulat dan kasar
dengan ukuran yang berbeda beda.
3) Asidofil. Disebut juga dengan leukosit eosinofil. Jumlah normalnya kurang
lebih 2 4 % dari jumlah sel leukosit, dengan inti biasanya 2 lobus.
Sitoplasmanya mengandung granular kasar refraktil yang ukurannya
seragam. (Hoffbrand,2006)

Leukosit berfungsi untuk menjalankan sebagian besar fungsinya diluar sistem


peredaran

darah

yaitu

memperlihatkan

gerakan

aktif

dan

sebagian

mempunyai daya fagositosis. Terdapat perpindahan leukosit terus menerus


dari pembuluh darah masuk ke dalam jaringan yang mengalami luka atau
peradangan. Hal ini merupakan raeaksi spesifik rangsangan kemotatik. Sel
yang pertama menuju jaringan yang mengalami luka adalah leukosit granular
dan disusul oleh monosit. Neutrofil merupakan pertahanan pertama terhadap
sebuah organisme. Granular bersifat lisosomal yang mengandung enzim
enzim yang akan bergabung dengan fagosom untuk membentuk lisosom
sekunder. Selain itu mereka juga mengandung laktoferin yang merupakan
protein bakteriostatis terhadap bakteri pengguna besi dan juga menghalangi
produksi neutrofil lebih lanjut. Eosinofil mempunyai granula yang bersifat
lisosomal yang akan memfagositosis kompleks anti body antigen yang akan
mengurangi peradangan dengan mengaktifkan histamin. Jumlah sel ini sangat
bertambah dalam alergi tertentu dan pada infeksi parasit, dan akan berkurang
ketika pemberian kortikosteroid adrenal. (Hoffbrand,2006)
3. Trombosit
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

30

Trombosit merupakan potongan-potongan sitoplasma dari sel darah putih


khusus yang berasal dari sum-sum tulang yang disebut megakariosit.
Trombosit akan lebih banyak terdapat pada daerah yang mengalami
peradangan. Pada daerah yang mengalami cedera atau trauma, trombosit
akan melekat pada dinding pembuluh darah dan membentuk gumpalan yang
disebut dnegan trombus. Perlekatan ini akan membuat trombosit menjadi
aktif dan melepaskan beberapa mediator kimia termasuk serotonin dan
histamin. Hal ini akan menurunkan secara sementara aliran darah dan
perdarahan. Akan terjadi fasokonstriksi ini terjadi secara singkat dan segera
darah akan kembali mengalir dan membawa sel darah putih lain ke daerah
yang mengalami cedera. Bila cederanya kecil, trombus biasanya cukup untuk
memfasilitasi penyembuhan. Trombosit beredar dalam darah selama 10 hari
sebelum menjadi inaktif dan difagositosis oleh neutrofil dan monosit.
Seseorang yang memiliki trombosit sangat rendah beresiko tinggi mengalami
perdarahan (hemoragik) kecil multipel pada kulit dan di seluruh tubuh.
(Freund, 2011)
Trombosit dihasilkan dalam sum sum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Prekursor megakariosit megakarioblast akan
muncul melalui proses diferensiasi dari sel induk hemokoietik. Megakariosit
akan mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron
dengan memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus
inti

menjadi

kelipatan

duanya.

Pada

berbagai

stadium

dalam

perkembangannya, sitoplasma akan menjadi granular dan trombosit akan


dilepaskan. (Freund, 2011)
Produksi trombosit mengikuti pebentukaan mikrofesikel dalam sitoplasma
sel yang menyatu dan membentuk membran pembatasan trombosit. Setiap
megakariosit akan menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interfal waktu
semenjak diferensiasi sel induk hingga produksi trombosit berkisar sekitar 10
hari. Trombopoietin merupakan pengatur utama produksi trombosit yang
dihasilkan

oleh

hati

dan

ginjal. Trombosit

memiliki

reseptor

untuk

trombopoietin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi. Oleh sebab itu,


kadar trombopoietin akan tinggi apabila terjadi trombositopenia karena
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

31

adanya aplasia sum sum tulang. Trombopoetin akan meningkatkan jumlah


dan kecepatan kematangan dari megakariosit. Jumlh trombosit akan mulai
meningkat 6 hari setelah dimulainya terapi dan tetap akan meningkat selama
7 hingga 10 hari. Interleukin 11 dapat meningkatkan jumlah trobosit dalam
sirkulasi. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 10
400 x 10

l (rentang 150-

l dan lama hidup trombosit yang normal adalah 7 10 hari ).

(Hoffbrand,2006)
Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan agregasi
trombosit yang merupakan kejadian awal yang akan mengarah pada
pembentukan trombus selama hemostasis. Adhesi pada kolagen difasilitasi
oleh glikoprotein Ia. Glikoprotein Ib dan Iib / IIIa memiliki peranan penting
dalam perlekatan tromosit pada faktor fon willebrand (FWF) dan pada
subendotel faskular. Tempat perlekatan ini merupakan reseptor untuk
fibrinogen yang penting dalam agredasi trombosit. Membran plasma
berinfaginasi ke bagian dalam trombosit untuk membentuk suatu sistem
membran

terbuka

yang

menyediakan

permukaan

reaktif

yang

luas

merupakan tempat protein koagulasi plasma akan diabsorpsi secara selektif.


Fosfolipid mebran sangat penting dalam konfersi faktor koagulasi X menjadi
Xa dan protrombin menjadi trombin. Dibagian dalam trombosit terdapat
kalsium, nukleotida dan ATP, ADP dan serotonin yang terkandung dalam
granula padat elektron. Granula spesifik mengandung antagonis heparin,
faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit, - tromboglobulin,
fibrinogen, fWF, dan faktor pembekuan lain. Granula padat lebih sedikit
jumlahnya dan mengandung ADP, ATP, 5 hidroksitriptamin dan kalsium.
Organel spesifik lain meliputi lizosom yang mengandung enzim hidrolitik dan
peroksisom yang mengandung katalase. Selama reaksi pelepasan, isi
granula akan dikeluarkan ke dalam sistem kanalikular. (Hoffbrand,2006)
Trombosit berperan penting dalam kedua proses hemostasis. Trombosit
dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah
tanpa menempel di sel-sel endotel faskular. Akan tetapi, dalam beberapa
detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah, trombosit akan tertarik
kepada daerah tersebut sebagai respon terhadap kolagen yang terpajan di
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

32

lapisan subendotel pembuluh daha yang mengalami kerusakkan. Trombosit


akan melekat pada protein (disebut faktor fon willebrand) yang menunjukkan
adanya kerusakkan pada permukaan pembuluh darah, dan mengeluarkan
beberapa zat kimia fasoaktif termasuk serotonin dan adesonindifosfat (ADP).
Serotonin menyebabkan fasokonstriksi, yang membantu penurunan aliran
darah ke area cedera sehingga membatasi pendarahan. Serotonin, ADP dan
zat kimia lainnya juga menyebabkan trombosit berubah bentuk dan menjadi
lengket, dimulai dengan proses pembentukkan yang disebut sumbat / plag
trombosit di dalam pebuluh darah yang rusak. Trombosit lainnya ditarik ke
area luka dan selanjutnya membentuk sumbatan. Tromboksan A2 dihasilkan
dari trombosit dan membantu menarik lebih banyak trombosit ke area yang
mengalami cedera. Fibrinogen adalah suatu protein plasma yang bersirkulasi
menghubungkan antara area yang terpajan trombosit, menghasilkan suatu
jembatan untuk membantu menstabilisasi sumbatan yang terbentuk.
Sumbatan tersebut secara efektif akan menambal daerah yang mengalami
cedera. Jika terjadi defisiensi, salah satu faktor yang telibat dlam proses
pembekuan akan menyebabkan perdarahan berlebih bahkan pada robekan
kapiler yang halus sekalipun. (Hoffbrand,2006)
Penimbunan trombosit yang berlebih dapat menyebabkan penurunan
aliran darah ke jaringan yang memanjang atau mengakibatkan sumbatan
menjadi sangat besar sehingga terlepas dari tempat semula dan mengalir ke
hilir sembagai embolus, sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera akan
melepas zat lain yang dapat membatasi agregasi trombosit. Zat utama yang
dilepas sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera tersebut untuk membatasi
agregasi trombosit adalah prostaglandin I 2 yang juga disebut prostasiklin, dan
oksidanitrat

yang

keseimbangan

merupakan

faktor-faktor

fasodilator

prokoagulan

penting.
dan

Pada

akhirnya,

antikoagulan

untuk

menyeimbangkan trombosit aktif di area cedera sekaligis mencegah agregasi


trombosit yang berlebihan dan mencegah sumbatan trombosit akan
menyebar ke daerah vaskular yang tidak cedera. Namun, Bila tidak adanya
trombosit dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah
kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agredasi, dan fusi serta
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

33

aktifitas prokoagulan sangat berperan peting dalam fungsi trombosit.


(Hoffbrand,2006)

10. Pemeriksaan Urin

a. Urin / air seni


Urin merupakan cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal, kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh. Komposisi urin normal adalah air (komponen urin),
produksi sisa yang terlarut dalam urin (ureum,kreatin,asam urat,hormon,dan
elektrolit). Komposisi kimia urin juga tergantung pada makanan,cairan,dan
zat/obat yang dikonsumsi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urin digunakan sebagai indikator untuk mengetahui
berbagai penyakit yang di alami tubuh. Hal ini, berkaitan dengan kemungkinan
urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kemih yang terinfeksi, sehingga
urinnya pun akan mengandung bakteri.

b. Struktur ginjal
Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang disebut neuron.
Setiap neuron berawal sebagai suatu berkas kapiler, yang di sebut glomerulus.
Plasma difiltrasi di sepanjang glomerulus melalui proses aliran yang deras dan
masuk ke tubulus nefron yang melengkung dan berkelok-kelok. Dari plasma yang
masuk ek dalam tubulus tersebut, hanya sebagian kecil yang diekskresi sebagai
urin. Plasma yang tidak disekresi sebagai urin, di bandingkan dengan plasma
yang masuk ke dalam tubulus melalui kapiler glomerulus, komposisi akhir dan
volumenya secara drastic diubah oleh proses reabsorbsi dan sekresi di ginjal.
(Corwin, 2009).
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

34

Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum
tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan linfatik, suplai saraf, dan ureter
yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urin di simpan
hingga dikeluarkan. Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk
melindungi struktur dalamnya yang rapuh. (Guyton, 2007).
c. Suplai Darah Ginjal
Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya sekitar 22% dari curah
jantung, atau 1100ml/menit. Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilun dan
kemudian bercabang-cabang secara progresif membentuk arteri interlobularis,
arteri arkuata, arteri interlobularis (juga disebut arteri radialis), dan arteri aferen,
yang menuju ke kapiler glomerulus tempat sejumlah besar cairan dan zat terlarut
kecuali protein plasma) di filtrasi untuk memulai pembentuka urin. Ujung distal
kapiler pada setiap glomerulus bergabung untuk membentuk arteriol eferen, yang
menuju jaringan kapiler kedua, yaitu kapiler peritubular, yang mengelilingi tubulus
ginjal. (Guyton, 2007).
d. Mikturisi
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelaah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan dua tahap utama : pertama, kandung kemih terisi
secara progresif hingga tegangan pada dindingnya menigkat malampaui nilai
ambang batas; keadaan ini akan mencetus tahap kedua; yaitu adanya reflex
saraf yang akan mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal setidaknya akan
menyebabkan keinginan berkemih yang disadari. Meskipun reflex mikturisi
adalah reflex medulla spinalis yang bersifat autonom, reflex ini dapat dihambat
atau difasilitasi oleh pusat-pusat korteks serebri atau batang otak. (Guyton,
2007).
Secara umum, urin normal berwarna kuning muda- warna kuning tua, jernih atau
sedikit keruh. Selain urobilin dan urokrom yang normal ada, warna urin dipengaruhi
juga oleh jenis makanan, kelainan metabolime, obat-obatan yang diberikan, unsur-unsur
sedimen dalam jumlah besar serta bakteri. Bau urin normal disebabkan oleh
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

35

perombakan protein, bau amoniak oleh perombakan ureum, dan bau aseton pada
ketonuria. pH urin normal kurang lebih 1500 mL/hari. Volume urin normal tergantung
kepada beberapa faktor seperti,umur, jenis kelamin, suhu badan, iklim, asupan
makanan/minuman, dan aktivitas.
Manifestasi klinik dari urin yaitu, poliuria adalah urin yang melebihi 3liter (rata-ratanya
1-2liter), menyebabkan diabetes mellitus, kekurangan ADH, dan tubular nekrosis akut.
Proteinuria adalah protein yang terdapat dalam urin lebih banyak. Jumlah protein urin
normal <100mg/hari, menyebabkan penyakit ginjal dan penyakit jantung. (Ganong,
2008)

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

36

PRAKTIKUM 1.

I.

PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN

METODE KERJA
- Waktu dan Tempat Praktikum
a. Waktu
:Sabtu, 5 April 2014; 14.30 WIT selesai
b. Tempat
:Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih.
-

Alat dan Bahan


a. Alat

:
Hemoglobinometer (Standard SAHLI)
Tabung SAHLI dengan skala g% atau gr/dL
Pipet SAHLI (20 mikron)
Pipet HCl 0,1 N
Selang penghisap
Batang pengaduk dari kaca
Sikat pembersih

b. Bahan

:
-

Sampel darah vena


Larutan HCl 0,1 N
Tabung vacuum k. 3 EDTA
Aquabidest

Prosedur Kerja
1) Tabung SAHLI diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai di angka 2
2) Sampel darah EDTA dihisap dengan pipet SAHLI sampai tepat di tanda 20
mikron
3) Bagian luar pipet SAHLI dibersihkan dengan kapas atau tissue kering secara
hati-hati
4) Sampel darah dari pipet SAHLI ditiup ke dalam larutan HCl 0,1 N dalam
tabung SAHLI (Jangan sampai ada gelembung udara)
5) Pipet SAHLI dibilas dengan larutan HCl dalam tabung SAHLI (hati hati,
dihisap dan ditiup beberapa kali)
6) Agar terbentuk Hematin-Asam yang sempurna (minimal 95%) dibiarkan
selama 3-5 menit
7) Larutan Hematin-Asam dincerkan dan Aquabidest ditambahkan tetes demi
tetes sambil terus diaduk dengan pengaduk kaca hingga warna larutan sama
dengan warna standar pada Hemoglobinometer
8) Baca meniskus atas larutan pada tabung SAHLI (gr% atau gr/dL)

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

37

a. Hasil Pengamatan
Rujukan
Normal
Perempuan Dewasa = 12 16 gr/dL

Nama
: Theresia Marlen Loinenak.
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Dari hasil pengamatan kami, kadar hemoglobin pada tabung SAHLI


menunjukkan 11 gr/dL.

Nama
: Sartika R. Safitri
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

38

Dari hasil pengamatan kami, kadar hemoglobin pada tabung SAHLI


menunjukkan 10,8 gr/dL.
b. Pembahasan
Pada hasil pengamatan kelompok kami, orang coba yang ke-1 (Theresia
Marlen Loinenak ) diperoleh kadar hemoglobin 11 gr/dL, dan pada orang
coba yang ke-2 (Sartika R. Safitri) diperoleh kadar hemoglobin 10,8 gr/dL.
Jadi, diperoleh kadar hemoglobin rendah pada setiap orang coba, karena
keduanya menghasilkan kadar di bawah normal. Seharusnya normal
hemoglobin pada perempuan dewasa yaitu 12-16 gr/dL.
Diduga kedua orang coba, mengalami anemia defisiensi besi. Dugaan itu
diperkuat dengan sumber yang kami peroleh bahwa secara morfologis,
keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokromik dengan
penurunan kuantitatif sintesis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan
penyebab utama anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada
perempuan usia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Penyebabpenyebab lain defisiensi besi adalah : (1) asupan besi yang tidak cukup,
misal, pada bayi-bayi yang hanya diberi diet susu saja selama 12-24 bulan
dan pada individu-individu tertentu yang vegetarian ketat; (2) gangguan
absorpsi setelah gastrektomi; dan (3) kehilangan darah menetap, seperti

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

39

pada perdarahan saluran cerna lambat akibat polip, neoplasma, gastritis,


varises esophagus, ingesti aspirin, dan hemoroid. (Price & Wilson, 2013)
III.

Kesimpulan
-

Jadi, kedua orang coba mengalami anemia defisiensi besi.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

40

PRAKTIKUM 2.

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH

I. METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu
b. Tempat

: Sabtu, 5 April 2014; 14.30 WIT selesai


: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran
UniversitasCenderawasih.

Alat dan Bahan


a. Alat

:
-

Spuit 3 mL

Pipet

Tabung Westergren

Rak tempat tabung Westergren

Botol-botol kaca

b. Bahan

:
-

Tabung vacuum k.3 EDTA

Sampel darah vena

Natrium Sitrat 3.8% (Darah: Natrium sitrat adalah 4:1)

Prosedur Kerja :
1) Sampel darah dihisap dengan menggunakan tabung Westergren sampai
skala 0.
2) Sampel darah yang telah dihisap dimasukkan ke dalam Natrium sitrat 3,8%.
Lalu hisap dan kemudian lepas secara berulang kali sebanyak 2-3 kali.
Terakhir hisap sampel darah sampai angka 0
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

41

3) Kemudian diletakkan di rak tabung Westergren dengan skala menghadap ke


depan
4) Tunggu selama 1 jam. Setelah 1 jam baca hasilnya.

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan :

SampelBA(thn)
(21
Sampel
thn)
15 mm/jam
3 mm/jam

B. Pembahasan
Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada
tahun 1921. LED merupakan pemeriksaan yang menggambarkan komposisi
plasma dan perbandingan antara eritrosit dengan plasma (Widodo, 2004). LED
adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet Westergren. Pada
peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma
yang terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

42

peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED
khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi.
Prinsip

dasar

pemeriksaan

LED

adalah

darah

dan

antikoagulan

dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED)
dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan
kecepatan

tertentu.

LED

merupakan

kecepatan

pengendapan

dengan

mengukur jarak antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor yang


mempengaruhi LED, yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita,
saat mensturasi, kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis
(masalah pengenceran, suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED),
peningkatan

fibrinogen

(pada

beberapa

kasus

infeksi,

inflamasi,

dan

keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED adalah leukositosis berat,


polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ), faktor teknis (masala
pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran), abnormalitas protein
(hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia, dispoteinemia). Faktor yang
belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu badan, dan usai
mengkomsumsi aspirin. (Widodo, 2004)
Pada praktikum, hasil yang kami peroleh pada sampel A LEDnya 3
mm/jam dan sampel B 15 mm/jam. Menurut referensi, nilai normal untuk wanita
dewasa adalah 0-20 mm/jam, maka dari kedua sampel tersebut dapat dikatakan
laju endap darahnya normal. Tetapi dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel A dan sampel B. Hal
ini dikarenakan pada saat pengambilan sampel darah B, wanita tersebut dalam
masa menstruasi.

III. KESIMPULAN
-

Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat
tarikan gravitasi yang diimbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

43

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju endap
darah yang dianalisis dari kedua sampel wanita A dan B dengan menggunakan
metode Westergren memiliki kadar 3 mm/jam dan 15 mm/jam, sehingga
pemeriksaan LED yang dilakukan menunjukan bahwa laju endap darah tersebut
normal.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

44

PRAKTIKUM 3.

HITUNG LEUKOSIT

I. METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: Sabtu, 5 April 2014, 14 : 30 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat

b. Bahan

:
-

Kamar hitung / improved Neubauer


Pipet Leukosit thoma ( yang berisi bij putih )
Selang Penghisap
Pipet tetes
Mikroskop cahaya
Kapas/ Tisu
Spuit 3ml
Tempat sampah infeksius

Sampel darah vena


Tabung vacum EDTA K.3
Larutan Turk

Prosedur Kerja
1) Darah EDTA diambil dengan menggunakan Pipet Leukosit Thoma sampai
tanda 0,5
2) Kemudian larutan Turk dihisap sampai dengan tanda 11 menggunakan pipet
yang sama (Pipet Leukosit Thoma)
3) Lalu campuran darah dan larutan Turk dihomogenkan dengan cara
menggoyangkan pipet leukosit Thoma.
4) lalu 2-3 tetes campuran dibuang
5) Campuran larutan diteteskan pada kamar hitung/ hemositometer/ Improved
Neubauer
6) Capuran larutan diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10X.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

45

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Sampel darah yang digunakan adalah milik Theresia M. Loinenak

A
1
2
2
1

1
0
0
2

B
2 1
2 01 1
2 31 0
0 11 1
1 1

0
2
3
0

1
3
1
4

C
3
1
2
3

2
3
1
2

0
1
1
3

2
3
1
3

D
3
4
2
1

4
3
0
4

1
3
3
2

2
3
3
3

Jumlah kotak A

: 19

Jumlah kotak B

: 22

Jumlah kotak C

: 31

Jumlah kotak D

: 41 +

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

46

TOTAL

: 113

Perhitungan:
Misalnya jumlah leukosit dalam 4 kotak (kotak A-D) adalah N,
Volume 4 kotak = N = 4 x 1 mm x 1 mm x 0.1 mm = 0.4 mm3
Jumlah leukosit / mm3 =

x Dilusi x N

Dilusi merupakan nilai pengenceran darah EDTA terhadap larutan Turk yaitu 20
kali.
Maka, Jumlah leukosit

= 2.5 x 20 x N

= 50 x 113
= 5650 mm3
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Hitung Leukosit, metode yang digunakan adalah
metode kamar Hitung / improved bauers (Cara manual). Dengan metode ini para
praktikan haruslah sangat teliti untuk melihat leukosit di bawah mikroskop, karena
terkadang kamar hitung tidak terlihat terlalu jelas sehingga dibutuhkan ketelitian
yang tinggi. Pada percobaan mengenai hitung jumlah leukosit sampel yang dipakai
dari Marlen, digunakan darah yang diambil dari vena. Darah vena yang telah diambil
dimasukkan ke dalam tabung EDTA K.3 yang di dalamnya terdapat antikoagulan
sehingga darah tidak mengalami pembekuan. Setelah itu darah dimasukkan ke
dalam pipet leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat untuk kemudian ditambahkan
larutan turk sampai pada garis tanda 11 pada pipet. Larutan Turk adalah perpaduan
antara asam asetat glacial 1 % dan gentian violet 1 %. Karena leukosit bersifat tetap
stabil dalam larutan asam hingga kadar 3 %, asam asetat glacial digunakan untuk
hemolisis eritrosit. Sedangkan gentian violet digunakan untuk mewarnai leukosit.
Larutan turk dan darah didalam pipet leukosit harus dihomogenkan terlebih dahulu
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

47

sebelum digunakan agar larutan turk dan darah benar-benar tercampur dengan rata,
setelah itu campuran antara larutan turk dengan darah diteteskan ke dalam kamar
hitung untuk segera dilakukan perhitungan yang dilakukan di kamar hitung dilakukan
secara teratur mulai dari kiri ke kanan kemudian dari kanan ke kiri (alur zig-zag),
dengan pembesaran lensa 10X pada Mikroskop cahaya.
Setelah melakukan perhitungan terhadap jumlah leukosit didapatkan hasil
bahwa jumlah leukosit Orang Coba adalah normal, berkisar antara 5650 sel/L
darah, jumlah ini sesuai dengan referensi jumlah leukosit normal pada orang
dewasa sebanyak 5000 10.000 sel/L darah dengan rata-rata normal kadar 7.000
sel/L darah. (Sherwood, 2011)
III.

KESIMPULAN
Leukosit adalah satuan mobile pada system pertahanan Imun tubuh. Secara
spesifik, system imun berfungsi sebagai :
- Mempertahankan tubuh dari pathogen penginvasi
- Mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh
- Berfungsi sebagai petugas kebersihan yang membersihkan sel-sel tua dan
-

sisa jaringan
Berfungsi esensial sebagai penyembuhan luka dan perbaikan jaringan

Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan strategi cari


dan hancurkan. Nilai normal dinyatakan sebagai Hitung sel darah putih rerata
7000/mm3.Pada Orang coba didapatkan hasil Hitung leukosit adalah 5650mm 3
yang termasuk dalam kadar Normal pada tubuh seseorang.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

48

PRAKTIKUM 4.

I.

HITUNG JENIS LEUKOSIT

METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


c. Waktu

: 10 April 2014, 14 : 23 WIT Selesai

d. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat
- 2 Object Glass bersih (sebagai spreader dan wadah preparat)
- Pipet Darah
- Bak pengecatan dan pengeringan
- Timer
- Mikroskop Cahaya
b. Bahan
- Metanol
- Pewarna Giemsa
- Sampel darah Vena

Prosedur Kerja
1) Object Glass ditetesi 1 tetes darah Vena kira-kira 1 cm dari tepi.object glass.
2) Object glass lainnya dengan tepi yang rata dipilh sebagai
spreader/penggeser
3) Object glass yang telah ditetesi darah diletakkan di atas meja kerja. Lalu
Object glass lainnya (spreader) dipegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan, kemudian tepi dri kaca spreader diletakkan di dpan tetesan darah
dengan sudut 30-45 derajat.
4) Kaca Spreader di geser ke belakang sampai menyentuh tetesan darah.
Kemudian darah dibiarkan hingga menyebar sepanjang tepi kacaa spreader.
5) Kaca Spreader didorong ke ujung depan object glass dengan gerakan halus
hingga seluruh darah menyebar menjadi apusan yang tipis.
6) Sediaan diletakkan di bak pengecatan dengan posisi menghadap ke atas.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

49

7) Sediaan difiksasi dengan methanol selama 5-10 menit. Metanol yang


berlebihan dibuang.
8) Pewarna giemsa ditetesi pada sediaan selama 25 menit.
9) Kemudian dibilas dengan akuades dan keringkan.
10)Sediaan apus diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif
100X menggunakan immerse oil. Kemudian sediaan diamati pada bagian
yang eritrositnya tidak menumpuk.
11) Macam-macam bentuk leukosit per 100 sel dihitung dalam bidang sempit
sepanjang sediaan apus dengan cara menggeser secara zig-zag dari atas ke
bawah.
12)Hasil data pengamatan dilaporkan dalam %.

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Sampel darah yang digunakan adalah milik Theresia M. Loinenak


JUMLAH SEL PADA SETIAP LAPANG PANDANG

MACAM

JUML
AH

SEL

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

Basofil

Eosinofil

N.

16

48

Limfosit

28

Monosit

Jumlah

10

10

13

11

11

12

11

100

Batang
N.
Segmen

Basofil = 1%
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

50

Eosinofil = 3%
Neutrofil = 64%
Limfosit = 28%
Monosit = 4%

B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan hitung jenis leukosit milik Theresia M. Loinenak per
100 sel leukosit, dapat dibandingkan dengan persentase normalnya sesuai
dengan tabel berikut ini:

Jenis Leukosit

Persentase normal

Persentase milik
Theresia

Basofil

0,5%

1%

Eosinofil

2-4%

3%

Neutrofil

60-70%

64%

Limfosit

28%

28%

Monosit

5%

4%

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui presentase normal dengan persentase


masing-masing jenis leukosit milik Theresia sedikit berbeda pada basofil yaitu 1%, yang
normalnya 0,5% dan monosit 4% yang normalnya 5%. Selisih yang tipis ini dapat terjadi
akibat berbagai faktor, termasuk ketelitian dalam keterampilan menggunakan alat-alat
laboratorium untuk menghitung jenis-jenis leukosit milik Theresia. Namun secara umum,
hasil yang didapat sudah termasuk normal.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

51

III.

KESIMPULAN
-

Neutrofil merupakan jenis leukosit yang paling banyak ditemukan pada


sediaan apusan darah yaitu 64%, sedangkan basofil merupakan jenis yang

paling sedikit yaitu 1%.


Secara umum, persentase jenis-jenis leukosit milik Theresia M. Loinenak
adalah normal.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

52

PRAKTIKUM 5.

HITUNG HEMATOKRIT

I.METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 10 April 2014, 14 : 23 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat

b. Bahan

:
-

Spuit 3 mL

Pipet hematokrit (P = 7,5 cm & d = 1,2 mm) biasanya

di dalamnya sudah terisi dengan antikoagulan heparin


Lampu spirtus
Sentrifuge dengan kecepatan 8000 rpm selama 10

menit
Penggaris (sebagai skala pembaca hematokrit)

Darah vena / darah kapiler


Tabung vacuum k. 3 EDTA

Prosedur Kerja
1) Pipet hematokrit diisi dengan sampel darah vena yang telah dicampur EDTA
sampai 3/4 tabung.
2) Ujung tabung dibakar (ujung yang bening kaca) dengan lampu spirtus atau
disumbat dengan sabun hingga benar benar tertutup.
3) Tabung yang telah dibakar ujungnya dimasukkan ke dalam sentrifuge dengan
kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Ujung tabung yang dibakar yang
diletakkan di bagian bawah.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

53

4) Baca dengan skala hematokrit. Jika tidak ada skala hematokrit, pembacaan
dapat dilakukan dengan penggaris dan dipakai perhitungan sebagai berikut :

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Nama
: Theresia Marlen Loinenak
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Dari hasil pengamatan kami, kadar eritrosit = 26


cm dan tinggi keseluruhan (eritrosit + plasma
darah) = 49 cm.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

54

Nama
: Sartika R. Safitri
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

B.
Dari hasil pengamatan kami, kadar eritrosit = 18
cm dan tinggi keseluruhan (eritrosit + plasma
darah)

45

cm.

B. Pembahasan
Pada hasil pengamatan kelompok kami, orang coba yang ke-1 (Theresia
Marlen Loinenak ) diperoleh kadar hematokrit (Hct / PCV) 53,06%, dan pada
orang coba yang ke-2 (Sartika R. Safitri) diperoleh kadar hematokrit (Hct /
PCV) 40%. Kadar normal hematokrit pada perempuan yaitu 38% - 48%. Jadi,
pada orang coba ke-1 diperoleh kadar hematokritnya meningkat, dan pada
orang coba ke-2 normal. Peningkatan kadar hematrokrit bisa disebabkan
karena : dehidrasi, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis,
emfisema pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia,
pembedahan, luka bakar. Pada orang coba ke-1, hematokritnya meningkat
diperkirakan karena orang coba mengalami dehidrasi pada saat pemeriksaan
dilakukan. Faktor penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

55

hematokrit yaitu bisa karena pemasangan tourniquet yang terlalu lama dan
ketidak hati-hatian dari praktikan.

III.

KESIMPULAN
-

Pada orang coba pertama, hematokritnya meningkat diperkirakan karena


orang coba mengalami dehidrasi pada saat pemeriksaan dilakukan.

Faktor penyebab lain yang mengakibatkan terjadinya peningkatan hematokrit


yaitu bisa karena pemasangan tourniquet yang terlalu lama dan ketidak
telitian dalam praktikum.

Dan pada orang coba kedua, hematokritnya diperoleh hasil normal.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

56

PRAKTIKUM 6.

HITUNG RETIKULOSIT

I.METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 14 April 2014, 13 : 38 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat
- Spuit 3ml
- Botol Kecil / wadah darah
- Pipet tetes
- Object glass
- Rak pewarnaan
- Mikroskop
b. Bahan
- Tabung vacuum k.3 EDTA
- BCB (Briliant Cresyl Blue)
- Sampel darah ( 1 ml darah : 1 ml larutan BCB)
- Alkohol 70%
- Immersi oil

Prosedur Kerja
1) 1 mL sampel darah vena dan 1 mL BCB di masukkan ke dalam botol kecil
2) Lalu campuran darah tersebut dihmogenkan dengan cara di aduk-aduk
3) Buat apusan darah kering dan basah (dalam praktikum ini cara basah yang
digunakan) dengan menggunakan darah tersebut
4) Cara membuat apusan basah yaitu teteskan 1 tetes larutan darah BCB dari
botol ke atas object glass, lalu tutup dengan cover glass dan pada tepi
diberikan vaselin agar tak mengering.
5) Denga perbesaran 100X periksalah darah di bawah mikroskop dengan
tambahan immersi oil
6) Hitung retikulosit dalam 1000 Eritrosit.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

57

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
-

Hitung Retikulosit
Hitung Eritrosit

= 14
= 1000

B. Pembahasan
Jika terjadi peningkatan jumlah retikulosit yang disertai kadar HB normal
mengindikasikan adanya penghancuran atau penghilangan eritrosit berlebihan
yang diimbangi dengan peningkatan sum-sum tulang. Peningkatan retikulosit
disertai dengan kadar HB yang rendah menunjukkan bahwa respon tuubuh
terhadap anemia tidak adekuat (sutedjo,2006). Penyakit yang disertai
peningkatan jumlah retikulosit antara lain anemia hemolitik, anemia sel sabit,
talasemia mayor, leukimia, eritroblastik feotalis, HBC dan D positif, kehamilan,
dan kondisi paska pendarahan berat. (Corwin, 2009)
Penurunan jumlah retikulosit yang seharusnya tinggi terjadi pada krisis
aplastik yaitu kejadian dimana destruksi eritrosit tetap berlangsung sementara
produksi eritrosi terhenti, misalnya pada anemia hemolitik kronis karena HBS,
anemia pernisiosa, anemia defisiensi asam folat, anemia aplastik, terapi
radiasi, hipofungsi andenocortical, hipofungsi hipofise anterior, dan sirosis hati.
(Sutedjo, 2006)
Dalam praktikum ini hasil Retikulosit yang didapat adalah normal yaitu
1,4% dari nilai normal retikulosit pada dewasa yaitu 0,5-1,5%. Dalam
praktikum bisa terjadi kesalahan yang biasanya diakibatkan oleh :
-

Cat yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel-sel


eritrosit sehingga terlihat seperti retikulosit

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

58

Salah Menghitung di daerah yang tidak tepat (terlalu padat atau terlalu
jarag)

III.

Ketidaktelitian praktikan menghitung retikulosit diantara eritrosit

KESIMPULAN
-

Dalam praktikum ini kelompok kami berhasil menghitung Retikulosit yang


didapat nilaiya adalah normal yaitu 1,4%, dari nilai normal retikulosit pada
dewasa yaitu 0,5-1,5%

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

59

PRAKTIKUM 7.

HITUNG TROMBOSIT

I.METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 14 April 2014, 13 : 38 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat

b. Bahan

:
:

Spuit 3mL
Pipet
Object glass
Mikroskop

Sampel darah vena

Tabung vaccum k.3 EDTA

Methanol

Pewarnaan giemsa

Prosedur Kerja
1) Ambil sampel darah yang telah di masukan dalam tabung EDTA, kemudian
homogenkan.
2) Tetesi satu tetes darah di atas object glass yang bersih kira-kira 1cm dari
tepi.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

60

3) Pilih sebuah object glass lainnya dengan tepi yang rata sebagai
spreader/pengeser
4) Letakkan object glass yang telah di tetesi darah di atas meja kerja. Lalu
pegang object glass lainnya (spreader/pengeser)dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kanan, letakkan tepi dari kaca pengeser di depan tetesan
darah dengan sudut 30-45.
5) Geser kaca pemulas (speader) kemudian kebelakang sampai menyentuh
tetesan darah. Biarkan darah menyebar sepanjang kaca pemulas(speader).
6) Dorong kaca pemulas (speader) ke ujung depan object glass dengan
gerakan halus sampai seluruh darah menyebar menjadi apusan yang tipis.
7) Letakkan sediaan di bak pengecatan dengan sediaan menghadap ke bagian
atas.
8) Tetes dengan methanol secukupnya untuk memfiksasi selama 5-10menit.
Buang kelebihan methanol dari sediaan.
9) Tetes dengan pewarnaan giemsa selama 25menit.
10)Bilas dengan air keran/aquades dan kemudian di keringkan.
11) Periksa sediaan apus di bawa mikroskop dengan pembesaran obyektif
100X dengan menggunakan immersi oil. Pilih sediaan di bagian yang
eritrositnya tidak saling menumpuk.

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Hitung Trombosit = 20 lapang pandang x 1000 eritrosit
= 317 x 1000
= 317.000 l
B. Pembahasan

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

61

Trombosit merupakan potongan-potongan sitoplasma dari sel darah putih


khusus yang berasal dari sum-sum tulang yang disebut megakariosit. Pada
praktikum kali ini ditemukan bahwa jumlah trombosit orang coba adalah
sebesar 317.000 l yang diperoleh dari 20 lapang pandang dengan 1000
jumlah eritrosit. Bila dibandingkan dengan Jumlah trombosit normal yaitu
sekitar 250 x 109 / liter (rentang 150-400 x 10 9 / liter dengan lama hidup
trombosit yang normal adalah 710 hari maka jumlah trombosit orang coba
dapat dikategorikan dalam kadar yang normal sehingga trombosit dapat
melakukan fungsi utamanya yaitu membentuk sumbatan mekanik selama
respon hemostasis normal terhadap cedera vaskular. Trombosit akan lebih
banyak terdapat pada daerah yang mengalami peradangan. Pada daerah yang
mengalami cedera atau trauma, trombosit akan melekat pada dinding
pembuluh darah dan membentuk gumpalan yang disebut degan trombus.
Perlekatan ini akan membuat trombosit menjadi aktif dan melepaskan
beberapa mediator kimia termasuk serotonin dan histamin. Hal ini akan
menurunkan secara sementara aliran darah dan perdarahan. Trombosit
dihasilkan dalam sum sum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Setiap megakariosit akan menghasilkan sekitar 4000 trombosit.
Interval waktu semenjak diferensiasi sel induk hingga produksi trombosit
berkisar sekitar 10 hari. Jumlah trombosit akan mulai meningkat 6 hari setelah
dimulainya terapi dan tetap akan meningkat selama 7 hingga 10 hari.
Interleukin - 11 dapat meningkatkan jumlah trombosit dalam sirkulasi.
III.

KESIMPULAN
-

Pada praktikum kali ini ditemukan bahwa jumlah trombosit orang coba adalah
sebesar 317.000 l yang diperoleh dari 20 lapang pandang dengan 1000
jumlah eritrosit.

Bila dibandingkan dengan Jumlah trombosit normal yaitu sekitar 250 x 10 9 /


liter (rentang 150-400 x 109 / liter dengan lama hidup trombosit yang normal
adalah 7-10 hari maka jumlah trombosit orang coba dapat dikategorikan
dalam kadar yang normal sehingga trombosit dapat melakukan fungsi
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

62

utamanya yaitu membentuk sumbatan mekanik selama respon hemostasis


normal terhadap cedera vaskular.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

63

PRAKTIKUM 8.

HITUNG ERITROSIT DAN INDEKS EROTROSIT

I.METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 10 April 2014, 14 : 23 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat

b. Bahan

:
-

Kamar hitung / Improved Neubauer

Pipet erotrosit thoma (dalamnya berisi biji merah)

Pipet tetes

Mikroskop

Kapas / tissue

Sampel darah vena

Tabung vacuum k. 3 EDTA

Larutan Hayem

Prosedur Kerja
-

Hisap darah EDTA dengan menggunakan pipet eritrosit Thoma sampai tanda
0,5 dan encerkan dengan larutan hayem sampai tanda 11.

Homogenkan larutan hayem dengan darah dengan cara dikocok.


KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

64

Bersihkan kamar hitung Improved Neubauer beserta cover glassnya dengan


menggunakan tissue kering.

Buang 2-3 tetes laruutan darah hayem dari pipet.

Tunggu 3 menit agar eritrosit mengendap kemudian periksa dengan


mikroskop.

II.

Amati pada mikroskop dengan perbesaran 10x.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
-

Hitung Jumlah Eritrosit


Sampel darah
Nama
Loinenak

: Theresia M.

Hitung eritrosit dengan kamar hitung


Umur

: 20 tahun

Jumlah kotak A : 76
Jumlah kotak B : 76
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

65

Jumlah kotak C : 85
Jumlah kotak D : 90
Jumlah kotak E : 80
TOTAL

: 407

Perhitungan:
Jumlah eritrosit / cmm = Jumlah eritrosit dalam 5 kotak R (N) x 1/0,02 x 200
= N x 50 x 200
= N x 10000
= 407 x 10000 = 4590000 ( 4,07 x 106 /cmm)
= Normal

Indeks Eritrosit

o Hemoglobin (Hb) = 14,0 gr/Dl


o Hematokrit ( PCV ) = 45%
1.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

66

2.

3.

Nilai normal
a. MCV :

b. MCH :

Dewasa

: 76-96 femtoliter

Neonatus

: 120 femtoliter

Dewasa

: 27-31 pikogram

Anak (3 bln-2 thn) : 24-30pikogram


c. MCHC :

Dewasa

: 32-37 gr/dL

Bayi

: 27,3 32,7 gr/Dl

B. Pembahasan
Pada praktikum, untuk menghitung jumlah eritrosit sama seperti
menghitung jumlah leukosit hanya saja berbeda kamar hitungnya saja. Darah
dihisap sampai tanda 0,5, kemudian ditambahkan reagen hayem sampai tanda
batas. Tetesan ketiga yang sudah tercampur darah dan reagen diteteskan di
kamar hitung. Kemudian hitung dan lihat di mikroskop dengan perbesaran 40x.
Didapatkan jumlah eritrosit yaitu 407. Dari data tersebut, dapat ditentukan
kadar eritrosit yaitu 4,07 juta/L darah. Dapat disimpulkan bahwa jumlah
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

67

eritrosit pada sampel tersebut masuk dalam range normal kadar eritrosit
wanita.
Sedangkan untuk indeks eritrosit jumlah MVC masuk dalam range tinggi
dengan (98,2fl) perbedaan 2,2 fl dengan nilai batas akhir range normal (96fl),
jumlah MCH normal ( 27pg ) dan jumlah MCHC yang rendah (27,5gr/dL).
III.

KESIMPULAN
-

Cara menghitung eritrosit menggunakan metode kamar hitung atau Improved


Neubauer dengan mengencerkan sampel menggunakan larutan Hayem.

Hasil perhitungan eritrosit atau jumlah eritrosit normal (4,07 juta/L ), MCV
tinggi (

), MCH normal (

) dan MCHC yang rendah (

).

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

68

PRAKTIKUM 9.

I.

EVALUASI APUSAN DARAH TEPI

METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 14 April 2014, 13 : 38 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat
b. Bahan

:
-

Mikroskop

:
-

Sampel darah dari laboratorium

Immersi oil

Prosedur Kerja
1) Letakkan spesimen di atas meja benda mikroskop.
2) Tetesi permukaan sediaan dengan immersi oil.
3) Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100X.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

69

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Gambar 1:

Berikut ini kelainan-kelainan yang terjadi pada eritrosit


Warna ungu : eliptosit
Warna merah : ekinosit / burr cells
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

70

Warna biru : howell jolly bodies


Warna hijau : lakrimosit
Warna orange : sferosit
Gambar 2:

Keadaan leukosit ditemukan adanya neutrofil segmen

Gambar 3:

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

71

Keadaan morfologi trombosit tampak normal

B. Pembahasan
I.

Eritrosit
Eritrosit merupakan sel darah merah yang merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan memiliki fungsi untuk mentranspor oksigen. Eritrosit
berbentuk seperti cakram-bikonkaf dan berbentuk bundar. Sel ini bersifat
elastis

dan

memiliki

kemampuan

untuk

merubah

bentuk

sehingga

membuatnya mampu untuk melalui kapiler-kapiler yang berdiameter kecil. Sel


darah merah berdiameter sekitar 7,6 m dan tebalnya 1,9 m dalam apusan
darah kering. Kelainan pada eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1. Kelainan berdasarkan ukuran
a. Makrosit
pada keadaan ini ukuran eritrosit berukuran >8,2 Nm, yang disebabkan
karena pematangan inti eritrosit yang terganggu serta rangsangan
eritropoietin yang membuat adanya peningkatan pelepasan reikulosit ke
dalam sirkulasi darah. Keadaan ini banyak dijumpai pada kasus defisiensi
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

72

vitamin B12 (asam folat), anemia megaloblastik, penyakit hati yang


menahun, anemia hemolitik dan anemia paska pendarahan.
b. Mikrosit
pada keadaan ini ukuran eritrosit berukuran > 6,2 Nm, hal ini terjadi karena
menurunnya

sintesis

hemoglobin

karena

adanya

defisiensi

besi,

defeksintesa globulin, ataupun adanya kelainan mitokondria yang akan


mempengaruhi unsur hem dalam molekul Hb. Keadaan ini banyak
ditemukan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan pada anemia
defisiensi besi.

c. Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan kelainan hematologi yang spesifik, yang
dimana akan dtemukan eritrosit yang berukuran tidak sama besar dalam
sediaan apusan darah tepi. Banyak ditemukan pada anemia mikrositik
yang bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
2. Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit
a. Ovalosit
pada kelainan ini eritrosit akan berbentuk lonjong, yang memiliki sel
dengan sumbu panjang kurang dari 2 kali sumbu pendek. Kelainan ini
ditemukan pada pasien yang mengalami kelainan yang diturunkan dan
mempengaruhi sitoskeleton eritrosit, yaitu pada kasus ovalositosis
herediter.
b. Sferosit
Kelainan ini membuat eritrosit akan berbentuk bulat atau mendekati bulat.
Sel ini tidak memiliki sitosol karena adanya kelainan dari sitoskeleton dan
membran ertrosit.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

73

c. Schistocyte
Pada kelainan ini, eritrosit akan berbentuk seperti fragmen yang berukuran
kecil dan bentuknya tidak teratur, serta berwarna lebih tua. Ditemukan
pada kasus anemia hemolitik.
d. Teardrop Cells(Dacrocytes)/Lakrimosit
kelainan ini membuat eritrosit akan berbentuk seperti buah pir. Kelainan ini
terjadi karena adanya fibrosis sum-sum tulang atau diseritropoesis berat.
Banyak ditemukan pada kasus talasemia mayor, myelofibrosi idiopati.

e. Blister cells
kelainan ini membuat eritrosit memiliki satu atau lebih lepuhan dan
vakuola yang mudah pecah dan bila pecah akan membuat sel dapat
menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik
mikroangiopati.
f. Ekinosit/burr cells
kelainan ini membuat eritrosit memiliki tonjolan 1 atau lebih pada membran
dinding sel kaku. Terdapat pula duri-duri pada permukaan membran yang
berukuran bervariasi dan menyebabkannya sensitif terhadap pengaruh
dari dalam maupun luar sel. Banyak ditemukan pada kasus sirosi hati
yang disertai dengan anemia hemolitik, hemangioma hati dan hepatitis
pada neonatus.
g. Sickle Cells (Drepanocytes)
eritrosit akan berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis
congenital, anemia sel sabit dan anemia hemolitik.
h. Stomatocyte

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

74

Eritrosit akan berbentuk central pallor seperti mulut. Terjadi pada


alkoholisme akut, sirosis alkoholik,

defisiensi

glutsthione, sferosis

herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan dan talasemia.


i. Target Cells
eritrosit akan berbentuk seperti tembak. Terjadi pada hemogfobinopati,
anemia hemolitika dan penyakit hati.
3. kelainan berdasarkan warna eritrosit
a. Hipokromia
penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor
melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia
defisiensi besi, anemia sideroblastik, talasemia dan pada kasus infeksi
menahun.
b. Hiperkromia
Warna akan tapak lebih tua, jarang digunakan untuk menggambarkan
apusan darah tepi.
c. Anisokromasia
Adanya peningkatan variabilitas warna dari hipokrom dan normokrom.
Kelainan ini pada umumnya menunukkan adanya perubahan kondisi
seperti kekurangan zat besi dan anemia penyakit kronis.
d. Polikromasia
Eritrosit akan berwarna merah muda hingga biru. Terjadi pada anemia
hemolitik dan hemopoeisis ekstramedular.
4. kelainan berdarkan benda inklusi erirosit
a. Basofilik stipping

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

75

suatu granula yang berbentuk ramping/bulat, berwarna biru tua. Sel ini sult
ditemukan karena distribusinya jarang.
b. Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung polimer rantai beta Hb A,
dengan pewarnaan BCB yang nampak berwarna biru.
c. Heinz Bodies
benda inklusi berukuran 0,2-22 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan
crystal violet/BCB.

d. Howell Jolly Bodies


berbentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satuatau dua dan
mengandung DNA. Hal ini dikarenakan percepatan atau abnormalitas
eritropoeisis. Banyak ditemuakn pada anemia hemolitik, setelah operasi
dan atrofi lien.
e. Pappenheimers Bodies
berupa bintik berwarna ungu dengan pewarnaan wright. Banyak
ditemukan pada hiposplenisme dan anemia hemolitika.
II.

Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang mengandung inti. Dalam darah manusia
normal terdapat jumlah leukosit rata rata 5000 sampai 9000 sel / mm 3 . pada
anak anak dan pada keadaan patologis jumlah leukosit akan lebih tinggi. Bila
jumlahnya lebih dari 12000 keadaan ini disebut dengan leukositosis, namun
bila kurang dari 5000 akan disebut dengan leukopenia. Terdapat 2 golongan
utama leukosit yaitu agranula dan granular. Ditemukan adanya segmen
neutrofil (PMN) merupakan bagian dari sel darah putih kelompok granulosit. Di
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

76

dalam darah manusia terdapat neutrofil sebanyak 65 75 % dari jumlah


seluruh leukosit. Inti sangat polimorf dan memperlihatkan berbagai bentuk inti
umumnya terdiri atas 3 5 lobus berbentuk lonjong yang tidak teratur yang
dihubungkan oleh benang benang kromatin yang halus. Neutrofil bersifat
fagositik yang merupakan pertahanan tubuh pertama terhadap infeksi bakteri
dan

proses

peradangan.

menggunakan

berbagai

Neutrofil

substansi

akan
beracun

menyerng
yang

patogen

mengandung

dengan
bahan

pengoksidasi kuat termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas dan


hipoklorit.
III. Trombosit
Trombosit merupakan potongan-potongan sitoplasma dari sel darah putih
khusus yang berasal dari sum-sum tulang yang disebut megakariosit.
Trombosit akan lebih banyak terdapat pada daerah yang mengalami
peradangan. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250 x 10
150-400 x 10

l (rentang

l dan lama hidup trombosit yang normal adalah 710 hari ).

Trombosit dihasilkan dalam sum sum tulang melalui fragmentasi sitoplasma


megakariosit. Prekursor megakariosit megakarioblast akan muncul melalui
proses diferensiasi dari sel induk hemokoietik. Trombosit beredar dalam darah
selama 10 hari sebelum menjadi inaktif dan difagositosis oleh neutrofil dan
monosit. Seseorang yang memiliki trombosit sangat rendah beresiko tinggi
mengalami perdarahan (hemoragik) kecil multipel pada kulit dan di seluruh
tubuh.

III.

KESIMPULAN
-

Pada pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan beberapa kelainan pada


eritrosit orang coba yaitu meliputi :
o Kelainan berdasarkan ukuran
1. Anisositosis
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

77

o Kelainan berdasarkan bentuk eritrosit


1. Ovalosit
2. Sferosit
3. Teardrop cells(dacrocytes)/lakrimosit
4. Ekinosit/burr cells
o Kelainan berdarkan benda inklusi erirosit
1. Howell jolly bodies

Ditemukan pula adanya segmen neutrofil (PMN) merupakan bagian dari sel
darah putih(leukosit) kelompok granulosit.

Sedangkan pada morfologi trombosit tidak ditemukan adanya kelainan pada


sel yang disertai juga dengan jumlah trombosit orang coba yang masih dalam
kadar normal yaitu sekitar 317.000 /l dengan rata-rata jumlah normal
trombosit sebesar 150-400.000/l.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

78

PRAKTIKUM 10. PEMERIKSAAN URIN

I.METODE KERJA
-

Waktu dan Tempat Praktikum


a. Waktu

: 19 April 2014, 14 : 23 WIT Selesai

b. Tempat

: Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran


Universitas Cenderawasih

Alat dan Bahan


a. Alat

:
-

Tabung sentrifuge (2buah masing-masing untuk urin


pria dan wanita)

b. Bahan

Object glass dan cover glass

Mikroskop

Tabung reaksi

Gelas beker

Spuit 3ml (sebagai pipet)

Spirtus

Urin (pria dan wanita)

Reagen benedict

Asam asetat 6%

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

79

Prosedur Kerja
1) Masukkan 5mL urin yang telah dihomogenkan ke dalam tabung sentrifuge.
2) Tabung sentrifuge yang telah berisi sampel urin di pusingkan (di sentrifuge)
dengan kecepatan 2000 rpm selama 10menit.
3) Cairan di bagian atas dipindahkan ke tabung I dan tabung II masing-masing
untuk pemeriksaan glukosa urin (reduksi urin) dan pemeriksaan protein urin
dengan gerakan yang agak cepat. Kemudian tabung sentrifuge dibiarkan
tegak kembali.
4) Tabung I untuk pemeriksaan glukosa urin (reduksi urin)
-

Cairan urin di bagian atas yang sudah di sentrifuge dipindahkan ke tabung I


kira-kira 8tetes.

Tambahkan reagen benedict sebanyak 5mL.

Panaskan pada lampu spirtus sampai mendidih.

Diamkan selama 5menit dan amati perubahan yang terjadi.

5) Tabung II untuk pemeriksaan protein urin.


-

Cairan urin di bagian atas yang sudah di sentrifuge dipindahkan ke tabung II.

Panaskan pada lampu spirtus sampai mendidih.

Tambahkan larutan asam asetat 6% sebanyak 3-4tetes.

Panaskan lagi pada lampu spirtus kemudian diamkan selama 5menit.

Amati perubahan yang terjadi.

6) Kocok tabung sentrifuge untuk meresuspensi sedimen.


7) Teteskan 1tetes endapan urin di atas object glass dan kemudian tutup dengan
cover glass.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

80

8) Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x atau 40x.

II.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
Sebelum 2

Sesudah 2

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

81

Sebelum 1

Sesudah 1

B. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pemeriksaan urin dilakukan untuk
mengetahui

adanya kelainan ginjal dan saluran-salurannya, mengetahui

beratnya kelainan ginjal dan saluran-salurannya serta untuk memantau


penyakit yang terdeteksi melalui hasil praktikum.
Dari hasil pemeriksaan urin yang dilakukan oleh orang coba wanita dan
pria yang berjumlah 9 orang yaitu Theresia,Sartika,Angel,Wafiah,Bunga,
Marilyn, junarto,wahyu,herman di gabung dalam 1 tabung, tidak berbau dan
tidak adanya perubahan warna meskipun adanya sedikit busa itu di karenakan
pembakaran pada tabung tersebut sehingga tidak ada pengaruh terhadap
hasilnya yang menunjukkan bahwa tidak ada kelainan pada ginjal dan saluransalurannya.
III.

KESIMPULAN
-

Kelompok

kami

menyimpulkan,

bahwa

hasil

yang

ditunjukkan

dari

pemeriksaan urin, tidak adanya gangguan pada ginjal dan saluransalurannya.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

82

DAFTAR PUSTAKA

Bridgen, ML., 1999. Clinical Utility Of Erythrocyte Sedimentation Rate.


Http://Www.Aafp.Org/Afp/991001ap/1443.Html.
Burns, C., 2004. Routine Hematology Procedurs. In: Mckenzie S. B.,
Editor: Clinical Laboratory Hematology.
P e a r s o n Ed u c a t i o n . New
Jersey.
Corwin, EJ., 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC. Jakarta.
Desai SP., Isa-Pratt S., 2000. Clinicians Guide To Laboratory Medicine. Lexi
Comp Inc. Ohio.
Estridge BH, Reynolds AP, Walters NJ., 2000. Basic Medical Laboratory
Techniques. Thomson Learning. New York.
Fischbach F, Dunning III MB., 2009. Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR).
In: Fischbach F, Dunning III MB (Eds.), A Manual Of Laboratory And
Diagnostic Tests, 8th Edition. Wolter Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins. New
York. P.110-2.
Freund, M., 2011. Atlas Hematologi Heckner. Edisi 11. EGC. Jakarta
Gandasoebrata, R., 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta.
Ganong, WF., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Guyton, AC., & Hall, JE., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Hoffbrand, A.F. 2006. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. EGC. Jakarta
Junqueira, LC., 2007. Histologi Dasar. EGC. Jakarta.
Jou, JM., et al. 2011. ICSH Review Of The Measurement Of Erythrocyte
Sedimentation Rate. Int. Jnl. Lab. Hem. 2011;33:125-32.
Komariah, M., 2009. Metabolisme Eritrosit. Universitas Padjajaran. Bandung.
Koolman, J. & Klaus, HR., 2001. Atlas Berwarna & Teks Biokimia. Hippocrates.
Jakarta.
Leeson, CR., 1996. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. EGC. Jakarta.
Lewis, SM., 2001. Miscellaneous Tests. In: Lewis SM, Bain BJ, Bates I
th
(Eds.), Dacie And Lewis Practical Haematology. 9 Ed. Harcourt Publisher
Limited. London.
Mehta, A., 2006. At A Glance Hematologi Edisi Kedua. EMS. Jakarta.
Morris, MW., Davey. FR., 2001. Basic Examination Of Blood. In: Henry
JB (Ed.), Clinical Diagnosis And Management By Laboratory Methods. WB
Saunders Company. Pennsylvania.
Norderson, NJ., 2004. Erythrocyte Sedimentation Rate.
Http://Www.Ehendrick.Com/Healthy/00503.Htm. 12 Desember 2011.
Pangesti, I., 2012. Eritrosit. Penerbit Unimus. Jakarta.
Pohan H T., 2004. Manfaat Klinik Pemeriksaan Laju Endap
Darah. Dalam: Widodo, D., Pohan, HT. (Penyunting), Bunga Rampai Penyakit
Infeksi. Pusat Informasi Dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Price, SA., Wilson, LM., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol 1. EGC. Jakarta.
KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

83

Price, SA., Wilson, LM., 2013. Patofisiologi Volume 1 Edisi 6. EGC. Jakarta.
Seldon, M., 1998. Erythrocyte Sedimentation Rate.
Http://Www.Haps.Nsw.Gov/Edrsrch/Edinfo/Esr.Html. 12 Januari 2012.
Sherwood, L., 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi Ke-6. EGC.
Jakarta
Sutedjo, AY. 2006.Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium.
Amara Books. Yogyakarta.
Widodo, HP., 2004. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

KELOMPOK 11 PK ANGKATAN 2011

84

Anda mungkin juga menyukai