Anda di halaman 1dari 22

TUGAS IMUNOLOGI

SITOKIN

Di Susun Oleh :

Ade Irma 09334060


Dosen Pembimbing :

Dra.Refdanita,M.Si,Apt

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
2013

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A.

Latar Belakang.................................................................................................... 1

B.

Permasalahan..................................................................................................... 1

C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 2
A.

DEFINISI SITOKIN................................................................................................. 2

B.

SIFAT UMUM SITOKIN........................................................................................... 2

C. Fungsi Sitokin...................................................................................................... 5
D. Efek Biologis Sitokin............................................................................................ 6
E.

Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik dan Spesifik........................................6


1.

Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik.........................................................6

2.

Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik...............................................................7

BAB III
PEMBAHASAN............................................................................................................... 9
A.

Aktivasi sel.......................................................................................................... 9

B.

Efek Sitotoksisitas............................................................................................. 13

C. Sitokin pada Hematopoiesis..............................................................................14


D. Sitokin Dalam Pengobatan................................................................................17

BAB IV
i

PENUTUP.................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem imun adalah sistem perlindungan terhadap bahaya pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem
imun teriri dari dua macam yaitu sistem innate imun atau bawaan dan sistem imun
adaptif. Kedua macam sistem imun ini memiliki komponen-komponen sendiri-sendiri
yang intinya saling bekerjasama untuk memberikan pertahanan bagi tubuh sehingga
tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang ditimbulkan dari
mikroba pathogen seperti bakteri, mikroba, virus, parasit dan polutan.
Dalam sistem imun, sitokin merupakan protein kecil sebagai mediator dan
pengatur imunitas, inflamasi, dan hematopoesis yang dihasilkan terhadap adanya
respon stimulus imun. Sitokin dikategorikan sebagai molekul yang berperan dalam
komunikasi seluler yang penting dalam perkembangan dan fungsi respon imun alami
dan adaptif. Sitokin sering disekresikan oleh sel-sel imun dengan adanya bakteri
patogen, dengan demikian mengaktifkan dan merekrut sel-sel imun lain untuk
meningkatkan respon terhadap bakteri patogen.
B. Permasalahan
Masalah yang akan dibahas :
1. Maksud dari sitokin dan peranannya di dalam sistem imun
2. Bagaimana aktivitas kerja dari sitokin
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui peran dan kerja sitokin terhadap sistem imun pada tubuh.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI SITOKIN
Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan
protein yang diproduksi limfosit yang diaktifkan pada respons imun seluler. Sekarang
ternyata bahwa limfokin diproduksi di samping oleh limfosit juga oleh sel-sel lain
seperti makrofag, granulosit dan sel endotel. Oleh karena itu istilah yang lebih tepat
adalah sitokin.
(sumber : imunologi dasar, 2009, hal : 219)
Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin berasal dari bahasa Yunani cyto'
yang berarti sel, dan '-kino' yang berarti gerakan. Sitokin adalah salah satu dari
sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh
yang berperan sebagai hantaran signal dari suatu sel ke sel lain, dan memiliki efek
pada sel-sel lain.
Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin
bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian
membawa sinyal ke sel

melalui

second

messenger

(tirosin

kinase),

untuk

mengubah aktivitasnya (ekspresi gen). (sumber : shvooing.com, sitokin).


B. SIFAT UMUM SITOKIN
Sitokin bekerja seperti hormon yaitu melalui reseptor pada permukaan sel
sasaran, yaitu :
Langsung :
1.

Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi).

2.

Autoregulasi (fungsi autokrin).

3.

Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakrin)

Tidak langsung :
1.

Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan
sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme).

2.

Mencegah

ekspresi

reseptor

untuk

sitokin

lain

atau

produksi

sitokin

(antagonisme)

Sitokin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respon terhadap rangsang


mikroba dan antigen alinnya dan berperan sebagai mediator pada reaksi imun

dan inflamasi
Sekresi sitokin tidak terjadi secara cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan
sabagai molekul performed. Karjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja
terhadap berbagai jenis sel yang menimbulkan berbagai

efek) dan resudan

(berbagai sitokin menunjukkan efek yang sama)


Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain
Efek sitokin dapat lokal atau sistemik
Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin
Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan responnya pada membrane sel sasaran
Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekspresi gen
terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi fungsi baru dan kadang
proliferasi sel sasaran
(sumber: imunologi dasar, 2009, hal 219)
Sitokin diproduksi dan bekerja sebagai mediator pada imunitas non spesifik

misalnya IFN, TNF dan IL-1 sedang yang lainnya terutama berperanan pada imunitas
spesifik. Pada yang akhir sitokin bekerja sebagai pengontrol aktivasi, proliferasi dan
diferensiasi sel. Produksi sel sistem imun dikontrol oleh sitokin yang juga mengatur
hematopoiesis yang secara kolektif disebut Colony Stimulating Factor (CSF).
Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi
interseluler yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10 -10 10-15
mol/l dapat merangsang sel sasaran). Dewasa ini lebih dari 100 jenis sitokin yang
sudah diketahui (Tabel 1).
Tabel 1. Sitokin dan asalnya
Sitokin

Singkat
an

Sumber

Interleukin-1

IL-1

Makrofag, sel endotil,


limfosit granuler, sel
B, fibroblas, sel
epitel, astrosit,
osteosit, keratinosit,
osteoblas

Interleukin-2

IL-2

Sel T

Sinonim
Lymphocyte activating factor,
milogenic protein, B-cell
differentiation factor, pirogen
endogen, mediator leukosit
endogen, inducer serum amiloid A,
proteolysis inducing factor,
katabolin, hematopietin 1, factor
sel mononuklier.
T cell growth factor, faktor
mitogenik timosit, faktor helper
killer cel.

Interleukin-3

IL-3

Sel T

Multipotent colony stimulating


factor, burst promoting activity,
haematopoietic cell growth factor,
persisting cell stimulating factor,
mast cell growth factor,
hamatopoietin 2.

Interleukin-4

IL-4

Sel T

Interleukin-5

IL-5

Sel T

Interleukin-6

IL-6

Fibroblas, Sel T

B cell stimulation factor I, T cell


growth factor II, mast cell growth
factor II.
T cell replacing factor, B cell growth
factor II, eosinophil differentiation
factor
Interferon-2, B cell stimulation
factor 2, B-cell differentiation
factor, hybridoma/plasma cytoma
growth factor, hepatocyte
stimulating factor

Interleukin-7

IL-7

Sumsum Tulang

Interleukin-8
Interleukin-9

IL-8
IL-9

Monosit
Sel T

Interleukin 10

IL-10

Sel T, sel B, Makrofag

Interleukin 11
Interleukin 12
Interleukin 13
Interleukin 14
Interleukin 15
Interleukin 16
Interleukin 17
Granulyctemakrophagecolony
stimulating factor
Macrophagecolony
stimula- ting
factor
Granulocytecolony
stimula- ting
factor
Interferon-/

IL-11
IL-12
IL-13
IL-14
IL-15
IL-16
IL-17
GM-CSF

Stroma sumsum tulang


Sel T
Th2
Sel T
Monosit
Sel CD8+
Sel T
Sel T, sel endotil
fibroblas, makrofag

M-CSF

Fibroblas, monosit, sel


endotel

Colony stimulating factor

G-CSF

Makrofag, fibroblast

Colony stimulating factor

INF /

Sel yang diinfektir


virus, leukosit, limfosit,
sel NK, fibroblast

Interferon-

INF-

Tumor

TNF-

Sel yang diinfektir


virus, leukosit, limfosit,
sel NK, fibroblast
Makrofag, sel T,

Neutrophile activating peptide 1

Colony stimulating factor ,


pleuripoietin, neutrophile
inhibition factor

Cachecti, tumor necrosis factor


4

necrosis
factor-
Limfotoksin

LT=TNF
TGF-

timosit, sel B, sel NK

Sel T

Tumor necrosis factor

Transforming
Trombosit, tulang
growth factor

(sumber : imunologi dasar, 2000, hal : 94-95)

C. Fungsi Sitokin
Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan mengawali,
mempengaruhi dan meningkatkan respons imun nonspesifik.

Gambar 1. Fungsi sitokin pada pertahanan pejamu


Tabel.2 Sifat Umum Sitoin
Masa paruhnya singkat
Cepat terurai sebagai metode regulasi sehingga sulit diukur dalam sirkulasi
Kebanyakan bekarja lokal dalam lingkungan mikro sel
Beberapa bekerja pada produksi sel itu sendiri, meningkatkan aktivasi dan
diferensiasi melalui reseptor permukaan dengan afinitas tinggi
Kebanyakan efek biologis sitokin bersifat pleiotropik misalnya mempengaruhi
5

organ multiple dalam tubuh


Kebanyakan juga menunjukkan fungsi biologis yang tumpang tindih, sehingga
mengambarkan redudansi pada kelompoknya. Karena alas an inilah target
terapeutik sitokin tertentu sering gagal
(sumber: imunologi dasar ed.8, 2009, hal : 222)

D.Efek Biologis Sitokin


Efek biologis sitokin timbul setelah diikat oleh reseptor spesifiknya yang
diekspresikan pada membran sel organ sasaran. Pada awalnya, kadar reseptor
tersebut sangat rendah. Dewasa ini telah dapat dilakukan cloning dari gen sitokin
yang meyandi reseptor tersebut sehingga dapat dilakukan identifikasi untuk
mengetahui ciri-ciri

reseptor tersr tersebut. Struktur reseptor berbagai sitokin

sangat berbeda, tetapi hasil cloning menunjukkan tergolong pada 5 famili yaitu :
Superfamili immunoglobulin
Famili reseptor kelas I yang juga disebut famili reseptor hematopoietin
Famili reseptor kelas II yang juga diketahui sebagai famili reseptor interferon
Famili reseptor TNF
Famili reseptor kemokin
E. Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik dan Spesifik
1. Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik
Respons imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri
berupa sekresi sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor

Tabel 5. Sitokin pada Imunitas nonspesifik


Interlauki
n
IL-1
Makrofag, endotel,
Endotel : aktivitas (infamasi, koagulasi)
beberapa sel epitel
Hipotalamus : panas
Hati : sentesis APP
IL-6
Makrofag, sel endotel,
Hati : sintesis APP
sel T
Sel B : proliferasi sel plasma
IL-10
Makrofag, sel T
Makrofag, sel dendritik : mencegah produksi ILterutama Th2
21 dan ekspresi
IL-12
Makro sel dendritik
Sel T : diferensiasi Th1
Sel NK dan sel T : sintesis IFN-. Meningkatkan
aktivitas sitolitik
6

IL-15

Makrofag, sel lain

IL-18
IL-19
IL-20
IL-22

Makrofag
Sel T
Keratinosit
Sel T yang aktif

IL-23
IL-24
IL-24R
IL-25
IL-26
IL-27

Sel dendrit
Monosit, sel T

IL-28
IL-29
IL-30
IL-31

Monosit, SD
Monosit, SD
APC
Terutama Th2 yang
diaktifkan , monosit
yang diaktifkan
Sel K yang diaktifkan
dan monosit

IL-32
Interferon
IFN-, IFN
IFN-
Kemokin
TNF( Tumo
r Necrosis
Factor)

Th2
Sel T, NK
SD, makrofag, sel
endotel, dan sel plasma

IFN- : makrofag
IFN- : fibroblast
Th1
Makrofag, sel endotel,
sel T, fibroblast,
trombosit
Makrofag, sel T

Sel NK : proliferasi
Sel T : proliferasi (sel memori CD8+)
Sel NK dan Sel T : sintesis IFN-
Mengatur inflamasi kulit
Induksi proliferasi keratinosit
Induksi fase respons akut, madulasi produksi
sitokin
Merangsang respons imun selular
Sitotoksis-antitumor
Hipersensitifitas type I
Induksi eksplansi klon CD4T naif, bersama IL-12
memacu produksi IFN- oleh sel T CD4, induksi
CD8 T dalam aktifitas anti tumor
Respons antivirus, indiksi MHC I dan MHC II
Respons antivirus, indiksi MHC I dan MHC II
Sama dengan IL-27
Diduga terlibat dalam pengerahan PMN,
monosit dan sel T ketempat inflamasi di kulit
Porinflamator mitogenik induksi TNF-

Semua sel : antivirus, peningkatan ekspresi


MHC-I
Sel NK : aktivasi
Aktivasi sek NK dan makrofag, induksi MHC-II
Leukosit : kemotaksis, aktivasi, migrasi ke
jaringan

Sel endotel : aktivasi (inflamasi, koagulasi)


Neutrofil : aktivasi
Hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP
Otot, lemak : katabolisme (kaheksia)
Banyak jenis sel : apotosis
(sumber: imunologi dasar ed.8, 2009, hal : 226)
2. Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik
Sitokin berperan dalam poliferasi dan diferensiasi limfosit setelah
antigen dikenal dalam fase aktivasi pada respons spesifik dan selanjutnya
berperan dalam aktivasi dan poliferasi sel efektor khusus.

Tabel 6.
Sitokin
IL-2

Sitokin penting pada imunitas spesifik


Sumber Utama
Sel T

Sel Sasaran Utama dan Efek Biologik


Sel T : proliferasi, peningkatan sintesis sitokin,
meningkatkan apoptosis atas peran Fas
Sel NK : proliferasi, sintesis antibody (in vitro)
IL-4
Th2, sel mast
Sel B : pengalihan ke isotipe IgE
Sel T : diferensiasi dan proliferasi Th2
IL-5
Th2
Eosinofil : aktivasi , peningkatan produksi
Sel B : proliferasi, produksi IgA
IFN-
Th1, CD8+, sel Makrofag : aktivasi
NK
Sel B : pengalihan ke isotipe IgG dalam
meningkatkan opsonisasi dan ikatan komplemen
Th1 : diferensiasi
Berbagai sel : peningkatan ekspresi MHC-I dan
MHC-II, peningkatan proses dan presentasi
antigen ke sel T
TGF-
Sel T, makrofag, Sel T : mencegah proliferasi dan fungsi efektor
sel lain
Sel B : mencegah proliferasi, prodiksi IgA
Makrofag : pencegahan
Limfotoksin (LT) Sel T
Pengerahan dan aktivasi neutrofil
IL-13
Sel Th2
Sel B : pengalihan ke isotipe IgE
Sel epitel : peningkatan produksi mucus
Makrofag : pencegahan
(sumber : imunologi dasar ed. 8, 2009, hal : 236)
Dari table diatas dapat dilihat perbandingan ciri-ciri sitokin yang berperan
pada imunitas spesifik dan nonspesifik pada tabel berikut.
Tabel Perbandingan ciri Sitokin Imunitas Nonspesifik dan Spesifik
Ciri
Imunitas Nonspesifik
Imunitas Spesifik
Contoh
TNF, IL-1, IL-12, IFN*
IL-2, IL-4, IL-5, IFN*
Sel yang merupakan
Makrofang, sel NK
Sel T
sumber utama
Fungsi fisiologis
Mediator inflamasi (lokal dan
Regulasi pertumbuhan limfosit
utama
sistemik)
dan diferensiasi aktivasi sel
efektor (makrofag, eosinofil,
sel mast)
Rangsangan
LPS (endoktosin),
Antigen protein
peptidoglikan bakteri, virus
RNA, sitokin asal sel T (IFN)
Jumlah yang
Mungkin tinggi, ditemukan
Banyaknya rendah, biasanya
diproduksi
dalam serum
tidak ditemukan dalam serum
Efek lokal atau
Keduanya
Biasanya lokal saja
sistemik
8

Peran pada penyakit

Penyakit sistemik (misalnya


syok sepsis)

Kerusakan lokal jaringan


(inflamasi misalnya
granulomatosus)
Dapat dicegah
Kortikosteroid
Siklosporin, FK-506
IFN- * berperan penting pada imunitas nonspesifik dan spesifik
(sumber : imunologi dasar ed. 8, 2009, hal : 241)

BAB III
PEMBAHASAN
A. Aktivasi sel
1. Aktivasi sel T
Antigen yang semula ditangkap dan diproses APC (antigen presenting cell),
dipresentasikan ke reseptor pada sel Tc dan Th masing-masing dalam hubungan
dengan MHC kelas I dan II. APC tersebut memproduksi dan melepas sitokin seperti IL1 yang merangsang sel T untuk berproliferasi dan berdiferensiasi. Sel T tersebut
memproduksi sitokin. (Gambar 44 dan Tabel 7).
IL-1 juga mempunyai fungsi penting lain yaitu menimbulkan demam dan
penglepasan protein fase akut dari hati.Setelah menerima 2 sinyal yaitu kompleks
antigen dan IL-1, sel T diaktifkan. Aktivasi sel T yang naik oleh antigen spesifik
menghasilkan sel T memori yang dapat memberikan

respons sekunder masih

terhadap antigen yang sama. Sel T memori adalah sel yang dapat hidup lama dalam
keadaan istirahat dan dapat diaktifkan monosit/makrofag, sel B dan sel T. Setelah
dirangsang, sel T memori dapat memproduksi sitokin seperti IL-2, IL-4, IFN, IL-5 dan
IL-10, IL-3, TNF dan GM-CSF (respons sel To).
Aktivasi kronik ulang dari sel T memori, mengakibatkan diferensiasi sel Th
menjadi sel T yang memproduksi sitokin yang terbatas, Th1 dan Th2.

Gambar 1. Peranan sitokin pada aktivasi sel T.


Sel T diaktifkan oleh sinyal dari antigen (Ag) yang diproses, melepas limfokin
spesifik yang menimbulkan proliferasi dan diferensiasi sel Tc dan Th.

Tabel 3. Sitokin dan aktivasi sel T


Sitokin
IL-1

Fungsi biologis
Meningkatkan proliferasi sel T atas pengaruh APC
Meningkatkan

aktivitas

sel

T dengan

meningkatkan

ekspresi reseptor
Proliferasi timosit
IL-2

Proliferasi klon sel T

IL-4

T-cell growth factor, kurang poten dibanding dengan IL-2

IL-7

Meningkatkan diferensiasi sel T

IFN-

Meningkatkan ekspresi MHC kelas II dari makrofag


Meningkatkan produksi IL-1 atas pengaruh endotoksin
bakteri

TNF-

Meningkatkan ekspresi reseptor terhadap IL-2 dan IFN-


dari sel T
Meningkatkan produksi IFN- yang IL-2 dependen

(sumber : imunologi dasar, hal : 99)


2. Perkembangan subset Th1 dan Th2
Subkelas sel T tidak dapat dibedakan secara morfologik, tetapi dapat
dibedakan dari perbedaan sitokin yang diproduksinya. Sel Th dapat dibagi menjadi
sel Th1 dan sel Th2. Sel Th1 memproduksi sitokin seperti IFN, IL-2, TNF dan sel Th2
10

memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL-10. Sel Th1 lebih berperanan pada reaksi seluler
seperti hipersensitivitas lambat dan sel Th2 lebih berperanan pada reaksi humoral
seperti alergi (Gambar 45). Baik sel Th1 maupun sel Th2 memproduksi IL-3 dan GMCSF.
IFN- yang diproduksi sel Th1 mencegah proliferasi sel Th2, sedang IL-12 asal fagosit
mononuklier membantu pertumbuhan sel Th1. Sebaliknya IL-10 asal Th2 mencegah
produksi sitokin oleh sel Th1, dan IL-13 mencegah makrofag untuk memproduksi

sitokin (Gambar 46).


Gambar 2. Perkembangan sel T CD4+
serta interaksi antara sel Th1 dan sel Th2

Gambar 3. Imunoregulasi, respons sel Th1 dan Th2

11

3. Aktivasi sel B
Sel Th yang dirangsang melepas sitokin yang mengaktifkan sel B dalam 3
tingkat : aktivasi, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi
Ig (Gambar 4 dan Tabel 5).

Gambar 4. Sitokin

dan aktivasi sel B

Atas pengaruh dari Ag, limfokin yang dilepas APC(antigen presenting cell) dan
sel Th yang diaktifkan, resting B cell (Br) berkembang menjadi sel B yang
beproliferasi dan lebih besar (Bp) yang selanjutnya menjadi sel plasma (PC) yang
memproduksi antibodi (Ab).
Tabel Sitokin dan aktivasi sel B
Sitokin

Aktivasi

Proliferas

Diferensiasi

IL-1

i
-

IL-2

IL-4

Merangsang sel B dengan

Meningkatkan

meningkat-

sekresi

Kan IgG dan IgE, ekspresi


MHC kelas II dan CD23
Memperbesar volume
IL-6

Meningkatkan IgM,
IgG

TNF

12

IFN-

IL-1 dikenal pula sebagai B Cell Differentiation Factor dan IL-5 sebagai B Cell
Growth Factor.
B Cell Differentiation Factor (BCDF) yang dilepas sel T merangsang sel B yang
sudah mengikat antigen dan membelah diri menjadi sel plasma yang mampu
memproduksi Ig.
B Cell Growth Factor (BCGF) merangsang sel B yang sudah mengikat antigen
untuk berproliferasi.
Sel B yang diaktifkan selanjutnya memproduksi Ig. Sementara itu sel B juga
mengikat antigen melalui reseptor pada permukaan selnya. Kebanyak antigen
menimbulkan respons sel dengan bantuan sel T (antigen T dependen). Beberapa
antigen mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig tanpa bantuan sel T
(antigen T independen).
Antigen yang T independen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Antigen berupa molekul polimerik besar dengan banyak determinan antigen,
misalnya polisakarida, dextran dan ficoll.
b. Sering memiliki sifat mitogenik yang tidak begitu jelas misalnya dalam
konsentrasi tinggi mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig. Antigen
tersebut disebut aktivator poliklonal.
Pada respons yang T-independen, Ig yang terutama diproduksi adalah IgM dan
tidak dibentuk sel memori. Jadi suntikan antigen yang T-independen yang kedua kali
menimbulkan produksi IgM dalam kadar yang sama seperti pada pemberian pertama.
B. Efek Sitotoksisitas
Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab
infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui aktivitas sel
NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- mempunyai efek sitotoksik
langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2 merangsang LymphokineActivated
Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik terhadap sel tumor.

13

Tabel. Sitokin dengan efek sitotoksik


Sitokin

Sel yang diaktifkan

Efek

IFN-, IL-2
TNF, LT, GM-CSF,
G-CSF
IFN-

Makrofag
Polimorf

IL-2, IFN, IL-1

Sel NK dan sel LAK

TNF, GM-CSF, IFN-

Eosinofil

Aktivasi untuk membunuh sel tumor


Aktivasi antibody dependent celluler
cytotoxicity (ADDC)
Aktivasi sitotoksisitas seluler yang
terbatas pada MHC
Aktivasi untu membunuh yang tidak
terbatas pada MHC
Meningkatkan sitotoksisitas terhadap
parasit

Sel Tc

LAK = sel Killer yang diaktifkan limfokin


TNF- mempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2
merangsang Lymphokine Activated Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik terhadap
sel tumor. (sumber : imunologi dasar, hal : 103)
C. Sitokin pada Hematopoiesis
hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Pada orang dewasa dalam
keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang. Untuk
kelangsungan hemopoesis diperlukan : Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem
cell) .Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel
darah, termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam
sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai
pluripotent (totipotent) stem cell.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik

dapat

dibagi menjadi :
a) Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang
b)

mempunyai kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.


Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel

induk

yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
c) Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa

jenis

sel.

Misalnya

CFU-GM

(colony

forming

unit-

14

granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya


d)

menjadi sel-sel

granulosit dan sel-sel monosit.


Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi
satu jenis sel saja. Contoh CFU-E (colony forming unit- erythrocyte) hanya
dapat menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming

unit-granulocyte) hanya

mampu berkembang menjadi granulosit.


Mekanisme regulasi
Mekanisme

regulasi

sangat

penting

untuk

mengatur

arah

dan

kuantitas

pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke
darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan
tepat.

Produksi

komponen

darah

yang

berlebihan

ataupun

kekurangan

(defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam


mekanisme regulasi ini adalah :

Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :


a. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
b. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
c. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
d. Thrombopoietin
e. Burst promoting activity (BPA)
f. Stem cell factor (kit ligand)

Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri,

seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel- sel penunjang,
seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang
induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan

pertumbuhan sel

pertumbuhan sel induk

(inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan


proses hemopoesis normal.
Golongan sitokin yang disebut CSF berparan dalam hematopoiesis pada
manusia

yaitu

perkembangan,

GM-CSF,

G-CSF

diferensiasi

dan

dan

M-CSF.

ekspansi

Sitokin

sel-sel

ini

myeloid.

berperan
Pada

dalam

dasarnya

merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tulang menjadi sel yang
spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan
inflamasi yang memerlukan pengerahan leukosit akan juga memacu produksi
sitokin.
15

Tabel 4.
Sitokin

Sitokin yang Berperan pada Hematopoiesis


Sumber Utama
Sel Sasaran
Utama
SCF
Sumsum tulang, sel stroma Sel pluripoten
IL-7
Fibroblast, sel stroma
Progenitor limfoid
sumsum tulang
imatur
IL-3
Sel T
Progenitor imatur
dan yang
committed,
makrofag matang
GM-CSF Sel T, makrofag, sel
Progenitor imatur
endotel, fibrobals
M-CSF
Makrofag, sel endotel, sel
Progenitor yang
sumsum tulang, fibrobals
committed
G-CSF
Makrofag, sel endotel,
Progenitor yang
fibrobals
committed
(sumber: imunologi dasar ed.8, 2009, hal : 225)

Populasi Sel Utama


yang diinduksi
Semua sel
Semua sel
Semua sel

Aktivitas granulosit
dan makrofag
Monosit
Granulosit

16

Gambar 2. Berbagai sitokin pada pertumbuhan dan pematangan berbagai sel


darah

D.Sitokin Dalam Pengobatan


Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Sesuai dengan peran biologisnya, maka sitokin dapat dugunakan sebagai
pengganti komponen system imun yang imunokompromais atau untu
mengerahkan sel-sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun
primer atau sekunder, merangsang sel system imun dalam proses respons
terhadap tumor, infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Beberapa sitokin yang
telah digunakan dalam terapi terlihat pada tabel 10.
Tabel 10. Sitokin dalam Pengobatan
Nama Agen
Asal
Enbrel
Reseptor TNF simerik/
region tetap IgG
Remicade atau
Antibody monoclonal
Humira
terhadap reseptor TNF
Roferon
Interferon -2a *
Intron A

Interferon -2b

Bataseron
Avonex
Actimmune

Interferon -1b
Interferon -1a
Interferon -2

Neupogen

G-CSF

Leukine

GM-CSF

Aplikasi Klinis
Arthritis rheumatoid
Arthritis rheumatoid
Penyakit Crohn
Hepatitis B
Leukemia sel rambut
Sarcoma Kaposi
Hepatitis C #
Melanoma
Sklerosis multiple
Sklerosis multiple
Penyakit granulomatosis kronis
Osteoporosis
Merangsang produksi neutrofil
Reduksi infeksi pada penderita kanker
yang diobati dengan kemoterapi
Penderita AIDS
Merangsang produksi sel myeloid
setelah transplantasi sumsum tulang
Merangsang produksi trombosit

Neumega atau
IL-11
Neulasta
Epogen
Eritropotein
Merangsang produksi sel darah merah
* Interferon -2a juga digunakan pada leukemia kucing
# Biasanya digunakan sebagai kombinasi dengan obat antiviral (ribavirin)
pada pengobatan hepatitis C
(sumber : imunologi dasar ed. 8, 2009, hal : 250)

17

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur


immunitas, inflamasi dan hematopoesis.

Sitokin bekerja seperti hormone, melalui reseptor pada permukaan sel


sasaran.

Sitokin berperan dalam banyak respons imun seperti aktivasi sel T, sel B,
monosit dan makrofag, induksi sitotoksitas dan inflamasi.

sitokin mempunyai efek terhadap hematopoisis pada manusia yaitu GMCSF, G-CSF dan M-CSF

Dengan teknik rekomendasi DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah


besar. Sesuai dengan peranan biologiknya, maka sitokin dapat digunakan
sebagai pengganti komponen sistem imun yang defisien.

18

DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen G. Imunologi Dasar Ed. VII. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta. 2009
Baratawidjaja, Karnen G. Imunologi Dasar Ed. IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta. 2000
Skripsi.

Peranan

Sitokin

Pada

Proses

Destruksi

Jaringan

Periodonsium

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19262/3/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 9 Juni 2010
KTI Pengaruh Teh Hijau Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Alb/C Yang Diberi
Metotreksat, pdf http://eprints.undip.ac.id/19184/1/alberta.pdf . diterditkan
tanggal 20 September 2010
Sitokin terhadap periondental http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=sitokin_terhadap_periondental, diakses tanggal 31 Oktober
2010
shvoong.com, Sitokin. http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/imuunology/2140483-sitokin/

19

Anda mungkin juga menyukai