SITOKIN
Di Susun Oleh :
Dra.Refdanita,M.Si,Apt
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A.
Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.
Permasalahan..................................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 2
A.
DEFINISI SITOKIN................................................................................................. 2
B.
C. Fungsi Sitokin...................................................................................................... 5
D. Efek Biologis Sitokin............................................................................................ 6
E.
2.
BAB III
PEMBAHASAN............................................................................................................... 9
A.
Aktivasi sel.......................................................................................................... 9
B.
Efek Sitotoksisitas............................................................................................. 13
BAB IV
i
PENUTUP.................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem imun adalah sistem perlindungan terhadap bahaya pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Sistem
imun teriri dari dua macam yaitu sistem innate imun atau bawaan dan sistem imun
adaptif. Kedua macam sistem imun ini memiliki komponen-komponen sendiri-sendiri
yang intinya saling bekerjasama untuk memberikan pertahanan bagi tubuh sehingga
tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang ditimbulkan dari
mikroba pathogen seperti bakteri, mikroba, virus, parasit dan polutan.
Dalam sistem imun, sitokin merupakan protein kecil sebagai mediator dan
pengatur imunitas, inflamasi, dan hematopoesis yang dihasilkan terhadap adanya
respon stimulus imun. Sitokin dikategorikan sebagai molekul yang berperan dalam
komunikasi seluler yang penting dalam perkembangan dan fungsi respon imun alami
dan adaptif. Sitokin sering disekresikan oleh sel-sel imun dengan adanya bakteri
patogen, dengan demikian mengaktifkan dan merekrut sel-sel imun lain untuk
meningkatkan respon terhadap bakteri patogen.
B. Permasalahan
Masalah yang akan dibahas :
1. Maksud dari sitokin dan peranannya di dalam sistem imun
2. Bagaimana aktivitas kerja dari sitokin
C. Tujuan
Agar dapat mengetahui peran dan kerja sitokin terhadap sistem imun pada tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI SITOKIN
Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan
protein yang diproduksi limfosit yang diaktifkan pada respons imun seluler. Sekarang
ternyata bahwa limfokin diproduksi di samping oleh limfosit juga oleh sel-sel lain
seperti makrofag, granulosit dan sel endotel. Oleh karena itu istilah yang lebih tepat
adalah sitokin.
(sumber : imunologi dasar, 2009, hal : 219)
Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin berasal dari bahasa Yunani cyto'
yang berarti sel, dan '-kino' yang berarti gerakan. Sitokin adalah salah satu dari
sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh
yang berperan sebagai hantaran signal dari suatu sel ke sel lain, dan memiliki efek
pada sel-sel lain.
Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin
bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian
membawa sinyal ke sel
melalui
second
messenger
(tirosin
kinase),
untuk
2.
3.
Tidak langsung :
1.
Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan
sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme).
2.
Mencegah
ekspresi
reseptor
untuk
sitokin
lain
atau
produksi
sitokin
(antagonisme)
dan inflamasi
Sekresi sitokin tidak terjadi secara cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan
sabagai molekul performed. Karjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja
terhadap berbagai jenis sel yang menimbulkan berbagai
misalnya IFN, TNF dan IL-1 sedang yang lainnya terutama berperanan pada imunitas
spesifik. Pada yang akhir sitokin bekerja sebagai pengontrol aktivasi, proliferasi dan
diferensiasi sel. Produksi sel sistem imun dikontrol oleh sitokin yang juga mengatur
hematopoiesis yang secara kolektif disebut Colony Stimulating Factor (CSF).
Sitokin merupakan messenger kimia atau perantara dalam komunikasi
interseluler yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10 -10 10-15
mol/l dapat merangsang sel sasaran). Dewasa ini lebih dari 100 jenis sitokin yang
sudah diketahui (Tabel 1).
Tabel 1. Sitokin dan asalnya
Sitokin
Singkat
an
Sumber
Interleukin-1
IL-1
Interleukin-2
IL-2
Sel T
Sinonim
Lymphocyte activating factor,
milogenic protein, B-cell
differentiation factor, pirogen
endogen, mediator leukosit
endogen, inducer serum amiloid A,
proteolysis inducing factor,
katabolin, hematopietin 1, factor
sel mononuklier.
T cell growth factor, faktor
mitogenik timosit, faktor helper
killer cel.
Interleukin-3
IL-3
Sel T
Interleukin-4
IL-4
Sel T
Interleukin-5
IL-5
Sel T
Interleukin-6
IL-6
Fibroblas, Sel T
Interleukin-7
IL-7
Sumsum Tulang
Interleukin-8
Interleukin-9
IL-8
IL-9
Monosit
Sel T
Interleukin 10
IL-10
Interleukin 11
Interleukin 12
Interleukin 13
Interleukin 14
Interleukin 15
Interleukin 16
Interleukin 17
Granulyctemakrophagecolony
stimulating factor
Macrophagecolony
stimula- ting
factor
Granulocytecolony
stimula- ting
factor
Interferon-/
IL-11
IL-12
IL-13
IL-14
IL-15
IL-16
IL-17
GM-CSF
M-CSF
G-CSF
Makrofag, fibroblast
INF /
Interferon-
INF-
Tumor
TNF-
necrosis
factor-
Limfotoksin
LT=TNF
TGF-
Sel T
Transforming
Trombosit, tulang
growth factor
C. Fungsi Sitokin
Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan mengawali,
mempengaruhi dan meningkatkan respons imun nonspesifik.
sangat berbeda, tetapi hasil cloning menunjukkan tergolong pada 5 famili yaitu :
Superfamili immunoglobulin
Famili reseptor kelas I yang juga disebut famili reseptor hematopoietin
Famili reseptor kelas II yang juga diketahui sebagai famili reseptor interferon
Famili reseptor TNF
Famili reseptor kemokin
E. Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik dan Spesifik
1. Peran Sitokin pada Imunitas Nonspesifik
Respons imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri
berupa sekresi sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor
IL-15
IL-18
IL-19
IL-20
IL-22
Makrofag
Sel T
Keratinosit
Sel T yang aktif
IL-23
IL-24
IL-24R
IL-25
IL-26
IL-27
Sel dendrit
Monosit, sel T
IL-28
IL-29
IL-30
IL-31
Monosit, SD
Monosit, SD
APC
Terutama Th2 yang
diaktifkan , monosit
yang diaktifkan
Sel K yang diaktifkan
dan monosit
IL-32
Interferon
IFN-, IFN
IFN-
Kemokin
TNF( Tumo
r Necrosis
Factor)
Th2
Sel T, NK
SD, makrofag, sel
endotel, dan sel plasma
IFN- : makrofag
IFN- : fibroblast
Th1
Makrofag, sel endotel,
sel T, fibroblast,
trombosit
Makrofag, sel T
Sel NK : proliferasi
Sel T : proliferasi (sel memori CD8+)
Sel NK dan Sel T : sintesis IFN-
Mengatur inflamasi kulit
Induksi proliferasi keratinosit
Induksi fase respons akut, madulasi produksi
sitokin
Merangsang respons imun selular
Sitotoksis-antitumor
Hipersensitifitas type I
Induksi eksplansi klon CD4T naif, bersama IL-12
memacu produksi IFN- oleh sel T CD4, induksi
CD8 T dalam aktifitas anti tumor
Respons antivirus, indiksi MHC I dan MHC II
Respons antivirus, indiksi MHC I dan MHC II
Sama dengan IL-27
Diduga terlibat dalam pengerahan PMN,
monosit dan sel T ketempat inflamasi di kulit
Porinflamator mitogenik induksi TNF-
Tabel 6.
Sitokin
IL-2
BAB III
PEMBAHASAN
A. Aktivasi sel
1. Aktivasi sel T
Antigen yang semula ditangkap dan diproses APC (antigen presenting cell),
dipresentasikan ke reseptor pada sel Tc dan Th masing-masing dalam hubungan
dengan MHC kelas I dan II. APC tersebut memproduksi dan melepas sitokin seperti IL1 yang merangsang sel T untuk berproliferasi dan berdiferensiasi. Sel T tersebut
memproduksi sitokin. (Gambar 44 dan Tabel 7).
IL-1 juga mempunyai fungsi penting lain yaitu menimbulkan demam dan
penglepasan protein fase akut dari hati.Setelah menerima 2 sinyal yaitu kompleks
antigen dan IL-1, sel T diaktifkan. Aktivasi sel T yang naik oleh antigen spesifik
menghasilkan sel T memori yang dapat memberikan
terhadap antigen yang sama. Sel T memori adalah sel yang dapat hidup lama dalam
keadaan istirahat dan dapat diaktifkan monosit/makrofag, sel B dan sel T. Setelah
dirangsang, sel T memori dapat memproduksi sitokin seperti IL-2, IL-4, IFN, IL-5 dan
IL-10, IL-3, TNF dan GM-CSF (respons sel To).
Aktivasi kronik ulang dari sel T memori, mengakibatkan diferensiasi sel Th
menjadi sel T yang memproduksi sitokin yang terbatas, Th1 dan Th2.
Fungsi biologis
Meningkatkan proliferasi sel T atas pengaruh APC
Meningkatkan
aktivitas
sel
T dengan
meningkatkan
ekspresi reseptor
Proliferasi timosit
IL-2
IL-4
IL-7
IFN-
TNF-
memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL-10. Sel Th1 lebih berperanan pada reaksi seluler
seperti hipersensitivitas lambat dan sel Th2 lebih berperanan pada reaksi humoral
seperti alergi (Gambar 45). Baik sel Th1 maupun sel Th2 memproduksi IL-3 dan GMCSF.
IFN- yang diproduksi sel Th1 mencegah proliferasi sel Th2, sedang IL-12 asal fagosit
mononuklier membantu pertumbuhan sel Th1. Sebaliknya IL-10 asal Th2 mencegah
produksi sitokin oleh sel Th1, dan IL-13 mencegah makrofag untuk memproduksi
11
3. Aktivasi sel B
Sel Th yang dirangsang melepas sitokin yang mengaktifkan sel B dalam 3
tingkat : aktivasi, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi
Ig (Gambar 4 dan Tabel 5).
Gambar 4. Sitokin
Atas pengaruh dari Ag, limfokin yang dilepas APC(antigen presenting cell) dan
sel Th yang diaktifkan, resting B cell (Br) berkembang menjadi sel B yang
beproliferasi dan lebih besar (Bp) yang selanjutnya menjadi sel plasma (PC) yang
memproduksi antibodi (Ab).
Tabel Sitokin dan aktivasi sel B
Sitokin
Aktivasi
Proliferas
Diferensiasi
IL-1
i
-
IL-2
IL-4
Meningkatkan
meningkat-
sekresi
Meningkatkan IgM,
IgG
TNF
12
IFN-
IL-1 dikenal pula sebagai B Cell Differentiation Factor dan IL-5 sebagai B Cell
Growth Factor.
B Cell Differentiation Factor (BCDF) yang dilepas sel T merangsang sel B yang
sudah mengikat antigen dan membelah diri menjadi sel plasma yang mampu
memproduksi Ig.
B Cell Growth Factor (BCGF) merangsang sel B yang sudah mengikat antigen
untuk berproliferasi.
Sel B yang diaktifkan selanjutnya memproduksi Ig. Sementara itu sel B juga
mengikat antigen melalui reseptor pada permukaan selnya. Kebanyak antigen
menimbulkan respons sel dengan bantuan sel T (antigen T dependen). Beberapa
antigen mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig tanpa bantuan sel T
(antigen T independen).
Antigen yang T independen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Antigen berupa molekul polimerik besar dengan banyak determinan antigen,
misalnya polisakarida, dextran dan ficoll.
b. Sering memiliki sifat mitogenik yang tidak begitu jelas misalnya dalam
konsentrasi tinggi mampu mengaktifkan sel B untuk memproduksi Ig. Antigen
tersebut disebut aktivator poliklonal.
Pada respons yang T-independen, Ig yang terutama diproduksi adalah IgM dan
tidak dibentuk sel memori. Jadi suntikan antigen yang T-independen yang kedua kali
menimbulkan produksi IgM dalam kadar yang sama seperti pada pemberian pertama.
B. Efek Sitotoksisitas
Ada limfokin dengan efek sitotoksik yang dapat membunuh penyebab
infeksi dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung melalui aktivitas sel
NK (Tabel sitokin dengan efek toksiksitas).TNF- mempunyai efek sitotoksik
langsung terhadap sel tumor, sedang IL-2 merangsang LymphokineActivated
Killer Cell (sel LAK) yang sitotoksik terhadap sel tumor.
13
Efek
IFN-, IL-2
TNF, LT, GM-CSF,
G-CSF
IFN-
Makrofag
Polimorf
Eosinofil
Sel Tc
dapat
dibagi menjadi :
a) Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang
b)
induk
yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel induk limfoid.
c) Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya
beberapa
jenis
sel.
Misalnya
CFU-GM
(colony
forming
unit-
14
menjadi sel-sel
unit-granulocyte) hanya
regulasi
sangat
penting
untuk
mengatur
arah
dan
kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke
darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan
tepat.
Produksi
komponen
darah
yang
berlebihan
ataupun
kekurangan
Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL9, IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri,
seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel- sel penunjang,
seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang
induk (stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan
pertumbuhan sel
yaitu
perkembangan,
GM-CSF,
G-CSF
diferensiasi
dan
dan
M-CSF.
ekspansi
Sitokin
sel-sel
ini
myeloid.
berperan
Pada
dalam
dasarnya
merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tulang menjadi sel yang
spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan
inflamasi yang memerlukan pengerahan leukosit akan juga memacu produksi
sitokin.
15
Tabel 4.
Sitokin
Aktivitas granulosit
dan makrofag
Monosit
Granulosit
16
Interferon -2b
Bataseron
Avonex
Actimmune
Interferon -1b
Interferon -1a
Interferon -2
Neupogen
G-CSF
Leukine
GM-CSF
Aplikasi Klinis
Arthritis rheumatoid
Arthritis rheumatoid
Penyakit Crohn
Hepatitis B
Leukemia sel rambut
Sarcoma Kaposi
Hepatitis C #
Melanoma
Sklerosis multiple
Sklerosis multiple
Penyakit granulomatosis kronis
Osteoporosis
Merangsang produksi neutrofil
Reduksi infeksi pada penderita kanker
yang diobati dengan kemoterapi
Penderita AIDS
Merangsang produksi sel myeloid
setelah transplantasi sumsum tulang
Merangsang produksi trombosit
Neumega atau
IL-11
Neulasta
Epogen
Eritropotein
Merangsang produksi sel darah merah
* Interferon -2a juga digunakan pada leukemia kucing
# Biasanya digunakan sebagai kombinasi dengan obat antiviral (ribavirin)
pada pengobatan hepatitis C
(sumber : imunologi dasar ed. 8, 2009, hal : 250)
17
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sitokin berperan dalam banyak respons imun seperti aktivasi sel T, sel B,
monosit dan makrofag, induksi sitotoksitas dan inflamasi.
sitokin mempunyai efek terhadap hematopoisis pada manusia yaitu GMCSF, G-CSF dan M-CSF
18
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen G. Imunologi Dasar Ed. VII. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta. 2009
Baratawidjaja, Karnen G. Imunologi Dasar Ed. IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
UI. Jakarta. 2000
Skripsi.
Peranan
Sitokin
Pada
Proses
Destruksi
Jaringan
Periodonsium
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19262/3/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 9 Juni 2010
KTI Pengaruh Teh Hijau Terhadap Jumlah Eritrosit Mencit Alb/C Yang Diberi
Metotreksat, pdf http://eprints.undip.ac.id/19184/1/alberta.pdf . diterditkan
tanggal 20 September 2010
Sitokin terhadap periondental http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=sitokin_terhadap_periondental, diakses tanggal 31 Oktober
2010
shvoong.com, Sitokin. http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/imuunology/2140483-sitokin/
19