“SITOKIN ”
NAMA :
UNIVERSITAS ABDURRAB
2022/2023
SITOKIN
A. Pengertian SITOKIN
Di dalam proses eliminasi patogen dari tubuh, seluruh komponen dalam sistem
kekebalan tubuh akan bekerja sama mencapai tujuan ini. Salah satu komponen sistem
mengatur sistem imunitas ini adalah sitokin. Sitokin dikenal karena peranannya dalam
aktivasi sel-sel imun juga sekaligus berperan dalam komunikasi antar sel.
Sitokin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel dan berfungsi terhadap sel itu
sendiri maupun sel-sel lain di sekitarnya. Sitokin ini berperan dalam aktivasi sel-sel imun
(baik non spesifik maupun spesifik), mengatur hematopoiesis maupun membantu terjadinya
peradangan (Inflamasi).
Sitokin memiliki beberapa nama lain yang dihubungkan dengan jenis sel penghasil,
sel target dan cara kerja sitokin tersebut. Monokin adalah sel yang dihasilkan oleh makrofag.
limfokin adalah sitokin yang dihasilkan oleh limfosit, Interleukin adalah sitokin yang
dihasilkan oleh dan berfungsi untuk sel leukosit, kemokin adalah sitokin yang berfungsi
untuk menstimulasi pergerakan sel-sel leukosit ke tempat infeksi.
B. FUNGSI SITOKIN
1. Mediator dan regulator imunitas bawaan → IL-12, IFN
2. Mediator dan regulator imunitas didapat → IL-2, IL-4, IL-5,, IL-13,
IFN,Transforming growth factor-β (TGF-β) dan lymphotoxin (TNF- β)
3. Stimulator hematopoiesis
4. pengaturan respon imun non spesifik, spesifik, hematopoiesis dan peradangan
atau inflamasi.
C. JALUR AKTIVASI SITOKIN
1. Aktivasi jalur sitokin
Respon sistemik terhadap infeksi diperantarai oleh sitokin yang
memiliki target pada reseptor end-organ dalam responnya terhadap trauma
atau infeksi. Setelah disadari perlunya suatu respon, tubuh akan menghasilkan
molekul proinflamasi yang larut dalam protein dan lipid yang kemudian akan
mengaktifkan pertahanan sel, selanjutnya dihasilkan molekul anti-inflamasi
untuk melemahkan dan menghentikan respon proinflamasi. Normalnya respon
sitokin diatur oleh mediator proinflamasi dan antiinflamasi.
Respon inflamasi awal terus dicek oleh down-regulasi produksi dan
perlawanan terhadap efek sitokin yang sudah dihasilkan. Mediator-mediator
ini memulai suatu proses yang saling tumpang tindih yang secara langsung
mempengaruhi endotel, kardiovaskuler, hemodinamik dan mekanisme
koagulasi. Pelepasan berbagai vasoregulator ini umumnya bersifat lokal. Efek
langsung mikroorganisme penginvasi atau produk toksiknya berkontribusi
terhadap patogenesis sepsis.
Faktor yang berpotensi menyerang adalah endotoksin, komponen
dinding sel bakteri (peptidoglikan, muramyl dipeptide dan asam lipoteikoat)
serta produk bakteri (enterotoksin B stafilokokal, toksin-1 sindrom syok
toksik, eksotoksin A pseudomonas dan protein M streptokokus hemolitikus
grup A). Endotoksin merupakan mediator eksogen yang penting dalam sepsis
akibat infeksi bakteri gram negatif. Endotoksin, yakni lipopolisakarida (LPS)
yang ditemukan pada dinding sel bakteri gram negatif, cenderung
menghasilkan gambaran sepsis jika disuntikkan pada manusia.
Pada sepsis gram negatif, monosit mempunyai peran sentral sebagai
mediator LPS. LPS memacu monosit untuk mengeluarkan TNF-α, IL-1 dan
IL-6. Aktivasi monosit oleh LPS terjadi secara bertahap. Mula-mula LPS
terikat dengan protein plasma membentuk LPS-binding protein (LBP).
Kompleks ini akan berikatan dengan reseptor CD-14 pada monosit atau
makrofag, CD-14 sendiri sebelumnya sudah berikatan dengan toll-like
receptor (TLR). Saat ini telah diketahui bahwa TLR-2 berperan dalam
pengenalan bakteri gram positif sedangkan TLR-4 untuk bakteri gram negatif.
TNF-α dan IL-1 memacu endotel atau monosit untuk melepaskan tissue factor
(TF) dan memacu sistem koagulasi membentuk trombus.
2. Aktivasi jalur non-sitokin
LPS mengaktivasi kaskade koagulasi dan komplemen. Pada kaskade
koagulasi, makrofag mengaktifkan bradikinin melalui faktor XII yang
menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran plasma. Makrofag dapat teraktivasi
untuk melepaskan TF yang mengakibatkan deposit fibrin pada sel endotel.
Sedangkan pada kaskade komplemen, anafilatoksin C5a memicu terjadinya
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Sistem
komplemen sendiri merupakan suatu kaskade protein yang membantu
pembersihan organisme patogen.
Penelitian pada binatang percobaan menemukan bahwa penghambatan
kaskade komplemen menurunkan inflamasi dan meningkatkan mortalitas
binatang percobaan. Mediator lipid juga berperan dalam patogenesis sepsis
dan syok septik. Pelepasan asam arakidonat (eikosanoid) menyebabkan
kerusakan pembuluh darah, agregasi PMN dan oksigen radikal toksik.
Tromboksan menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi trombosit.
Prostasiklin menyebabkan vasodilatasi dan edema perivaskuler. Leukotrien
menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran pembuluh darah. Nitric oxide yang
dilepas oleh sel endotel, hepatosit dan makrofag menyebabkan hipotensi dan
syok septik karena vasoplegi.
F. SISTEM AKTVASI
Sitokin memiliki kemampuan kerja yang bermacam-macam. Hal ini antara lain :
A. Pleiotropisme.
Yaitu kemampuan satu sitokin untuk bekerja pada beberapa sel target.
Contohnya adalah sitokin yang bernama Interleukin 4 (IL-4) yang dihasilkan oleh Sel
T helper. Sitokin ini memiliki beberapa sel target seperti makrofag, limfosit B dan sel
T helper sendiri. Fungsinya antara lain menghambat perbanyakan mkarofag,
diferensiasi sel limfosit T helper menjadi T helper 2 (TH2) serta dalam produksi IgE.
B. Redundansi.
Adalah kemampuan beberapa sitokin untuk menstimulasi respon yang sama.
Contohnya adalah IL-2, IL-4 dan IL-5 yang samasama memiliki target sel limfosit B.
Mereka memiliki fungsi yang sama yaitu berperan dalam perbanyakan sel limfosit B.
C. Sinergi.
Adalah kemampuan beberapa sitokin untuk bekerjasama menstimulasi respon.
Contohnya pada Interferon gamma (IFNγ) yang dihasilkan oleh sel limfosit T yang
bekerjasama dengan sitokin Tumor Necrosis Factor (TNF) yang dihasilkan oleh
makrofag, bersama-sama untuk menstimulasi ekspresi molekul Major
Histocompatibility Complex Kelas I (MHC I) pada beberapa sel.
D. Antagonisme.
Ini adalah kemampuan kerja sitokin yang berkebalikan dengan sinergisme.
Pada antagonisme, suatu sitokin dapat berperan untuk menghambat kerja sitokin yang
lain. Seperti contohnya sitokin IFNγ dan IL-10 yang dihasilkan oleh sel-sel limfosit.
Keduanya dapat saling menghambat. Interleukin 10 (IL-10) merupakan sitokin yang
dapat menghambat aktivasi sel-sel makrofag. Sebaliknya, IFNγ justru berperan dalam
aktivasi makrofag.
G. PENGGOLONGAN SITOKIN
Karena terdapat banyak fungsi dan jumlah sitokin yang dihasilkan oleh tubuh,
maka sitokin ini dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan
fungsinya. Sitokin digolongkan menjadi:
1. Sitokin yang berperan dalam pengaturan respon imun non spesifik;
2. Sitokin yang berperan dalam pengaturan respon imun spesifik; dan
3. Sitokin yang berperan dalam hematopoiesis.
1. Sitokin pada respon imun non spesifik
Pada respon imun non spesifik, sitokin dapat berperan dalam stimulasi respon
ini terhadap antigen atau patogen. Sitokin-sitokin yang berperan disini umumnya
dihasilkan oleh sel-sel makrofag tetapi juga bisa dihasilkan oleh sel-sel yang lain,
contohnya adalah TNF dan IL-12.
Tumor Necrosis Factor (TNF) adalah sitokin yang dihasilkan sebagian besar
oleh sel-sel makrofag. Beberapa set lain seperti limfosit T, sel NK dan sel mast juga
menghasilkan TNF dengan jumlah yang lebih kecil. Sitokin TNF sering juga disebut
dengan TNFa yang memiliki fungsi menstimulasi sel-sel leukosit ke tempat infeksi
(Gambar 8). Sehingga hal ini akan memicu terjadinya peradangan/inflamasi. Hal yang
menarik adalah bahwa produksi TNFa banyak distimulasi oleh infeksi bakteri gram
negatif.
Interleukin 12 (IL-12) merupakan sitokin yang banyak diproduksi oleh sel-sel
makrofag dan dendritik. Fungsi dari IL-12 cukup banyak, diantaranya adalah akan
menstimulasi produksi IFNγ oleh sel NK dan limfosit T. Sitokin IFNγ ini kemudian
akan mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis. Selain itu, bersama-sam
dengan IFNγ ini, IL-12 membantu diferensiasi sel limfosit T menajdi sel limfosit T
Helper 2 (TH2), suatu jenis sel limfosit T yang berperan dalam eliminasi patogen
yang terdapat di luar sel, seperti cacing. Sitokin IL-12 ini juga dapat meningkatkan
aktivitas sitotoksik dari sel NK. Sehingga dapat membunuh sel-sel terinfeksi.
I. SISTEM PENGONTROL
(1) IL-1
Sumber : monosit, makrofag, SD, Sel T, B, NK, endotel, otot polos, fibroblas,
keratinosit, kondrosit.
Fungsi utama : mediator respons inflamasi penjamu pada imunitas bawaan
(2) IL-2
Sumber utama : Sel T
Fungsi utama : meningkatkan prolifeerasi dan diferensiasi sel imun lain (sel NK,
sel B)
(3) IL-3
Sumber utama : sel T, sel mast, eosinofil
Fungsi : merangsang fase dini hematopoises, meningkatkan pertumbuhan monosit
dan sel B.
(4) IL-4
Sumber utama : sel T, sel mast
Fungsi : mengatur beberapa fase hematopoiesis
(5) IL-5
Sumber utama : sel T, sel mast, eosinofil
Fungsi : merangsang pertumbuhan eosinofil
(6) IL-6
Sumber : sel T,B, makrofag, fibroblas, keratinosit, sel endotel
Fungsi : mengatur respons fase akut, inflamasi
(7) IL-7
Sumber : sumsum tulang, timus
Fungsi : mengatur fase dini perkembangan sel limfoid.
(8) IL-8
Sumber : sel B,T, monosit, fibroblas, endotel, epitel.
Fungsi : mengatur inflamasi melalui pemberian sinyal kemotaksis, merangsang
angiogenesis
(9) IL-9
Sumber : sel T
Fungsi : merangsang aktifasi sel T dan sel mast.
(10) Interferon (IFN) – α
Sumber : limfosit, monosit, makrofag.
Fungsi : resistensi thd virus, regulasi ekspresi MHC-1
(11) IFN-β
Sumber : Fibroblas, epitel.
Fungsi : resistensi thd virus, regulasi ekspresi MHC-1
(12) IFN-γ
Sumber : Sel T, NK
Fungsi : aktivasi makrofag
(13) Tumor Necrosis Factor (TNF)
Merupakan mediator utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri gram
negatif dan berperan dlm respon imun bawaan thd mikroorganisme penyebab
infeksi lain.
(14) TGF
Mempunyai peran penting pada perkembangan embrio, penyembuhan luka dan
pembentukan tulang
(15) Kemokin
Superfamili polipeptida kecil
Mengandung 90-130 residu asam amino
Fungsi → mengontrol adhesi secara selektif, kemotaksis dan aktivasi berbagai
jenis leukosit.
DAFTAR PUSTAKA