Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti diketahui hampir semua sistem biologi memerlukan komunikasi antar sel
untuk pertumbuhan dan pengaturannya. Pada sistem imun komunikasi antar sel umumnya
melibatkan sitokin. Mediator ini diperlukan untuk proliperasi dan diferensiasi sel-sel
hematopoitik dan untuk mengatur dan menentukan respon imun. Sitokin dalam
menjalankan fungsinya sebagai mediator saling berinteraksi antara sitokin sendiri dan
interaksi ini dapat berjalan sinergis atau antagonis. Oleh karena interaksi tersebut, konsep
kerja sitokin sebagai suatu network.
Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit dan
sel-sel berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak bertindak
sebagai molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi, namun pada
umumnya sitokin bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk melawan hal-hal
yang bersifat patogen dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir seluruh sitokin akan
disekresi dan sebagian dapat ditemukan pada membran sel, sisanya disimpan dalam
matriks ekstraseluler.
Sitokin dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL4,- IL-6/IL-12, Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan
Kemokin. Pada umumnya sitokin merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan
diferensiasi. Sebagian besar sitokin bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoetik.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Untuk memudahkan para pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi agar
mengerti dan memahami tentang apa itu sitokin, fungsi sitokin di dalam tubuh manusia,
dan hubungan kadar sitokin interleukin.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA
Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan protein yang
diproduksi limfosit B dan T yang diaktifkan. Sel-sel lain seperti makrofag, eosinofil, sel mast,
sel endotel, dan epitel juga memproduksi protein golongan tersebut. Oleh karena itu istilah
yang lebih tepat adalah sitokin. Sitokin merupakan protein sistem imun yang mengatur
interaksi antar sel dan memacu reaktivitas imun, baik pada imunitas nonspesifik maupun
spesifik.
2.1 Sifat Umum Sitokin
Sitokin dapat memberikan efek langsung dan tidak langsung. Sitokin yang
berefek langsung memiliki ciri :
Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleiptropi)
Autoregulasi (fungsi autokrin)
Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)
Sedangkan Sitokin yang berefek tidak langsung mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan
sitokin lain dalam merangsang sel (sinergisme)
Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)
Sitokin sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Sitokin adalah polipeptida yang diproduksi sebagai respons terhadap rangsang
mikroba dan antigen lainnya dan antigen lainnya dan berperan sebagai
mediator pada reaksi imun dan inflamasi.
2) Sekresi sitokin terjadi cepat dan hanya sebentar, tidak disimpan sebagai
molekul preformed. Kerjanya sering pleiotropik (satu sitokin bekerja terhadap
berbagai jenis sel yang menimbulkan berbagai efek) dan redundan (berbagai
sitokin menunjukkan efek yang sama). Oleh karena itu, efek antagonis satu
sitokin tidak akan menunjukkan hasil nyata karena ada kompensasi dari sitokin
3)
4)
5)
6)

yang lain.
Sitokin sering berpengaruh terhadap sintesis dan efek sitokin yang lain.
Efek sitokin dapat lokal atau sistemik.
Sinyal luar mengatur ekspresi reseptor sitokin atau respons sel terhadap sitokin
Efek sitokin terjadi melalui ikatan dengan reseptornya pada membran sel
sasaran

7) Respons selular terhadap kebanyakan sitokin terdiri atas perubahan ekpresi


gen terhadap sel sasaran yang menimbulkan ekspresi fungsi baru dan kadang
proliferasi sel sasaran.
Sitokin merupakan protein pembawa pesan kimiawi, atau perantara dalam
komunikasi antarsel yang sangat poten, aktif pada kadar yang sangat rendah (10 -10-10-15
mol/l dapat merangsang sel sasaran). Reseptor yang diekspresikan dan afinitasnya
merupakan faktor kunci respons selular.
2.2 Antagonis Sitokin
Sejumlah protein mencegah aktivitas biologis sitokin. Sitokin tersebut
berikatan direk dengan reseptor sitokin tetapi tidak dapat mengaktifkan sel, atau
berikatan direk dengan sitokin yang mencegah aktivitasnya. Contoh yang menghambat
adalah antagonis IL-1R (IL-1Ra) yang berikatan IL-1R tetapi tidak memiliki aktivitas.
Produksi IL-1Ra diduga berperan dalam regulasi respons intensitas inflamasi. Inhibitor
sitokin ditemukan dalam darah dan cairan ekstraselular.
Beberapa virus dapat mengembangkan strategi untuk menghindari aktivitas
sitokin. Strategi antisitokin tersebut merupakan bukti biologis pentingnya sitokin dalam
menimbulkan respons imun yang efektif terhadap mikroba. Molekul yang diproduksi
virus yang menyerupai sitokin memungkinkan virus untuk memanipulasi respons imun
yang membantu masa hidup patogen.
Tabel 1. Kemiripan viruus dengan sitokin dan reseptor sitokinnya

VIRUS
Leporipoksivirus (virus miksoma)
Beberapa poksvirus
Vaksinia, virus varisela
EBV
Virus Herpes 8

PRODUK
Resptor IFN- larut
Reseptor IFN- larut
Reseptor IFN- larut
Homolog IL-10
Homolog iL-6, juga homolog kemokin MIPI
dan MIP II 3 reseptor kemokin homolog yang

Virus Sitomegalo

berbeda, satu diantaranya mengikat tiga


kemokin larut yang berbeda (RANTES,
MCP-1 dan MIP-1

2.3 Fungsi Sitokin


3

Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifik dan mengawali,


mempengaruhi dan meningkatkan respons imun nonspesifik. Pada imunitas nonspesifik,
sitokin diproduksi makrofag dan sel NK (natural killer), berperan pada inflamasi dini,
merangsang poliferasi, diferensiasi dan aktivasi sel efektor khusus seperti makrofag.
Pada imunitas spesifik sitokin yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun spesifik.
Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba yang masuk ke
dalam tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang berperan dalam innate respon
adalah sel fagosit (netropil, monosit dan makrofag). Sel yang melepaskan mediator
inflamasi (basofil, sel mast dan eosinofil) serta sel natural killer. Komponen lain dalam
innate response ini adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin seperti interferon
4. Adaptive response meliputi proliferasi antigen-specific sel T dan sel B, yang terjadi
apabila reseptor permukaan sel ini berikatan dengan antigen. Sel khusus yang disebut
dengan antigen-presenting cells (APC) mempresentasikan antigen pada MHC dan
berikatan dengan reseptor limfosit. Sel B akan memproduksi imunoglobulin, yang
merupakan antibodi yang spesifik terhadap antigen yang dipresentasikan oleh sel APC.
Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler dan
membantu sel B untuk memproduksi antibodi.17 Sel T CD4 merupakan cytokinesecreting helper cells, sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic killer cells. Sel T CD4
secaca umum dibagi menjadi dua golongan yaitu T helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe
2 (Th-2). Sitokin yang disekresi oleh Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang
disekresi Th-2 adalah IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai
peranan dalam sistem kontrol. Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan
sekresi IL-10 akan menghambat sel Th-1.17,18 Sitokin mempunyai peranan yang
penting untuk menentukan tipe respon imunitas tubuh yang efektil untuk melawan agent
infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan menyebabkan sekresi IFN- dari Th-1. Sitokin
akan mengaktivasi makrofag dengan efisien untuk membunuh kuman intraseluler, Secara
sederhana digambarkan bahwa produksi sitokin oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk
aktivasi makrofag dan T-cell-mediated cytotoxicity17.
Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:
a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami

b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat


c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.
Sitokin yang berperan sebagai mediator dan regulator respon imun alami
dihasilkan terutama fagosit mononuklear seperti makrofag dan sel dendrit dan sebagian
kecil oleh limfositT dan sel NK. Sitokin-sitokin tersebut diproduksi sebagai respon
terhadap agen molekul tertentu seperti LPS (Hpopoysaccharide), peptidoglykan
monomers, teicoid acid dan DNA double stranded. Beberapa sitokin yang penting adalah
tumor necrosis factor (TNF), IL-1, interferon gamma (IFN gamma), IL-6, IL-10,1L-12.
Sitokin-sitokin yang berfungsi sebagai mediator dan regulator respon imun didapat
terutama diproduksi oleh limfosit T yang telah mengenal suatu antigen spesifik untuk sel
tersebut. Sitokine ini mengatur proliferasi dan diferensiasi limfosit pada fase pengenalan
antigen dan mengaktifkan sel efector. Bakteri atau antigen yang berbeda akan
merangsang sel T helper CD4+ untuk berdeferensiasi menjadi Th-1 dan Th-2 yang
mengahasilkan sitokin yang berbeda pula. Beberapa diantaranya yang penting adalah :
IL- 2, IL-4, IL-5, TGF (tranforming growth factor), IFN gamma, IL-13. Sedangkan
sitokin yang merangsang hematopoiesis yaitu sitokine diperlukan untuk mengatur
hematopoiesis dalam sumsum tulang. Beberapa sitokin yang diproduksi selama respon
imunitas alami dan didapat, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel progenitor
sumsum tulang. CSF , IL-3, GM-CSF, G-CSF merupakan beberapa sitokin yang penting
untuk proses hemopoiesis.
2.4 Sitokin pada Hematopoiesis
Segolongan sitokin yang disebut CSF (cairan serebrospinal) berperan dalam
hematopoiesis pada manusia yaitu GM-CSF, G-CSF dan M-CSF. Sitokin golongan ini
berperan dalam perkembangan, diferensiasi dan ekspansi sel-sel mieloid. Pada dasarnya
sitokin tersebut merangsang diferensiasi sel progenitor dalam sumsum tilang menjadi sel
yang spesifik dan berperan pada pertahanan terhadap infeksi. Reaksi imun dan inflamasi
yang memerlukan pengerahan leukosit akan juga memacu produksi sitokin.
2.5 Peran Sitokin dalam Imunitas nonspesifik
Respoms imun nonspesifik dini yang penting terhadap virus dan bakteri
berupa sekresi sitokin yang diperlukan untuk fungsi banyak sel efektor. Interaksi antigen
5

dan makrofag dan yang menimbulkan aktivasi Th menimbulkan pelepasan sejumlah


sitokin dan menimbulkan jaring interaksi kompleks dalam respons imun.
SITOKIN
IL-1

Sumber Utama
Makrofag, endotel, beberapa sel

Sasaran Utama dan Efek Biologik


Endotel : aktivasi (inflamasi,

epitel

koagulasi)
Hipotalamus: panas

IL-6
IL-10

Makrofag, sel endotel, sel T

Hati : APP
Hati : sintesis APP

Makrofag, Sel T terutama Th2

Sel B : proliferasi sel plasma


Makrofag, sel dendritik : mencegah
produksi IL-21 dan ekspresi

IL-12

kostimulator dan MHC-II


Sel T: diferensiasi Th1

Makrofag, sel dendritik

Sel NK dan sel T : sintesis IFN-,


IL-15

meningkatkan aktivitas sitolitik


Sel NK : proliferasi

Makrofag, sel lain

Sel T : proliferasi (sel memori


IL-18
IFN-,

Makrofag
IFN- : makrofag

CD8+)
Sel NK dan sel T : sintesis IFN-
Semua sel : antivirus, peningkatan

IFN-

IFN- : fibroblas

ekspresi MHC-I

Th1

Sel NK : aktivasi
Aktivasi sel NK dan makrofag,

Kemokin

Makrofag, sel endotel, sel T,

induksi MHC II
Leukosit : kemotaksis, aktivasi,

TNF

fibroblas, trombosit
Makrofag, sel T

migrasi ke jaringan
Sel endotel : aktivasi (inflamasi,

IFN-

koagulasi)
Neutrofil : aktivasi
Hipotalamus : panas
Hati : sintesis APP
Otot, lemak : katabolisme
(kaheksia)
Banyak jenis sel : apoptosis

1) TNF (Tumor Necrosis Factor)


6

TNF merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut terhadap bakteri
negatif-gram dan mikroba lain. Infeksi yang berat dapat memicu produksi TNF dalam
jumlah besar yang menimbulkan reaksi sistemik .
TNF disebut TNF- atas dasar historis dan untuk membedakannya dari TNF-
atau limfotoksin. Sumber utama TNF adalah fagosit mononuklear dan sel T yang
diaktifkan antigen, sel NK dan sel mast. Pada kadar rendah, TNF bekerja terhadap
leukosit dan endotel, menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan
dalam inflamasi sistemik. Pada kadar tinggi, TF menimbulkan kelainan patologik
syok septik.
2) IL-1
Fungsi utama IL-1 adalah sama dengan TNF, yaiu mediator inflamasi yang
merupakan respons terhadap infeksi dan rangsangan lain. Bersama TNF berperan
pada imunitas nonspesifik. Sumber utama IL-1 juga sama dengan TNF yaitu fagosit
mononuklear yang diaktifkan.
3) Il-6
IL-6 berfungsi dalam imunitas nonspesifik, diproduksi fagosit mononuklear,
sel endotel vaskular, fibroblas dan sel lain sebagai respons terhadap mikroba dan
sitokin lain. Dalam imunitas nonspesifik,

IL-6 merangsang hepatosit untuk

memproduksi APP dan bersama CSF merangsang progenitor di sumsum tulang untuk
memproduksi neutrofil. Dalam imunitas spesifik, IL-6 merangsang pertumbuhan dan
diferensiasi sel B menjadi sel mast yang memproduksi antibodi.
4) IL-10
IL-10 merupakan inhibitor makrofag dan sel dendritik yang berperan dalam
mengontrol reaksi imun nonspesifik dan imun selular. IL-10 diproduksi terutama oleh
makrofag yang diaktifkan. IL-10 mencegah produksi IL-12 oleh makrofag dan sel
dendritik yang diaktifkan. IL-10 mencegah ekspresi kostimulatori molekul MHC-II
pada makrofag dan sel dendritik.
5) IL-12
IL-12 merupakan mediator utama imunitas nonspesifik dini terhadap mikroba
intraselular dan merupakan induktor kunci dalam imunitas selular spesifik terhadap
mikroba. Sumber utama IL-12 adalah fagosit mono nuklear dan sel dendritik yang
diaktifkan.
6) IFN tipe I
IFN tipe I (IFN- dan IFN-) berperan dalam imunitas nonspesifik dini pada
infeksi virus. Nama interferon berasal dari kemampuannya dalam intervensi infeksi
virus. Efek IFN tipe I adalh proteksi terhadap infeksi virus dan meningkatkan
imunitas selular terhadap mikroba intraselular. IFN tipe I mencegah replikasi virus,
7

meningkatkan ekspresi molekul MHC-I, merangsang perkembangan Th1, mencegah


proliferasi banyak jenis sel antara lain limfosit in vitro.
IFN tipe I diproduksi oleh sel terinfeksi virus dan makrofag. Interferon adalah
sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel NK dan
berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus. IFN mempunyai sifat antivirus dan dapat menginduksi sel-sel sekitar sel
yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap virus.
7) IL-15
IL-15 diproduksi fagosit mononuklear dan mungkin jenis sel lain sebagai
respons terhadap infeksi virus, LPS dan sinyal lain yang memacu imunitas
nonspesifik. IL-15 merupakan faktor pertumbuhan dan faktor hidup terutama untuk
sel CD8+ yang hidup lama.
8) IL-18
IL-18 memiliki stuktur yang homolog dengan IL-1, namun mempunyai efek
yang berlainan. IL-18 diproduksi makrofag sebagai respons terhadap LPS dan produk
mikroba lain, merangsang sel NK dan sel T untuk memproduksi IFN-. Jadi IL-18
adalah induktor imunitas selular bersama IL-21.
9) IL-19, IL-20, IL-22, IL-23, IL-24
Beberapa sitokin lain telah dapat diidentifikasi dan diketahui sebagai homolog
dengan IL-10. Diduga sitokin-sitokin ini berperan pada inflamasi kulit. Fungsi IL-19
belum diketahui secara jelas. IL-21 homolog dengan IL-15, merangsang proliferasi sel
NK. IL-23 serupa dengan IL-12, dapat merangsang respons imun selular.
10) Sitokin lain
Interleukin lain seperti : IL-25, IL-26, IL-27, IL-28, IL-29, IL-30, IL-31, IL32, BCAF dan sebagainya dapat dilihat pada Apendiks B.
2.6 Peran Sitokin pada Imunitas Spesifik
Sitokin berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit setelah antigen
dikenal dalam fase aktivasi pada respons spesifik dan selanjutnya berperan dalam
aktivasi dan proliferasi sel efektor khusus.
1) IL-2
IL-2 adalah faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang dan berperan
pada ekspansi klon sel T setelah antigen dikenal. IL-2 meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi sel imun lain (sel NK, sel B). IL-2 meningkatkan kematian apoptosis sel
T yang diaktifkan antigen melalui Fas. Fas adalah golongan reseptor TNF yang
diekspresikan pada permukaan sel T.

IL-2 merangsang proliferasi dan diferensiasi sel T, sel B dan NK. IL-2 juga
mencegah respons imun terhadap antigen sendiri melalui peningkatan apoptosis sel
T melalui Fas dan merangsang aktivitas sel T regulatori.
2) IL-4
IL-4 merupakan stimulus utama produksi IgE dan perkembangan Th2 dari sel
CD4+ naif. IL-4 merupakan sitokin petanda sel Th2. IL-4 merangsang sel B
meningkatkan produksi IgG dan IgE dan ekspresi MHC-II. IL-4 merangsang isotipe
sel B dalam pengalihan IgE, diferensiasi sel T naif ke subset Th2. IL-4 mencegah
aktivasi makrofag yang diinduksi IFN- dan merupakan GF untuk sel mast terutama
dalam kombinasi dengan IL-3.
3) IL-5
IL-5 merupakan aktivator pematangan dan diferensiasi eosinofil utama dan
berperan dalam hubungan antara aktivasi sel T dan inflamasi eosinofil. IL-5
diproduksi subset sel Th2 (CD4+) dan sel mast yang diaktifkan. IL-5 mengaktifkan
eosinofil.
4) IFN-
IFN- yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama
MAC dan berperan terutama dalam imunitas nonspesifik dan spesifik selular. IFN-
adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh fagosit. IFN-
merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN-
meningkatkan diferensiasi sel CD4+ naif ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi
sel Th2.
5) TGF-
Efek utama TGF- adalah mencegah proliferasi dan aktivasi limfosit dan
leukosit lain. TGF- merangsang produksi IgA melalui induksi dan pengalihan sel B.
6) Limfotoksin
LT diproduksi sel T yang diaktifkan dan sel lain. LT mengaktifkan sel endotel
dan neutrofil, merupakan mediator pada inflamasi akut dan menghubungkan sel T
dengan inflamasi. Efek ini sama dengan TNF.
7) IL-13
IL-13 memiliki struktur homolog dengan IL-4 yang diproduksi sel CD4 + Th2.
IL-13-R ditemukan terutama pada sel nonlimfoid seperti makrofag. Efek utamanya
adalah mencegah aktivasi dan sebagai antagonis IFN-. IL-13 merangsang produksi
mukus oleh sel epitel paru dan berperan pada asma.
8) IL-16
IL-16 diproduksi sel T yang berperan sebagai kemoatraktan spesifik eosinofil.
9) IL-17
IL-17 diproduksi sel T memori yang diaktifkan dan menginduksi produksi
sitokin proinflamasi lain seperti TNF, IL-1 dan kemokin.
9

10) IL-25
IL-25 memiliki struktur seperti IL-17, disekresi sel Th2 dan merangsang
produksi sitokin Th2 lainnya seperti IL-4, IL-5 dan IL-13. IL-17 dan IL-25 diduga
berperan dalam meningkatkan reaksi inflamasi yang sel T dependen bentuk lain.
2.7 Penyakit yang berhubungan dengan Sitokin
1) Penyakit keseimbangan Th1-Th2
Subset sel Th1-Th2 saling berpengaruh dan diantara kedua subset ada regulasi
silang. Contohnya adalah mengenai adanya reaksi silang sitokin adalah lepra yang
disebabkan M.Lepra, patogen intraselular yang bertahan hidup dalam fagosom
makrofag.
2) Syok Septik
Gangguan dalam jaring regulator kompleks yang mengatur ekspersi sitokin dan
reseptornya dapat menimbulkan sejumlah penyakit seperti renjatan septik yang
sering ditemukan dan potensial menyebabkan kematian. Gejalanya berupa tekanan
darah menurun, demam, diare dan pembekuan darah yang luas di berbagai organ.
Renjatan diduga terjadi akibat endotoksin dinding bakteri yang berikatan dengan
TLR pada SD dan makrofag yang memacu produksi IL-1 dan TNF- berlebihan dan
menimbulkan renjatan septik.
3) Sitokin pada Kanker Limfoid dan Mieloid
Kelainan pada produksi sitokin atau reseptornya berhubungan dengan beberapa jenis
kanker.
2.8 Sitokin dalam Pengobatan
Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Sitokin

dapat

digunakan

imunokompromais

atau

sebagai

untuk

pengganti

mengerahkan

komponen
sel-sel

yang

sistem

imun

diperlukan

yang
dalam

menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sel sistem imun dalam
respons terhadap tumor, infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Rekombinan antisitokin telah diproduksi dan digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan
keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif/patologik seperti alergi.
Sitokin dapat digunakan bersamaan dengan imunoterapi. Limfosit dari penderita
dengan tumor dapat dibiakkan dalam lingkungan IL-2 untuk mengaktifkan LAK yang
sitotoksik terutama sel NK. Kemudian sel tersebut diinfuskan kembali ke penderita
dengan tumor tadi.
10

BAB III
PEMBAHASAN

Sitokin merupakan protein atau glikoprotein yang diproduksi oleh leukosit dan sel-sel
berinti lainnya. Bekerja sebagai penghubung kimia antar sel dan tidak bertindak sebagai
molekul efektor. Sitokin mempunyai berbagai macam fungsi, namun pada umumnya sitokin
bertindak sebagai pengatur pertahanan tubuh untuk melawan hal-hal yang bersifat patogen
dan menimbulkan respons inflamasi. Hampir seluruh sitokin akan disekresi dan sebagian
dapat ditemukan pada membran sel, sisanya disimpan dalam matriks ekstraseluler.3 Sitokin
dibagi menjadi beberapa famili menurut reseptornya, yaitu famili IL-2/IL-4,- IL-6/IL-12,
Interferon, TNF, IL-l, Transformatisasi factor pertumbuhan (TGF) dan Kemokin.4 Pada
umumnya sitokin merupakan faktor pembantu pertumbuhan dan diferensiasi. Sebagian besar
sitokin bekerja pada selsel dalam sistim Hemapoitik.
Beberapa fungsi utama sitokin yaitu:
1) Pleiotrophy, mempunyai fungsi lebih dari satu. Contohnya : fungsi IL-6 adalah
merangsang hepatosit untuk memproduksi protein fase akut dan juga bertindak
sebagai faktorpertumbuhan untuk sel B.
2) Redundancy, yaitu persamaan efek imunologis dari berbagai sitokin. Contohnya, IL-2
dan IL-5 dapat merangsang proliferasi limfosit T.
3) Potency, Umwnrtya sitokin bekerja dalam kisaran monomolar sampai fentomolar.
4) Cascade, dilepaskan secara berurutan dan sinergis, tetapi aksinya dapat dihambat oleh
11

sitokin lainnya.
Ada dua macam respon imun yang terjadi apabila ada mikroba yang masuk ke dalam
tubuh, yaitu innate dan adaptif respon. Sel yang berperan dalam innate respon adalah sel
fagosit (netropil, monosit dan makrofag). Sel yang melepaskan mediator inflamasi (basofil,
sel mast dan eosinofil) serta sel natural killer. Komponel lain dalam innate response ini
adalah komplemen, acutephase protein dan sitokin soperti interferon4. Respons meliputi
proliferasi antigen-specifik sel T dan sel B, yang terjadi apabila reseptor permukaan sel ini
berikatan dengan antigen. Sel khusus yang disebut dengan antigen-presenting cells (APC)
mempresentasikan antigen pada MHC dan berikatan dengan reseptor limfosit. Sel B akan
memproduksi imunoglobulin, yang merupakan antibodi yang spesifik terhadap antigen yang
dipresentasikan oleh sel APC.
Sedangkan sel T dapat melakukan eradikasi mikroba intraseluler dan membantu sel B
untuk memproduksi antibody17, Sel T CD4 merupakan cytokine-secreting helper cells,
sedangkan sel T CD8 merupakan cytotoxic killer cells. Sel T CD4 secaca umum dibagi
menjadi dua golongan yaitu T helper tipe 1 (Th-1) dan T helper tipe 2 (Th-2). Sitokin yang
disekresi oleh Th-1 adalah IL-2 dan IFN-y sedangkan sitokin yang disekresi Th-2 adalah IL4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Sitokin-sitokin ini juga mempunyai peranan dalam sistem kontrol.
Sekresi IFN-g akan menghambat sel Th-2 sedangkan sekresi IL-10 akan menghambat sel Th1, 17,18 Sitokin mempunyai peranan yang penting untuk menentukan tipe respon imunitas
tubuh yang efektil untuk melawan agent infeksius. Sekresi IL-12 oleh APC akan
menyebabkan sekresi IFN- dari Th-1. Sitokin akan mengaktivasi makrofag dengan efisien
untuk membunuh kuman intraseluler, Secara sederhada digambarkan bahwa produksi sitokin
oleh Th-1 memfasilitasi CMI termasuk aktivasi makrofag dan T-cell-mediated cytotoxicity17.
Ada tiga kategori fungsi sitokin dalam system imun yaitu:
a) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun alami
b) sitokin sebagai mediator dan regulator respon imun didapat
c) sitokin sebagai stimulator hematopoiesis.

12

BAB IV
KESIMPULAN

Sitokin adalah keluarga protein sebagai mediator dan regulator respon imun alami dan
didapat. Sitokin bekerja saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk konsep
"network ". Sitokin yang sama diproduksi oleh banyak sel. Dan sitokin tertentu bisa bekerja
pada banyak sel. Sitokine diproduksi sebagai respon terhadap inflamasi dan antigen, pada
umumnya bekerja seperti autokrin, parakrin dengan mengikat reseptor yang mempunyai
affinitas tinggi pada sel target. IL-2 merupakan sitokin yang penting untuk komunikasi antara
subset limfosit dan sel natural killer dan diduga bahwa fungsi Th-1 mediated lebih sensitif
terhadap hemostasis besi di tubuh. Pada defisiensi besi terjadi gangguan imunitas sehiler dan
imunitas non-spesifik dan salah satu mekanismenya diduga melalui penurunan produksi
interleukin seperti IL-2.

13

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai