PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistim imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan di lingkungan. Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun spesifik dan nonspesifik.
Fungsi sistem imun antara lain adalah, melindungi tubuh dari invasi penyebab
penyakit,menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,
parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalamtubuh, menghilangkan jaringan
atau sel yg mati atau rusak (debris sel)untuk perbaikan jaringan, mengenali dan
menghilangkan sel yang abnormal.
Sistem imun membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum
dapat memberikan responnya. Sel-selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B. Sel makrofag
sebagai sel APC (Antigen Presenting Cell) mempunyai molekul MHC klas II. Melalui MHC
klas II, sel B akan menerima antigen, kemudian antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk
mengaktivasi sel T helper.sel sel ini akan mensekresikan sitokin. Produksi sitokin yang tepat
merupakan dasar untuk perkembangan perlindungan
Sitokin adalah protein yang dibuat oleh sel-sel yang mempengaruhi perilaku sel-sel
lain. Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh
seperti makrofag , limfosit B , limfosit T dan sel mast , serta sel-sel endotel , fibroblas , dan
berbagai sel stroma. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
immunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang
disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara
sel-sel lokal, dan dengan demikian memiliki efek pada sel-sel lain Sitokin dihasilkan sebagai
respon terhadap stimulus sistem imun.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud sitokin
2. Bagaimana klasifikasi sitokin
3. Bagaimana ciri umum dan fungsi sitokin
4. Apa saja bentuk dari interleukin, MIP,, IFN, TGF
5. Apa saja penyakit autoimun yang berhubungan dengan sitokin dan apa saja peranan sitokin
dalam bidang farmasi ?
1.4 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari penyusunan majalah ini adalah untuk mengetahui peranan sitokin dalam sitem
imun. Sedangkan tujuanya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari sitokin
2. Mengetahui klasifikasi sitokin
3. Mengetahui ciri umum dan fungsi sitokin
4. Mengetahui bentuk dari interleukin , MIP,IFN dan TGF
5. Mengetahui penyakit autoimun yang berhubungan dengan sitokin dan peranan sitokin dalam
bidang farmasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan
terdepan terhadap infeksi.
b. Pertahanan biokimia
pH asam keringat, sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit, lizosim dalam
keringat, ludah, air mata, dan air susu ibu, enzim saliva, asam lambung, enzim proteolitik,
antibodi, dan empedu dalam usus halus, mukosa saluran nafas, gerakan silia.
c. Pertahanan humoral
Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, protein fase akut, mediator asal fosfolipid,
sitokin IL-1, IL-6, TNF-α.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons 9
inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai
faktor kemotaktik dan juga menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit.
Protein fase akut terdiri dari CRP, lektin, dan protein fase akut lain α1-antitripsin, amyloid
serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen.
Mediator asal fosfolipid diperlukan untuk produksi prostaglandin dan leukotrien. Keduanya
meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi.
d. Pertahanan seluler
Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam sistem imun non spesifik seluler. Sel-
sel imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan.Contoh sel yang dapat
ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK,
sel darah merah, dan trombosit. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mast,
makrofag, sel T, sel plasma, dan sel NK.2
2.1.2 Sistem Imun Spesifik
Sistem pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta mengingat agen infeksi
tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit di kemudian hari. Sistem imun spesifik
terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler.2 10
a. Sistem imun spesifik humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Sel B yang
dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang menjadi sel
plasma yang memproduksi antibodi. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan terhadap infeksi
ekstraseluler, virus, dan bakteri serta menetralkan toksinnya.2
b. Sistem imun seluler
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik seluler. Sel T terdiri atas beberapa
subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc
dan Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun spesifik seluler ialah pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit, dan keganasan. Sel CD4+
mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan
mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi.2
Th1 memproduksi IL-2 dan IFN-γ.7 Th2 memproduksi IL-4 dan IL-5.7 Treg yang dibentuk
dari timosit di timus mengekspresikan dan melepas TGF-β dan IL-10 yang diduga merupakan
petanda supresif.2 IL-10 menekan fungsi APC dan aktivasi makrofag sedang TGF-β menekan
proliferasi sel T dan aktivasi makrofag.2 11
2.2 Sel T
Progenitor asal sumsum tulang yang bermigrasi ke timus berdiferensiasi menjadi sel T. Sel T
merupakan imunitas selular yang berperan pada sistem imun spesifik. Sel T terdiri atas sel
CD4+, CD8+, sel T naif, NKT, dan Tr/Treg/Ts/Th3. Sel T naif yang yang terpajan dengan
kompleks antigen MHC dan dipresentasikan APC atau rangsangan sitokin spesifik, akan
berkembang menjadi subset sel T berupa CD4+ dan CD8+ dengan fungsi efektor yang
berlainan. Dari timus, sel T naif dibawa darah ke organ limfoid perifer.2 Sel naif yang
terpajan dengan antigen akan bekembang menjadi sel Th0 yang dipengaruhi oleh mekanisme
autokrin dari IL-2 untuk berproliferasi yang akan berdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2.8 Sel
efektor Th1 yang berperan pada infeksi dan Th2 yang berperan pada alergi.2
2.2.1 Sel Th1
Diferensiasi Th1 terutama dipacu oleh sitokin IL-12 dan IFN-γ dan terjadi sebagai respon
terhadap mikroba yang mengaktifkan sel dendritik, makrofag, dan sel NK.9 Proses
diferensiasi Th1 melibatkan reseptor sel T, IL-2 dan T-bet, STAT1, STAT4 sebagai faktor
transkripsi.8 IL-12 yang dilepas makrofag dan sel dendritik menginduksi perkembangan Th1
melalui jalur yang STAT4 dependen. Faktor transkripsi T-bet yang diproduksi sebagai respons
terhadap IFN-γ meningkatkan respons Th1.2 Sitokin terpenting yang dihasilkan sel Th1 pada
fase efektor adalah IFN-γ. IFN-γ akan memacu aktifitas pembunuhan mikroba sel-sel fagosit
dengan 12
meningkatkan destruksi intrasel pada mikroba yang difagositosis. Fungsi pokok efektor Th1
adalah sebagai pertahanan infeksi dimana proses fagositosis sangat diperlukan. Th1 juga
mengeluarkan IL-2 yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin dan memacu
proliferasi dan diferensiasi sel T CD8+. Jadi Th1 berfungsi sebagai pembantu (helper) untuk
pertumbuhan sel limfosit T sitotoksik yang juga meningkatkan imunitas terhadap mikroba
intrasel. Sel-sel Th1 memproduksi LT yang meningkatkan pengambilan dan aktifasi
neutrofil.3 Fungsi utama Th1 sebagai pertahanan dalam melawan infeksi terutama oleh
mikroba intraseluler, mekanisme efektor ini terjadi melalui aktivasi makrofag, sel B, dan sel
neutrofil.2
Definisi Sitokin
Sitokin berasal dari bahasa yunani yaitu cyto yang artinya sel dan kinos yang
artinya gerakan. Secara harfiah sitokin merupakan salah satu dari sejumlah zat yang
disekresikan oleh sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara
sel-sel lokal, sehingga memiliki efek pada sel-sel lain. Sitokin adalah senyawa protein,
dengan berat molekul kira-kira 8-80 kDa, yang merupakan mediator larut fase efektor imun
natural dan adaptif.
Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh
seperti makrofag , limfosit B , limfosit T dan sel mast , endotel , fibroblas , dan berbagai sel
stroma (Lackie,2010). Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun.
Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian
membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk mengubah
aktivitasnya (ekspresi gen). Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau
menurunkan ekspresi protein-protein membran termasuk reseptor-reseptor sitokin, proliferasi,
dan sekresi molekul-molekul efektor (Horst ,2013). Sitokin bisa bereaksi pada sel-sel yang
mensekresikanya disebut juga aksi autokrin, atau pada sel-sel terdekat dari sel sel yang
mensekresikanya atau disebut juga aksi parakrin. Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis jika
dua atau lebih sitokin beraksi secara bersama-sama atau secara antagonis jika aktivitas
sitokinya berlawanan.
7.2 CIRI UMUM SITOKIN
1. Diproduksi oleh sel-sel yang terlibat dalam respon imun natural dan
respon imun spesifik.
2. Merupakan mediator dan regulator respon imun dan inflamatori.
3. Sekresinya singkat dan terbatas.
a. Sitokin tidak disimpan sebagai bentuk pre-molekul.
b. Sintesisnya diinisiasi oleh transkripsi gena baru yang hidupnya
singkat.
c. Produksinya dilakukan jika diperlukan.
4. Beberapa macam sitokin diproduksi oleh beberapa tipe sel dan beraksi
pada berbagai tipe sel (pleiotropik). Lihat Gambar 1.
5. Dalam beberapa kasus, beberapa sitokin mempunyai aksi yang sama
(redundan). Lihat Gambar 1. Redundansi ini berdasar pada : reseptor
untuk sitokin adalah heterodimer (kadang-kadang heterotrimer) yang
dapat dikelompokkan kedalam famili, dimana satu subunit untuk seluruh
anggota. Karena subunit tersebut untuk semua anggota, fungsi dalam
mengikat sitokin dan dalam signal transduksi, maka reseptor satu sitokin
seringkali dapat merespon sitokin yang lain dalam famili yang sama.
6. Dapat meningkatkan atau menghambat sintesis sitokin lainnya.
7. Dapat meningkatkan atau menghambat aksi sitokin lainnya. Efek ini dapat
berupa: antagonis, aditif maupun sinergis. Lihat Gambar 1
8. Mengikat reseptor spesifik dengan afinitas yang tinggi.
9. Sel yang dapat merespon suatu sitokin adalah : autokrin, parakrin dan
endokrin.
10. Respon seluler terhadap sitokin, pada umumnya lambat dan memerlukan
sintesis mRNA dan protein baru.
Gambar 1 : Beberapa Sifat Umum Sitokin
7.3 FUNGSI UMUM SITOKIN
1. Mediator dan regulator imunitas natural
Tumor Necrosis Factor (TNF)
Interleukin-1 (EL-1)
Khemokin-khemokin
Interleukin-10 (IL-10)
Interferon-gamma (IFN-gamma)
2. Mediator dan regulator imunitas spesifik
Interleukin-2 (IL-2)
Interleukin-4 (IL-4)
Interleukin-5 (IL-5)
Interleukin-10 (IL-10)
Interferon-gamma (INF-gamma)
3. Stimulator hematopoisis
Interleukin-3 (IL-3)
Colony-Stimulating Factors (CSFs)
7.4 BEBERAPA SITOKIN TERPILIH DALAM FUNGSINYA SEBAGAI
MEDIATOR DAN REGULATOR IMUNITAS NATURAL
1. Tumor Necrosis Factor (TNF) atau juga disebut TNF-gamma
a. diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan
b. penting sebagai mediator inflamasi akut dalam responnya terhadap
bakteri Gram-negatif dan mikroba infeksius lainnya
c. mediator pengumpulan leukosit polimorfonuklear dan monosit pada
tempat terjadinya infeksi
i. menstimulasi sel endothelial untuk mengekspresikan molekul
adesi baru yang menyebabkan permukaan sel "sticky" untuk PMN
dan monosit
ii. menstimulasi sel endothelial dan makrofag untuk memproduksi
khemokin yang menginduksi khemotaksis dan pengumpulan
leukosit.
d. beraksi pada hipotalamus untuk memproduksi demam
e. mempromosi produksi protein fase akut oleh hati (lihat Gambar 7)
2. Interleukin-1
a. diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan
b. efeknya sama dengan TNF (lihat Gambar 7)
3. Khemokin (sitokin-khemotaktik)
a. merupakan kelompok besar senyawa (lebih dari 50) diproduksi oleh sel
leukosit dan sel jaringan
b. mengumpulkan leukosit pada tempat terjadinya infeksi
c. memegang peranan yang penting dalam lalu lintas makrofag
4. Interleukin-10
a. diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan
b. beraksi sebagai inhibitor makrofag yang diaktifkan,dengan menghambat
produksi TNF
2.2 Klasifikasi
a. Berdasarkan sel yg mensekresikanya, sitokin diklasifikasikan sebagai berikut yaitu:
1. limfokin (sitokin yang dihasilkan limfosit)
4. interleukin (sitokin yang dihasilkan oleh satu leukosit dan beraksi pada leukosit lainnya)
2.3.1 Interleukin
Interleukin merupakan kelompok sitokin ( disekresi hormon ) yang pertama kali
diekspresikan oleh sel darah putih (leukosit). Fungsi dari sistem kekebalan tubuh tergantung
pada interleukin. Mayoritas interleukin disintesis oleh helper CD4+ T lymphocytes, serta
melalui monosit, makrofag, dan sel endotel. Interleukin mempromosikan
pengembangan dan diferensiasi T, B, dan sel-sel hematopoietik. Peran interleukin
didasarkan pada sinyal dari beberapa jenis sel yang berbeda. Mereka berinteraksi untuk
mengontrol sistem kekebalan tubuh sel.
Secara garis besar peranan sitokin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
hematopoietic sel induk menjadi sel progenitor limfoid. Selain itu juga dapat merangsang
proliferasi dari semua sel di garis keturunan limfoid ( sel B , sel T dan sel NK ). Hal ini
penting untuk proliferasi selama tahap-tahap tertentu sepert pematangan sel-B, kelangsungan
IL-7 merupakan sitokin penting bagi pengembangan sel B dan sel T. Sitokin ini
dan hepatocyte growth factor ( HGF ) membentuk heterodimer yang berfungsi sebagai faktor
pertumbuhan sel-merangsang pre-pro-B. Sitokin ini dapat diproduksi secara lokal oleh epitel
usus dan epitel sel goblet, dan dapat berperan sebagai faktor regulasi untuk limfosit mukosa
usus. Studi Knockout yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa sitokin ini memainkan
dari Interleukin-7 alpha reseptor dan rantai gamma reseptor (Naguchi et al, 1994) . Reseptor
Interleukin-7 telah terbukti memainkan peran penting dalam perkembangan sel-sel kekebalan
yang disebut limfosit. Penyakit yang berkaitan dengan IL7 adalah kanker , infeksi virus dan
tlansplantasi
h. Interleukin 8
Interleukin 8 adalah hormon golongan kemokina berupa polipeptida
dengan massa sekitar 8-10 kDa yang digunakan untuk proses dasar,
pengikatan heparin, peradangan dan perbaikan jaringan (Hedges JC, Singer CA, Gerthoffer
WT.2008]. IL-8 diproduksi oleh berbagai macam sel, termasuk monosit, neutrofil, sel
T, fibroblas, sel endotelial dan sel epitelial,
Ada banyak reseptor pada permukaan membran yang mampu mengikat IL-8. jenis
yang paling sering dipelajari adalah CXCR1 dan CXCR2 . Ekspresi dan afinitas untuk IL-8
berbeda antara dua reseptor (CXCR1> CXCR2). Toll-like reseptor adalah reseptor dari
sistem kekebalan tubuh bawaan. Reseptor ini mengenali pola antigen (seperti LPS pada
bakteri gram negatif). Melalui rantai reaksi biokimia, sekresi IL-8 merupakan mediator
penting dari reaksi kekebalan tubuh dalam respon sistem kekebalan tubuh bawaan. sel target
utama dari IL-8 adalah granulosit neutrofil, sel target lainya sepertisel endotel , makrofag , sel
mast , dan keratinosit .
Peran IL-8 sebagai faktor kemotaktik neutrofil, memiliki dua fungsi
utama. Pertama menginduksi reaksikemotaksis dalam sel target, terutama
neutrofil dan granulosit lalu menyebabkan sel tersebut bermigrasi ke tempat infeksi..IL-8
juga menginduksi fagositosis. IL-8 juga dikenal sebagai promotor
ampuh angiogenesis . Dalam sel target, IL-8 menginduksi serangkaian respon fisiologis yang
diperlukan untuk migrasi dari fagositosis, seperti peningkatan kandunganCa 2 +, intraseluler
eksositosis (misalnya histamin).. Selain itu IL-8 diyakini memainkan peran dalam
patogenesis bronchiolitis (penyakit saluran pernapasan umum yang disebabkan oleh infeksi
virus).
Produksi IL-8 yang berlebihan selalu dikaitkan dengan penyakit peradangan,
seperti asma, leprosy, psoriasis dll. IL-8 juga dapat menginduksi perkembangan tumor
sebagai salah satu efek angiogenik yang ditimbulkan, selain vaskularisasi. Dari beberapa
kemokina yang memicu kemotaksis neutrofil, IL-8 merupakan chemoattractant yang terkuat.
Sesaat setelah terpicu, neutrofil menjadi aktif dan berubah bentuk oleh karena
aktivasi integrin dan sitoskeleton aktin.
i. Interleukin 9
Interleukin 9 adalah sitokin yang dikode oleh gen IL-9. Protein yang dikode oleh gen
ini adalah sitokin yang diproduksi oleh sel-T dan secara khusus oleh sel-sel helper
CD4+ yang bertindak sebagai pengatur berbagai sel hematopoietik . Sitokin ini
merangsang proliferasi sel dan mencegah apoptosis . Fungsi ini
dilakukan melalui interleukin-9 reseptor (IL9R), yang mengaktifkan transduser sinyal yang
berbeda dan aktivator ( STAT ) protein dan dengan demikian menghubungkan sitokin ini
untuk berbagai proses biologis. Gen yang mengkode sitokin ini telah diidentifikasi sebagai
genyang berperan dalam asma . Penelitian genetik pada model tikus asma menunjukkan
bahwa sitokin ini merupakan faktor penentu dalam patogenesis hyperresponsiveness
bronkial .
Reseptor Interleukin 9 (IL9R) juga dikenal sebagai CD129 yang merupakan tipe I
reseptor sitokin . Protein yang dikode oleh gen ini merupakan reseptor sitokin yang secara
khusus menengahi efek biologis dari interleukin 9.
j. Interleukin 10
Interleukin-10 adalah sitokin yang banyak disekresi oleh monosit,pada tingkat yang
lebih rendah IL-10 terutama diproduksi oleh limfosit , yaitu T H 2, mastocytes ,
CD4 + CD25 + Foxp3 + sel regulators T , dan dalam subset tertentu sel T dan sel B yang
aktif memiliki efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Fungsi IL-10
terutama menghambat atau meniadakan respon peradangan, juga pada mengendalikan
perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK, sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel
dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.
(Pestka,2004)
IL-10 merupakan sitokin dengan pleiotropic efek di immunoregulation dan
peradangan.. fungsi ini diatur olehekspresi sitokin Th1 , penelitian Knockoutpada tikus
menunjukkan sitokin ini juga berfungsi sebagai immunoregulator penting dalam saluran
usus. Selain itu IL-10 juga penting untuk menangkal respon imun yang hiperaktif dalam
tubuh manusia (Braat et al, 2006) . Penelitian lain juga membuktikan bahwa IL-10 juga
diproduksi oleh sel mast , menangkal efek inflamasi sel-sel ini memiliki peran dari reaksi
alergi .
IL-10 mampu menghambat sintesis sitokin pro-inflamasi seperti IFN-γ , IL-2 , IL-
3 , TNFa dan GM-CSF . IL-10berinteraksi dengan reseptor Interleukin 10 yaitu berupa alpha
subunit (Ho As et al, 1993) Kompleks reseptor untuk IL-10 juga memerlukan rantai IL10R2
untuk memulai sinyal. Kombinasi ligan-reseptor ini ditemukan pada burung dan katak, dan
juga mungkin pada ikan
k. Interleukin 11
Interleukin 11 (IL-11) adalah protein dikodekan oleh gen IL-11 . IL-11
adalah sitokin multifungsi pertama kali diisolasi pada tahun 1990 dari sumsum tulang yang
diturunkan oleh sel stroma. Sitokin ini adalah pengatur beberapa peristiwa dalam
hematopoiesis, terutama stimulasi pematangan megakaryocyte (Paul et al ,1990). IL-11 juga
dikenal dengan nama Adipogenesis inhibitory factor
(AGIF) dan oprelvekin(Kawashima,1991) .
Fungsi IL-11 sebagai pemulihan trombosit setelah kemoterapi , memodulasi respon
antigen-antibodi, berpartisipasi dalam regulasi sel tulang proliferasi dan diferensiasi dan bisa
digunakan sebagai terapi untuk osteoporosis . IL-11 merangsang
pertumbuhan limfosit tertentu dalam model murine, merangsang peningkatan ketebalan
kortikal dan kekuatan tulang
panjang. Selain itu memiliki fungsi lymphopoietic / hematopoietik dan pembentukan osteotr
ophic (Sims et al, 2005).
Pada penggunaan medis, Interleukin 11
diproduksi dengan menggunakan teknologi DNA rekombinan dan dipasarkan sebagai protein
terapeutik disebut oprelvekin , untuk pencegahan trombositopenia pada pasien kanker.
l. Interleukin 12
Interleukin 12 (IL-12) adalah interleukin yang secara alami diproduksi oleh sel
dendritik , makrofag dan sel lymphoblastoid ( NC-37 ) dalam menanggapi rangsangan
antigen (Kalińsk et al, 1997). IL-12 yang terlibat dalam diferensiasisel T menjadi sel Th1 IL-
12 dikenal sebagai sel-stimulating factor T, yang dapat merangsang pertumbuhan sel
T. Selain itu juga dapat merangsang produksi interferon-gamma (IFN-γ) dan tumor necrosis
factor-alpha (TNF-α) dari sel T dan selnatural killer (NK) , dan mengurangi aktivitas IL-
4 dimediasi oleh IFN-γ. Sel T yang memproduksi IL-12 memiliki coreceptor berupa CD30 ,
yang berhubungan dengan kegiatan.IL-12
IL-12 memainkan peran penting dalam kegiatan sel NK dan limfosit T. IL-
12 dalam menengahi peningkatan aktivitas sitotoksik sel NK dan CD8 +limfosit T
sitotoksik. IL-12 merangsang ekspresi dari dua reseptor yaitu IL-12, IL-12R-β1 dan IL-12R-
β2, selain itu juga mempertahankan ekspresi protein penting yang terlibat dalam sinyal IL-12
dalam sel NK . IL-12 juga memiliki aktivitas anti- angiogenik , yang berarti dapat memblokir
pembentukan pembuluh darah baru. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan
produksi interferon gamma.
IL-12 berikatan dengan reseptor IL-12, yang merupakan reseptor heterodimeric
dibentuk oleh IL-12R-β1 dan IL-12R-β2. Setelah berikatan, IL-12R-β2 menjadi
tirosin lalu terfosforilasi dan menyediakan situs mengikat untuk
kinase, TYK2 dan JAK2. Hal Ini penting dalam mengaktifkan kritis faktor transkripsi protein
seperti STAT4 yang terlibat dalam sinyal IL-12 dalam sel T dan sel NK. Jalur ini dikenal
sebagai jalur JAK-STAT .( Wang, Frank, Ritz 2000)
IL-12 dihubungkan dengan autoimunitas . IL-12 untuk orang yang
menderita penyakit autoimun terbukti memperburuk fenomena autoimun. Hal ini diyakini
karena peranya dalam menginduksi respon imun Th1. .
m. Interleukin 13
Interleukin 13 (IL-13) adalah protein yang pada manusia yang dikode oleh IL13 . IL-
13 dan IL-4 memiliki kesamaan sekitar 30% dari urutan dan memiliki struktur yang
mirip. IL-13 adalah sitokin yang disekresi oleh berbagai jenis sel, terutama T helper tipe 2
(Th2), yang merupakan mediator dari alergi peradangan dan penyakit(morgan et al, 1992).
IL-13 memiliki efek pada sel-sel kekebalan yang mirip dengan sitokin IL-4 . Namun,
IL-13 diduga menjadi mediator yang lebih sentral dari perubahan fisiologis yang disebabkan
oleh peradangan alergi pada banyak jaringan. IL-13 berhubungan terutama dengan induksi
penyakit saluran napas dan memiliki peranan sebagai anti-inflamasi . IL-13 menginduksi
kelas protein yang dikenal sebagai matriks metalloproteinase (MMPs) pada di
saluran nafas. Diantara faktor-faktor lain, IL-13 menginduksi MMP ini sebagai bagian dari
mekanisme perlindungan terhadap peradangan alergi yang berlebihan yang merupakan
predisposisi sesak napas.
IL-13 berperan dalam menginduksi perubahan hematopoietik sel, tetapi efek ini
mungkin kurang besar dibandingkan peran IL-4. Selain itu, IL-13 dapat
menginduksi sekresi imunoglobulin E (IgE) dari sel B .
Reseptor IL-13 terdiri dari rantai alpha reseptor IL-4 (IL-4Rα) dan l IL-13 yang
spesifik(Wynn TA ,2003).. Sebagian besar efek biologi dari IL-13 terkait dengan satu faktor
transkripsi , sinyal transduser dan aktivator transkripsi 6 (Stat6). Hal ini dapat disebabkan
oleh reaksi alergi yang ditimbulkan ketika menghadapi gen Ala.
Keterkaitan IL-13 terhadap penyakit yaitu IL-13 menginduksi banyak fitur
dari penyakit alergi paru-paru , termasuksesak napas, sel goblet metaplasia dan hipersekresi
lendir, yang semua berkontribusi terhadap jalan napas. (Wills-Karp,1998). IL-4 berkontribusi
terhadap perubahan fisiologis, tetapi tidak sebesar dibandingkan IL-13. IL-13 juga
menginduksi sekresikemokin yang diperlukan untuk perekrutan sel-sel efektor alergi terhadap
paru-paru. , banyak polimorfisme pada gen IL-13 telah terbukti memberi
risiko seperti pernapasan atopik dan asma .
n. Interleukin -14
Alpha-taxilin atau dikenal juga sebagai interleukin-14 (IL-14) adalah protein yang
pada manusia dikodekan oleh genTXLNA . Interleukin ini diproduksi terutama oleh sel
T dan beberapa sel B.
Interleukin-14 adalah sitokin yang mengontrol pertumbuhan dan proliferasi sel B
normal maupun kanker (ambrus et al, 1993). Molekul ini juga baru ditunjuksebagai taxilin
(Nogami et al, 2003). IL-14 menginduksi proliferasi sel-B, menghambat sekresi antibodi ,
dan memperluas subkelompok sel-B yang dipilih.
o. Interleukin-15
Interleukin-15 adalah sitokin yang disekresikan dari
beragam sel dan jaringan tubuh yang berperan dalam aktivasi dan proliferasi sel NK dan sel
T. IL-15 mempunyai beberapa kemiripan dengan IL-2 dalam hal aktivitas selular. Kedua
sitokin ini mengikat sub-unit pencerap hematopoietin yang sama, walaupun masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda. Rasio dari sel T dengan ekspresi CD8 dikendalikan oleh rasio
antara IL-15 dan IL-2. IL-15 juga menginduksi aktivasi enzim JAK kinase, selain aktivator
transkripsi STAT-3, STAT-5, STAT-6, dan fosforilasi.
Defisiensi pada IL-15 ditemukan pada pasien dengan rheumatoid arthritis, penyakit
usus radangan dan penyakit yang disebabkan infeksi retrovirus seperti HIV dan HTLV-
I ( Grabstein KH, 1994). Sitokin ini dihasilkan dalam bentuk protein matang terutama
oleh sel dendritik , monosit dan makrofag. IL-15 disekresikan oleh fagosit mononuklear (dan
beberapa sel lain) setelah di infeksi oleh virus . Sitokin ini menginduksi proliferasi
sel dari sel-sel NK yaitu sel-sel sistem kekebalan tubuh bawaan yang berperan utama adalah
untuk membunuh sel yang terinfeksi virus.
Fungsi Interleukin 15 (IL-15) adalah mengatur aktivasi sel T dan sel natural
killer (NK) selain itu juga untuk proliferasi. Sitokin ini juga terlibat dalam pengembangan sel
NK. Dalam limfosit tikus, IL-15 mencegah apoptosis dengan menginduksi inhibitor
apoptosis, BCL2L1 / BCL-x (L) (Sauce D et al, 2006). Pada manusia yang
mempunyai penyakit celiac, IL-15 menekan apoptosis di limfosit T dengan
menginduksi Bcl-2 dan / atau Bcl-xL (Malamut G, 2010).
p. Interleukin 16
Protein yang dikode oleh gen IL16 ini merupakan sitokin pleiotropic yang berfungsi
sebagai chemoattractant, modulator aktivasi sel T, dan penghambat replikasi HIV. Proses
sinyal dari sitokin ini dimediasi oleh CD4. Produk dari gen ini mengalami proses proteolitik
untuk menghasilkan dua protein fungsional. Interleukin 16 (IL-16) adalah sitokin yang dirilis
oleh berbagai sel (termasuk limfosit dan beberapa sel epitel ) yang telah ditandai
sebagai molekul kimia untuk sel kekebalan tertentu mengekspresikan molekul permukaan
sel CD4 . Interleukin ini juga merekrut dan mengaktifkan banyak sel-sel lain dengan
mengekspresikan molekul CD4, termasuk monosit , eosinofil , dan sel dendritik .
( Cruikshank, 2000)
q. Interleukin 17
Interleukin 17 merupakan sitokin yang bertindak sebagai mediator ampuh
dalam menunda ekspresi dengan meningkatkan produksi kemokin dalam berbagai jaringan,
mirip dengan Interferon gamma. IL-17 yang diproduksi oleh sel T-helper dan diinduksi oleh
IL-23(Kubi et al, 2007). Interleukin 17 berperan sebagai sitokin proinflamasi yang
merespon invasi sistem kekebalan tubuh oleh patogen ekstraseluler dan menginduksi
kerusakan matriks seluler patogen.Interleukin 17bertindak sinergis dengan tumor necrosis
factor dan interleukin-1 (Chiricozzi A, 2010)
IL-17 berikatan dengan reseptor permukaan sel yang disebut tipe I IL-
17R yang mempunyai tiga varian IL17RA , IL17RB , dan IL17RC (Starnes T et al,
2002). . IL-17 berfungsi meregulasi imun. Peran paling penting dari IL-17 adalah
keterlibatannya dalam mendorong dan mediasi respon proinflamasi. IL-17 umumnya terkait
dengan respon alergi. IL-17 menginduksi produksi sitokin lainnya (seperti IL-6 ,G-
CSF , GM-CSF , IL-1β , TGF-β , TNF-α ), kemokin (termasuk IL-8 , GRO-α, dan MCP-1),
dan prostaglandin (misalnya,PGE 2) dari banyak jenis sel ( fibroblast , sel-sel endotel , sel
epitel , keratinosit , dan makrofag ). Pelepasan sitokin menyebabkan banyak peran, seperti
remodeling saluran napas. Fungsi IL-17 juga penting untuk subset dari CD4 + T-
Sel yang disebut T helper 17 (T h 17) sel. IL-17 telah dikaitkan dengan banyak penyakit
kekebalan autoimun terkait termasuk rheumatoid arthritis , asma , lupus , allograft penolakan,
kekebalan anti-tumor dan baru-baru Psoriasis .
2.3.2. interferon
Interferon adalah hormon berbentuk sitokin berupa protein berjenis glikoprotein yang
disekresi oleh sel vertebrata diakibatkan rangsangan biologis,
seperti virus, bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen, dan senyawa lainnya. Sejarah
penemuan interferon dimulai pada tahun 1954 ketika Nagano dan Kojima menemukannya
pada virus di kelinci. Tiga tahun kemudian Isaacs dan Lindenmann berhasil mengisolasi
molekul yang serupa dari sel ayam dan molekul tersebut disebut interferon.
Macam macam interferon adalah:
Sifat IFN Alfa (α) IFN Beta (β) IFN Gamma (γ)
Imun IFN atau
Nama lain Leukosit IFN atau Tipe I Fibroblas IFN atau Tipe I
tipe II
Gen >20 1 1
Stabilitas pH Stabil Stabil Labil
Induser Viruses (RNA>DNA), Viruses (RNA>DNA),
Antigen, Mitogen
(pengimbas) dsRNA dsRNA
Sumber utama Leukosit, Epitelium Fibroblas Limfosit
a. Interferon –alfa (α)
Interferon-α dihasilkan oleh leukosit dan berperan sebagai molekul anti-viral (Larry,
2004). Penggunaan interferon-α untuk perawatan penderita hepatitis B dan hepatitis C dapat
menginduksi hipotiroidisme atau hipertiroidisme, tiroiditismaupun disfungsi kelenjar
tiroid IFN-α memiliki efek anti-proliferatif dan anti-fibrosis pada sel mesenkimal
2.3.3. MIP
Makrofag inflamasi Protein (MIP) dikenal juga sebagai kemokin . Pada manusia, ada
dua bentuk utama, MIP-1α dan MIP-1β yang sekarang
bernama CCL3 dan CCl4 . CCL3 dan CCl4 merupakan faktor utama yang dihasilkan
oleh makrofag setelah dirangsang dengan bakteri endotoksin . Peranya adalah dalam respon
kekebalan terhadap infeksi dan peradangan (ren et al, 2010). Peran lainya adalah
mengaktifkan granulosit ( neutrofil , eosinofil dan basofil ) yang dapat menyebabkan
peradangan akut neutrophilic . selain itu, CCL3 dan CCl4 juga menginduksi sintesis dan
pelepasan sitokin pro-inflamasi lainnya seperti interleukin 1 (IL-1), IL-6 dan TNF-
α dari fibroblas dan makrofag. Gen untuk yang mengkode keduanya terletak pada
manusia kromosom 17 (Irving SG et al, 1990).CCL3 dan CCl4 diproduksi oleh banyak sel,
terutama makrofag, sel dendritik, dan limfosit (Maurer M dan von Stebut E, 2004). MIP-1
dikenal untuk chemotactic dan efek proinflamasi tetapi juga dapat untuk homoeostasis.
2.3.4.TGF
TGF (: tumor growth factor) adalah senyawa hormon yang diturunkan dari keping
darah selain EGF dan PDGF, dan memiliki dua jenis subtipe yaitu TGF-α dan TGF-β.
TGF-α merupakan hormon mitogenik yang disekresi oleh sel kanker dan fibroblas yang
termodifikasioleh infeksi retroviral dan memiliki panjang 50 AA dengan gugus disulfidayang
menghubungkan deret 8-Cys-Cys-21, 16-Cys-Cys-32, 34-Cys-Cys-43; dan memiliki gugus
fungsional lain yaitu Phe-15, Arg-42, dan Leu-48.[2] Hormon ini bersinergisdengan faktor
pertumbuhan yang lain seperti TGF-β dan mengaktivasi perubahan fenotipe pada sel,
seperti transisi epitelial-mesenkimal, sehingga berperan dalamonkogenesis selain dalam
penyembuhan. Peningkatan rasio kompleks pencerap TGF-α dan EGF terjadi pada
kasus kanker.
a. TGF-α
TGF-α disintesis secara internal sebagai bagian dari asam amino ke 160 (manusia)
prekursor transmembran. Prekursor ini terdiri dari bagian ekstraseluler yang mengandung
transmembran bersifat hidrofobik, panjangnya sekitar 50 asam amino. TGF-α memiliki enam
sistein yang dihubungkan oleh tiga jembatan disulfida. TGF-α secara tidak langsung
berhubungan dengan TGF-β. Dalam perut, TGF-α diproduksi dalam mukosa lambung. TGF-α
berperan dalam menghambat sekresi asam lambung.
TGF-α dapat disintesis oleh makrofag , sel-sel otak , dan keratinosit . TGF-α
menginduksi pembentukan epitel. . Ketika TGF-α berikatan dengan EGFR efeknya adalah
dimulainya peristiwa proliferasi sel. Selain itu ikatan ini akan mempengaruhi dari
penyembuhan luka dan embriogenesis. TGF-α juga terlibat dalam tumerogenesis dan
pembentukan angiogenesis.
b. TGF- β
(TGF-β) adalah protein yang mengontrol proliferasi , diferensiasi sel , dan fungsi
lainnya dalam sebagian besar sel. Ini adalah jenis sitokin yang berperan
dalamimunitas , kanker , asma bronkial , penyakit jantung , diabetes , herediter telangiectasia
hemoragik , sindrom Marfan , sindrom Ehlers-Danlos Vascular, Sindrom Loeys-
Dietz , penyakit Parkinsondan AIDS .
TGF-β menstimulasi pertumbuhan pembuluh darah walaupun menghambat proliferasi sel
endotelial dan merupakan senyawa kemotaktis yang kuat bagi makrofaga, sehingga pada sel
tumor sering dijumpai rasio makrofaga yang sangat tinggi. Walaupun bersifat imunosupresif,
TGF-β menghambat pertumbuhan kanker ovarium dan bersama faktor
osteoinduksi menstimulasi pembentukan tulang.
TGF-β disekresi oleh berbagai jenis sel, termasuk makrofag, dalam bentuk laten di mana
ia kompleks dengan dua polipeptida lainnya, protein laten TGF-beta mengikat (LTBP) dan
latency terkait peptida (LAP). Serum proteinase seperti plasmin mengkatalisis pelepasan
TGF-β aktif dari kompleks. Hal ini sering terjadi pada permukaan makrofag di mana laten
kompleks TGF-β terikat untukCD36 melalui ligan, thrombospondin-1 (TSP-1). Rangsangan
inflamasi yang mengaktifkan makrofag meningkatkan pelepasan aktif TGF-β dengan
mempromosikan aktivasi plasmin. Makrofag juga dapat endocytose IgG-terikat kompleks
TGF-β laten yang disekresikan oleh sel-sel plasma dan kemudian lepaskan aktif TGF-β ke
dalam cairan ekstraselular.
Beberapa sel yang mengeluarkan TGF-β juga memiliki reseptor untuk TGF-β. Hal ini
dikenal sebagai sinyal autokrin . Sel-sel kanker meningkatkan produksi TGF-β, yang juga
bekerja pada sel-sel di sekitarnya.
Berikut ini adalah GARIS BESAR peranan sitokin, IFN, MIP, dan TNF
BAB III
PEMBAHASAN
Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kDa, sebagai mediator
dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoiesis, yang disekresikan oleh sel-sel tertentu
dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan demikian
memiliki efek pada sel-sel lain
Sifat umum sitokin2 :
1. Langsung
2. Tidak langsung
Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin lain
dalam merangsang sel (sinergisme)
Sitokin yang berperan pada imunitas non spesifik dan spesifik umumnya diproduksi oleh
berbagai sel dan bekerja terhadap sel sasaran yang berbeda, meskipun tidak mutlak. Berbagai
sitokin yang diproduksi dapat menunjukkan reaksi yang tumpang tindih. Sitokin diproduksi
makrofag dan sel NK yang berperan pada inflamasi dini, merangsang proliferasi, diferensiasi,
dan aktivasi sel efektor khusus seperti makrofag. Sedangkan pada imunitas spesifik, sitokin
yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-sel imun spesifik. Sitokin pada imunitas non spesifik
yaitu : TNF, IL-1, IL-6, IL-10, IL-12, IFN tipe I, IL-15, IL-18, dan IL-33. Sedangkan sitokin
pada imunitas spesifik yaitu : IL-2, IL-4, IL-5, IFN-γ, TGF-β, Limfotoksin, IL-13, IL-16, IL-
17, IL-23, IL-25, IL-31, IL-9.2
2. IFN-γ meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I, dan juga ekspresi MHC kelas II pada
beberapa jenis sel. Dengan demikian, IFN-γ berperan penting pada fase pengenalan respons
imun.
3. Mengaktivasi neutrofil.
4. Merupakan aktivator sel endotel, meningkatkan adhesi sel T CD4+ dan perubahan
morfologik yang memudahkan ekstravasasi limfosit.
Dampak akhir dari semua aktivitas tersebut adalah meningkatnya reaksi inflamasi yang
penuh dengan makrofag, dan menghambat reaksi eosinofil yang bergantung pada IgE.8,12
Dengan demikian IFN-γ mempunyai peran sentral pada pertahanan tubuh terhadap infeksi
kuman dan parasit intrasel, virus serta jamur.4
2.3.2 Interleukin-4 (IL-4)
Interleukin-4 dahulu disebut BSF-1, diproduksi oleh sel T, mastosit, dan sel B CD5+. IL-4
merupakan sitokin anti inflamasi yang menstimulasi respon imun humoral untuk melawan
patogen ekstraseluler.1,3 Sumber utama IL-4 adalah sel T CD4+, khususnya Th2, bahkan
produksi IL-4 dianggap sebagai kriteria untuk mengklasifikasikan sel T dalam golongan sel
Th2, dan IL-4 berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin bagi sel Th2.8,12 IL-4
merangsang sel B meningkatkan produksi IgG dan IgE dan meningkatkan ekspresi MHC-II
dan merangsang isotipe sel B dalam pengalihan IgE.2 IgE sangat berperan pada reaksi alergi,
oleh karena itu reaksi alergi akan timbul apabila IL-4 diproduksi berlebihan.13
Aktivitas IL-4 tidak terbatas pada sel B, tetapi juga pada sel T, makrofag, granulosit, mastosit,
prekursor eritrosit dan megakariosit.8 IL-4 merupakan sitokin petanda sel Th2, merupakan
stimulus utama perkembangan Th2 dari sel CD4+ naif.2 IL-4 dapat berfungsi sebagai faktor
pertumbuhan sel T dan menginduksi sel T untuk mengekspresikan reseptor IL-2 dan
memproduksi IL-2. Tetapi ia juga dapat merupakan antagonis bagi IL-2 pada beberapa jenis
sel lain. Reseptor IL-4 telah dapat dideteksi pada permukaan sel hemopoetik, fibroblast, sel
epitel, otot, neuroblast, dan sel stroma.8
IL-4 mempunyai efek inhibisi terhadap sitokin proinflamasi melalui supresi IL-1, TNF-α, IL-
6, IL-8, dan MIP-1α.11 IL-4 mencegah aktivasi makrofag yang diinduksi oleh IFN-γ, oleh
karena itu IL-4 mempunyai efek yang berlawanan dengan IFN-γ.2
Fungsi Sitokin
a. Fungsi Umum
Sitokin tidak tersedia sebagai molekul yang siap digunakan, melainkan sintesa sitokin
diawali oleh transkripsi gen baru yang sesaat, sebagai hasil aktivasi seluler. Sitokin seringkali
bekerja secara pleiotropic, yaitu sitokin mempunyai pengaruh/bekerja pada berbagai sel
target dan redundant yang berarti beberapa/berbagai sitokin melaksanakan fungsi yang sama
terhadap satu jenis sel. Suatu jenis sitokin sering mempengaruhi kerja dan sintesa sitokin lain.
Kemampuan ini menuju pada kaskade dimana sitokin kedua dan ketiga dapat
memfasilitasi pengaruh biologik dari sitokin pertama. Sitokin dapat bekerja secara lokal
(autocrine action) atau pada sel lain di dekatnya (paracrine action), dan bahkan dapat bekerja
secara sistemik (endocrine action). Sitokin mengawali kerjanya dengan mengikatkan diri
secara kuat pada reseptor, pada membrane yang spesifik dari sel target. Ekspresi reseptor
sitokin diatur oleh sinyal eksternal spesifik, misalnya, stimulasi limfosit T ataupun B oleh
antigen, menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor sitokin. Respons seluler terhadap sitokin
terdiri atas perubahan dalam ekspresi gen dalam sel target, bermuara pada ekspresi fungsi
baru dan proliferasi sel target. Sitokin seringkali mempunyai berbagai efek pada sel target
yang sama. Untuk berbagai sel target, sitokin berfungsi sebagai regulator dalam pembelahan
sel.
Fungsi sitokin dapat disebutkan dalam beberapa kategori, yaitu sebagai mediator
imunitas bawaan, mengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit,
mengatur immune mediated inflammation, merangsang leukosit yang belum matang/
immature dalam pertumbuhan dan diferensiasi. Fungsi dasar sitokin yang diproduksi akibat
adanya respons terhadap rangsangan yang bersifat imunologik, berperan utama dalam
kelanjutan hidup sel, proliferasi sel, diferensiasi sel dan kematian sel.
1) Aktivasi sel T
Antigen yang ditangkap sel APC (Antigen Presenting Cell) dipresentasikan ke reseptor pada
sel Tc dan sel Th. APC memproduksi sitokin IL-1 yang merangsang sel T untuk berproliferasi
dan berdifferensiasi. Hasil aktivasi sel T adalah sel Th dan sel memori, Apabila sel memori
mengalami aktivasi ulang, maka sel Th akan berdifferensiasi menjadi sel Th1 dan sel Th2. Sel
Th1 lebih berperan pada reaksi seluler seperti hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat),
sedangkan sel Th2 berperan pada reaksi humoral, seperti hipersensitivitas tipe I (tipe cepat)
yang melibatkan peran antibody (IgE). Sitokin sel Th1 berupa IFN, IL-2, TNF, IL-3 Sitokin
sel Th2 berupa IL-3, IL-4, IL-5, IL- 10
2) Aktivasi sel B
Aktivasi sel B oleh sitokin sel Th terjadi dalam 3 tingkatan, yaitu aktivasi, proliferasi dan
differensiasi menjadi sel plasma, yang memproduksi antibodi (Ig). IL-1 : faktor differensiasi
sel B (B cell differentiation factor) atau BCDF, IL-5 : faktor pertumbuhan sel B (B cell
growth factor/ BCGF). Kebanyakan Ag menimbulkan respon sel B dengan bantuan sel T
(Ag-T dependent) tetapi beberapa Ag mampu mengaktivkan sel B untuk memproduksi Ig
tanpa bantuan sel T (Ag-T independent). Contoh : polisakarida, dekstran dan ficoll yang
mempunyai banyak Ag determinan (epitop). Ig yang diproduksi terutama adalah IgM dan
tidak dibentuk sel memori.
Aktivasi monosit dan makrofag dirangsang oleh adanya endotoksin bakteri dan IFN-γ yang
dilepas oleh sel T, sehingga menghasilkan bahan aktif seperti IFN-α, IL-1, GM-CSF
(Granulocyt Monocyt-Colony Stimulating Factor). Aktivasi utama IFN-γ : - mencegah
replikasi dan sintesis protein virus; menginduksi ekspresi MHC-II di sel dan jaringan
sehingga sel menjadi aktif dalam presentasi antigen; meningkatkan ekspresi Fc-R pada
makrofag; mengaktifkan neutrofil dan makrofag untuk meningkatkan aktivitas mikrobisidal
dan tumorisidal; mencegah pertumbuhan sel Th2; dan meningkatkan aktivitas sel NK
4) Pengaruh Sitokin terhadap Inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat menimbulkan pelepasan sitokin yang berperan pada
inflammasi akut, baik lokal maupun sistemik, seperti IL-1, TNF dan IL-18. IL-18 juga
memiliki efek antitumor karena IL-18 dapat mengaktifkan sel NK. IL-18 dapat pula
menginduksi IFN-γ, akibat berbagai rangsangan seperti bakteri, rangsangan kulit dan saluran
cerna.
Terdapat limfokin yang menunjukkan efek sitotoksik dan dapat membunuh penyebab infeksi
dan sel tumor dengan langsung atau tidak langsung, melalui aktivitas sel NK.
TNF-α mempunyai efek sitotoksik langsung terhadap sel tumor, sedangkan IL-2 merangsang
sel LAK (Lymphokine Activated Killer Cell) yang sitotoksik terhadap tumor.
b. Fungsi Khusus
monosit dan
GM-CSF Sel Th Sel-sel progenator DC
dan B, sel-sel NK
Sel-sel NK histamin
dan sintesis Ig
IL-4 Sel-sel Th2 E
Sel-sel T Proliferasi
lgA
Sel endotelium
Sel-sel B Aktivasi
Sel-sel B Tc
Sel-sel NK Pengaktifan
Bervariasi Proliferasi
NK
4. Mekanisme Kerja
a. Autokrin: Sitokin mempengaruhi sel yang memproduksinya
c. Endokrin: Sitokin mempengaruhi sel yang cukup jauh melalui sistem sirkulasi
5. Sifat-Sifat Sitokin
No
.
- Meningkatkan regulasi :
Stimulasi proliferasi dan
produksi sitokin.
- Menurunkan regulasi :
Inhibisi proliferasi dan produksi
sitokin. Contoh : IL-10, IL-11,
TGF-β.
7.
6. Reseptor Sitokin
Reseptor-reseptor kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak rangkain Trp-Ser-
X-Trp-Ser) dan mencakup reseptor-reseptor untuk IFNα, IFNβ, IFNγ.
d. Reseptor kemokin
Reseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan berinteraksi dengan G
protein. Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-8, MIP-1, dan RANTES. 1 Reseptor
kemokin, dua diantaranya beraksi mengikat protein untuk HIV (CXCR4 dan CCR5), yang
juga tergolong ke dalam kelompok ini.
Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan
jaringan dalam tubuh vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan immunoglobulin
(antibodi), sel molekul adhesi, dan bahkan beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor.
Reseptor sitokin bisa keduanya merupakan membran berbatas dan larut. Reseptor
sitokin yang larut umumnya secara ekstrim sebagai pengatur fungsi sitokin. Aktivitas sitokin
bisa dihambat oleh antagonisnya, yaitu molekul yang mengikat sitokin atau reseptornya.
Selama berlangsungnya respon imun, fragmen-fragmen membran reseptor terbuka dan
bersaing untuk mengikat sitokin.
Reseptor-reseptor sitokin
Tabel 2. ( http://en.wikipedia.org/wiki/Cytokine_reseptor: 2006)
Leukemia sinyalnya.
Reseptor a. Reseptor tipe 2 interleukin
Berbagi homologi
berapa sitokin.
Reseptor a. CD27
d. Reseptor MCAF
e. Reseptor NAP-2
SIGNALLING CYTOKINE
Sitokin mengaktifkan jalur Janus Kinase (JAK)-Signal transducer and activator of
transcription (STAT) yang memiliki peran penting dalam mengendalikan respons kekebalan
tubuh. Disregulasi sinyal JAK-STAT dikaitkan dengan berbagai gangguan kekebalan tubuh.
Kekuatan sinyal, kinetika dan spesifisitas jalur JAK-STAT dimodulasi pada banyak tingkatan
oleh protein pengaturan yang berbeda. Di sini, kami meninjau kembali studi terbaru tentang
peraturan jalur JAK-STAT yang akan meningkatkan kemampuan kita untuk merancang
strategi terapeutik rasional untuk penyakit kekebalan tubuh.
Tirosin kinase adalah sebuah enzim yang dapat mentransfer fosfat dari ATP ke protein dalam
sel. Kelompok fosfat melekat pada asam amino tirosin pada protein. Reseptor tirosin kinase
(RTK) adalah reseptor yang memiliki aktivitas kinase pada protein tirosin, yaitu
mengkatalisis transfer fosfat dari ATP ke gugus hidroksil (OH) tirosin pada protein target.
Contoh reseptor tirosin kinase adalah : Insulin R, IGF R tipe I, EGF (Djoko, 2010)
Reseptor sitokin merupakan salah satu anggota reseptor tirosin kinase yang tranduksi
pensinyalannya melalui jalur Jak/STAT pathway. Sitokin adalah senyawa-senyawa endogen
yang dilepaskan sel untuk saling berkomunikasi (cross-talk). Contoh sitokin adalah
interleukin ( IL-1; IL-2, dst), tumor nekrosis alfa (TNF-α), interferon gamma ( IFN-γ), dll.
Transduksi signal reseptor sitokin melalui jalur JAK-STAT. Pada mulanya Jnus Kinase (JAK)
dalam bentuk inaktif berasosiasi dengan reseptor sitokin baik tipe 1 maupun tipe 2 pada
domain sitoplasma. Selanjutnya sitokin akan berikatan dengan reseptornya (Reseptor sitokin)
dan akan menyebabkan JAK menjadi aktif. JAK yang aktif akan menyebabkan fosforilasi
pada gugus tirosin (y) dan kompleks ikatan antara reseptor sitokin dengan molekul sitokin
kemudian dapat diikat oleh protein STAT (signal transducer and activator of transcription).
Peristiwa berikutnya, terjadi fosforilasi STAT dan dimerisasi STAT. STAT terdisosiasi dari
reseptor dan akan mengikat bagian yang lain sehingga terjadi dimerisasi. STAT dalam bentuk
dimer ini kemudian masuk ke dalam nukleus dan akan menempati bagian promoter yang
selanjutnya akan memicu transkripsi gen. Transkripsi gen tertentu akan mengarahkan pada
ekspresi gen tertentu yang menginduksi sintesis protein tertentu, misalnya produksi antibodi
IgE oleh limfosit, atau memicu respon seluler tertentu. Jalur JAK/STAT pathway oleh sitokin
juga dapat berperan dalam proses inflamasi
HUBUNGAN SITOKIN DENGAN PENYAKIT- PENYAKIT AUTOIMUN
1. Sitokin dengan SLE
Lupus adalah penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh
yang keliru sehingga mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri. Inflamasi akibat
lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh.
Patogenesis penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor
lingkungan dan faktor imunlogis dari dalam tubuh, faktor imunologis salah satunya adalah
sitokin. Jenis situokin yang paling berhubungan dengan patogeninesis SLE meliputi TNF-α,
IFN- α, dan IL-12, IL-4, Il-10, !L-6. Selain itu beberapa imun sitokin bawaan
seperti Proliferation inducing ligand (APRIL) dan B-cell activating factor (BAFF) yang
diproduksi oleh sel APC seperti monosit, makrofag, dan sel dendritik merupakan faktor faktor
yang penting dalam patogenesis SLE.
B cell activating factor (BAF) dan APRIL adalah dua sitokin dari kelompok TNF. Peranan
dari BAF dan SLE dalam patogenesisnya sebenarnya belum diketahui secara pasti . serum
level APRIL diketahui melalui beberapa pengujian meningkat pada fase aktif dari SLE dan
beberapa peneliti menyimpulakn bahwa meningkatnya kada dari APRIL merupakan pertanda
dari adanya aktivitas SLE.
TNF-α plasma level juga meningkat pada pasien dengan penyakit SLE, TNF –α
menyebabkan peningkatan autoantibodi dan eksaserbasi SLE dengan menginduksi sitokin
proinflamatori seperti IL-1 dan IL-6.
Plasma level dari IFN-α juga meningkat pada kondisi SLE, sitoki ini berhubungan dengan
aktivitas SLE dan produksi sntibodi. Interferon alfa menginduksi lupus like syndrome
terhadap pasien yang menjalani terapi malignansi dengan menggunakan interferon alfa.
IL-17 yag merupakan sitokin pri inflamatori mempunyai peranan yang penting dalam
regulasi inflamasi pada SLE. Pada pasien lupus serum level dari interleukin ini meningkat
secara signifikan, selain itu interleukin-17 secara signifikan menginduksi proliferasi sel B dan
produksi antibodinya.IL-10 juga mempunyai peranan dalam SLE, sitokin ini menstimulasi
aktivitas, proliferasi, dan disparsiti pada sel b. IL-10 juga menyebabkan penurunan apoptosis
pada sel B autoreaktif selain itu juga menyebabkan peningkatan pada produksi autoantibodi.
Serum plasma Interleukin-21 meningkat pada pasien SLE. Interleukin-21 diproduksi dari
sel Th folikular. Interleukin-21 memicu diferensiasi dan evolusi pada sel Th dan menstimulasi
prodksi antibodi pada sel B autoreaktif.
Pada MS, sitokin yang terlibat dalam patogenesisnya adalah IL-17, IL-23. IL 23
merupakan sitokin yang dapat menginduksi pembentukan sitokin lain, yaitu sitokin IL-17. IL-
23 dapat menyebabkan peubahan kemokin reseptor pada sel T, saah satunya adalah kemokin
reseptor 6. IL-3 bersama limfosit Th-17 juga menyebabkan terjadinya inflamasi dan
terjadinya lesi.
Level serum IL-17 mengalami peningkatan pada MG dan jumlahnya berbanding lurus
dengan tingkat keparahan penyakit ini. sedangkan level serum dari IL-22 menurun. Walaupun
sitokin-sitokin yang berperan dalam patologis MG telah dketahui, namun mekanisme pasti
dari sitokin ini dalam mempengaruhi MG belum diketahui secara pasti.
4. Sitokin dengan Diabetes Melitus Tipe I
Beberapa faktor meliputi faktor genetik dan kehadiran autoantibodi terlibat dalam DM
tipe I. fungsi dari sel T autorektif dan kereaktifan mereka pada DM tipe 1 sebenarnya belum
terlalu dipahami. Sitokin mempunyai pengaruh besar terhadap fungsi imunolgi, inisiasi dan
perkembangan penyakit DM tipe I. banyak data yang mengindikasikan bahwa peranan
penting dari limfosit dan makrofag dalam perusakan sel B pankreas sehingga terjadi
pengurangan produksi insulin. Perusakan dari sel B pankreas diakibatkan meningkatnya
ekspresi dari sitokin proinflamatori seperti IL-1, TNF- α, dan IFN- α.
Selain itu, ketika sel B melepaskan protein insulin, protein tersebut akan terabsorpsi oleh
APC pada pulau Langerhans dan akan ditransformasikan menjadi antigen peptida, hal ini
menginduksi sekresi dari IL-1 dan TNF oleh APC dan augmentasi dari sinyal kostimulasi,
yang akan menginduksi ekspresi dari gen limfokin pada Th limfosit dan sntesis IFN- ɣ. IFN-
ɣ akan menstimulasi kembali sekresi IL-1 dan TNF. Peningkatan dari produksi IL-1
sitotoksik terhadap sel B pankreas, karena IL 6 mnginduksi produksi radikal bebas dalam
pulau Langerhans.
Dapat disimpulkan bahwa sitokin-sitokin seperti IL-1, TNF-α, dan IFN-ˠ dapat mengganggu
produksi dari insulin oleh sel B pankreas.
. Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari
sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, sehingga memiliki
efek pada sel-sel lain.
2. Klasifikasi sitokin bisa dibedakan berdasarkan fungsi , stuktur, dan jenis sel yang
mensekresikanya
3. Bentuk Interleukin terdiri atas interleukin 1 sampai interleukin 36. MIP terdiri atas MIP-1α
dan MIP-1β. TNF terdiri dari TGF-α dan TGF-β. Sedangkan interferon terbagi
atas Interferon alfa (α), Interferon Beta (β) danIFN-γ.
DAFTAR PUSTAKA
Hasheminia, Sayed dkk. 2017. Cytokine Gene Expression in Newly Diagnosed Multiple Sclerosis
Patients. Iran : Tehran Univercity of Medical Sciences (diakses, 19 Desember 2016)
JM, Dayer ,dkk. 1986. Human recombinant interleukin 1 stimulates collagenase and prostaglandin
E2 production byhuman synovial cells. J Clin Invest (diakses, 19 Desember 2016)
MA, Atkinson MA, dkk. 1994. The pathogenesis of insulin-dependent diabetes mellitus. N Engl J
Med (diakses, 19 Desember 2016)
Madonna, Vera. 2015. Kadar Sitokin Interleukin-17 Dalam Serum Pasien Psoriasis Dan
Hubungannya Dengan Keparahan Penyakit. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan. (diakses, 19 Desember
2016)
Djamal, N.Z. 1999. Peran Sitokin dalam Patogenesis Berbagai Kelainan Mukosa Mulut. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (diakses, 19 Desember 2016)
CF, Verge. 1996. Prediction of type 1 diabetes in first--degree relatives using a combination of
insulin, GAD, and ICA512bdc/IA-2 autoantibodies. Diabetes (diakses, 19 Desember 2016)
VK , Kuchroo, dkk. 2002. Cytokines and Autoimmune Diseases. Humana Press Inc. Totowa, NJ
(diakses, 19 Desember 2016)