DOSEN
Drs.TAHOMA SIREGAR, M.Si, Apt
NAMA KELOMPOK
Nanda Ulfah (14334035)
Melissa Pradita (14334046)
Okka Rusmeilina (14334048)
Desy Andriyani (14334049)
Humairoh (14334050)
Putri Widiarti (14334057)
Ariani Agustini (14334080)
M Rizky Anugrah (14334104)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Perilaku pemakaian obat
obat pada anak dewasa dan lansia”.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-
metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan
pemikiran para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian adalah perilaku untuk mentaati saran-saran
atau prosedur dari dokter tentang penggunan obat, yang sebelumnya didaului oleh proses
konsultasi antara pasien dengan dokter sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Beberapa aspek
yang digunakan untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonmsi obat harian di antaranya adalah:
presepsi dan perilaku pasien, interaksi antara pasien dan dokter dan komunikasi medis antara
kedua belah pihak, kebijakan dan praktek pengobatan di publik yang dibuat oleh pihak yang
berwenang dan berbagai intervensi yang dilakukan agar kepatuhan dalam mengkonsusi obat
terjadi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan obat pada anak harus dipertimbangkan secara khusus karena adanya perbedaan laju
perkembangan/pematangan organ yang juga mencakup fungsi organ tubuh dan sistem dalam
tubuh. Faktor farmakokinetika seperti absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi
obat. Penggolongan usia anak berdasarkan perubahan biologis:
neonatus/bayi baru lahir (4 minggu pertama setelah kelahiran, terjadi perubahan fungsi
fisiologi yang sangat penting namun masih prematur)
bayi (1 bulan sampai 12 bulan), merupakan masa awal pertumbuhan yang pesat
anak-anak (1-12 tahun) adalah masa pertumbuhan secara bertahap, yang bisa terbagi
menjadi anak usia 1-3 tahun, anak usia pra sekolah 3-5 tahun dan anak usia sekolah 6-12
tahun
remaja (13-17 tahun), merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat hingga menjadi
orang dewasa.
1. Faktor yang perlu diperhatikan :
Farmakokinetika obat pada anak
Dosis
Pemberian obat
Penyuluhan dan kepatuhan
Efek samping pada anak
Farmakokinetika obat pada anak
Absorpsi
Laju absorpsi dan jumlah yang terabsorpsi
Waktu pengosongan lambung menyamai orang dewasa, pada bayi diatas 6 bulan
Absorpsi perkutan pada neonatus dan bayi jauh lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa
Diare akut (kasus yang sering dijumpai pada anak) mengakibatkan penurunan absorpsi
2
Distribusi
Selama usia bayi, kadar air total dalam tubuh terhadap BB total memiliki prosentase yang
lebih besar daripada anak yang lebih tua/orang dewasa. Obat yang larut air, diberikan dosis yang
lebih besar pada neonatus untuk mendapat efek terapetik yang dikehendaki. Kadar albumin dan
globulin pada bayi, rendah, sehingga obat tidak terikat pada protein lebih banyak shg kadar
dalam darah meningkat.
3
Kemudahan cara penggunaan
Waktu pemberian obat (berhubungan dengan waktu tidur, waktu sekolah)
Efek samping pada anak : Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya efek samping :
Informasikan jika anak sedang minum obat bebas, suplemen makanan
Tanyakan efek samping dari obat
Amati apakah terjadi perubahan pada anak
Ikuti petunjuk dosis dan cara pakai
Untuk obat jangka panjang, jangan dihentikan mendadak
4
PERILAKU PEMAKAIAN OBAT PASIEN DEWASA
5
(schaffer, dkk,2004), bahkan untuk penyakit tertentu, misalnya pasien yang terkena infeksi
HIV/AIDS, tingkat kepatuhan dalam megonsumsi obat minimal 90% (malbasa,dkk.,2007).
Kepatuhan dalam mengonsumsi obat merupakan aspek utama dalam penanganan
penyakit-penyakit kronis. Memperhatikan kondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam
mengonsumsi obat harian menjadi focus dalam mencapai derajat kesehatan pasien, dalam hal ini
perilaku ini dapat di lihat dari sejauhmana pasien mengikuti atau mentaati perencanaan
pengobatan yang telah di sepakati oeh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan sasaran-
sasaran terapiutik (frain, dkk.,2009).
6
merupakan berkembang dari engertian compliance, hanya saja adherence lebih menekan
padakebutuhan pasien.
Pengertian concordance, yaitu perilaku dalam mematuhi resep dokter yang
sebelumnya terdapat hubungan yang bersifat dialogis antara pasien dan dokter, dan
mempersentasikan keputusan dilakukan bersama, yang dalam poses ini kepercayaan dan
pikiran pasien menjadi pertimbangan. Dalam concordance terjadi proses konsultasi, yang
didalamnya terdapat komunikasi dari dokter dengan pasien untuk mendukung keputusan
dalam pengobatan.
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas, pengertian kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat. Yang disimpulkan sebagai perilaku untuk mentaati saran-saran atau
prosedurdari dokter tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses
konsultasi antara pasien ( dan atau keluarga pasien sebagai orang kunci dalam kehidupan
pasien ) dengan dokter sebagai penyedia jasa medis.
7
ASPEK-ASPEK DAN METODE UNTUK MENGUKUR KEPATUHAN DALAM
MENGKONSUMSI OBAT HARIAN.
8
Monitoring pengobatan secara Sangat akurat, hasil mudah Mahal
elektronik dikuantitatif, pola minum
obat dapat diketahui
Mengukur ciri-ciri fisiologis Sering mudah untuk Ciri-ciri fisiologis mungkin
( misal detak jantung ) dilakukan tidak nampak karena alasan-
alasan tertentu
Catatan harian pasien Membantu untuk Sangat mudah dipengaruhi
mengoreksi ingatan yang kondisi pasien
rendah
Kuesioner terhadap orang- Simpel, objektif Terjadi distorsi
orang terdekat pasien
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa untuk mengukur kepatuhan sebagai perilaku,
aspek-aspek yang diukur sangat tergantung pada metode yang digunakan seperti frekuensi,
jumlah pil/obst lain, kontinuitas, metabolisme dalam tubuh, aspek biologis dalam darah, serta perubahan
fisiologis dalam tubuh.
9
terhadap perilaku merupakan produk dari keyakinan tentang hasil akhir ( misal: frekuensi
kekambuhan epilepsi berkurang ) dan nilai yang dirasakan dari hasil akhir ( kondisi jarang
kambuh sangat penting bagi orang tersebut).
c) Model of Adherance
Teori ini mengacu pada hambatan pasien dalam proses pengobatan. Hambatan-hambatan
dapat muncul dari keterbatasan-keterbatasan sumbe-sumber dari pasien , misalnya:
Defisiensi memori (lupa untuk berobat )
Keterampilan ( kesulitan dalam membuka penutup obat atau mengunakan jarum suntik)
Pengetahuan (tidak menyadari akan kebutuhan untuk minum obat)
Intentional Nonadherence, menggambarkan cara pasien yang terlibat dalam mengambil
keputusan dalam pengobatan.
Dalam secara umum terdapat empat hal yang mempengaruhi kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat, yaitu:
a) Presepsi dan prilaku pasien (misal: presepsi berat ringan penyakit, sosiodermografis,
kepribadian, sikap harapan-harapan yang akhirnya mempengaruhi motivasi pasien untuk
mulai dan menjaga perilaku minum obata selama proses pengobatan berlangsung ).
b) Interaksi antara pasien dengan dokter dan komunikasi medis antara kedua belah pihak (
misl: keterampilan dalam memberi konsultasi dapat memperbaiki kepatuhan dan pesan-
pesan yang berbeda dari sumber yang berbeda ternyata dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien dalam minum obat )
c) Kebijakan dan praktek pengobatan di publik yang dibuat dengan pihak yang berwenang (
misal: sistem pajak dalam resep, diregulasi tetang resep dan hak-hak konsumen dalam
proses pembuatan resep )
d) Berbagai intervensi yang dilakukan agar kepatuhan dalam mengkonsumsi obat terjadi (
misal: intervensi-intervensi yang menggunakan model teon ASE atau Attitude-social
influance-self afficacy yang diterapkan dalam rumah sakit saat perawat kunjungan ke
bangsal, perwat meminta pasien mengingat tentang peraturan dalam mengkonsumsi obat
untuk mengecek ingatan dan juga pemahaman pasien akan informasi yang diberikan,
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan stimulan)
10
Cara meningkatkan kepatuhan
a. Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat pentingnya kepatuhan untuk mencapai
keberhasilan pengobatan.
b. Mengingatkan pasien untuk melakukansegala sesuatu yang harus dilakukan demi
keberhasilan pengobatan melalui telpon atau alat komunikasi.
c. Menunnjukan kepada pasien kemasan obat yang sebenarnya atau dengan cara menunjukan
obat aslinya.
d. Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam penyembuahan
e. Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan
f. Memberikan layanan kefarmasian dengan langsung mengunjungi rumah pasien dan
memberikan konsultasi kesehatan
g. Menggunakan alat bantu kepatuhan, seperti multikompartemen atau sejenisnya.
h. Adanya dukungan dari pihak keluarga teman dan orang-orang sekitarnya untuk selalu
mengingatkan pasien agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan
i. Apabila obat yang digunakan hanya dikonsumsi sehari satu kali, kemudian pemberian obat
yang digunakan lebih dari satu kali dalam sehari mengakibatkan pasien sering lupa,
akibatnya tidak teratur minum obat.
11
PERILAKU PEMAKAIAN OBAT PADA LANSIA
12
2. Kesulitan lansia dalam menggunakan obat
1. Perilaku lansia terhadap petunjuk
Penyebab kesulitan
penggunaan obat beserta alasannya dalam penggunaan n (%)
obat
Topik dalam kuesioner n (%)
Pikun 10 (55,6)
Alasan selalu membaca
petunjuk penggunaan Lumpuh (stroke) 2 (11,1)
Agar tidak salah 116 (85,3) Pandangan kabur 2 (11,1)
Tidak menjawab 17 (12,5) Lain-lain 4 (22,4)
Sering lupa 1 (0,7) TOTAL 18
Agar tahu dosis 1 (0,7)
Sudah disiapkan 2 (3,2) kondisi fisik. Alasan kesulitan tersebut antara lain
pikun, lumpuh, gangguan penglihatan, dll (Tabel 3).
Tidak bisa membaca 2 (3,2)
Berdasarkan penelitian Fulmer et al (2001),
Sering lupa 2 (3,2) menurunnya kemampuan secara fisik dalam
Malas membaca 1 (1,6) penggunaan obat secara benar pada lansia seperti
mudah bingung, gangguan keseimbangan dan gerak,
Tidak menuliskan alas
an 2 (3,2) serta menurunnya vitalitas tubuh sangat berperan
dalam terjadinya DRPs. Terutama pada pasien yang
Missing data 1 (1,6)
mendapatkan jumlah terapi obat yang banyak
TOTAL 199
dengan regimentasi dosis yang bermacam-macam.
13
3. Alasan tidak minum obat
Lupa 90 (73,8)
Merasa kondisinya
sudah baik 9 (7,4)
Malas 4 (3,3)
Ketiduran 4 (3,3)
Khawatir efek
samping obat 4 (3,3)
Bosan 3 (2,4)
Lain-lain 5 (4,0)
TOTAL 122
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa 9 responden tidak minum obat apabila merasa
kondisinya sudah baik. Beberapa penyakit seperti jantung dan hipertensi tidak selalu
memberikan gejala yang dapat dikenali oleh pasien. Pengobatan yang teratur dapat mencegah
perkembangan penyakit lebih lanjut yang tentu saja akan membutuhkan penanganan yang lebih
rumit dan mahal. Oleh karena itu penting bagi apoteker untuk menjelaskan rencana tujuan terapi
kepada pasien untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Penghentian
penggunaan obat oleh pasien tanpa pengawasan dokter juga dapat menimbulkan adverse drug
withdrawal events. Kejadian tersebut
14
4. Alasan tidak menghabiskan obat
Alasan tidak
menghabiskan obat n (%)
Lupa 35 (44,9)
Malas 5 (6,4)
Lain-lain 3 (3,9)
TOTAL 78
Sebagian besar responden dalam penelitian ini menghabiskan obat yang didapat
sekalipun tidak diminum setiap hari. Mereka baru mengunjungi dokter atau puskesmas setelah
obat yang diterima pada kunjungan sebelumnya sudah habis atau hampir habis. Sehingga jadwal
kunjungan ke dokter atau puskesmas tidak rutin setiap bulan namun bergantung kepatuhan
responden menggunakan obat. Penanganan terhadap obat yang tersisa harus mendapat perhatian
dari tenaga kesehatan terutama apoteker. Penanganan yang keliru oleh pasien dapat
menyebabkan penyalahgunaan obat maupun penggunaan obat yang salah
15
5. Yang dilakukan terhadap obat yang tersisa
Dibuang 24 (30,8)
Disimpan 14 (18,0)
Lain-lain 3 (3,8)
TOTAL 78
16
KESIMPULAN
17
Daftar Pustaka
Horne, R.200. Compliance, Adherence & Concordance: Implications for Asthma Treatment
CHEST. Oficial Publication of America Colladge of Chest Physicians, 130:65-72
Weinman, R. & Horne, R. 2005 Patient Provider Interacton & Health Care Communication.
Report For the national Co-ordinating Centre for NHS Service Delivery & Organisation R
& D (NCCSDO). Centre for Health Care Research. University of Brighton, Falmer,
Brighton.
http://www.scribd.com/doc/22919598/cara-pemakaian-obat#scribd
18