Anda di halaman 1dari 23

IDENTIFIKASI KANDUNGAN

KIMIA
Tugas fitokimia
• Mencari dan membuat makalah dari jurnal internasional
tentang alkaloida tumbuhan
• Syarat: ada nama jurnal, volume, nomor/issue, halaman,
tahun, paling tua 2010
• Judul tulisan
• Nama pengarang
• Tugas dibuat dalam 10 kelompok:
-makalah/kelompok
-tulis tangan/mhs
-presentasi: max ppt 15 menit (termasuk diskusi)
-Dikumpulkan tgl 11/6/16
-presentasi tgl 18/6/16
Kandungan kimia simplisia nabati pada umumnya
dapat dikelompokkan menjadi :
• Minyak atsiri
• Karotenoid
• Steroid
• Triterpenoid
• Alkaloida
• Asam lemak
• Senyawa fenolik: fenol-fenol, asam fenolat, fenil
propanoid, flavonoid, antrakuinon, xanton
• Antosian
• Asam organik, glikosida, saponin, tanin,
karbohidrat, dll.
Simplisia yang akan diuji biasanya dalam bentuk tunggal/satu
simplisia, bentuknya bisa berupa rajangan, serbuk, ekstrak atau dalam
bentuk sediaan.
Serbuk simpilisia disari berturut-turut dengan larutan penyari dengan
polaritas berbeda:
Serbuk: derajat halus 22 dan kadar air kurang atau sama dengan 10%
atau seperti yang disebutkan dalam masing-masing monografi
simplisia.
Penyarian: Non polar semi polar polar

sari sari sari


Macam-macam pelarut :
Pelarut polar
Contoh: etanol, air, campuran etanol air
Pelarut kurang polar / semi polar
Contoh : eter, CHCl3 atau Diklormetan
Pelarut non polar
Contoh: eter minyak tanah, n-heksana, dll
Catatan : eter sekarang sudah jarang digunakan, karena
mudah terbakar.
Hasil penyarian dengan ketiga macam pelarut
di atas, diperoleh 3 macam sari (ekstrak) :
• Sari dalam eter minyak tanah atau n-heksana
• Sari dalam CHCl3
• Sari dalam etanol-air
1. Sari dalam eter minyak tanah atau n-heksana
Mengandung zat-zat yang larut dalam minyak, seperti :
• minyak atsiri
• lemak dan asam lemak tinggi
• steroid dan triterpenoid
• karotenoid
• klorofil
• resin, dll
Cara penyarian :
25-50 g serbuk simplisia disari dengan eter minyak tanah / heksana
dengan cara dikocok berkali-kali sampai hasil pengocokan tersebut bila
diuapkan tidak meninggalkan sisa. Penyarian dapat dengan alat
soxhlet.Sari kemudian dipekatkan sampai 25 ml.
Cara pengujian / identifikasi hasil penyarian:
Identifikasi minyak atsiri
• 10-20 ml sari diuapkan dalam labu. Jika residu memberikan bau
yang khas, tambahkan sedikit alcohol.
• Ambil sebagian larutan tersebut, uapkan sampai kering.
• Jika residu memberikan bau (wangi) berarti simplisia tersebut
mengandung minyak atsiri.
• 10-50 g serbuk simplisia disuling dengan air. Minyak atsiri yang
diperoleh dilakukan uji pemerian, warna, sifat kimia dan sifat
fisika.
• Kadar minyak atsiri dapat diperoleh dengan alat destilasi khusus
seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia atau dengan alat
Stall.
Identifikasi lemak dan asam lemak tinggi
• 10 ml sari eter minyak tanah diuapkan sampai kering
• + KOH pekat 0,5 N dalam etanol lalu refluks diatas water bath
sampai tidak terlihat tetesan minyak pada permukaan cairan.
• Hasil di atas disuling untuk menghilangkan etanol.
• Residu + 20 ml air panas → tuang ke dalam corong pisah →
dinginkan → + eter secukupnya → kocok (untuk menyari zat-zat
yang tidak tersabunkan). Penyarian diulang 2 x dengan 8 ml eter.
• Sari dalam eter untuk identifikasi steroid, triterpenoid, dan
karotenoid.
• Sari dalam air alkalis untuk identifikasi asam lemak tinggi.
Identifikasi steroid dan triterpenoid
• 10 ml sari eter dari identifikasi lemak dan asam lemak tinggi
diuapkan sampai kering. Sisanya + 0,5 ml anhidrida asetat + 0,5
ml CHCl3.
• Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi → teteskan
1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung (reaksi Lieberman –
Buchard).
• Jika terbentuk cincin merah kecoklatan atau ungu dan bagian
atas menjadi hijau atau ungu, maka sari tersebut mengandung
steroid dan triterpenoid.
Identifikasi karotenoid
• 10 ml sari eter diuapkan sampai kering. Sisa + larutan jenuh
antimon (III) klorida dalam CHCl3 (reaksi Carr Price).
• Warna mula-mula biru, kemudian menjadi merah. Hal ini berarti
mengandung karotenoid. Karotenoid juga memberikan warna
biru/biru kehijauan dengan H2SO4 pekat.
Bagan I : Identifikasi kandungan kimia dari sari eter minyak tanah /
n-heksana
2. Sari dalam eter / CHCl3
Mengandung :
• Alkaloida
• Senyawa fenolik : fenol, asam fenolat, fenil propanoid, flavonoid,
antrakuinon, xanton.
• Komponen minyak atsiri tertentu
• Asam lemak

Cara penyarian :
Serbuk sisa penyarian dengan eter minyak tanah disari kembali
dengan eter yaitu dengan cara pengocokan berulang-ulang
sehingga hasil pengocokkan terakhir bila diuapkan tidak
meninggalkan sisa, sari dalam eter yang diperoleh dipekatkan
sampai 50 ml.
a. Alkaloida
• Bentuk alkaloida dalam tumbuhan : dalam bentuk bebas (basa),
dalam bentuk garam dan dalam bentuk ikatan kompleks.
• ±10 ml sari dalam eter diuapkan, sisanya + 1,5 ml HCl 2%
kemudian larutan tersebut dibagi menjadi 3.
• Pembanding
• + 2-3 tetes Dragendorff→ jingga kecoklatan
• + 2-3 tetes Mayer → putih kekuningan (atau dengan pereaksi
pengendap lain)
• Penegasan dengan KLT.
Catatan : sari eter terutama mengandung alkaloida bebas
jenis basa tersier. Sedangkan alkaloida bebas
golongan basa kuartener dan amina teroksidasi
karena bersifat lebih polar sehingga tersari oleh
etanol.
b. Senyawa fenolik
• ± 1 ml sari dalam eter diuapkan, sisanya + larutan FeCl3 → warna
hijau, biru ungu dan hitam → ini menunjukkan adanya senyawa
fenolik terutama fenol-fenol bebas. Umumnya senyawa fenolik
memberikan flourosensi dengan sinar UV, intensitas diperkuat
dengan penambahan ammonia.
1). Fenol-fenol
± 1 ml sari dalam eter diuapkan, sisa + campuran kalium
heksasiano ferat (III) dan FeCl3 → biru, hitam.
2). Asam fenolat dengan Kromatografi Lapis Tipis
3). Fenil propanoid (kumarin dan derivatnya)
± 3 ml sari eter diuapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam
air panas lalu dinginkan. Larutan dibagi dua, satu untuk
pembanding dan yang satu lagi ditambahkan 0,5 ml amonia encer
kemudian amati di bawah sinar UV, bila terjadi flourosensi biru /
hijau maka menunjukkan adanya kumarin dan derivatnya. Warna
akan semakin jelas bila semakin alkalis.
• Reaksi lain: reaksi FEIGL → spesifik untuk lakton beratom 6 yang
terdapat dalam molekul kumarin.
• Caranya : larutan yang telah diperiksa dengan UV + 5 tetes larutan
Hidroksilamin HCl dan KOH 10% dalam etanol sampai pH 8-9.
Larutan dipekatkan + HCl 10% sampai pH 3-4 + FeCl3 → jika
terbentuk endapan violet, kemudian hilang dengan cepat
menunjukkan adanya derivat lakton.
4). Flavonoid
• ± 3 ml sari eter diuapkan, sisa + 1-2 mL metanol 50% dengan
pemanasan. Larutan tersebut ditambahkan logam Mg dan 4-5 tetes
HCl pekat → adanya aglukon terbentuk warana merah / jingga
(reaksi Sianidin / Shibata). Selain reaksi ini dapat pula dilakukan
dengan KLT.
5). Antrakuinon
• ± 3 ml sari eter masukkan ke tabung reaksi + 1 ml ammonia 25%
atau larutan NaOH 10% → kocok. Jika larutan berubah menjadi
merah berarti mengandung antrakuinon (reaksi Borntrager)/KLT
6). Xanton dan stilben → KLT
c. Komponen minyak atsiri tertentu :
• Terutama mempunyai kerangka aromatik / non terpenik
• Bersifat sedikit polar larut dalam eter atau alcohol, tapi tidak larut
dalam air.
• Contoh : eugenol, anetol, sinamaldehid, vanillin, dan sebagainya.
• Identifikasi : monografi FI dan farmakope lainnya dari
simplisianya.
d. Asam lemak
• ± 5 ml sari eter → uapkan → sisa berminyak → berarti
mengandung asam lemak.
• Bagan 2
3. Sari dalam etanol - air
Mengandung :
• Garam alkaloida, alkaloida basa kuartener, amina teroksidasi.
• Antosian
• Glikosida
• Saponin
• Tanin
• Karbohidrat
Cara penyarian :
Serbuk sisa penyarian dengan eter disari dengan campuran
etanol-air (70:30) atau lebih lazim disebut etanol 70% dengan
pengocokan berkali-kali, sehingga hasil pengocokan terakhir bila
diuapkan tidak meninggalkan sisa. Sari dalam etanol dipekatkan
sampai menjadi 50 ml.
a. Garam alkaloida
• ± 20 ml sari etanol-air dituang ke dalam gelas piala uapkan
dengan water bath, sisanya + 10 ml HCl p 10% sambil
dipanaskan dan diaduk. larutan dibagi dalam dua tabung. (garam
asam organik diubah menjadi garam asam mineral)

• Tabung 1 Larutan diendapkan dalam bentuk basa, dengan


penambahan ammonia encer hingga pH 8-9, kemudian disari
dengan pelarut kurang polar (eter/CHCl3) kemudian sari tersebut
diuapkan sampai kering, sisanya dilarutkan dalam ± 1,5 ml HCl p
2%. Kemudian larutan dibagi menjadi 3 :
• Tabung I : sebagai pembanding
• Tabung II : + 3 tetes Mayer → Endapan putih kekuningan
• Tabung III : + 3 tetes Dragendorff LP → Endapan jingga
kecoklatan
• Tabung 2 (untuk memeriksa basa kuartener dan amina
teroksidasi)
• Larutan disaring, cuci dengan 3 ml HCl 10% LP, ± 1 ml larutan
(filtrat) tambahkan larutan mayer atau Dragendorff LP.
• Sisa filtrat dimasukkan dalam corong pisah + ammonia p sampai
pH 8-9, lalu tambahkan eter p / CHCl3 p dengan volume yang
sama dengan larutan. Kocok diamkan dan akan terbentuk dua
lapisan. Lapisan eter / CHCl3 digunakan untuk uji alkaloid
sedangkan lapisan yang alkalis untuk uji basa kuartener / amina
teroksidasi.
• Lapisan air alkalis + asam HCl 10% sampai pH 3, saring
kemudian filtrat tambahkan mayer / dragendorf. Bila terbentuk
endapan berarti mengandung basa kuartener / amina teroksidasi.
b. Antosian
Dengan perubahan warna dari sari etanol-air
• Jika pH asam → warna larutan merah
• Jika pH alkalis → warna larutan hijau / biru
• Jika pH netral → larutan ungu
Dengan KLT
c. Glikosida
• ± 20 ml sari etanol-air + 15 ml HCl 10% lalu direfluks selama 30
menit (glikosida terhidrolisa menjadi aglikon + gula). Kemudian
dinginkan, kocok dengan eter 3 kali (12 ml) dalam corong pisah.
Lalu akan terbentuk 2 larutan yang saling berpisah dimana eter
berada di atas air.
• Pisahkan, kemudian lapisan eter + Na2SO4 anhidrat (untuk
menyerap air).
• Sari eter untuk menguji aglikan steroid, triterpenoid, kumarin,
flavonoid dan antrakuinon.
• Larutan air dinetralkan diuji dengan KLT (uji Gula)
• Uji aglikon steroid dapat dengan reaksi Kedde yaitu :
• 4 ml sari diuapkan sampai kering, sisanya + 2 ml KOH 1 N dalam
etanol dan + 4 tetes asam 3-5 Dinitrobenzoat 1% dalam etanol
dengan pemanasan, warna ungu dari larutan hilang.
d. Saponin
• ± 2 ml sari etanol-air diuapkan sampai ± ½ nya, sisanya + air
dengan volume yang sama dengan filtrat → tuang ke dalam tabung
reaksi diameter 1,6 cm, kocok selama 15 menit. Akan terbentuk buih
yang stabil berarti saponin positif.
– Uji saponin dapat dipertegas dengan menentukan indeks buih
dan uji hemolisis menurut metode farmakope.
– Reaksi Lieberman-Buchard (terhadap aglikon triterpenoid atau
steroid yang menyusunnya).
e. Tanin
• ± 1 ml sari etanol-air diencerkan dengan 2 ml air, + 3 tetes FeCl3,
warna larutan menjadi biru kehitaman atau hijau kehitaman.
• Biru kehitaman → mengandung tannin galat.
• Hijau kehitaman → mengandung tannin katekol.
• Bila simplisia mengandung campuran tannin galat dan tannin
katekol, masing-masing tanin dapat ditunjukkan dengan cara :
• ± 5 ml sari + 1 ml larutan Stiassny (larutan formal klorida), lalu
refluks 30 menit jika terbentuk endapan merah berarti
mengandung katekol. Endapan disaring, filtrat + Na asetat (untuk
menetralkan), sedikit larutan FeCl3 atau besi (III) amonium sulfat
bila terbentuk warna biru tua berarti mengandung tannin galat.
f. Karbohidrat
Dalam sari etanol-air terdapat karbohidrat :
• Monosa : glukosa, galaktosa, ramnosa (gula reduktor)
• Oligosa (kurang dari 10 unit monosa) : sakarosa, gentiobiosa,
rafinosa
• Poliosa (lebih dari 10 unit monosa) : gom, lendir, pati, pectin.
Caranya :
• ± 2 ml sari etanol air diuapkan sampai kering, sisanya
ditambahkan 2-3 tetes H2SO4 p (dehidrasi : pentosa menjadi
furfural, heksosa menjadi hidroksimetil furfural), kemudian
ditambahkan 4 tetes larutan timol jenuh pekat dalam etanol
(reaksi Molish). Bila terbentuk warna merah berarti mengandung
karbohidrat.

Anda mungkin juga menyukai