Anda di halaman 1dari 7

Diferensiasi Sel T

Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya. Imunitas
seluler merupakan bagian dari respons imun didapat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi
mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T. Sel T berfungsi untuk
mengaktifkan sel-sel pertahanan lain dalam tubuh. Sel tersebut juga berasal dari sum-sum tulang
tetapi pematangan sel ini terjadi di timus. Dalam timus sel ini akan diseleksi yakni seleksi positif
dan seleksi negatif( Abbas AK, 1991).
Diferensiasi sel berhubungan dengan petanda permukaan dan terjadi proliferasi timosit
subkapsular yang luas. Sebagian besar sel tersebut mati, tetapi sisanya berdiferensiasi. Sel
berproliferasi dan berdiferensiasi sebagai respons terhadap antigen. Sel T akan berdiferensiasi
bila terpajan dengan antigen spesifik yang dipresentasikan APC dalam organ limfoid sekunder,
seperti limpa, kelenjar limfoid dan MALT(Mucosal Associated Lymphoid Tissue).
Seleksi positif merupakan penyeleksian sel T yang tidak dapat membedakan antara antigen
sendiri (self antigen) dan antigen luar (non self antigen). Dalam seleksi ini sel T yang dapat hidup
hanyalah sel T yang dapat mengenal MHC sendiri. Seleksi negatif merupakan seleksi sel T yang
dikarenakan infitasnya yang tinggi terhadap MHC sendiri sehingga ada kemungkinan sel ini akan
menyerang self Ag.

Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa sel subset dengan fungsi yang berlainan
yaitu sel T naif, sel T helper (TH), T delayed type hypersensitivity (Tdth), CTL (cytotoxic T
Limfosit) atau T cytotoxic atau T cytolitic (Tc) dan Ts / Tr (T supresor / regulator). Yang berperan
pada imunitas selular adalah CD4+ / Th yang mengaktifkan makrofag yang selanjutnya
menghancurkan mikroba dan CD8+ (Cluster of differentiation 8) / CTL yang memusnahkan sel
yang terinfeksi.
Sel T helper adalah golongan sel darah putih yang bertindak sebagai adaptive immunity.
Dimana fungsi dari sel T helper sendiri antara lain membantu sel B untuk membentuk antibody,
mengaktifkan sistem pertahanan adaptive humoral atau adaptive cytolitic, membantu
perkembangan sel T sitotksik dan fasilitator sel-sel pertahanan lain dalam untuk melawan antigen

Sel T helper masih bisa berdiferensiasi menjadi sel T memori dan sel T penekan /
supresor. Sel T merupakan sel limfosit yang pertama kali berinteraksi dengan zat asing. Hal ini
terjadi karena sel T memiliki protein permukaan yang disebut CD4 dan CD8. CD4 atau CD8
akan mendeteksi keberadaan antigen. Sebab dia akan mengenali sel yang memiliki reseptor
MHC kelas 1 atau MHC kelas 2. Apabila dia berinteraksi dengan sel yang tidak memiliki MHC
maka dia akan menganggap sel tersebut sebagai zat asing. Sehingga sel T akan berdifensiasi dan
menyerang zat asing tersebut.
-

Perkembangan Th1 dan Th2


Sel CD4+ berproliferasi dan berdiferensiasi , berkembang menjadi subset Th1 atau Th2

mensintesis sitokin yang mengaktifkan fungsi sel imun lain seperti sel CD8+, sel B, makrofag
dan sel NK. Sel CD4+ naf yang diaktifkan dan berdiferensiasi menjadi sel efektor juga menjadi
sel memori yang dapat menetap di organ limfoid atau bermigrasi ke kelenjar nonlimfoid. Dalam
kondisi yang berbeda, terbentuk subset sel T yang berlawanan, Th1 dan Th2. Sitokin yang
diproduksi respon imun nonspesifik terhadap mikroba atau respon imun spesifik yang dini
mempengaruhi diferensiasi sel CD4+ naf ke Th1 dan Th2. Sitokin yang diproduksi dini
mengontrol jalur perkembangan subset tersebut.
Diferensiasi Sel T CD4+ menjadi Th1 dan Th2 tergantung sitokin yang diproduksi pada
saat merespon mikroba yang memacu reaksi imunitas. Misalnya virus dan beberapa parasit
memacu sel NK untuk memproduksi IFN- yang memacu makrofag mengeluarkan IL- 12. IL- 12
berikatan dengan Sel T CD4+ sehingga memacu untuk menjadi sel Th1. IL- 12 juga
meningkatkan produksi IFN- dan aktivitas sitolitik yang dilakukan oleh sel T sitotoksik dan sel
NK sehingga memacu imunitas seluler. Sel NK memproduksi IFN- dan TNF yang merupakan
dua sitokin proinflamasi poten dan dapat merangsang pematangan sel dendritik yang merupakan
sel coordinator imunitas non spesifik dan spesifik.
Sel TH1

Bekerja pada sistem pertahanan cytolitic, mengatur imunitas seluler (cell mediated
immune) untuk melawan antigen asing dari dalam (intraselluler) seperti virus.

Memproduksi: cytokines: IL-2, IFN-, and TNF-a.

Sitokin adalah protein hormon yang menengahi dua imun (kekebalan tubuh) alami dan
imun spesifik. Sitokin sebagian besar dihasilkan dengan mengaktifkan sel (limfosit)
selama sel kekebalan menengahi.

Interleukin-2 (IL-2) adalah sebagian besar sitokin yang bertanggung jawab untuk
mengaktifkan pertumbuhan dan diferensiasi limfosit. IL-2 banyak menghasilkan sel T
CD4+ dan menghasilkan sedikit sel T CD8+ (cytotoksit sel T, atau CTLs). Fungsi utama
dari IL-2 ialah meningkatkan respons imun. IL-2 berperan dalam apoptosis sel T yang
teraktivasi bukan oleh antigen, hal ini penting untuk mencegah autoimunitas.

IFN (Interferon ), nama lainnya adalah Fibroblas IFN atau Tipe I. dihasilkan oleh
sel T helper dan hanya bekerja pada sel-sel tertentu, seperti makrofaga, sel endotelial,
fibroblas, sel T sitotoksik, dan limfosit B.

TNF a, (Tumor necrosis factor alpha) adalah sitokin yang diproduksi oleh makrofag
dan sel T yang mempunyai banyak fungsi dalam system imun. Merupakan protein yang
unik yang dihasilkan selama respon inflamasi. TNF-a tidak hanya akibat dari peradangan,
juga merupakan zat yang mempromosikan peradangan. Memiliki peran sebagai: Mediasi
inflamasi akut; Menstimulasi inflamasi pada sel endotel; dan Chemoattractant untuk sel
darah putih
IFN- dan IL-12 yang diproduksi APC seperti makrofag dan sel dendritik yang diaktifkan

mikroba merangsang diferensiasi sel T CD4+ menjadi Th1 yang berperan dalam reaksi
hipersensitivitas lambat. Sel Th1 berperan untuk mengarahkan makrofag. Diferensiasi Th1
merupakan respon terhadap infeksi mikroba atau atas pengaruh aktivasi sel NK.
Sel TH2

Bekerja mengatur imunitas humoral, atau produksi antibody untuk melawan antigen
asing luar ( ekstraselluler ) seperti bakteri. berfungsi untuk mengaktifkan sel B untuk
berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang selanjutnya menghasilkan antibodi
monomer IgA. Sel epitel juga menghasilkan secretory component yang berfungsi untuk
membawa SIgA keluar dari sel epitel.

memproduksi: IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, dan IL-13.

Interleukin-4 (IL-4), adalah glikoprotein dengan ukuran 18 20 kD yang terdiri dari


asam amino yang diproduksi oleh sel T, sel mast dan sel basofil. Efek IL 4 yang paling
penting adalah perkembangan sel Th2 dan memerintahkan sel B untuk memproduksi Ig E
dan Ig G4, sedangkan pada endotel IL 4 meningkatkan ekspresi VCAM-1. Merupakan
penanda proses inflamasi. IL-4 berperan dominan dalam sistem kekebalan untuk aktivasi
sel B pada produksi antibody.

Interleukin-5 (IL-5) adalah sitokin dengan ukuran sekitar 20 kD yang di sekresi sel TH.
Fungsi IL 5 yang paling penting adalah kemampuan untuk menstimulasi pertumbuhan
dan diferensiasi eosinofil dan aktivasi sel eosinofil matur. IL-5 juga bersifat kemotaktik
terhadap eosinofil, menyebabkan sekresi eosinofil dan meningkatkan antibody dependent
cytotoxicity.

Interleukin-6 (IL-6) adalah sitokina yang disekresi dari jaringan tubuh ke dalam plasma
darah, terutama pada fasa infeksi akut atau kronis, dan menginduksi respon peradangan
transkriptis melalui pencerap IL-6 RA, menginduksi maturasi sel B. dan pencerap gp130.

Interleukin-10 (IL-10) dalah sitokina yang banyak disekresi oleh monosit, yang memiliki
efek pleiotrofik pada sistem kekebalan dan peradangan. Pertama kali IL-10 dikenal
karena kemampuannya untuk menghambat aktivasi dan fungsi efektor dari sel T, monosit
dan makrofaga. Fungsi rutin IL-10 tampaknya terutama menghambat atau meniadakan
respon peradangan, selain mengendalikan perkembangan dan diferensiasi sel B, sel NK,
sel TH, sel T CD8, mastosit, granulosit, sel dendritik, keratinosit dan sel endotelial, dan
bersifat imunosupresif terhadap sel mieloid.

Interleukin-13 (IL-13) adalah sebuah protein dengan fungsi sitokin yang disekresi
berbagai sel, tetapi terutama oleh sel TH2. Berbagai efek biologis IL-13, memiliki
sejumlah kemiripan dengan IL-4. Kedua sitokin diketahui berperan pada kejadian alergi
dengan mengatur isotype class switching pada sel B untuk menghasilkan Ig E,
menginduksi ekspresi MHC kelas II dan CD 23, menginduksi VCAM 1, eotaksin,
mengaktivasi sel mast dan eosinofil.

Pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast yang terpajan dengan
antigen , sel precursor(Tho) berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B untuk
meningkatkan produksi antibodi. Kebanyakan sel Th adalah CD4+ yang mengenal kompleks
antigen MHC-II yang dipresentasikan APC.
Diferensiasi Sel T CD4+ menjadi Th2 dipacu oleh IL-4. Peranan IL-4 untuk memacu
diferensiasi sel T CD4+ menjadi Th2 menimbulkan pertanyaan, darimana datangnya IL-4
sebelum Th2 dipacu karena sel Th2 adalah sumber utama IL-4. Ternyata Sel T CD4+
mengeluarkan IL-4 dalam jumlah kecil pada saat aktivasi inisial. Apabila antigen bersifat
persisten dan berada dalam konsentrasi tinggi maka konsentrasi lokal IL-4 perlahan-lahan akan
meningkat. Jika antigen tidak memicu inflamasi dengan mengeluarkan IL-12 maka hasilnya
adalah peningkatan diferensiasi Sel T ke subset Th2 dan terjadi penumpukan efektor Th2.
-

Aktivasi LFA-1 pada T0 atau sel CD4+

Ikatan antara kompleks MHC- peptide antigen(dipresentasikan APC) dan TCR menginduksi
sinyal aktivasi sel T. Molekul asesori meningkatkan aviditas antara sel T dan APC dengan
mengekspresikan molekul adhesi tambahan dan fungsi sinyal. Molekul adhesi seperti LFA-1 dan
ICAM-1 berpasangan meningkatkan adhesi antara sel T dan APC serta memacu sinyal
kostimulor untuk aktivasi sel T. Interaksi tersebut juga memudahkan sel T untuk mengenal
antigen dalam konteks molekul MHC yang dipresentasikan APC. Selanjutnya sel T memerlukan
konstimulasi melalui ikatan CD8. Aktivasi penuh sel T menimbulkan produksi sitokin sel T dan
respon proliferasi.
-

Sel TH1 sebagai stimulator MAC


IFN- yang diproduksi berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama MAC

(Macrophage Activating Cytokine) dan berperan terutama dalam imuniti yang tidak spesifik dan
spesifik seluler. IFN- adalah sitokin yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh (fagosit)
mikroba. IFN- merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN-
meningkatkan perbedaan sel CD4+ naik ke subset sel Th1 dan mencegah proliferasi sel Th2.
IFN- bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengikat Fc-R pada fagosit
dan mengaktifkan komplemen. Kedua proses tersebut meningkatkan fagositosis mikroba yang

diopsonisasi. IFN- dapat mengalihkan Ig yang berpartisipasi dalam eliminasi mikroba. IFN-
mengaktifkan neutrofil dan merangsang efek sitolitik sel NK
-

Sel TH2 sebagai aktivator sel B


Aktivasi sel B oleh protein larut memerlukan bantuan sel Th. Ikatan antigen dengan sel

B-mIg tidak menimbulkan proliferasi dan diferensiasi sel menjadi sel efektor tanpa bantuan
interaksi dengan molekul membrane pada sel Th dan sitokin yang benar. Perkembangan sel T
precursor menjadi sel Th1 memacu reaksi sitotoksik dan hipersensitifitas lambat serta
mengaktifkan makrofag yang meningkatkan proteksi terhadap pathogen intraseluler.
Secara garis besar diferensiasi sel T yakni ketika sel TH1 dihasilkan jika virus atau
bakteri menginduksi sekresi IL-12 dari APC. IL-12 kemudian menjadi stimulator bagi sel NKT
untuk mengeluarkan IFN-. Aktivasi LFA-1 pada T0 atau sel T CD4+ terjadi dengan stimulasi IL12 dan IFN-. Sel TH1 akan mensekresi IL-2, TNF-, IFN-. Sel TH2 akan dihasilkan dengan
aktivasi LFA-1 yang terjadi dengan stimulasi IL-4 yang disekresi oleh sel NKT karena stimulasi
dari patogen jenis lain. TH2 akan mensekresi IL-4, IL-5, IL-13. Sel TH1 akan bertindak sebagai
stimulator MAC (Macrophage Activating Cytokine), sedangkan sel TH2 akan berfungsi sebagai
aktivator sel B.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and molecular immunology. Philadelphia:
WE Saunders Company, 1991.
2. Abbas AK, Lichtman AH. Basic Immunology. Update 2 nd Ed. Philadelphia: WB Saunders
Company, 2006.
3. Aneway, Charles A.; Travers, Paul; Walport, Mark; Shlomchik, Mark (2001).
Immunobiology. Garland Science.

Anda mungkin juga menyukai