Anda di halaman 1dari 4

1.

Fungsi Leukosit
a. Kemotaksis

Begitu leukosit memasuki jaringan ikat, sel ini harus mampu bermigrasi dan
menempati jaringan yang terluka. Hal ini terlaksana dengan baik oleh kemotaksis yang
bergantung pada kemampuan leukosit untuk merasakan gradien bahan kimiawi yang
menjebak badan sel dan bermigrasi ke arah yang lebih tinggi konsentrasi kimiawinya.
Fagosit hanya merasakan sejumlah kecil bahan kimiawi yaitu kemotaksin karena mempunyai
reseptor kemotaksin. Reseptor untuk kemotaksis adalah protein yang tergolong dalam famili
protein-G.

b. Fagositosis

Contoh sel fagosit adalah sel neutro l, monosit, dan makrofag. Seperti tipe lain dari
sel darah putih, sel fagosit berasal dari sel pumca (stem) pluripoten dalam sumsum tulang
merah. Neutro l dan monosit/makrofag merupa kan sel yang cukup efisien dalam fagositosis
sehingga dinamakan fagosit profesional. Fagositosis oleh neutro l lebih bersifat primitif dari
pada fagositosis oleh makrofag dalam sistem imun. Sel fagosit tertarik ke tempat infeksi
dengan proses kemotaksis. Contoh factor kemotaksis adalah produk dari mikrobial, sel
jaringan dan leukosit yang rusak, komponen komplemen (missal C5a), dan sitokin tertentu.
Fagositosis merupakan proses multitahap dengan sel fagosit memakan dan merusak agen
infeksius. Fagositosis merupakan proses pencernaan partikel (dalam ukuran yang dapat
terlihat oleh mikroskop cahaya) oleh sel. Fagositosis dilakukan dalam fagosom, suatu
vakuola yang struktur membrannya tidak jelas dan berisi bahan patogen.

c. Pemprosesan dan penyajian antigen Molekul MHC

Molekul MHC merupakan suatu tempat pada lengan pendek kromosom 6 (6p21.3)
yang mengode sejumlah molekul termasuk molekul MHC kelas I, II, dan III yang terlibat
dengan pengikatan antigen, pemprosesan, dan penyajiannya. Ada 2 tipe utama molekul self-
MHC yang juga dinamakan HLA (Human Leucocyte Antigen), yaitu molekul MHC kelas I
dan molekul MHC kelas II. Semua menjual memproses dan menyajikan antigen yang berasal
dari sel (antigen intrasel) pada molekul MHC kelas I. Molekul MHC kelas I ditemukan pada
semua sel tubuh kecuali pada sel eritrosit. Molekul MHC kelas I menyajikan antigen intrasel
TCR pada sel T CD8+, dan sel NK. Molekul MHC kelas III meliputi faktor komplemen B,
C2, dan C4.

2. Neutrofil dan Monosit/ Makrofag

Neutrofil dan monosit adalah sel fagositik leukosit. Perbedaan mendasar antara
keduanya adalah bahwa neutrofil mengalami diferensiasi yang hampir lengkap di sumsum
tulang dalam waktu 14 hari, sedangkan monosit meninggalkan sumsum tulang setelah 2 hari
dalam keadaan yang relatif belum matang dan berdiferensiasi dalam jaringan. Keduanya
berukuran (berdiameter 10µm) dan berada di dalam darah.

Neutro l berumur pendek (1-5 hari). Neutro l juga dikenal dengan nama PMN
(leukosit polimorfonuklear) dan merupakan sel leukosit terbanyak dalam darah, yaitu sekitar
dua per tiga populasi leukosit (4000-8000 sel/mm3). Neutro l memiliki lisosom dalam
sitoplasmanya. Oleh karena neutro l tidak perlu mengalami diferensiasi untuk melakukan
fungsinya, sel ini cocok untuk segera ditanggapi. Neutro l mengadakan respon sangat cepat
terhadap infeksi. Ketika neutro l meninggalkan darah, sel ini selalu mempertahankan
ukurannya yang kecil dan karenanya dinamakan mikrofag. Neutro l hanya memfagosit
pathogen yang kecil seperti virus atau bakteri.

Makrofag merupakan bagian non-spesi k dari sistem imun yang memusnahkan dan
merusak secara tidak menipu atau berusaha untuk merusak benda asing atau puing-puing.
Telah disepakati bahwa monosit dianggap sebagai makrofag saat sel ini meninggalkan darah.

3. Limfosit

Tiga tipe limfosit utama dibedakan berdasarkan pada reseptor antigennya, menjadi
limfosit-T, limfosit-B, dan sel pembunuh alami (NK, pembunuh alami). Dalam darah, sel B
dan sel T bersifat tidak aktif dan berukuran kecil (8-10 µm). Sel NK dapat berdiferensiasi
secara luas dalam sumsum tulang dan tampak dalam darah sebagai suatu limfosit besar
bergranular. Dengan diameter >15 µm, sel menjadi lebih besar dari sel leukosit lainnya
dalam darah.

Limfosit-T merupakan 80-90% limfosit darah tepi. Juga dijumpai di daerah


parakorteks kelenjar limfe. Pengaktifan limfosit-T sama dengan limfosit-B. Limfosit ini
punya reseptor permukaan untuk antigen, membentuk sel T-memori dan limfokin (untuk
merespons rangsangan antigen), dan mempunyai imunoglobulin permukaan dalam jumlah
lebih sedikit.

Limfosit-B ditemukan dalam sumsum tulang, folikel limfoid, pulpa putih dari limpa,
dan merupakan 10-20% limfosit darah perifer. Namanya berasal dari bursa of fabricus (organ
burung yang bertanggung jawab untuk pembentukan produksi limfosit-B). Limfosit-B
membantu mengontrol antigen ekstraselular, seperti bakteri, jamur, dan virion.

4. Antibody

Antibodi adalah protein (imunoglobulin). diproduksi oleh sel plasma yang berasal
dari proliferasi dan diferensiasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen.
Diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya, yang utama adalah antibodi penawar yang
berfungsi melawan racun, melapisi bakteri dengan opsonin untuk membantu proses antibodi
yang difagositosis oleh bakteri pengikat.

5. Sel Pembuluh Alami (NK)

Sel NK merupakan subpopulasi limfosit yang berperan penting dalam respon imun
alami dengan memediasi efek sitotoksis dalam sel target dan dengan melepas sitokin (IFN
dan TNF). Sel NK mengenali dan membunuh sel tumor tertentu dan sel yang terinfeksi virus.
Jumlah NK meningkat dengan meningkatnya usia, tetapi kapasitas toksisitasnya menurun,
yang menyebabkan menurunnya respon sitotoksisitas terhadap antigen pada agen infeksi atau
terhadap sel tumor pada usia tua Tidak seperti limfosit-T atau limfosit-B, sel NK kurang
spesi k dan kurang memori, tetapi dapat menginduksi lisis spontan dari sel terinfeksi virus
dan sel tumor dengan menyekresi perforin dan enzim litik lainnya.

6. Komplemen

Kompleks merupakan rangkaian interaksi dari sekitar 30 membran yang berhubungan


dengan reseptor sel dengan glikoprotein serum yang larut. Komplemen merupakan protein
yang bila diaktifkan akan melindungi terhadap infeksi dan berperan dalam fase inflamasi
dengan berperan sebagai: opsonin untuk meningkatkan fagositosis; faktor kemotaksis;
melisis bakteri dan parasit. Ada 3 jalur utama aktivasi komplemen, dua di antaranya diinisiasi
oleh mikroba dalam keadaan tidak adanya antibodi, jalur ini dinamakan jalur alternatif atau
jalur lektin. Jalur ketiga diinisiasi oleh isotipe antibodi tertentu yang melekat pada antigen,
pengaktifan jalur ini dinamakan jalur klasik.

7. Sitokin

Sitokin merupakan hormon protein yang kurang spesifik dan lebih terlokalisasi
dibanding hormon endokrin juga bisa menstimulasi atau menghambat fungsi normal sel. Baik
sistem imun seluler maupun humoral dikoordinasikan oleh sitokin (60 sitokin). Sitokin
terbagi dalam beberapa famili, termasuk interleukin, interferon, faktor nekrosis tumor, faktor
perangsang koloni, dan kemokin yang mengatur migrasi sel di antara dan di dalam jaringan.

8. Interleukin

Ada 22 interleukin (IL-1 sampai IL-22). IL-1, disekresikan oleh makrofag dan
monosit, simulasikan respons in!amasi dan mengaktivasi limfosit. IL-2, diproduksi oleh
limfosit T-helper, simulasi proliferasi dari T-helper, T-sitotoksik dan limfosit-B, serta
mengaktivasi sel NK. IL-10 dan TGF, merupakan imunosupresan, menghambat respon
sitotoksis sistem imun (sel T dan sel makrofag) terhadap antigen tumor dan agen infeksi.
Obat yang memblok aksi imunosupresi IL-10 dan TGF pada sistem imun merupakan
substansi yang berperan penting dalam terapi kanker manusia. Obat yang menstimulasi
fungsi IL-10 dan TGF, berguna untuk menekan respon imun patologis seperti pada penyakit
autoimun, alergi, dan penolakan.

9. Interferon

Interferon merupakan sitokin berupa glikoprotein yang dipro duksi oleh:


makrofag yang diaktifkan, sel NK, berbagai sel tubuh yang mengandung inti dan dilepas
sebagai respon terhadap infeksi virus. INF berperan dalam antivirus, menginduksi sel di
sekitar sel terinfeksi, menjadi resisten terhadap virus, mengaktifkan sel NK untuk
memusnahkan sel terinfeksi virus, dan menghilangkan sumber infeksi.

Anda mungkin juga menyukai