Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nanda Marmawati

NIM : 183145201083
PERTEMUAN KE-9
RESPON TUBUH TERHADAP TANTANGAN IMUNOLOGIK

1. IMUNITAS
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel,
molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun.
Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya
disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanan yang
banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan
berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba
ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan
kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature innate/
native) dan didapat atau spesifik (adaptive/ acquired).
Mekanisme imunitas nonspesifik (sawar mekanis, fagosit, sel NK dan sistem
komplemen) memberikan pertahanan terhadap infeksi. Imunitas spesifik (respons limfosit)
timbul lebih lambat. Perbedaan-perbedaan antara kedia sistem imun tersebut terlihat pada
gambar dan tabel di bawah.

2. SISTEM IMUN
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk
mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup
a. Fungsi sistem imun: 
1) Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan
mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)
yang masuk ke dalam tubuh .
2) Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan
jaringan.
3) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
b. Tipe sistem imun.
Secara umum sistem imun manusia terbagi dalam dua, yaitu : alamiah dan adaptif
(spesifik). Sistem imun alamiah terentang luas, mulai dari air mata, air liur, keringat
(dengan pHnya yang rendah/asam), bulu hidung, kulit, selaput lendir, laktoferin dan asam
neuraminik (pada air susu ibu), sampai asam lambung termasuk di dalamnya. Secara
lebih mendetail di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen
sistem imun alamiah yang antara lain terdiri dari fasa cair seperti IgA (Imunoglobulin A),
Interferon, Komplemen, Lisozim, ataupun c-reactive protein (CRP). Sementara fasa
seluler terdiri dari sel-sel pemangsa (fagosit) seperti sel darah putih (polymorpho
nuclear/PMN), sel-sel mono nuklear (monosit atau makrofag), sel pembunuh alamiah
(Natural Killer), dan sel-sel dendritik. Sedangkan pada sistem imun adaptif terdapat
sistem dan struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri
dari sub sistem seluler yaitu keluarga sel limfosit T (T penolong dan T sitotoksik) dan
keluarga sel mono nuklear (berinti tunggal). Sub sistem kedua adalah sub sistem humoral,
yang terdiri dari kelompok protein globulin terlarut yaitu: Imunoglobulin G, A, M, D, dan
E. Imunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui suatu proses aktivasi khusus,
bergantung kepada karakteristik antigen yang dihadapi. Secara berkesinambunangan
dalam jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun baik yang alamiah maupun adapatif
senantiasa bahu-membahu menjaga keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia
dengan media hidupnya (ekosistem). 
c. Mekanisme kerja sistem imun
Keberadaan mikroba patogen dapat menimbulkan dampak-dampak yang tidak
diharapkan akan memicu sistem imun untuk melakukan tindakan dengan urutan
mekanisme sebagai berikut : introduksi, persuasi, dan represi. 
Meskipun komplemen dapat diasosiasikan sesuai artinya, yaitu pelengkap, namun
sesungguhnya fungsinya amatlah vital. Faktor komplemen bertugas untuk menganalisa
masalah untuk selanjutnya mengenalkannya kepada imunoglobulin, untuk selanjutnya
akan diolah dandipecah-pecah menjadi bagian-bagian molekul yang tidak berbahaya bagi
tubuh. Setelah itu limfosit T bekerja dengan memakan mikroba patogen. Sel limfosit
terdiri dari dua spesies besar, yaitu limfosit T dan B. Bila limfosit B kelak akan
bermetamorfosa menjadi sel plasma dan selanjutnya akan menghasilkan imunoglobulin
(G,A,M,D,E), maka sel T akan menjadi divisi T helper, T sitotoksik, dan T supresor. 
Dalam kondisi yang berat akan terjadi beberapa proses berikut : sel limfosit T
akan meminimalisasi efek patogenik dari mikroba patogen dengan cara bekerjasama
dengan antibodi untuk mengenali dan merubah antigen dari mikroba patogen menjadi
serpihan asam amino melalui sebuah mekanisme yang disebut Antibody Dependent Cell
Cytotoxicity (ADCC). Selain itu sel limfosit T bersama dengan sel NK (Natural Killer)
dan sel-sel dendritik dapat bertindak langsung secara represif untuk menghentikan
kegiatan mikroba patogen yang destruktif melalui aktivitas kimiawi zat yang disebut
perforin. Dalam beberapa kondisi khusus, sel limfosit T dapat memperoleh bantuan dari
sel makrofag yang berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) alias sel penyaji
antigen. 
Sedangkan Sel limfosit B bertugas untuk membangun sistem manajemen
komunikasi terpadu di wilayah cairan tubuh (imunitas humoral). Bila ada antigen dari
unsur asing yang masuk, maka sel limfosit B akan merespon dengan cara membentuk sel
plasma yang spesifik untuk menghasilkan molekul imunoglobulin yang sesuai dengan
karakteristik antigen dari unsur asing tersebut.

3. KOMPLEKS HISTOKOMPITABILITAS MAYOR


Kompleks histokompatibilitas utama (major histocompatibility complex atau MHC)
adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari
± 4 juta bp yang terdapat di kromosom nomor 6 manusia dan lebih dikenal sebagai kompleks
antigen leukosit manusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan dalam mengikat
dan mempresentasikan antigen peptida ke sel T. Molekul permukaan sel yang bertanggung
jawab terhadap rejeksi transplan dinamakan molekul histokompatibilitas, dan gen yang
mengkodenya disebut gen histokompatibilitas. Nama ini kemudian disebut dengan
histokompatibilitas mayor karena ternyata MHC bukan satu-satunya penentu rejeksi.
Terdapat pula molekul lain yang walaupun lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi,
yang disebut molekul histokompatibilitas minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul
MHC merupakan titik sentral inisiasi respons imun.

4. RESPON IMUN
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat melibatkan
berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokin
yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas
mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate,
atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu
jenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi
lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan
khusus untuk antigen tertentu.
Mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau disebut juga komponen adaptif  atau
imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis
antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. Bedanya dengan
pertahanan tubuh non spesifik adalah bahwa pertahanan tubuh spesifik harus kontak atau
ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. Sedangkan
pertahanan tubuh non spesifik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.
Pembagian di atas hanya dimaksudkan untuk memudahkan pengertian saja.
Sebenernya antara kedua sistem tersebut ada kerja sama yang erat, yang satu tidak apat
dipisahkan dari yang lain.

Anda mungkin juga menyukai