C. Sistem imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh
sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh
terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon
spesifik danimunitas adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik yang alami dan sistem imun spesifik.Sistem imun non-spesifik telah berfungsi
sejak lahir, merupakan tentara terZdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput
lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper,
sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel Tdelayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan
sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua
sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam
mekanisme yang kompleks dan rumit.
Sistem imun nonspesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit, selaput lendir, dan silia
saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh; sejumlah
komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody
alamiah; serta komponen seluler,seperti sel natural killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Aktivasi sistem
komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak
berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan
tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine)adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam
regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat
mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon
infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu normal dan sehat yang
belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah berperan penting sebagai pertahanan lini
pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan
beberapa antigen.
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer)diketahui secara morfologi mirip dengan limfosit ukuran besar dan
dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15% limfosit yang beredar pembuluh darah tepi
adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal
dan melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan melepaskan sejumlah
granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK
juga menghasilkan sitokin dan kemokin yang digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ,
TNF-a, IL-5, dan IL-13. Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan
untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk
membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang
ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun
spesifik :
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok limfosit yang
berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan
nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.
b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan pematangan dalam organ
timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan untuk menjalankan fungsi
farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa
subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T penolong (Th).
Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T
penindas atau sel T pembunhuh dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
Sel NK
Sel K
Interferon ( sitokin )
1. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan
tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan
seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah
zat yang menstimulasi tanggapan imun. Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem
kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksibakteri danvirus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing
lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,
dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu antigen eksogen
dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes
dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab
terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit
yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma.Antigen endogen adalah antigen yang terdapat
didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog
dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat
dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting
untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik
adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan
individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah
merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan
tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen
polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam
populasi.ciri – ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun :
a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes
b. Ukuran molekul
c. Kekompleksian kimia dan struktural
d. Penentu antigen ( epilop )
e. Konstitusi genetik inang
f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
Pembagian antigen
1. Berdasarkan epitop
a. Unditerminan ( univalent )
b. Unideterminan ( multivalent )
c. Multideterminan ( univalent )
d. Multideterminan ( multivalent )
2. Berdasarkan spesifitas
a. Heteroantigen 4.Antigen organ spesifik
b. Xenoantigen 5.Autoantigen
c. Alloantigen
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuhvertebrata lainnya, dan
digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing
seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi
memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang
disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe
antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai
berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang
memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe
benda asing yang berbeda yang ditemui. Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan
antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut
cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh
limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi
biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig).
Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan
spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-
masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang
identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida
untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat
daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini
sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V rantai
ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik
antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim
dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing
molekul(Campbell).
4. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Sistem ini terdiri dari 30
protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi sistem komplemen
mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna.
Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen
komplemen tersebut akan memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung
pada T limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem imun adaptif dan juga
menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin. Komponen komplemen juga dapat meningkatkan
fagositosis makrofag dan neutrofil dengan bekerja sebagai opsionin.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan peningkatan kepekaan terhadap
penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang serius.
Defisiensi komponen kompleks penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan terhadap
infeksi Neisseria . defisiensi pada komponen jalur alternative juga telah diketahui , misalnya defisiensi
properdin membuat orang lebih peka terhadap penyakit meningokokus.
b) peranan sitokin
Sitokin bekerja seperti hormin, yaitu tidak melalui reseptor pada permukaan sel sasaran sebagai
berikut :
1) Langsung :
a) Lebih dari satu efek terhadap berbagai jenis sel ( pleitropi )
b) Autoregulasi ( fungsi autokrin )
c) Terhadap sel yang letaknya tidak jauh ( fungsi parakrin )
2) Tidak langsung :
a) Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokoin lain dalam
merangsang sel ( sinergisme ).
b) Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)
3) Aktivasi sel
a) Aktivasi sel T
Antigen yang semula ditangkap dan diproses APC, dipersentasikan ke reseptor pada sel Tc dan Th
masing – masing dalam hubungan dengan MHC kelas I dan II. APC tersebut memproduksi dan melepas
sitokin seperti IL – 1 yang merangsang sel T untuk berpoliferasi dan berdeferensiasi. Sel T tersebut
memproduksi sitokin. Untuk mengetahui hubungan sel T dengan Major histocompatibility complex kelas
I atau Major histocompatibility complex kelas II, dan antigen (merah).
b) Aktivasi sel B
Sel Th dirangsang melepas sitokin yang mengaktifkan sel B dalam 3 tingkat, yakni aktivasi, proliferasi,
dan diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi Ig.
E. Imunologi
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor
menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut
muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor.
Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari
virus onkogenik sepertipapillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya
adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai
tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinaseyang ketika
ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang
disebut melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal
penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi
menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan
sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC
kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel
tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel
tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal;
hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor
yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel tumor
sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat
menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang
mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan
aktivitas makrofaga danlimfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor,
sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik
makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara
perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga
menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya
membantu penyebaran sel kanker. telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas
menyatukan dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang
akan membunuh sel tumor.Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti
oleh penelitian medis.dapat kita lihat pada gambar 5
F. Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang terintegrasi sejak awal
konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang sudah merupakan software bawaan.
Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak
bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat, bersin2 pada
saluran nafas kita (hidung), ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara
luar yang kita hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara dingin tersebut
akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan sesak nafas (astma), bisa juga
timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria). Berikut ini merupakan penyakit akibat
merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang berlebihan sehingga
menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe
reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu
dapat terjadi sendiri–sendiri, tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri.
Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit
autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
a. Berdasarkan organ ; terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ spesifik.
b. Berdasarkan mekanisme ; penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik autoimun, miastenia
gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui kompleks imun ( LES, AR ), penyakit autoimun
melalui sel T dan penyakit autoimun melalui komplemen.
3. IV AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang
menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya
penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus.
a. Gejala Infeksi HIV/ AIDS
1) Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa
disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian
atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar,
diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
2) Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
3) Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk
dalam fase AIDS.
4) AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis
infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar
pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam, penurunan
berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-
hilang, pernafasan pendek, diare berat yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut,
tenggorokan, atau vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.dan
berat badan berangsur – angsur menurun.Berdasarkan penjelasan diatas untuk lebih mengetahui
b. Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko
penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya
tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering
(open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih
dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik
selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9,
sodium kloridadan sodium hidroksida.
d. Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan
serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang
mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.Cara penularan HIV AIDS antara
lain :
a. Hubungan seksual dengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang
berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung (kondom).
b. Kontak darah/luka dan transfusi darah–Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar
virus HIV.
c. Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik–Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama
atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.
d. Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah,
makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.
e. Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga
diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun pasangannya. Adapun caranya
adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami), penggunaan kondomuntuk
mengurangi resiko penularan HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat
dilakukan dengan cara menghindari penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan melakukan
hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual aman). Sedangkan pencegahan pada
ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan
pada bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV. Serta menghindari darah
penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga
mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem
kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita
SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah
memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar
matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun
fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai
tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Munculnya penyakit dapat spontan atau
didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah,
nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE,
sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan menjalani
operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang
tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang
dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.
G. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah pemberian
kekebalaan tubuh terhadaap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan pada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih
belum sebaik orang dewasa,sehingga rentang terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak
cukup hanya dilakukan satu kali tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak. Tujuan dari diberikannya suatu
imunitas dari immunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit
yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti Hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk
rejan, gondongan, cacar air, dan TBC. Imunisasi pada balita atau anak – anak dapat kita lakukan untuk
membuat system imun dalam tubuh anak menjadi lebih baik.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri
penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum. Telah bibit
penyakit masuk pada tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan
membentuk antibodi.Imunisasi dapat dibagi jadi 2 jenis, yakni imunisasi pasif dan imunisasi aktif.
1. Imunisasi pasif
Imunisasi ini terjadi bila seseorang menerima antibodi atau produk sel lainnya dari orang lain yang telah
mendapat imunisasi aktif atau dengan kata lain merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap
penyakit.
2. Imunisasi aktif
Pada imunisasi aktif, respon imun dapat terjadi setelah seseorang terpasang dengan antigen. Imunisasi
aktif kekebalanya didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan
tubuh biasaa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang
kuat.Transfer sel yang imunokompeten kepala pejamu yang sebelumnya imuninkompeten, disebut
transfer adaptif Imunisasi dapat terjadi