Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dan hewan mempunyai sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda
asing yang dikenal dengan sistem imun. Sistem imun melindungi tubuh terhadap penyebab
penyakit pathogen seperti virus, bakteri, parasit dan jamur. Sistem imun terbagi menjadi
dua yaitu imun non-spesifik (innate immunity) atau sistem alamiah dan imun spesifik atau
sistem imun adaptif. Kedua sistem ini yang melindungi tubuh dan mengeliminasi agen
penyakit. Respon imun yang diselenggarakan oleh sistem imun paling tidak memiliki 3
fungsi utama yaitu untuk pertahanan tubuh, menjaga homeostasis dan melakukan
surveilans atau penjagaan.
Kajian imunologi diterima luas disemua cabang ilmu biologi, terutama ilmu–ilmu
bidang kesehatan, termasuk dibidang ilmu kefarmasian. Sebagai ilmu alat, imunologi dapat
membantu memecahkan kebuntuan yang terjadi pada cabang ilmu lainnya. Imunologi telah
dirasakan kemanfaatannya oleh para klinisi ketika membantu menguraikan berbagai
mekanisme patofisiologi dan pathogenesis berbagai penyakit, termasuk penyakit yang
jarang terjadi di masyarakat dan penyakit autoimun, misalnya bagaimana mekanisme
patofisiologi asma alergi, rematoid arthritis dan sistik fibrosis dapat dijelaskan dengan
mudah dengan pendekatan imunologis. Dibidang penemuan obat baru, imunologi bersama
biologi molekuler merupakan salah satu ilmu yang memfasilitasi lahirnya obat-obat baru
kelompok obat biosimilar.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian ?
 Apa saja sifat umum respon imun ?
 Apa yang dimaksud dengan sistem imun sel dan jaringan ?
1.3 Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kedudukan dan peran imunologi
dalam ilmu kefarmasian.
 Untuk mengetahui apa saja sifat umum respon imun.
 Untuk mengetahui dan mampu memahami apa yang dimaksud dengan sistem imun
sel dan jaringan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imunologi
Imunitas berasal dari kata Immune atau Immunis (bahasa latin) yang berarti kebal
atau bebas penyakit. Imunitas atau sistem kekebalan merupakan jawaban reaksi tubuh
terhadap bahan asing baik secara molekular maupun seluler. Pada awalnya sistem imun ini
dikenal sebagai sistem yang melindungi tubuh dari penyakit, terutama penyakit infeksi
akibat masuknya kuman ke dalam tubuh, misalnya kuman plasmodium yang menyebabkan
malaria, kuman salmonella tifosa yang menyebabkan demam tifus, dan sebagainya.
Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan akhirnya diketahui system imun tidak
hanya melindungi terhadap adanya infeksi tetapi juga terhadap proses karsinogenesis,
degenerasi dan autoimun.
Imunologi berasal dari bahasa latin, immunis dan logos. Immunis berarti bebas dari
penyakit atau kuman. Logos berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
imunitas atau kekebalan akibat adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari
dalam tubuh hewan atau manusia, baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius.
Selanjutnya berbagai pendekatan yang dilakukan oleh para peneliti membuat model
pencegahan melalui pendekatan sistem imun seluler maupun humoral. Pertemanan
imunologi dengan cabang-cabang ilmu kesehatan melahirkan ilmu-ilmu baru antara lain
imunopatologi, imunohistokimia, imunositokimia, imunologi forensic, imunologi klinik,
imunokimiawi.
2.2 Respon Imun
Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan
tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme pertahanan spesifik.
2.2.1 Sifat Umum Respon Imun
2.2.1.1 Respon Imun Non-Spesifik/Sistem Imun Alamiah (Innate immunity)
Sistem Imun Alamiah adalah pertahanan tubuh yang mempunyai
sifat tidak spesifik dan merupakan pertahanan pertama. Imunitas alami
berfungsi sebagai sistem pertahanan terdepan pada awal terjadinya
infeksi penyakit.

2
Secara umum imunitas alami mempunyai fungsi sebagai berikut :
 Menjadi penghadang terdepan terhadap antigen. Jaringan epitel
dan selaput mukosa merupakan pelindung tubuh dari kemungkinan
masuknya berbagai pathogen.
 Mengidentifikasi dan memusnahkan pathogen. Berbagai sel
fagosit yang tersebar pada berbagai jaringan senantiasa siap
memusnahkan setiap pathogen yang menginfasi jaringan.
 Mengawali reaksi inflamasi. Setiap ada kerusakan jaringan baik
oleh karena infeksi pathogen maupan trauma akan membangkitkan
reaksi inflamasi sebagai respon imun alami agar kerusakan tidak
meluas.
 Membangkitkan respon imun adaptif. Reaksi inflamasi
membangkitkan aktifitas sel proinflamasi. Sel proinflamasi yang
aktif kemudian sel2 tersebut mengeluarkan sitokin antara lain
TNF-a, IL-12 maupun IL-1 yang dapat membangkitkan respon
imun adaptif melalui aktifasi sel Th maupun sel TCD8.
Komponen-komponen sistem imun non spesifik terdiri atas :
1. Pertahanan Fisis dan Mekanis
Kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin
dapat mencegah berbagai kuman patogen masuk kedalam tubuh.
kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan yang selaput lendir
yang rusak oleh karena asap rokok akan meninggikan resiko
infeksi.
2. Pertahanan Biokimia
Bahan yang diskresi mukosa saluran nafas, kelenjar sebasus
kulit, kelenjar kulit, telinga, spermin dalam semen merupakan
bahan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Air susu ibu
mengandung pula laktoferin dan asam neuraminik.
3. Pertahanan Humoral
 Komplemen
 Interferon
 C-Reactive Potein (CRP)

3
4. Pertahanan Selular
 Fagosit
 Natural Killer Cell (Sell Nk)
2.2.1.2 Respon Imun Spesifik (Adaptive Immunity System)
Berbeda dengan sistem imun non-spesifik, sistem imun spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing
bagi dirinya. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk
menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan. Tetapi pada
umumnya terjalin kerjasama yang baik antara Antibodi, Komplemen,
Fagosit dan antara Sel T-Makrolog.
 Sistem Imun Spesifik Humoral
Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah
Limfosit B atau Sel B.
 Sistem Imun Spesifik Selular
Yang berperan dalam sistem imun spesifik seluler adalah
Limfosit T atau Sel T.

2.2.2 Sistem Imun Sel dan Jaringan

A. Sel-sel Imun Non-Spesifik

1. Sel Fagosit

Fagosit adalah penggolongan dari sel darah putih yang berperan


dalam sistem kekebalan tubuh dengan cara fagositosis atau menelan
patogen.

a) Fagosit Agranulosit

 Sel Monosit : Sel yang berasal dan matang di sum-sum


tulang dimana setelah matang akan bermigrasi ke sirkulasi
darah dan berfungsi sebagai fagosit.
 Sel makrofag : Diferensiasi dari sel monosit yang berada
dalam sirkulasi. Ada 2 golongan, yaitu :
 Fagosit Professional : Monosit dan makrofag yang
menempel pada permukaan dan akan memakan
mikroorganisme asing yang masuk. Monosit dan

4
makrofag juga mempunyai resepto interferon dan
Migration Inhibition Factor (MIF). Selanjutanya
monosit dan makrofag diaktifkan oleh Macrophage
Activating Factor (MAF) yang dilepas oleh sel T yang
disensitasi.
 Antigen Presenting Cell (APC) : Sel yang mengikat
antigen asing yang masuk lalu memprosesnya sebelum
dikenal oleh limfosit. Sel-sel yang dapat menjadi APC
antara lain: kelenjar limfoid, sel Langerhans di kulit,
Sel Kupffer di hati, sel mikrogrial di SSP dan sel B.
b) Fagosit Granulosit
 Neutrofil : Mempunyai reseptor untuk fraksi Fc antibody dan
komplemen yang diaktifkan.
 Eosinofil : Eosinofil dapat dirangsang untuk degranulasi sel
dimana mediator yang dilepas dapat menginaktifkan
mediator-mediator yang dilepas oleh mastosit/basofil pada
reaksi alergi. eosinofil mengandung berbagai granul seperti
Major Basic Protein (MBP), Eosinophil Cationic Protein
(ECP), Eosinophil Derived Neurotoxin (EDN)þ &
Eosinophil Peroxidase (EPO) yang besifat toksik dan dapat
menghancurkan sel sasaran bila dilepas.
2. Sel Nol
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) yang terbagi dalam sel
NK (Natural Killer) dan sel K (Killer). Sel NK dapat membunuh sel
tumor dengan cara nonspesifik tanpa bantuan antibody, sedangkan sel K
merupakan Antibody Dependent Cell Mediated Cytotoxicity (ADCC).
Dalam hal ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran, sehingga sel
natural killer (NK), yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc
antibodi, dapat melekat erat pada sel atau antigen sasaran. Perlekatan sel
NK pada kompleks antigen antibody tersebut mengakibatkan sel NK
dapat menghancurkan sel sasaran.

5
3. Sel Mediator
 Basofil dan Mastosit : Melepaskan bahan-bahan yang mempunyai
aktivitas biologic antara lain: meningkatkan permeabilitas vaskuler
dan respons inflamasi.
 Trombosit : Berfungsi pada homeostasis, memodulasi respons
inflamasi, sitotoksik sebagai selefektor dan penyembuhan
jaringan.
B. Sel-sel Imun Spesifik
1. Sel T
 Petanda Permukaan : Mempunyai resptor sel yang dapat dibedakan
dengan yang lain, beberapa macam sel T :
1) T11 : Penanda bahwa sel T sudah matang
2) T 4 dan T8 : T4 berfungsi sebagai pengenalan molekul kelas
II MHC dan T8 dalam pengenalan kelas I MHC
3) T3 : Resptor yang diperlukan untuk perangsangan sel T
4) TcT (Terminal deoxyribonuckleotidyl Transferase) : Enzim
yang diperlukan untuk menemukan pre T cell.
 Petanda Cluster Differentiation (CD) : Berperan dalam
meneruskan sinyal aktivasi yang datang dari luar sel ke dalam sel
(bila ada interaksi antara antigen molekul MHC dan reseptor sel
T).
 Petanda Fungsional : Mitogen dan lectin merupakan alamiah yang
berkemampuan mengikat dan merangsang banyak klon limfoid
untuk proliferasi dan diferensiasi.
 Subkelas Sel T
1) Sel Th (T Helper) : Menolong sel b dalam memproduksi
antibody.
2) Sel Ts (T Supresor): Menekan aktivitas sel T yang lain dan
sel B. Dibagi menjadi Sel Ts spesifik untuk antigen tertentu
dan sel Ts nonspesifik.
3) Sel Tdh/Td (delayed hypersensivity) : Berperan pada
pengerahan makrofag ddan sel inflamasi lain ke tempat
terjadinya reaksi hipersensivitas tipe lambat.

6
4) Sel Tc (cytotoxic) : Berkemampuan untuk menghancurkan
sel allogeneic dan sel sasaran yang mengandung virus.
2. Sel B
Sel yang berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mampu membentuk dan melepas antibody atas pengaruh sel T. Macam-
macam antibody yang dihasilkan :
1) Ig G : Berjumlah 75% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam
jaringan & serum (darah, cairan SSP) mengaktifkan sistem
komplemen sehingga berperan dalam imunitas selularม Ig G
dapat menembus plasenta masuk ke fetus (janin).
2) Ig A: Berjumlah 15% dari seluruh Imunoglobin, terdapat dalam
cairan tubuh (darah, saliva, air mata, ASI, sekret paru, GI, dll),
Ig A dpt menetralisir toksin dan mencegah terjadinya kontak
antara toksin dgn sel sasaran.
3) Ig M : Berjumlah 10% dari seluruh Imunoglobin, merupakan
antibodi pertama yang dibentuk dalam respon imun,
kebanyakan sel B mengandung IgM pada permukaannya
sebagai reseptor antigen, dapat mencegah gerakan
mikroorganisme, memudahkan fagositosis¥ & aglutinator kuat
terhadap antigen.
4) Ig D : Berjumlah 0,2% dari seluruh Imunoglobin, merupakan
komponen utama pada permukaan sel B dan penanda dari
diferensiasi sel B yang lebih matang, ditemukan dgn kadar
rendah dalam sirkulasi.
5) Ig E : Berjumlah 0,004% dari seluruh Imunoglobin, Ig dengan
jumlah tersedikit namun sangat efisien, terdapat dalam serum,
mudah diikat oleh mast cell, basofil dan eosinofil yang pada
permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dr Ig E.

7
2.3 Kedududukan dan Peran Imunologi dalam Bidang Farmasi
2.3.1 Kedudukan Imunologi di Bidang Farmasi
 Imunologi memberikan kejelasan konseptual dan metode yang diperlukan
untuk mengembangkan metode diagnostic dan obat-obatan baru yang
berhubungan dengan penyembuhan dan penguatan system imun. Sebagai
cabang ilmu biologi yang mengkaji objek sistem imun, imunologi berkaitan
dengan tujuan farmasi yaitu untuk mengetahui obat-obatan yang berguna untuk
menghilangkan gejala dan keluhan sakit, mengembalikan homeostasis tubuh
dan penguatan system imun terutama untuk penyakit autoimun. Banyak
cabang imunologi yang berkaitan dengan penyakit dan bidang kerja farmasi
antara lain imunofarmakologi, imunodiagnosis, imunopatologi dan
imunogenetika. Imunologi membantu metodologi pada riset-riset ilmiah untuk
pengembangan metode terapi dan metode diagnosis. Saat ini teknik
pemeriksaan gejala dan tanda penyakit baik pada manusia maupun pada hewan
banyak yang menggunakan prinsip-prinsip yang dikembangkan dari
imunologi, misalnya imunositokimia, imunohistokimia, imunogenotyping dan
lain-lain.
 Imunologi merupakan salah satu ilmu yang dapat menjelaskan dan untuk
menguraikan mekanisme patofisiologi penyakit. Mengetahui bagaimana cara
tubuh manusia melawan kuman merupakan salah satu pengetahuan penting
dalam kajian dibidang farmasi. Imunologi menjelaskan berbagai mekanisme
patofisiologi penyakit dimana hal itu menjadi pengetahun yang penting untuk
mendapatkan obat baru. Baik untuk menyelenggarakan fungsi pelayanan
asuhan kefarmasian maupun untuk dasar pengembangan obat baru konsep
penyakit merupakan pengetahun dasar bagi seorang farmasis.
 Perkembangan terbaru dibidang terapi penyakit banyak menggunakan produk
biosimilar hasil pengembangan riset dibidang imunologi dan biomolekuler.
Penelitian bagaimana pengaturan respon imun, factor apa saja yang
berpengaruh dan produk biosimilar yang bagaimana yang bermanfaat untuk
terapi menjadi focus dan tujuan utama saat ini. Telah dicoba berbagai vaksin
DNA, sitokin sintetik, antibody antitumor, dan sebagainya.

8
 Dalam perkembangannya imunologi berhubungan dengan berbagai cabang
ilmu farmasi, baik dengan farmakologi (imunofarmakologi), terapi obat
(farmakoterapi), metode diagnostic (imunodiagnostik), teknologi farmasi
maupun penemuan obat baru.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Imunitas atau sistem kekebalan merupakan jawaban reaksi tubuh terhadap bahan
asing baik secara molekular maupun seluler.
2. Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Respons imun ini dapat
melibatkan berbagai macam sel dan protein, terutama sel makrofag, sel limfosit,
komplemen, dan sitokin yang saling berinteraksi secara kompleks.
3. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan
mekanisme pertahanan spesifik.
4. Sistem imun sel terdiri dari sistem imun sel spesifik dan sistem imun sel non-spesifik.
5. Kedudukan Imunologi di Bidang Farmasi :
 Imunologi memberikan kejelasan konseptual dan metode yang diperlukan
untuk mengembangkan metode diagnostic dan obat-obatan baru yang
berhubungan dengan penyembuhan dan penguatan system imun.
 Imunologi berkaitan dengan tujuan farmasi yaitu untuk mengetahui obat-
obatan yang berguna untuk menghilangkan gejala dan keluhan sakit,
mengembalikan homeostasis tubuh dan penguatan system imun terutama
untuk penyakit autoimun.

10
DAFTAR PUSTAKA
Akrom, Akrom. 2017. Imunofarmakologi. Yogyakarta: Ahmad Dahlan University

Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Baratawidjaja KG. 2009. Imunologi Dasar. 8th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Pandjassarame Kangueane. 2009. Bioinformation Discovery: Data to Knowledge in Biology.


Springer.

11

Anda mungkin juga menyukai