Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini, berbagai negara khusus negara Indonesia, biaya pelayanan
kesehatan semakin meningkat, memungkinkan orang-orang khusus dalam
peningkatan atau menggunakan dana secara lebih rasional. Farmakoekonomi dalam
konteks ini memiliki peran yang sangat penting sebagai deskripsi dan analisis biaya
perawatan dalam pelayanan sistem pelayanan kesehatan (Andayani, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
yang berkembang, termasuk Indonesia. Pneumonia yang terjadi di Indonesia
meningkat selama periode prevalensi pneumonia semua umur dari 2,1% tahun 2007
menjadi 2,7% tahun 2013, pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok usia 1-4
tahun, kemudian mulai meningkat pada usia 45-54 tahun ( Kemenkes RI, 2013).
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
menyebutkan dari 6,3 juta anak usia dibawah 5 tahun yang meninggal karena
penyebab infeksi adalah sebesar 51,8% (3,257 juta).
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak di dunia yang
terkait dengan infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit
dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Ketidak tepatan terapi antibiotik
akan menimbulkan dampak buruk berupa penolakan terhadap bakteri terhadap
perawatan wajah pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih
mahal, dan akan menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit tempat perawatan
terhadap pasien (Okky, et al, 2014) .Beragamnya terapi antibiotik pada pasien
radang paru-paru, membuat Terapi jarak jauh tidak hanya dari aspek perawatan.
Penanganan pada pasien radang paru-paru mencakup pengawasan durasi
yang disebut dengan usaha meminimalkan biaya yang dirumah sakit (Institut
Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Excellence, 2014). Hal ini menunjukkan
perlunya perhatian terhadap biaya pasien pada pasien pneumonia. analisis
efektivitas biaya (CEA) merupakan salah satu langkah untuk menilai manfaat dan
sumber daya yang dapat digunakan dalam berbagai alternatif yang ada. CEA
membandingkan program atau alternatif intervensi dengan efikasi dan yag berbeda.

1|FARMA KOEKONOMI
Hasil dari CEA mencerminkan sebagai rasio, baik dengan ACER (Rasio Efektivitas
Biaya Rata-Rata) atau sebagai ICER (Rasio Efektivitas Biaya Tambahan)
(Andayani, 2013).Pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di rawat inap di RSUD
Kabupaten Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan gentamisin
yang paling banyak. Untuk mengetahui berapa kali rumah sakit berpihak pada klien
dan pasien yang ingin mendapatkan layanan yang diperlukan dengan menggunakan
bersama-sama meningkatkan kualitas hidup pasien, maka diperlukan biaya
peresepan antibiotik terhadap biaya total perawatan yang dibayar pasien (Donowati,
2013). Berdasarkan parameter tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian
mengenai jumlah total pasien penderita pneumonia periode tahun 2016 dengan
menggunakan parameter lama perawatan dan lama penggunaan dengan total total
biaya, efektivitas pengobatan dan nilai-nilai ACER penggunaan antibiotik
sefotaxime dan gentamisin pada pasien peumonia. adalah bakteri bakteri infeksi.
Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan
antibiotik. Ketidak tepatan terapi antibiotik akan menimbulkan pengaruh buruk
terhadap pengobatan terhadap pengobatan terhadap pasien, biaya pengobatan
menjadi lebih mahal, dan akan menurunkan kualitas pelayanan. pasien radang paru-
paru, membuat Terapi jarak jauh tidak hanya dari aspek perawatan. Penanganan
pada pasien radang paru-paru termasuk pengawasan durasi yang disebut dengan
usaha rujukan yang dirumah sakit (Institut Nasional untuk Kesehatan dan
Perawatan Excellence, 2014). Hal ini menunjukkan perlunya perhatian terhadap
biaya pasien pada pasien pneumonia.analisis biaya biaya (CEA) merupakan salah
satu langkah untuk menilai manfaat dan sumber daya yang ada. CEA
membandingkan program atau alternatif intervensi dengan efikasi dan yag berbeda.
Hasil dari CEA tercermin sebagai rasio, baik dengan ACER (Rasio Efektivitas
Biaya Rata-Rata) atau sebagai ICER (Rasio Efektivitas Biaya Tambahan)
(Andayani, 2013).Pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di RSUD Kabupaten
Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan gentamisin yang paling
banyak. Untuk mengetahui berapa kali rumah sakit berpihak pada klien dan pasien
yang ingin mendapatkan layanan yang diperlukan dengan menggunakan bersama-
sama meningkatkan kualitas hidup pasien, maka diperlukan biaya peresepan
antibiotik terhadap biaya total perawatan yang dibayar pasien (Donowati, 2013

2|FARMA KOEKONOMI
Berdasarkan parameter tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian jumlah
total pasien penderita pneumonia periode tahun 2016 dengan menggunakan
parameter lama perawatan dan lama menggunakan total total biaya, efektivitas dan
nilai-nilai ACER penggunaan obat cefotaxime dan gentamisin pada pasien
pneumonia.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian atau definisi dari Analisis Efektivitas Biaya ?
 Apa saja kegunaan Analisis Efektivitas Biaya ?
 Apa saja ciri pokok Analisis Efektivitas Biaya ?
 Kapan atau pada kondisi seperti apa Analisis Efektivitas Biaya dapat
digunakan ?
 Bagaimana proses penetuan Analisis Efektivitas Biaya ?
 Bagaimana tahapan atau langkah perhitungan Analisis Efektivitas Biaya ?
1.2 Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Analisis Efektivitas Biaya ?
 Untuk mengetahui apa saja kegunaan Analisis Efektivitas Biaya ?
 Untuk mengetahui apa saja ciri pokok Analisis Efektivitas Biaya ?
 Untuk mengetahui kapan atau pada kondisi seperti apa Analisis Efektivitas
Biaya dapat digunakan ?
 Untuk mengetahui bagaimana proses penetuan Analisis Efektivitas Biaya ?
 Untuk mengetahui bagaimana tahapan atau langkah perhitungan Analisis
Efektivitas Biaya

3|FARMA KOEKONOMI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Farmoekonomi


Farmakoekonomi adalah Ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan alat perawatan kesehatan. Farmakoekonomi didefinisikan juga sebagai
deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam pelayanan pelayanan kesehatan, yang lebih
spesifik adalah pengukuran, pengukuran dan perbandingan biaya dan manfaat dari
alternatif pelayanan.farmakoekonomi diperlukan karena adanya Sumber Daya Terbatas
pada RS Pemerintah dengan dana yang terbatas yang memberikan pengaruh yang efektif,
yang diperlukan, yang diperlukan untuk kesehatan dan administrator tidak sama dari
kesalahanbantuan pasien adalah biaya yang seminimal mungkin. Bagi pemerintah,
farmakoekonomi sangat berguna dalam keputusan yang layak untuk membuat keputusan
yang relevan dengan pelayanan kesehatan.
Metode analisis dalam fammakoekonomi dibagi menjadi :
1. Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB)
2. Analisis Efektifitas Biaya (AEB)
3. Analisis Manfaat Biaya (AMB)
4. Analisis Utilitas Biaya (AUB)
2.2 Pengertian analisis efektivitas biaya (AEB)
Menurut Henry M. Levin, Analisis Efektifitas Biaya adalah evaluasi yang
mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan
masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pembuat keputusan yang dirancang agar pembuat
keputusan mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan mana yang paling efisien.
Menurut Diana B. Petitti, Analisis Efektifitas Biaya adalah model yang digunakan
untuk menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara membandingkan
alternatif tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang harus dikorbankan.
Menurut Shepard (1979) dalam First Principles Of Cost-Effectiveness Analysis in
Health, CEA adalah suatu metode untuk menentukan program mana yang dapat
menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum.

4|FARMAKOE KONOMI
Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk
membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan
program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang
sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan dalam terminologi yang
obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan tekanan darah yang
dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan dalam terminologi moneter (Vogenbeg,
2001).
Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai
program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang
sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah
berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program
yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para
analisis/pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).
Menurut kelompok kami, Analisis Efektifitas Biaya (AEB) atau Cost Effectiveness
Analysis adalah salah satu bentuk evaluasi ekonomi pada program kesehatan untuk
menentukan program mana yang lebih efisien, baik ditinjau dari ketercapaian tujuannya
maupun dari segi biayanya.
2.2.1 Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait
dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas merupakan suatu konsep yang
sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.
2.2.2 Kegunaan analisis efektivitas biaya (AEB)
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan biaya
intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan yang diharapkan. Intervensi
dapat dipahami sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan berbagai input,
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. CEA sering digunakan untuk
mengukur efisiensi dari macam-macam program dengan tujuan yang sama.

5|FARMAKOE KONOMI
CEA terdiri dari tiga
proses, yaitu :
1. Analisis biaya dari setiap alternative atau program.
2. Analisis efektifitas dari tiap alternative atau program.

3. Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas alternative atau
program.
2.2.3 Ciri pokok CEA
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai berikut :
1. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA berguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam
menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan. Dengan ciri ini
jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan sebelum suatu program
dilaksanakan, jadi masuk dalam tahap perencanaan.
2. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.
CEA tidak dapat dipergunakan jika berhadapan dengan satu program
saja. Perlu ada program lain sebagai perbandingan, misalnya program
butuh biaya Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhasil
menyembuhkan 300 pasien. Program B butuh biaya Rp 1.000.000,-
yang apabila dilaksanakan akan berhail menyembuhkan 500 pasien.
Dengan adanya program B sebagai pembanding akan tampak bahwa
program B lebih tepat dari program A karena dengan biaya yang sama
berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.
3. Mengutamakan unsur Input (masukan) dan unsur Output (keluaran).
Pada CEA yang diutamakan hanya unsur masukan yang dibutuhkan
oleh program serta unsur keluaran yang dihasilkan oleh program. Unsur
lainnya, seperti proses, umpan balik dan lingkungan agak diabaikan.

6|FARMAKOE KONOMI
Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard adalah
cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan dalam
program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat memilih
diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu nomor, semua
manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan menetapkan aturan untuk
membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara keduanya. Metode ini sangat
berguna dalam analisis program kesehatan preventif, karena metode ini
menyediakan mekanisme untuk membandingkan upaya yang ditujukan kepada
populasi dan penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan langkah yang sedikit
merepotkan dibandingkan cost-benefit analysis, karena CEA tidak berusaha untuk
menetapkan nilai moneter untuk health outcomes dan benefit
2.2.4 Beberapa kondisi untuk melaksanakan CEA
Untuk melaksanakan CEA, harus ada satu atau beberapa kondisi di bawah ini:
1. Ada satu tujuan intervensi yang tidak menyimpang, sehingga ada ukuran yang
jelas dimana efektifitas dapat diukur.
Contohnya adalah dua jenis terapi bisa dibandingkan dalam hal biayanya per
year of life yang diperoleh, atau, katakanlah, dua prosedur screening dapat
dibandingkan dari segi biaya per kasus yang ditemukan.
2. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan memberikan hasil
yang sama.
Contohnya adalah dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama dalam
hal komplikasi dan kekambuhan.

7|FARMAKOE KONOMI
2.3 Langkah Perhitungan Analisis Efektivitas-Biaya

NO LANGKAH CONTOH

Membandingkan biaya dan efektivitas dua terapi


1 Tentukan tujuan.
penunjang
Buat daftar cara
2 untuk mencapai Membandingkan jumlah pasien dari masing-masing terapi.
tujuan tersebut.
Hasil studi literatur menunjukkan :
Misal :
Identifikasi tingkat
3 • Efektivitas Pengobatan A = 35%
efektivitas.
• Efektivitas Pengobatan B = 60%
• Efektivitas Pengobatan C = 61%
Identifikasi dan Biaya yang teridentifikasi dan diukur adalah biaya
4 hitung biaya medikasi , biaya kunjungan tak terjadwal, biaya
pengobatan. kunjungan ke unit gawat darurat, biaya rawat inap.

8|FARMAKOE KONOMI
a. Hitung rasio efektivitas-biaya (REB) setiap pengobatan.
Rumus: Biaya / Efektivitas
Misal :
• REB Pengobatan A = Rp 320.000 / 0,35
= Rp 914.286
• REB Pengobatan B = Rp 537.000 / 0,60
= Rp 890.000
• REB Pengobatan C = Rp 381.000 / 0,61
= Rp 624.590
b. Tentukan posisi alternatif pengobatan dalam Tabel atau
Diagram Efektivitas-Biaya. Biaya yang dilihat adalah
biaya pengobatan, bukan rerata efektivitas-biaya.
c.

Hitung dan lakukan


Interpretasi
5
efektivitasbiaya dari
Pilihan pengobatan.

d. Hitung rasio inkremental efektivitas-biaya


(RIEB) setiap pengobatan:
Misal :
9|FARMAKOE KONOMI
a. Antara Pengobatan B dan C harus dipilih Pengobatan C,
karena dengan efektivitas yang sama Pengobatan C lebih murah.
b. Antara Pengobatan A dan B, bila dipilih Pengobatan B harus
dikeluarkan biaya lebih sebesar Rp 868.000 untuk peningkatan 1
unit efektivitas.
c. Antara Pengobatan A dan C, bila dipilih Pengobatan C harus
6 Interpretasi. dikeluarkan biaya lebih sebesar Rp 234.615 untuk peningkatan 1
unit efektivitas.
d. Bila Pengobatan B atau C akan dipilih, pengambil kebijakan
di fasilitas pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan
apakah biaya lebih yang harus dikeluarkan sebanding dengan
peningkatan efektivitas
yang diperoleh.
Analisis dilakukan dengan melihat standar deviasi dari
Lakukan analisis
efektivitas setiap pengobatan, limit atas, dan limit bawah.
7 sensitivitas dan
Setelah itu, hitung biaya satuan dengan mempertimbangkan
ambil kesimpulan.
variasi volume obat yang digunakan.

BAB III
10 | F A R M A K O E K O N O M I
STUDI KASUS

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (AEB)


ANTIBIOTIK SEFOTAXIME DAN GENTAMISIN
PENDERITA PNEUMONIA PADA BALITA
DI RSUD KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI
TENGGARA

3.1 Pendahuluan

Pada saat ini, berbagai negara khususnya negara Indonesia, biaya pelayanan
kesehatan dirasakan semakin meningkat, sehingga diperlukan pemikiran-pemikiran khusus
dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Farmakoekonomi
dalam kaitan ini memiliki peranan penting sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi
dalam suatu sistem pelayanan kesehatan (Andayani, 2013).
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
berkembang termasuk Indonesia. Pneumonia yang terjadi di Indonesia cenderung
meningkat untuk period prevalence pneumonia semua umur dari 2,1% tahun 2007 menjadi
2,7% tahun 2013, pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun,
kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun (Kemenkes RI, 2013). Badan
Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 menyebutkan
dari 6,3 juta anak berusia dibawah 5 tahun yang meninggal karena penyebab infeksi adalah
sebesar 51,8% (3,257 juta).
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait
dengan banyaknya penyakit infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit
dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Ketidak tepatan terapi antibiotik akan
menimbulkan dampak buruk berupa munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik
sehingga perawatan pasien menjadi lebih lama, biaya pengobatan menjadi lebih mahal,
dan akan menurunkan kualitas pelayanan rumah sakit tempat perawatan terhadap pasien
(Okky, et al, 2014)
3.2 Metode Penelitian

11 | F A R M A K O E K O N O M I
Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juli 2017 di RSUD kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif dengan
rancangan cross sectional study pada pasien rawat inap balita (umum) penderita pneumonia
dengan pengambilan data secara retrospektif

Alat penelitian berupa lembar pengumpul data, alat tulis dan alat hitung. Bahan
penelitian mencakup rekam medis pasien pneumonia, tarif pemeriksaan dokter dan
perincian obat di bagian instalasi farmasi RSUD Kab.Bombana. Rekam medis berisi data
penggunaan obat pasien (nama obat, dosis dan frekuensi pemberian), lama evaluasi
terapi.
Populasi target penelitian ialah pasien pneumonia yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu resep pasien umum, penderita pneumonia yang mendapatkan Antibiotik cefotaxime
dan gentamisin, pasien rawat inap, balita < 5 tahun. Analisa dilakukan pada biaya medik
dan non medik langsung dengan observasi dilakukan pada data sekunder berupa rekam
medik, dan biaya pengobatan pasien balita penderita pneumonia secara retrospesktif.
Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi demografi pasien pneumonia, lama
perawatan, gambaran pasien pneumonia berdasarkan gejala, penggunaan antibiotik
cefotaxime dan gentamisin, analisis efektivitas biaya, dan nilai ACER ( Average Cost Effectivity
Ratio).
Data 1.
Data pasien pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin pada pasien rawat inap
RSUD Kabupaten Bombana

12 | F A R M A K O E K O N O M I
Data 2
Lama rawat inap pasien penderita Pneumonia

Data 3

Jumlah pasien rawat inap yang mendapatkan pengobatan antibiotik di RSUD Kabupaten
Bombana

Data 4

Rekapitulasi biaya medik pasien Pneumonia selama perawatan di RSUD Kabupaten


Bombana

13 | F A R M A K O E K O N O M I
Data 5

Presentase Efektivitas Terapi Antibiotik Cefotaxine dan Gentamisin

Data 6

Nilai Rasio Efektivitas Biaya (REB) pasien Penumonia di RSUD Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara

14 | F A R M A K O E K O N O M I
3.3 Langkah Penyelesaian Analisis Efektivitas Biaya (AEB) :

1. Tujuan

Membandingkan biaya dan efektivitas terapi dari Antibiotik Cefotaxime dan


Gentamisin pada pasien balita penderita Pneumonia di RSUD Kabupaten Bombana
Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Daftar Cara untuk Mencapai Tujuan :

Membandingkan jumlah pasien dari terapi :

 Antibiotik Cefotaxime : 16 orang

 Antibiotik Gentamisin : 14 orang

3. Identifikasi Tingkat Efektivitas :

Hasil penelitian menunjukan Efektivitas dari :

 Antibiotik Cefotaxime : 81,25%

 Antibiotik Gentamisin : 85,71%

4. Identifikasi dan Perhitungan Biaya Pengobatan :

Diketahui :

Total Biaya Terapi Pengobatan :

 Cefotaxime : Rp. 3.000.000

 Gentamisin : Rp. 3.264.000

Jumlah Pasien :

 Cefotaxime : 16 orang

 Gentamisin : 14 orang

15 | F A R M A K O E K O N O M I
Perhitungan Biaya Rata-rata Pengobatan :

Rumus :
Biaya Rata-rata Pengobatan =
Total Biaya Pengobatan
Jumlah Pasien

 Cefotaxime

Biaya Rata – rata = Total biaya pengobatan

Jumlah pasien

= Rp.3.000.000

16 pasien

= Rp.187.500

Jadi, biaya rata-rata pengobatan terapi cefatoxime Rp.187.500

 Gentamisin

Biaya Rata – rata = Total biaya pengobatan

Jumlah pasien

= Rp.3.264.000

14 pasien

= Rp.233.142

Jadi,biaya rata - rata pengobatan terapi Gentamisin Rp. 233.142

16 | F A R M A K O E K O N O M I
 Cost Effective Grid

Efektivitas- Biaya Lebih Biaya Lebih


Biaya Sama
Biaya Rendah Tinggi
Cefotaxime
Efektivitas
terhadap
Lebih Rendah
Gentamisin
Efektivitas Sama
Gentamisin
Efektivitas
terhadap
Lebih Tinggi
Cefotaxime

5. Interprestasi Efektivitas biaya dari pilihan pengobatan :

Perhitungan rasio Efektivitas biaya (REB) setiap Pengobatan

Rumus :

REB =

Total Biaya Pengobatan


Efektivitas Pengobatan

Diketahui :

Total Biaya Pengobatan :

 Cefotaxime : Rp. 3.000.000

 Gentamisin : Rp. 3.264.000

Efektivitas Pengobatan:

 Cefotaxime : 81,25%

 Gentamisin : 85%

Penyelesaian :

 Cefotaxime = Total biaya pengobatan

17 | F A R M A K O E K O N O M I
Efektivitas

= Rp.3000.000

81.25%

= 36.923

 Gentamisin = Total biaya pengobatan

Efektivitas

= Rp.3.264.000

85.71%

= 38.081

6. Interpretasi
 Antara pengobatan Cefotaxime dan Gentamisin, alternatif pilihan adalah Cefotaxime.
Karena, meskipun biaya nya lebih murah dari pengobatan Gentamisin, akan tetapi
efektivitas nya tidak jauh berbeda (rentang).
 Antara pengobatan Cefotaxime dan Gentamisin. Bila dipilih pengobatan Gentamisin,
maka harus mengeluarkan biaya lebih sebesar Rp. 263.995 untuk peningkatan
efektivitas.

3.4 Rasio Inkremental Efektivitas Biaya (RIEB) :

Rumus :

RIEB Pengobatan B terhadap A =

(Total Biaya Pengobatan B−Total Pengobatan A)


( Efektivitas Pengobatan B−Efektivitas Pengobatan A)
 RIEB Pengobatan Gentamisin (B) terhadap Cefotaxime (A)

18 | F A R M A K O E K O N O M I
RIEB Pengobatan B terhadap A =

(Total Biaya Pengobatan B−Total Pengobatan A)


( Efektivitas Pengobatan B−Efektivitas Pengobatan A)

= (Rp.3.264.000 – Rp.3.000.000)

(85,71% - 81,25%)

= Rp.264.000

4.46

= Rp.263.995

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

19 | F A R M A K O E K O N O M I
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
gambaran total biaya antbiotik Cefotaxime sebesar Rp. 3.000.000 dan Gentamisin sebesar
Rp. 3.264.000.

Efektivitas terapi penggunaan antibiotik Cefotaxime sebesar 81,25% sedangkan


Gentamisin sebesar 85,71%. Nilai ACER Cefotaxime sebesar 36,923 dan gentamisin
sebesar 38,081. Berdasarkan nilai ACER, biaya pengobatan yang cost effective ialah
Cefotaxime.

DAFTAR PUSTAKA

http://farmalkes.kemkes.go.id/?wpdmact=process&did=MzQuaG90bGluaw==

http://jiis.akfar-isfibjm.ac.id/index.php/JIIS/article/download/104/113

20 | F A R M A K O E K O N O M I
Ridha, Muhamad. 2008. Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Polman Sulawesi Barat. Skripsi. http://www.docstoc.com/docs/21610818/EFEKTIVITAS-
PELAYANAN-KESEHATAN-DI-RUMAH-SAKIT-UMUM-KABUPATEN . Sitasi pada 30
Oktober 2012.
Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation.
ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/costben2.htm. Sitasi pada 30 Oktober 2012.

21 | F A R M A K O E K O N O M I

Anda mungkin juga menyukai