Anda di halaman 1dari 6

Farmakoekonomi

Posted on Oktober 6, 2011 by Rusman efendi

FARMAKOEKONOMI
1. Farmakoekonomi (Pharmacoeconomic)
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan
dengan pengunaan obat dalam perawatan kesehatan. Analisis farmakoekonomi menggambarkan
dan menganalisa biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan. Studi farmakoekonomi dirancang
untuk menjamin bahwa bahan-bahan perawatan kesehatan digunakan paling efisien dan
ekonomis (Orion, 1997).

Farmakoekonomi di defenisikan juga sebagai deskripsi dan analisis dari biaya terapi dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan, lebih spesifik lagi adalah sebuah penelitian tentang proses
identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari suatu program,
pelayanan dan terapi serta determinasi suatu alternatif terbaik. Evaluasi farmakoekonomi
memperkirakan harga dari produk atau pelayanan berdasarkan satu atau lebih sudut pandang
(Vogenberg, 2001 ).
Tujuan dari farmakoekonomi diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan
pada kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan (treatment) yang
berbeda untuk kondisi yang berbeda). Adapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu
menetapkan masalah, identifikasi alternatif intervensi, menentukan hubungan antara income dan
outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan mengukur outcome dari
alternatif intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah interpretasi dan
pengambilan kesimpulan. Farmakoekonomi diperlukan karena adanya sumber daya terbatas
misalnya pada RS pemerintah dengan dana terbatas dimana hal yang terpenting adalah
bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang tersedia, pengalokasian sumber daya
yang tersedia secara efisien, kebutuhan pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (Dokter,
Farmasis, Perawat) dan administrator tidak sama dimana dari sudut pandang pasien adalah biaya
yang seminimal mungkin (Vogenberg, 2001).

Empat jenis evaluasi ekonomi yang telah dikenal adalah Cost-Minimization Analysis (CMA),
Cost-Effectiveness Analysis (CEA), Cost-Benefit Analysis (CBA), dan Cost-Utility Analysis
(CUA) (Trisnantoro, 2005).
a.Cost-Minimization Analysis
Cost-Minimization Analysis adalah tipe analisis yang menentukan biaya program terendah
dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji
biaya relatif yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam bentuk hasil yang diperoleh.
Suatu kekurangan yang nyata dari analisis cost-minimization yang mendasari sebuah analisis
adalah pada asumsi pengobatan dengan hasil yang ekivalen. Jika asumsi tidak benar dapat
menjadi tidak akurat, pada akhirnya studi menjadi tidak bernilai. Pendapat kritis analisis cost-
minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama (Orion, 1997).
Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan antibiotika generik dengan paten,
outcome klinik (efek samping dan efikasi sama), yang berbeda adalah onset dan durasinya. Maka
pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya lebih murah (Vogenberg, 2001).
b.Cost-Benefit Analysis
Analisis Cost-Benefit adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi
dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Tipe
analisis ini sangat cocok untuk alokasi bahan-bahan jika keuntungan ditinjau dari perspektif
masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah
dikonversi ke dalam bentuk rupiah (Orion, 1997).
Merupakan tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa
ukuran moneter, dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Dapat digunakan untuk
membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Merupakan tipe penelitian
farmakoekonomi yang kompreherensif dan sulit dilakukan karena mengkonversi benefit kedalam
nilai uang (Vogenberg, 2001).
Pertanyaan yang harus dijawab dalam cost-benefit analysis adalah alternatif mana yang harus
dipilih diantara alternatif-alternatif yang dapat memberikan manfaat atau benefit yang paling
besar (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 1994).

c.Cost-Effectiveness Analysis
Analisis Cost-Effectiveness adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu intervensi
dengan beberapa ukuran non-moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan.
Analisis Cost-Effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang
terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah berdasarkan discounted unit
cost dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit
cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis/ pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan
Soesetyo, 1994).
Dalam menganalisis suatu penyakit, analisis cost-effectiveness berdasarkan pada perbandingan
antara biaya suatu program pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam
bentuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah. Contoh sederhana, program A
dengan biaya US $ 25.000 dapat menyelamatkan 100 orang penderita. Sehingga unit costnya
atau CE rationya US $ 250/ life. Sedangkan dengan biaya yang sama, program B hanya dapat
menyelamatkan 15 orang penderita, berarti unit costnya atau CE rationya mencapai $ 1,677/ life.
Dalam hal ini jelaslah bahwa program A yang akan dipilih karena lebih efektif daripada program
B (Tjiptoherijanto dan Soesetyo, 1994). Aplikasi dari CEA misalnya dua obat atau lebih
digunakan untuk mengobati suatu indikasi yang sama tapi cost dan efikasi berbeda. Analisis
cost-effectiveness mengkonversi cost dan benefit (efikasi) ke dalam rasio pada obat yang
dibandingkan.
d. Cost-Utility Analysis
Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-beban lama
hidup; menghitung biaya per utility; mengukur ratio untuk membandingkan diantara beberapa
program. Analisis cost-utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap
individu atau masyarakat. Seperti analisis cost-effectiveness, cost-utility analysis
membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan
peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan (Orion, 1997).
Dalam cost-utility analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas
hidup (quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukan dengan biaya per
penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam nilai
QALYs, sebagai contoh jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan
dengan angka 1 (satu). Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas
hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan
pasien (Orion, 1997).

Pustaka

Orion, 1997, Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic Evaluation,


Hoesch Marion Rousell Incorporation, Virginia.
Tjiptoherijanto P., Soesetyo, B., 1994, Ekonomi Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Vogenberg, F.R., 2001, Introduction To Applied Pharmacoeconomics, McGraw-Hill Companies,
USA.

http://fendhyuhamka.wordpress.com/2011/10/06/farmakoekonomi/

Penyakit Infeksi Kuku Onikomikosis


Onikomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau dermatomikosis, kandida
dan lainnya yang menyerang daerah kuku jari kaki atau tangan. Onikomikosis bersifat menahun
dan sangat resisten terhadap pengobatan. Jamur bisa diperoleh melalui hubungan dengan orang
yang terinfeksi atau berhubungan dengan permukaan seperti lantai kamar mandi dimana jamur
tersebut ada. Orang yang lebih tua, orang yang menderita diabetes, dan orang yang sedikitsirkulasi
pada kakinya yang terutama mudah terinfeksi jamur.

Penamaan infeksi kuku berbeda berdasarkan penyebabnya. Jika jamur penyebab berasal dari
golongan dermatofita disebut tinea unguium (Rippon), sedangkan jika penyebabnya Candida maka
disebut kandidosis kuku. Penyebab nondermatofita lain ialah jenis jamur filamentosa (Rippon),
misalnya Scytalidium (Ellis, Baran), Aspergillus (Baran, Rippon), Fusarium (Rippon, Elgart).

Penyakit jamur pada kuku atau onikomikosis merupakan salah satu penyakit yang masih sering
dijumpai yaitu sekitar 18-24% dari kelainan kuku dan 30% dari penyakit dermatomikosis.
Onikomikosis dapat disebabkan oleh golongan jamur dermatofita (91%), nondermatofita (4%) dan
yeast/ragi (5%). Penyebab onikomikosis tersering oleh golongan ragi adalah Candida albicans,
sedangkan dari golongan non dermatofita dapat disebabkan oleh Scopulariopsis brevicalis,
Aspergilus, Fusarium dan Acremonium. Onikomikosis paling banyak disebabkan oleh golongan
dermatofita, dan disebut tinea unguium, biasanya disebabkan oleh Trichophyton rubrum (71%),
T.mentagrophytes (21%), Epidermophyton floccosum.

Onikomikosis pada laki-laki lebih sering terjadi daripada perempuan. Namun, infeksi Candida
lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa
orang dewasa adalah 30 kali lebih mungkin untuk terkena onikomikosis daripada anak-anak.
Onikomikosis telah dilaporkan terjadi pada 2,6%anak-anak muda dari 18 tahun, tetapi sebanyak
90% dari orang tua. Onikomikosis dapat mengenai semua jenis kelamin, ras dan meningkat sesuai
dengan umur. Delapan belas hingga 40% penyakit kuku disebabkan oleh infeksi jamur (Baran)
dan sebanyak 30% dari seluruh dermatomikosis merupakan onikomikosis (Baran, Nelson).

Ada 4 jenis onikomikosis:

1. Onikomikosis subungual distal (Distal-lateral subungual onychomycosis)


Biasanya disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan T. Tonsurans dan E. Fluccosum. Merupakan
bentuk yang paling umum dari tinea unguium, yang menyerang kuku dan bagian bawah lempeng
kuku. Infeksi dari distal dapat meluas ke lateral kuku sehingga memberi gambaran Onikomikosis
Distal dan Lateral. Lempeng kuku bagian distal berwarna kuning atau putih. Terjadi hiperkeratosis
subungual, yang menyebabkan onikolisis (terlepasnya lempeng kuku dari nail bed) dan
terbentuknya ruang subungual berisi debris yang menjadi mycotic reservoir bagi infeksi sekunder
oleh bakteri.

2. Onikomikosis dangkal putih (Superficial white onychomycosis)


Disebut juga leuconychia mycotica. Infeksi terjadi pada permukaan lempeng kuku karena adanya
enzim proteolitik spesifik yang dihasilkan oleh jamur penyebabnya. Invasi jamur pada lapisan
superfisial lempeng kuku untuk membentuk “pulau-pulau putih” berbatas tegas pada permukaan
kuku, tumbuh secara radial, berkonfluensi, dapat menutupi seluruh permukaan kuku.
Pertumbuhan jamur menjalar melalui lapisan tanduk menuju nail bed (bantalan kuku) dan
hiponikium. Lambat laun kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh. Biasanya disebabkan oleh T.
Mentagrophytes atau T.rubrum dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh Acremonium,
Fusarium, Aspergillus terreus. Menyumbang sekitar 10 persen dari kasus onychomycosis.
Gambaran yang khas adalah “white island” Gambaran klinis lesi pada tipe ini adalah adanya
bercak putih berbatas jelas, sering mengenai kuku kaki namun pada penderita AIDS dapat
mengenai kuku tangan. Permukaan putih kuku dapat berubah menjadi kasar dan konsistensi
lempeng kuku menjadi lebih lunak dari sekitarnya sehingga mudah dikerok.

3. Onikomikosis subungual proksimal (Proximal subungual onychomycosis)


Merupakan tipe onikomikosis yang jarang terjadi dan disebabkan oleh T.rubrum. Sering dijumpai
pada penderita imunokompromais seperti penyakit jaringan ikat, penerima transplantasi organ dan
AIDS, biasanya mengenai satu atau dua kuku, sisi distal jarang terkena. Jamur masuk melalui
kutikel dan bagian depan lipatan kuku atas kemudian menyebar ke matriks dan lempeng kuku
proksimal. Apabila jamur masuk ke matriks kuku lebih distal maka invasinya semakin dalam dan
lebih ke sisi depan lempeng kuku yang terkena, namun hal ini jarang terjadi. Pada penderita AIDS
semua lempeng kuku dapat terkena termasuk bagian dorsal dan lateral lempeng kuku.

4. Candida onikomikosis
Candida spesies menyerang kuku biasanya terjadi pada orang yang sering merendam tangan
mereka di dalam air. Jamur menginfeksi lempeng kuku sehingga mengalami kerusakan berat.
Infeksi dimulai dengan lateral atau distal onikomikosis dan kemudian menginvasi seluruh kuku
secara progresif. Kuku tampak berkerut dan hancur. Fragmen-fragmen lempeng kuku masih
tinggal akan merusak dan terlihat sebagai tungkul kayu pada lipatan kuku bagian proksimal.
Keluhan subjektif dirasakan sebagai nyeri ringan dan yang lebih berat dapat terjadi infeksi
sekunder.

Gejala

• Terjadi kerak di bawah kuku akibat sisa-sisa peradangan terkumpul dibawah ujung kuku
• Kemudian kuku menjadi rusak secara keseluruhan
• Lapisan yang kusam berwarna putih dan kuning muncul pada bagian kuku
• Bagian akhir dari kuku terangkat dan bagian tepinya menjadi rapuh
• Bercak putih mengelupas dan lubang-lubang muncul di atas bagian kuku pada bagian halfmoon
(lunula)
• Kuku yang terinfeksi memiliki bentuk yang tidak normal tetapi tidak gatal atau terasa sakit sekali.
Infeksi ringan hanya memberikan sedikit gejala atau bahkan tidak menimbulkan gejala.
• Kemudian kuku menjadi rusak secara keseluruhanPada infeksi yang lebih berat, kuku tampak
keputihan, menebal dan terlepas dari dasar kuku.

Penyebab

Onikomikosis dapat disebabkan oleh kelompok jamur dermatofita, non dermatofita atau yeast.
Dari kelompok dermatofita penyebab yang tersering adalah Trichophyton rubrum sebanyak 70%
dan Trichophyton mentagrophytes sebanyak 20%. Selain itu Trichophyton tonsurans,
Epidermophyton fluccosum, Trichophyton violaceum, Trichophyton verrucosum, Microsporum
gypseum dan Trichophyton soudanacea dapat menyebabkan pada onikomikosis namun golongan
jamur tersebut jarang ditemukan.
Penyebab tersering dari kelompok yeast adalah Candida albicans yaitu sebanyak 6 % dijumpai
pada onikomikosis, sedangkan dari kelompok non dermatofita penyebab yang tersering dijumpai
adalah Claudiosporium, Alternaria, Aspergillus, Fusarium dan Epiccocum.

Ada beberapa Faktor risiko untuk onikomikosis termasuk sejarah keluarga, bertambahnya usia,
kesehatan yang buruk, trauma sebelumnya, iklim yang hangat, partisipasi dalam kegiatan
kebugaran, imunosupresi (misalnya, HIV, obat diinduksi), mandi komunal, dan alas kaki oklusif,
lanjut usia, penderita diabetes, dan orang dengan sirkulasi darah yang buruk pada kaki.

Pencegahan

• Menjaga kaki tetap bersih dan kering


• Ganti sepatu, kaos kaki dan stocking setiap hari. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari kain
sintetik, dimana dapat menyerap lembab lebih cepat dibandingkan dengan yang terbuat dari katun
atau wool.
• Gunakan gunting kuku khusus untuk memotong kuku yang terinfeksi.
• Hindari menggunakan cat kuku pada kuku yang sedang terinfeksi
• Menjaga kuku tetap terpotong pendek
• Menghindari memotong kuku terlalu pendek
• Bila memungkinkan, kenakan alas kaki yang terbuka sehingga kaki selalu kontak dengan udara
bebas.
http://gosehat.com/penyakit-infeksi-kuku-onikomikosis 2014

Anda mungkin juga menyukai