Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

MENEJEMEN DAN AKUNTANSI FARMASI


PERENCANAAN STRATEGIS RSUD Dr. DRAJAT PRAWIRANEGARA
KABUPATEN SERANG
Dosen pengampu Apt. Andini Nur Fatimah,M.Farm

Disusun Oleh :

Anggana Nurfadillah

Asep saepudin

Rosmiyati

Venty

Zattira Dwita Putri

PROGRAM STUDI FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN ZANZABILA
SERANG ABANTEN
2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya lah sehingga kami dapat menyusun Makalah
Menejemen dan Akuntansi Farmasi berjudul “ Perencanaan Strategis RSUD
Dr. Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang” sebagai salah satu tugas
untuk memenuhi syarat perkuliahan.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin berkat bantuan dari
anggota kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua anggota
kelompok kami yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Apt. Andini Nur Fatimah
M.Farm sebagai dosen pengampu yg telah memberikan tugas dan kesempatan
kepada kami untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
ditinjau dari segi isi maupun penulisannya. Karena itu bimbingan dan arahan
untuk kesempurnaan makalah ini masih sangat diperlukan dari berbagai pihak.
Kami menyadari pula bahwa makalah ini selesai tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, baik materi maupun moril. Untuk itu kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan bantuan, kami menyampaikan ucapan terima
kasih para dosen Jurusan Farmasi terutama dan teman-teman yang telah
membantu dengan informasi dan dukungan moril. Semoga menjadi amal
ibadah kita semua.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat untuk
pembaca dan menambah wawasan.

Serang, 30 Januari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB l ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II................................................................................................................................ 3

TEORI RUMAH SAKIT ................................................................................................ 3

1.1 Pengertian Rumah Sakit ..................................................................................... 3

1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .......................................................................... 3

1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ................................................................... 4


BAB III ................................................................................................................... 8

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS RSUD dr. DRADJAT


PRAWIRANEGARA ........................................................................................ 8

BAB IV ................................................................................................................. 17

PEMBAHASAN ................................................................................................... 17

A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Obat di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah


Sakit).......................................................................................................................... 17

B.Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik ..................................................... 27

BAB V................................................................................................................... 28

KESIMPULAN ..................................................................................................... 28

DAFTAR PUSAKA .............................................................................................. 30

iii
BAB l
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Rumah sakit dalam menjalankan fungsi utama penyembuhan dan pemulihan


tidak sepenuhnya dapat berjalan sebagaimana diharapkan karna rumah sakit
membutuhkan dana yg cukup besar untuk oprasionalnya. Meskipun pemerintah
kabupaten serang telah mengalokasikan anggaran cukup besar untuk memberikan
subsidi bagi belanja pegawai pns rumah sakit,belanja,modal dan belanja investasi
rumah sakit tetapi tetap saja tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional
yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan Kefarmasian di rumah
sakit(1). Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkah dari sistem pelayanan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan sediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian juga
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,mencegah dan
menyelesaikan permasalahan terkait obat(2). Obat berperan sangat penting dalam
proses pelayanan kesehatan, penanganandan pencegahan berbagai penyakit tidak
dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi(3).
Pengelolaan persediaan obat adalah bagaimana cara mengelola tahap tahap dari
kegiatan tersebut agar berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat
tercapai tujuan pengelolaan persediaan obat yang efektif danefisien agar obat yang
diperlukan oleh dokter selalu tersedian setiap saat dibutuhkandalam jumlah cukup
dan mutu terjamin untuk mendukung palayanan yang bermutu.
(4). Pelayanan kefarmasian saat ini telah semakin berkembang, dimana selain
berorientasi kepada produk (product oriented), juga berorientasi kepada pasie
(patient oriented) dan seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan dan pergeseran budaya rural menjadi urban, hal ini telah
menyebabkan peningkatan dalam konsumsi obat, terutama obat bebas, kosmetik,
kosmeseutikal, health food, nutraseutikal dan obat herbal.
1.2. Rumusan masalah

1
1. Bagaimana Manajemen perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan pendistribusian obat yang ada di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Drajat Prawiranegara ?
2. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan
RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui manajemen obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Drajat Prawiranegara
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui manajemen perencanaan obat di Instalasi Farmasi RS
Drajat Prawiranegara
b. Untuk mengetahui manajemen pengadaan obat di Instalasi Farmasi RS
Drajat Prawiranegara
c. Untuk mengetahui manajemen penerimaan obat di Instalasi Farmasi RS
Drajat Prawiranegara
d. Untuk mengetahui manajemen penyimpanan ketersediaann obat di
Instalasi Farmasi RS Drajat Prawiranegara
e. Untuk mengetahui manajemen pendistribusian ketersediaann obat di
Instalasi Farmasi RS Drajat Prawiranegara

2
BAB II

TEORI RUMAH SAKIT

1.1 Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah integral dari
swuatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehemsif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan Undang-
Undang No. 44 Tahun 2009 (D. Kesehatan, 2009) tentang Rumah Sakit, yang
dimaksudkan dengan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.Tugas Rumah Sakit Umum adalah melaksanakan upaya pelayanan
kesehatan.Secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan, serta pelaksanaan upaya rujukan. Untuk
menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegiatan:
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
f. Administrasi umum dan keuangan.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 (D. Kesehatan,2009)
tentang Rumah Sakit, fungsi Rumah Sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.

3
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan Kesehatan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian
teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
a. Pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu Rumah Sakit dibawah pimpinan
seorang Apoteker, dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan atau sediaan farmasi,dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita saat tinggal maupun rawat jalan, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di
Rumah Sakit. Dalam keputusan Menteri Kesehatan No.44 Tahun 2009 (D.
Kesehatan, 2009) tentang Rumah Sakit.Persyaratan kefarmasian harus
menjamin ketersediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat,
aman dan terjangkau.Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti standar pelayanan kefarmasian.Pengelolaan alat kesehatan, sediaan
farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Besaran harga perbekalan farmasi pada Instalasi
Farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan pada harga yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah. Hal tersebut juga terdapat dalam keputusan
Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 (M. Kesehatan,2016) tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, disebutkan bahwa:

4
1) Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
2) Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3) Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
4) Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus
didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian,
pengorganisasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar
prosedur operasional.

b. Sumber Daya Kefarmasian Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016(M. Kesehatan, 2016)
tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi harus
memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja
dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan
perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
1.Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
1. Apoteker
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
1. Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
2. Tenaga Administrasi
3. Pekarya/Pembantu pelaksana

5
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam penentuan
kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.
2.Persyaratan SDM
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian.Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian harus di bawah Supervise Apoteker.Instalasi Farmasi harus dikepalai
oleh seorang Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.Kepala Instalasi Farmasi diutamakan telah
memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi minimal 3 (tiga) tahun.
2.2 Resiko Kerja
Definisi resiko menurut ILO (Internatonal Labour Organization) adalah
kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan berpeluang
terjadinya kejadian tersebut.Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
resiko adalah kemungkinan, bahaya, dan kerugian akibat dari suatu perbuatan atau
usaha yang tidak menyenangkan. Resiko kerja sendiri dapat disimpulkan adalah
suatumkemungkinan yang dapat berpeluang terjadi, mengakibatkan dampak
buruk atau yang tidak sesuai dengan keinginan yang ini dicapai di lingkungan
kerja.
2.2.1 Potensi Resiko
Adapun potensi resiko yang dapat terjadi pada karyawan kantor menurut peraturan
KemenKes No. 48 Tahun 2016 (K. Kesehatan, 2016) yaitu sebagai berikut:
a. Bahaya fisik
1) Kebisingan, dapat menyebabkan gangguan pada alat pendengaran.
2) Debu, dapat mengganggu sistem pernafasan
3) Pencahayaan, dapat menyebabkan kelelahan dan kerusakan pada mata.

b. Bahaya kimia
Cairan pembersih atau furnish yang mengandung sovlent, dapat
menyebabkan iritasi pada mata dan gangguan pernafasan.

6
c. Bahaya biologi
1) Aspergilus, yang disebabkan oleh aspergilosis atau infeksi jamur
aspergilus pada area gedung perkantoran
2) Virus influenza, yaitu penularan dari rekan kerja dan virus-virus lainnya.
d. Bahaya biomekanik terkait ergonomi sebagai berikut :
1) Bahaya terkait pekerjaan, terdiri dari durasi, frekuensi, beban kerja, urutan
pekerjaan, prioritas pekerjaan, dan postur kerja.
2) Bahaya terkait peralatan, terdiri dari dimensi, bentuk, desain, dan
penempatan dari fasilitas yang digunakan untuk mendukung pekerjaan
seperti monitor,CPU,Keyboard, mouse, meja gambar, meja tulis, kursi,
telepon, dokumen holder.
3) Bahaya terkait lingkungan atau tempat kerja, yang terdiri dari dimensi,
luas dan layout tempat kerja.
4) Bahaya terkait individu yaitu terdiri dari pola hidup, status kesehatan, dan
keluhan otot rangka yang dirasakan oleh karyawan. Bahaya-bahaya
tersebut dapat menyebabkan gangguan otot rangka, kelelahan maupun
stress kerja.
e. Bahaya psikososial dapat menyebabkan stres kerja :
a. Beban kerja berlebih
b. Ketidakpuasan kerja
c. Konflik di tempat kerja
d. Kurangnya penghargaan
e. Kurangnya dukungan dari rekan kerja atau atasan
f. Ketidakjelasan tugas dan tanggung jawab.

7
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS RSUD dr.
DRADJAT PRAWIRANEGARA

A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Dan Fungsi Pelayanan


Rsud Dr. Dradjat Prawiranegara
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
seluruh Pemerintahan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungmi dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
mengamanatkan bahwa setiap Perangkat Daerah perlu menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2020-2024 KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLiK INDONESIA dan RPJMD 2021-2026 Kabupaten
Serang, maka 8 (Delapan) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024 serta Rencana Strategi Kabupaten Serang 2021-2026 yang memiliki 6
(enam) Isue Strategis Pembangunan Kabupaten Serang maka RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara turut serta dalam menyelaraskan tujuan dan sasaian dalam
penyusunan Rencana Strategi Tahun 2021 - 2026. Rencana Strategi Kesehatan
yang merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-
fv^ogram pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara Kabupatem Serang dan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan tahunan. Penyusunan Rencana Strategi RSUD dr. Dradjat
Prawirane^ra dilaksanakan melalui pendekatan: teknokratik, poiitik, partisipatif,
atas-bawah (top-down), dan bawah-atas (bottom-up).

8
Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan pada periode 2020-2024 adalah
Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
peiayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2020-2024 adalah:
1) Meningkatnya Kesehatan Ibu, Anak Dan Gizi Masyarakat;
2) Meningkatnya Ketersediaan Dan Mutu Fasyankes Dasar Dan Rujukan;
3) Meningkatnva Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Serta Pengelolaan
4) Meningkatnya Pemenuhan SDM Kesehatan Dan Kompetensi Sesuai Standar
5) Terjaminnya Pembiayaan Kesehatan;
6) Meningkatnya Sinergisme Pusat Dan Daerah Serta Meningkatnya Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih, Serta
7) Meningkatnya Efektifitas Pengelolaan Litbangkes Dan Sistem Informasi
Kesehatan
Untuk Pengambilan Keputusan, Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3
pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan peiayanan kesehatan dan jaminan
kesehatan nasional:
1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat;
2) penguatan peiayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
peiayanan kesehatan, optimalisasisistem rujukan dan peningkatan mutu
peiayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko
sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya, karena pembangunan
bidang kesehatan merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah s^iagai konsekuensi desentralisasi, bahkan urusan kesehatan
menempati urutan kedua setelah urusan pendidikan sebagai urusan pemerintahan
yang wajib diseienggarakan oleh pemerintah daerah. Mutu layanan menjadi isu
yang menarik dan sudah menjadi kebutuhan masyarakat, sehingga upaya
peningkatan mutu terus dilakukan diberfoagai bidang peiayanan diantaranya

9
peningkatan SDM, penguatan kelemba^an dengan meningkatkan status rumah
sakit, peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan kesejahteraan
karyawan. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara sebagai lembaga layanan kesehatan
mempunyai misi khusus yang diemban yaitu kepuasan pelanggan dan tarif yang
terjangkau masyarakat, mengingat "hidup sehat" merupakan hak bagi setiap warga
negara. Dengan demikian mau tidak mau layanan yang murah dan terjangkau
masyarakat lebih diutamakan, namun demikian permasalahan akan muncul pada
saat subsidi layanan kesehatan bagi masyarakat miskin tidak mampu menjangkau
keseluruhan jumlah pasisen rumah sakit tersebut. Dengan makin berkembangnya
teknologi alat-alat kesehatan dan sistim informasi manajemen rumah sakit maka
RSUD dr. Drajat Prawiranegara dituntut untuk meningkatkan kualitas mutu
pelayanan kepada pasien, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM
sesuai dengan perkembangan iptek sehingga pada akhirnya kepuasan pelanggan
terpenuhi. Market share tingkat premium menjadi lahan rumah sakit modern yang
mengembangkan berbagai altematif pelavanan. Walaupun begitu RSUD dr
Dradjat Prawiranegara tidak boleh terlena, hal ini disebabkan tanggungjawab
Pemerintah Daerah sebagai pelindung masyarakat harus mampu memberikan
kesejahteraan dan perlindungan kepada masyarakat, dalam hal ini mendapatkan
hak "hidup sehat".
Perencanaan yang baik harus mempertimbangkan analisis lingkungan, kinerja
masa lalu sebagai bahan analisis masukan dan berorientasi masa depan.
Perkembangan obyektif lingkungan bisnis sangat mempengaruhi posisi suatu
institusi, termasuk juga rumah sakit pemerintah. Sebagai langkah awal menvusun
perencanaan strategis selama lima tahun kedepan, berikut ini disajikan analisis
lingkungan internal maupun ekstemal dalam berbagai perspektif.
B. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memberikan gambaran kemampuan rumah sakit dalam
memperoleh pelanggan baru, mempertahankan tingkat loyalitas pelanggan, dan
meningkatkan kepuasan pelanggan. Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur
adalah Customer Acquisition, Customer Loyality, dan Complain Rate.
a. Customer Acquistion

10
Indikator ini digunakan untuk mengukur minat pasien baru menggunakan jasa
layanan yang disediakan. Berdasarkan data historis selama 5 tahun terakhir data
kunjungan pasien baru.
b. Customer loyality
Indikator ini bertujuan untuk mengukur loyalitas pasien lama atau dengan kata
lain sampai sejauh mana rumah sakit mampu mempertahankan pasien lama
(kunjungan ulang) untuk menggunakan jasa layanan yang disediakan.
lama terhadap layanan RSUD dr. Dradjat Prawiranegara tergolong baik, hal ini
terlihat dari prosentase pasien lama yang menggunakan kembali peiayanan rumah
sakit rata-rata dalam lima tahun terakhir sampai tahun 2020 yaitu 88.92 %.
c. Complain Rate ( Angka Komplain/Keluhan):
Indikator ini untuk mengukur sampai sejauh mana kepuasan pasien terhadap
layanan yang diberikan, sebagai sarana untuk menampung aspirasi dan kcluhan
masyarakat. Manajemen menyadari pentingnya informasi maupun tanggapan
masyarakat atas layanan yang diharapkan sebagai dasar perbaikan layanan
dimasa-masa yang akan datang.
Oleh karena itu permasalahan Strategis yang dihadapi RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Kabupaten Serang:
1) Munculnya berbagai masalah kesehatan di lingkungan Kota dan Kabupaten
Serang seperti kejadian luar biasa COVID-19, DBD, gizi buruk, HIV dan
TBC serta masalah kesehatan lainnya di masyarakat, disebabkan oleh
rendahnya:
• Cakupan peiayanan kesehatan.
• Kualitas lingkungan masyarakat.
• Tingkat pemahaman dari masyarakat terhadap arti pentingnya hidup
sehat. > Koordinasi antar instansi terkait dalam penanganan kesehatan
masyarakat. > Kualitas infrastruktur wilayah.
tingkat loyalitas pelanggan
pelayanan prima kepada pelanggan dengan tarif yang terjangkau sehingga
pelanggan mendapatkan kepuasan optimal.
2) RSUD dr. Dradjat Prawiranegara merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dari Pemerintah Kabupaten Serang, sehingga segala hal

11
yang berhubungan dengan manajamen SDM, manajemen keuangan dan
investasi harus mengikuti prosedur sebagaimana satuan kerja di
lingkungan pemerintah daerah apabila anggaran yang dipakai bersumber
dari APBD dan APBN.
3) Kurangnya prasarana dan sarana pendukung peiayanan, mengingat
tingginya ketergantungan Rumah Sakit kepada Pemerintah Kabupaten
Serang dalam hal investasi sarana prasarana baik dalam hal pendanaan
maupun kebijakan investasi.
4) Mengingat RSUD dr. Dradjat Prawiranegara merupakan Rumah Sakit
Pemerintah maka sistem peiayanan yang dikembangkan harus dalam
koridor memenuhi kebijakan pemerintah yang masih mengandung muatan
peiayanan dasar sesuai dengan tipe dan amanat yang diemban baik dari
Pemerint^ Pusat maupun Pemerintah Daerah.
TELAAHAN VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL
KEPALA DAERAH
Memperhatikan permasalahan dan isue strategi, maka Visi pembangunan
Kabupaten Serang Tahun 2021-2026 adalah:
''TERWUJUDNYA KABUPATEN SERANG YANG SEMAKIN MAJU,
SEJAHTERA, BERKEADILAN DAN AGAMIS'
Uraian yang terkandung dalam Visi pembangunan Kabupaten Serang Tahun
2016-2021 adaJah:
✓ MAJU : Meningkatnya peiayanan dasar dan perekonomian masyarakat
yang didukung dengan
pembenahan infrastruktur
✓ SEJAHTERA : Perwujudan terpenuhinya kebutuhan lahiriah dan batiniah
masyarakat Kabupaten Serang secara layak
✓ BERKEADILAN : Pembangunan di kabupaten serang dilakukan secara
merata dengan memperhatikan aspek wilayah dan mempertimbangkan
aspek social ekonomi masyarakat
✓ AGAMIS : Penvujudan norma agama dan nilai budaya sebagai landasan
moral dan spiritual dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat
Misi Kabupaten Serang Tahun 2021-2026 yaitu:

12
1. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
mengembangkan tradisi budaya sebagai kearifan lokan yang tumbuh dan
hidup ditengah masyarakat.
2. Meningkatkan peiayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjiangkau
yang didukung oleh tenaga kesehatan yang profesionalitas.
3. Meningkatkan pembangunan sarana prasarana wilayah, penata ruang dan
permukiman yang memadai dan berkualitas.
4. Meningkatkan kemandirian dan daya saing ekonomi masyarakat, untuk
optimalisasi penyerapan tenaga kerja dan penanggulangan kemiskinan.
5. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik serta peiayanan publik yang
prima didukung kapasitas birokrasi yang berintegritas, kompeten dan
professional
6. emantapkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan spiritual
dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bemegara.
C. TELAAHAN RENSTRA K/L DAN RENSTRA PERANGKAl DAERAH
PROVINSI
A. Visi dan Misi Kementrian Kesehatan
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber
daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negarakepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negarahukum.
3. Mewujudkan poiitik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati
diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

13
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

B. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi


Visi Dinas Kesehatan Provinsi Banten yaitu:
"TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANTEN SEHAT YANG MANDIRI
BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA "
Uraian yang terkandung dalam Visi tersebut adalah:
TERWUJUDNYA MASYARAKAT BANTEN;
Merupakan wujud betapa besamya komitmen terhadap seluruh lapisan
masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras, dan aliran atau golongan atau
strata sosial. SEHAT YANG MANDIRI;
Merupakan cerminan dari suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi
untuk menolong dirinya sendiri, keluarga dan orang lain.
BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA;
Merupakan do'a kita bersama, yaitu sebagai persyaratan mutlak untuk dapat
terwujudnya kehidupan yang agamis, serta untuk menjadikan masyarakat yang
saleh dan taat pada tuntunan ajaran agama yang diyakini. Keberhasilan
pembangunan pada bidang kesehatan atau sektor apapun. tidak akan
mendatangkan kemaslahatan dan keberkahan, tanpa dilandasi oleh keimanan dan
ketaqwaan. Adapun Misi Dinas Kesehatan Provinsi Banten yaitu:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan mendekatkan akses peiayanan
kesehatan yang paripuma, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Tersedianya lingkungan yang sehat untuk memutus rantai penularan penyakit
5. Meningkatkan kapasitas dan kualitas kelembagaan Dinas Kesehatan Provinsi
Banten
C. Hambatan RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
Adapun permasaiahan/hambatan yang ada di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
sehubungan dengan misi Kepala Daerah yaitu adalah :

14
1) Perlu peningkatan profesionalisme SDM yang ada;
2) Perlu penambahan Jenis Peiayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
3) Sarana dan Prasarana di Rumah Sakit masih kurang;
4) Sarana Perpakiran masih belum tertata dengan baik;
5) Keamanan lingkungan Rumah Sakit masih perlu ditingkatkan;
6) Akses jalan masuk ke IGD sering terhambat.
Sedangkan faktor pendorong untuk mengatasi permasalahan di atas, antara lain :
1. Dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Serang
2. Telah terakreditasinya RSUD dr. Dradjat Prawiranegara oleh KARS
dengan kategori paripuma;
3. Tuntutan Masyarakat mengenai peiayanan kesehatan;
4. RSUD dr. Dradjat Prawiranegara sebagai Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
3.4 TELAAHAN RENCANA TATA RLANG WILAYAH DAN PENENTUAN
dan ISU-ISU STRATEGIS
Sehat adalah investasi, demikian sebuah ungkapan yang kalau dikaji lebih jauh
maka timbul suatu pemahaman bahwa sehat bukan sekedar bebas dari rasa sakit
dan penyakit tetapi sehat adalah aset yang harus dimiliki setiap individu sebagai
modal pembangunan disegala bidang.
Rumah sakit adalah institusi peiayanan publik untuk meningkatkan kesehatan
individu yang akan berpengaruh kepada tingkat kesehatan masyarakat, jika derajat
kesehatan masyarakat meningkat maka dampaknya adalah meningkatnya tingkat
kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. Pola manajemen rumah sakit pada
saat ini sudah bergeser dari hanya melayani pasien menjadi memberi kepuasan
kepada pasien dan mencari keuntungan agar tetap hidup. inilah hakekat
keberadaan rumah sakit, oleh karena itu Pemerintah Daerah melalui manajemen
rumah sakit telah berupaya meningkatkan kualitas peiayanan di berbagai bidang
diantaranya meningkatkan sarana
dan prasarana pendukung palayanan, meningkatkan kualitas SDM, sehingga dapat
memberikan peiayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat sesuai kebutuhan
dan tuntutan peiayanan.

15
Paradigma pembangunan kesehatan menekankan bahwa kesehatan merupakan
hak asazi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik
sentral pembangunan nasional. Dalam era globalisasi maka liberalisasi
perdagangan dan
jasa, termasuk jasa kesehatan tidak akan terelakkan. Jasa peiayanan medis akan
dipenuhi dengan berbagai macam penawaran peiayanan yang sangat memanjakan
pasien, walaupun hal ini mungkin hanya akan terjadi pada segmen menengah
keatas, namun demikian RSUD Kab. Serang sebagai provider peiayanan
kesehatan harus menyiapkan din sejak dini.
Perkembangan jasa peiayanan kesehatan bergerak menuju tingkatan yang lebih
tinggi, paradigma peiayanan Quality and Safety perlu modifikasi dengan
memberikan beberapa nilai tambah, yang menuntut perhatian institusi (provider)
peiayanan kesehatan.
Adapun isu strategis yang ada yakni:
1. Kualitas SDM, Kemiskinan, Penganggaran dan Kesejahteraan Sosial.
2. Daya Dukung (Kuantitas) dan Kualitas sarana, prasarana dan fasilitas
peiayanan
3. Dorongan Pemda dalam mewujudkan rumah sakit yang memenuhi harapan
dan keinginan masyarakat.
4. Kesempatan RSUD dr. Dradjat Prawiranegara dalam tumbuh dan
berkembang dengan kelengkapan tenaga dan alat yang sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
5. Penerapan sistem manajemen yang semakin profesional untuk kedisiplinan,
SlM-RS yang terintegrasi dan yang tepat guna dengan berpedoman kepada
costumer oriented, transparansi, akuntabilitas, efektifitas, efisiensi dan
produktifitas semua sumber daya dengan mengedepankan pemberdayaan
pegawai dan masyarakat dalam peiayanan prima.
6. Terjalin jejaring yang nirbatas akan mewujudkan keinginan RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara sebagai rumah sakit yang amanah dan profesional di
masa yg akan dating

16
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Obat di IFRS (Instalasi


Farmasi Rumah Sakit)
Pengelolaan perbekalan obat di farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan

17
sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya
mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi.

1. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Tujuannya adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
a. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola
penyakit di Rumah Sakit.
Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:
1) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis.
2) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
3) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat
pilihan (drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

b. Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit
pelayanan selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok
optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan
farmasi adalah:

18
1) Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masin masing
unit pelayanan
2) Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahum seluruh unit pelayanan
3) Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.

c. Perhitungan Kebutuhan
Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang
berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di Rumah
Sakit. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan
perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas,
maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan melalui
beberapa metode:
1) Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data
real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah
perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah:
a) Pengumpulan dan pengolahan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
d) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi
dana.

2) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi
berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu
(lead time).
Langkah-langkah dalam metode ini adalah:
a. Menentukan jumlah pasien yang dilayani

19
b. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit
c. Menyediakan formularium standar pedoman perbekalan farmasi
d. Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
e. Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui:
a. Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan
hperbekalan farmasi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 94
tahun 2007 tentang Pengendalian dan Pengawasan atas Pengadaan dan
Penyaluran Bahan Obat, Obat Spesifik dan Alat Kesehatan yang Berfungsi
Sebagai Obat dan Peraturan Presiden RI No. 95 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Langkah proses
pengadaan dimulai dengan mereview daftar perbekalan farmasi yang akan
diadakan, menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,
menyesuaikan dengan situasi keuangan, memilih metode pengadaan, memilih
rekanan, membuat syarat kontrak kerja, memonitor pengiriman barang,
menerima barang, melakukan pembayaran serta menyimpan kemudian
mendistribusikan.
Ada 4 metode pada proses pembelian:
1) Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada penentuan harga
metode ini lebih menguntungkan. Untuk pelaksanaannya memerkukan
staf yang kuat, waktu yang lama serta perhatian penuh.
2) Tender terbatas, sering disebutkan lelang tertutup. Hanya dilakukan
pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang
baik. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih
ringan bila dibandingkan denan lelang terbuka.

20
3) Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila item tidak penting,
tidak banyak dan biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item
tertentu.
4) Pembelian langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia.
Harga tertentu, relatif agak lebih mahal.
b. Produksi
Produksi perbekalan farmasi di Rumah Sakit merupakan kegiatan
membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi
di Rumah Sakit. Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi:
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus
2) Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar denan harga lebih murah
3) Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
5) Sediaan farmasi untuk penelitian f
6) Sediaan nutrisi parenteral
7) Rekonstitusi sediaan perbekalan farmasi sitostatika
8) Sediaan farmasi yang harus selalu dibuat baru.steril atau nonsteril
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
c. Sumbangan/hibah/droping
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan,
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi
reguler.Perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang
pelayanan kesehatan disaat situasi normal.

3. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinyasi atau sumbangan.Penerimaan perbekalan farmasi harus
dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab.

21
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan
dengan spesifikasi pada order pembelian Rumah Sakit. Semua perbekalan
farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima,
perbekalan farmasi harus segera disimpan di dalam lemari besi atau tempat lain
yang aman.Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
kontrak yang telah ditetapkan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan:
a. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan
berbahaya
b. Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai Certificate of Origin
c. Sertifikat analisa produk.

4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan alfabetis dengan menerapkan prinsip (First Expired First Out)
FEFO dan (First In First Out) FIFO dan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan
cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi.

a. Pengaturan tata ruang


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan
tata ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah sebagai
berikut:
1. Untuk kemudahan bergerak, gudang perlu ditata sebagai berikut:
a) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan
sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika

22
digunakan sekat, perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis
lurus, arus U atau arus L.
2) Sirkulasi udara yang baik, salah satu faktor penting dalam merancang
bangunan gudang adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam
ruangan gudang.
3) Rak dan Pallet, Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan
dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan
farmasi. Keuntungan penggunaan pallet, sirkulasi udara dari bawah dan
perlingungan terhadap banjir, peningkatan efisiensi penanganan stok
dan dapat menampung perbekalan farmasi lebih banyak pallet lebih
murah dari pada rak
4) Kondisi penyimpanan khusus, Vaksin memerlukan “Cold Chain”
khusus dan harus dilindungi daru kemungkinan terputusnya arus listrik.
Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus
dan selalu terkunci. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan
eter harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di
bangunan khusus terpisah dari gudang induk.
5) Pencegahan kebakaran, Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-
bahan yang mudah terbakar seperti dus, karton, dan lain-lain. Alat
pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang mudah
dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam kebakaran
agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau
tidak.

b. Penyusunan stok perbekalan farmasi


Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
berikut:

23
1.Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out) dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu
perbekalan farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau
yang dietrima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab
umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal biasanya
juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa
kadaluwarsanya lebih awal
2.Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet
secara rapi dan teratur
3.Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika
4.Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh
temperatur , udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat
yang sesuai
5.Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode,
pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi
perbekalan farmasi untuk penggunaan luar
6.Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
7. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka
biarkan perbekalan farmasi tetap dalam boks masing-masing

5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Jenis Sistem Distribusi Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh
IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi di lingkungannya. Adapun
metode yang dimaksud antara lain:
a. Resep perorangan
Resep Perorangan adalah order/resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien.Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan
didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.

24
b. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang
Definisi sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan
kegiatan pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis
dokter pada order perbekalan farmasi, yang 24 disiapkan dari persediaan di
ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari
wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut.
c. Sistem distribusi dosis unit (Unit Dose Dispensing = UDD)
Definisi perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang
diorder oleh dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis
perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Sistem
distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggung jawab IFRS, hal itu
tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit tanpa kerja sama dengan staf medik,
perawatan pimpinan Rumah Sakit dan staf administratif.
d. Sistem distribusi kombinasi
Definisi sistem distribusi yang menerapkan sistem distribusi resep/order
individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi 25 persediaan di ruangan
yang terbatas.
6. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di
unit-unit pelayanan.
Kegiatan pengendalian mencakup:
a. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu. Jumlah
stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.

7. Penghapusan

25
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Penanganannya sebagai berikut:
a. Catatan dari manufaktur seperti nama dan nomor batch sediaan
perbekalan farmasi harus tertera pada resep pasien rawat jalan, order/P-3
pasien rawat tinggal, rekaman pengendalian kemasan dan pada daftar
persediaan dan etiket yang bersangkutan.
b. Dokumen tersebut no 1 (resep, order perbekalan farmasi, dan
sebagainya) dikaji untuk menetapkan penerima (pasien dan unit rawat)
no batch perbekalan farmasi yang ditarik.
c. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik, arus disampaikan
kepada penerima bahwa mereka mempunyai produk perbekalan farmasi yang
akan ditarik itu. Untuk pasien rawat jalan, peringatan harus dilakukan
sedemikian agar tidak menyebabkan halhal yang tidak diinginkan.
d. Memeriksa semua catatan pengeluaran, kepada pasien mana perbekalan
farmasi diberikan guna mengetahui keberadaan sediaan farmasi yang ditarik.
e. Mengkarantina semua produk yang ditarik, diberi tanda “jangan gunakan”
sampai produk perbekalan farmasi tersebut diambil oleh atau dikembalikan
ke pabrik/produsennya.

8. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan.
Fungsi dari pencacatan adalah:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa).

26
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1
(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik
perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan.

9. Monitoring dan Evaluasi


Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev).Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna
penyususnan perencanaan dan pengambilan keputusan.Pelaksanaan monev
daapt dilakukan secara periodik dan berjenjang.Keberhasilan monev ditentukan
oleh surpervisor maupun alat yang digunakan.Tujuan monev adalah
meningkatkan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit
agar dapat ditingkatkan secara optimum (Kemenkes RI, 2010).

B.Tinjauan Umum Tentang Manajemen Logistik


1. Pengertian Manajemen Logistik
Manajemen Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni
serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan,
penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan
material/alat-alat (Subagya, 1995).
2. Tujuan Manajemen Logistik
Tujuan Manajemen Logistik adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu 30 dibutuhkan,
dalam keadaan yang tepat dipakai, ke lokasi dimana dibutuhkan dan dengan total
biaya yang terendah (Aditama, 2003).

Tujuan manajemen logistik menurut Aditama (2003), dapat diuraikan dalam


3 tujuan, yakni :
a. Tujuan Operasional

27
Adalah agar tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan
mutu yang memadai.
b. Tujuan Keuangan
Meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana
dengan biaya yang serendah-rendahnya.
c. Tujuan Pengamanan
Agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan
tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai
persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin di dalam sistem akuntansi.
2. Fungsi Manajemen Logistik
a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan Mencakup aktivitas dalam
menetapkan sasaran, pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang logistik.
b. Fungsi Penganggaran Merupakan usaha-usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar.
c. Fungsi Pengadaan Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan dan penentuan
kepada instansi-instansi pelaksana.
d. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran Merupakan penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan.
e. Fungsi Pemeliharaan Usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan
kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris.
f. Fungsi Penghapusan Usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi.
g. Fungsi pengendalian Merupakan fungsi inti dari pengolahan perlengkapan yang
meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelola
logistik (Aditama, 2003)
BAB V
KESIMPULAN

Rencanan Strategis RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2021-2026


merupakan dokumen penting yang menunjukkan sebuah komitmen yang
dibangun berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan faktor pendukungnya.

28
Renstra Bisnis ini disusun berdasarkan Rencana Pembar^iman Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang tahun 2021-2026 dan Sundar
Peiayanan Minimal Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan
RI sebagai Indikator Kinerja RS serta berbagai sumber peraturan pemerintah
yang telah dijadikan acuan dasar.
Rancangan Akhir Renstra ini masih belum sempuma, maka diperlukan
masukan atau koreksi dari Pemangku kepentingan sebagai perbaikan. Renstra
ini masih masih bersifat perencanaan yang pada akhimya ada keridaktercapaian
dengan target yang sudah tercantum pada Indikator Kinerja Utama. Dalam hal
ini dimungkinkan menyesuaikan dengan kemampuan Anggaran Daerah.
Komitmen ini bukan hanya untuk kepentingan RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara tetapi yang lebih penting adalah untuk kepentingan pengguna
(stakeholders) temtama masyarakat sebagai pihak yang mendapatkan
peiayanan dan pemerintah Kabupaten Serang sebagai pemberi amanah.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas programnya serta agar mampu
eksis dan unggul daiam persaingan yang semakin ketat dalam iingj^ungan yang
berubah sangat cepat seperti dewasa ini maka RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
harus terus menerus melakukan perubahan ke arah perbaikan. Perubahan
tersebut harus disusun dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan
sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi
kepada pencapaian hasil.
Akhimya, menjadi tugas dan kewajiban sel uruh jajaran RSUD dr. Dradj at
Prawiranegara untuk bersama-sama melangkah dalam tindakan yang harmonis
untuk melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan visi yang ingin
diwujudkan ''''Menjadi Rumah Sakit Terbaik Dengan Peiayanan Profesional
Dan Berkualitas Di Banten''
Pencapaian kinerja memang bukan hal yang mudah. Untuk itu diperlukan
tekad, ikhtiar dan perjuangan terus menerus untuk menunjukkan bahwa RSUD
dr. Dradjat Prawiranegara memang mampu memenuhi harapan pengguna
(stakeholders).

29
DAFTAR PUSAKA

https://rsud.serangkab.go.id/storage/edoc/renstra2021_1660979435.pdf
https://e-renggar.kemkes.go.id/file_performance/1-258462-4tahunan-201.pdf
http://repository.unissula.ac.id/7247/4/BAB%20I.pdf
http://eprints.ums.ac.id/39567/2/BAB%20I.pdf

30
31

Anda mungkin juga menyukai