Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya
Disetujui Oleh:
Mengetahui:
Ketua Program Studi Profesi Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit dr.
Soekardjo Tasikmalaya
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya periode Desember 2019 dengan
baik dan dapat menyusun laporan PKPA ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di STIKes Bakti
Tunas Husada Tasikmalaya
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama
pelaksanaan PKPA ini:
1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya sebagai instansi
tempat PKPA telah dilaksanakan.
2. Nur Rahayuningsih, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi
Pendidikan Apoteker, STIKes Bakti Tunas Husada.
3. Tita Nofianti., M. Si., Apt. Selaku pembimbing Praktik Kerja Profesi
Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada.
4. Dra. Hj. Latifah., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya.
5. Erwin Yuliana S, S.Si.,Apt. selaku Koordinator Unit Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan dan selaku Pembimbing Praktik Kerja Profesi Apoteker RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
6. Nurul Aini, S.Far.,Apt. selaku Koordinator Unit Pelayanan Farmasi Rawat
Inap dan IGD RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
7. Fifith Fitriani, S.Farm.,Apt. selaku Koordinator Farmasi Klinik RSU dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
8. Diani Agustina. S.Farm., Apt. Selaku Apoteker Ruang Melati 3 RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
9. Seluruh staf dan karyawan RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, atas
semua bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
10. Kedua orang tua dan serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa,
kasih sayang dan motivasi sehingga menjadi sumber kekuatan dan semangat
bagi penulis.
11. Seluruh rekan-rekan PSPA angkatan I, terimakasih atas dukungan dan
motivasi serta bantuannya.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam laporan
ini. Untuk itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh
penulis. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi ilmu
pengetahuan dan dunia kesehatan khususnya kefarmasian. Semoga kerjasama
yang baik ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa mendatang.
Penulis
,
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnose dan terapi.
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
telah ditetapkan.
c. Pola penyakit.
d. Efektifitas dan keamanan.
e. Pengobatan berbasis bukti.
f. Mutu.
g. Harga.
h. Ketersediaan di pasaran.
Pemilihan obat di rumah sakit berdasarkan formularium Rumah Sakit yang
disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit harus
tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi obat dan penyedia obat di Rumah
Sakit.
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untukmenjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan antara lain metode konsumsi, epidemiologi dan
kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi yang disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Adapun pedoman perencanaan yang harus
dipertimbangkan antara lain:
1) Anggaran yang tersedia
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan
6) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
1) Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisis.
2) Bahan berbahaya harus meyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai nomor izin edar.
4) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Rumah sakit harus selalu mencegah kekosongan stok obat agar kebutuhan
perbekalan farmasi selalu terpenuhi, untuk mencegah kekosongan stok maka perlu
diadakan pengadaan melalui :
a. Pembelian
Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi. Proses pembelian mempunyai beberapa langkah yang baku
dan merupakan siklus yang berjalan terus menerus sesuai dengan kegiatan rumah
sakit. Hal yang harus diperhatikan dalam pembelian seperti: kriteria Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi kriteria
umum dan kriteria mutu obat, persyaratan pemasok, penentuan waktu pengadaan
dan kedatangan sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,
dan pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah, dan waktu.
4. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan.
5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah:
a. Memelihara mutu sediaan farmasi.
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
c. Menjaga ketersediaan.
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Dalam penyimpanan ada beberapa komponen yang harus diperhatikan
antara lain :
1) Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca yang memuat nama, tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
2) Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3) Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati.
4) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
5) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lain yang dapat menyebabkan kontaminasi.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis.Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,
Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
6. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian
adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu,
tepat jenis, dan tepat jumlah. Ada beberapa cara distribusi yang dapat digunakan
oleh IFRS dalam mendistribusikan perbekalan farmasi, antara lain:
8. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat
di unit-unit pelayanan. Adapun tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, adalah untuk :
1) Penggunaan obat sesuai dengan Formuarium Rumah Sakit.
2) Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.
3) Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
4) Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).
5) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut.
6) Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Adapun kegiatan
administrasi terdiri dari:
1) Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
secara periodik yang dilakukan IFRS dalam periode waktu tertentu (bulanan,
triwulanan, semester, atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat
menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk:
a. Persyaratan Kementrian Kesehatan / BPOM.
b. Dasar akreditasi Rumah Sakit.
c. Dasar audit Rumah Sakit.
d. Dokumentasi Rumah Sakit.
2) Administrasi Keuangan
Administrasi keuangan diselenggarakan ketika Instalasi Farmasi
mengelola keuangan. Administrasi keuangan adalah pengaturan anggaran,
pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan
laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan
Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan.
3) Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan adalah kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) seperti obat tidak
diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan pemberian
obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah
Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar
dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Adapun tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah :
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien.
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter.
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Selain itu, adapun tahapan proses rekonsiliasi obat yaitu :
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang digunakan oleh pasien
meliputi nama obat, dosis, rute pemberian, frekuensi, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan.
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling
obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost effectiveness yang
pada akhirnya Meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety).
Secara khusus konseling obat ditujukan untuk :
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
Adapun faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat antara lain :
Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui)
a. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsy, dan
lain-lain)
b. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down/off)
c. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi yang sempit (digoxin,
phenytoin)
d. Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi)
e. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.
yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter. Adapun tujuan dari PKOD adalah :
a. Mengetahui kadar obat dalam darah
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat
Kegiatan PKOD meliputi :
1) Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan
Kadar Obat dalam Darah
2) Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan PKOD
3) Menganalisis hasil PKOD dan memberikan rekomendasi
BAB III
TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
d. Gudang Farmasi
Bagian gudang farmasi berfungsi untuk melakukan pengelolaan perbekalan
farmasi untuk kebutuhan pelayanan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya.
Gudang farmasi dipimpin oleh seorang apoteker yang membawahi bagian
perencanaan, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, serta bagian distribusi.
Ruangan gudang farmasi terdapat ruangan kantor gudang, gudang perbekalan
farmasi. Denah gudang farmasi dapat dilihat pada Lampiran 9.
Perencanaan barang di gudang biasanya untuk 1,5 tahun untuk RKO
(Rencana Kebutuhan Obat) dan dilihat stok akhir nya dan berdasarkan
Formularium Rumah Sakit. Alur penerimaan barang yaitu barang yang datang
sesuai surat pesanan masuk. Lalu di periksa oleh tim pemeriksa barang untuk di
pastikan kelengkapannya yang sesuai dengan surat pesanan, setelah diperiksa
dilakukan dokumentasi baik secara fisik maupun komputerisasi, setelah itu hasil
dokumentasi fisik maupun komputerisasi diserahkan ke bendahara barang, dan
bendahara barang memproses secara fisik dengan membuat berita acara
penerimaan barang dan dilakukan penyimpanan barang sesuai dengan daftar
penyimpanan setelah itu dilakukan distribusi yang disesuaikan dengan permintaan
dari unit farmasi.
3.2.7.1 Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan:
a. Formularium Rumah Sakit dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi,
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan,
c. Efektifitas, keamanan, mutu
d. Pengobatan berbasis bukti,
e. Harga dan ketersediaan di pasaran.
Pemilihan obat di RSUD dr.Soekardjo merujuk pada Formularium
Nasional ditambahkan addendum obat non Formularium Nasional yang telah
disetujui oleh Komite Medik dan Direktur.
3.2.7.3 Pengadaan
Pengadaan merupakakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan dapat dilakukan melalui
pembelian secara epurchasing dengan daftar harga obat mengacu ke daftar e-
catalog. Pengadaan di RSUD dr. Soekardjo melalui produksi sediaan farmasi yaitu
sumbangan/ dropping/ hibah seperti obat-obat untuk program penyakit TBC, HIV,
hepatitis B, vaksin, dan metadon dari DINKES; dan Repacking atau pengenceran.
Pengadaan di RSUD dr. Soekardjo biasanya 1 bulan sekali untuk 3 bulan untuk
obat-obatan sedangkan untuk alkes untuk 2 bulan. Kemudian di lihat kapasitas
dari gudang. Kebutuhan dilihat dari anggaran yang ada lalu ke pengadaan untuk
dilakukan pemesanan. Setelah di terbitkan SP di serahkan ke distributor.
Pengiriman langsung ke gudang obat. Pengadaan di RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya dengan cara pembelian dilakukan dengan sistem e-purchasing. Surat
pesanan dibuat oleh pejabat pengadaan dan ditanda tangani oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), kecuali obat narkotika dan psikotropika ditanda tangani oleh
kepala IFRS. Contoh surat pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada
lampiran 10.
3.2.7.4 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan barang di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dilakukan oleh
petugas gudang farmasi dengan melakukan pengecekan kesesuaian surat pesanan
(SP) dan faktur, meliputi nama obat, jumlah, harga, nomor batch dan expired date.
Apabila hasil pengecekan sesuai maka dilakukan penerimaan barang oleh petugas
penerimaan barang di gudang serta faktur di tanda tangani oleh petugas
penerimaan barang. Kemudian barang diinput ke dalam komputer dan disimpan di
gudang farmasi.
3.2.7.5 Penyimpanan
3.2.7.6 Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Sistem distribusi di unit pelayanan di RSUD dr. Soekardjo dapat dilakukan
dengan cara kombinasi yaitu sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock),
sistem resep perorangan, dan ODD (One Daily Dose). Pendistribusian dari unit
pelayanan kepada pasien dilakukan metode resep perorangan untuk apotek rawat
jalan, metode ODD dan resep perorangan untuk rawat inap, dimana obat diberikan
untuk satu hari pemakaian. Pengeluaran perbekalan farmasi didasarkan pada
sistem FIFO dan FEFO.
3.2.7.8 Pengendalian
3.2.7.9 Administrasi
Administrasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan
manajemen sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta
penyusunan laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin,
dilakukan setiap 1 bulan sekali. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
Kota Tasikmalaya pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara manual dengan menggunakan kartu stok dan komputerisasi dengan
software Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Pelaporan obat
narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali secara online melalui situs
SIPNAP kemkes.go.id paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
3.2.8.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian informasi atau saran
terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien/keluarganya. Konseling dilakukan
pada pasien dengan kriteria tertentu. Pemberian konseling bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi pasien. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo
di lakukan pelayanan konseling terhadap pasien yang dalam pengobatannya perlu
kepatuhan contohnya untuk pasien-pasien TBC.
3.2.8.6 Visite
Visite di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soekardjo dilakukan dengan
kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri
atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau
kemungkinan munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien, serta profesional kesehatan lainnya.
4.1 Pendahuluan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit menyatakan
bahwa salah satu pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di rumah sakit adalah
Pemantauan Terapi Obat (PTO). PTO merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Permenkes, 2016).
Kegiatan dalam PTO meliputi :
4.2 Tujuan
Tujuan dilakukan pemantauan terapi obat ini untuk melihat kerasionalan
penggunaan obat pada Ny. I dengan diagnosa Penyakit Paru Obstruksi Kronik.
4.3 Manfaat
Untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien
serta meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki (ROTD).
4.4.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi global PPOK pada tahun 2015 sekitar 11,7%, meningkat 44,2% dari
tahun 1990, dan menyebabkan kematian pada 3,2 juta orang di 2015, meningkat
11,6% dari tahun 1990. Sedangkan prevalensi PPOK di Indonesia menurut
Riskesdas 2013 adalah 3,7% (pria 4,2%, perempuan 3,3%). Hasil survei penyakit
tidak menular oleh Ditjen PPM & PL di 5 RS provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan
bahwa PPOK merupakan penyumbang angka kesakitan terbesar (35%), diikuti
oleh asma bronkial (33%), kanker paru (30%), dan lainnya (2%).
4.4.3 PATOGENESIS
PPOK terjadi sekunder terhadap respons inflamasi abnormal pada paru yang
disebabkan terutama oleh rokok, tetapi bisa juga karena faktor genetik, polusi
udara, atau paparan terhadap gas-gas berbahaya lainnya. Limitasi aliran udara
kronik yang merupakan karakter PPOK disebabkan oleh inflamasi dan
remodelling jalan napas (penyakit jalan napas kecil), kerusakan alveoli, dan
penurunan elastisitas paru (destruksi parenkim), yang menyebabkan kolaps jalan
napas terutama selama ekspirasi. Inflamasi paru lebih lanjut dieksaserbasi oleh
stres oksidatif dan kelebihan proteinase dalam paru, yang menyebabkan
perubahan patologis terkait PPOK.
4.6 DIAGNOSIS
Anamnesis gejala PPOK seperti sesak napas, peningkatan usaha bernapas, rasa
berat saat bernapas, atau gasping, batuk - biasanya kronik (dengan atau tanpa
disertai dahak), mudah lelah, dan terganggunya aktivitas fisik.
Pada pemeriksaan fisik tahap awal, bisa tidak ditemukan kelainan, namun pada
PPOK berat, dapat ditemukan mengi dan ekspirasi memanjang. Selain itu, bisa
ditemukan tanda hiperinflasi seperti barrel chest, sianosis, kontraksi otot-otot
aksesori pernapasan, pursed lips breathing, serta tanda-tanda penyakit kronik
(muscle wasting, kehilangan berat badan, berkurangnya jaringan lemak) yang
merupakan tanda progresivitas PPOK
Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisis gas
darah PCO2 < 45 mmHg dan PO2 > 60 mmHg.
Dahak jernih tidak berwarna.
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK (hasil
spirometri) „ Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan.
Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
4.7 TATALAKSANA
Mengurangi gejala
Mencegah progresivitas penyakit
Meningkatkan toleransi latihan
Meningkatkan status kesehatan
Mencegah dan menangani komplikasi
Mencegah dan menangani eksaserbasi
Menurunkan kematian
(Tabel A)
Terapi Farmakologi
Hingga saat ini, belum ada bukti uji klinik yang menyimpulkan bahwa obat-obat
yang tersedia untuk PPOK dapat memodifikasi penurunan fungsi paru jangka
panjang. Pemilihan obat dalam setiap golongan obat tergantung ketersediaan dan
biaya, respons klinis, dan efek samping. Setiap terapi memerlukan regimen
individual terkait keparahan, limitasi aliran udara, dan tingkat keparahan
eksaserbasi.
Tabel B
4.7 Informasi Obat Pasien
Informasi obat yang digunakan pasien (Drug Information Handbook, 2009,
Drugs.com) sebagai berikut:
a. Ringer Laktat
d. Methy Prednisolon
Dosis Oral, umum 2-40 mg/hari; lihat juga pemberian dosis di atas.
Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus,
awal 10-500 mg; reaksi penolakan pencangkokan sampai 1
g/hari melalui infus intravena selama 3 hari.
e. Omeprazole
Indikasi Duodenal ulcer, gastric ulcer dan reflux esofagitis, Zolinger-
Ellison-Syndrome
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap omeprazol
f. Ambroxol
Indikasi Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan
kronis khususnya pada eksaserbasi bronkitis kronis dan
bronkitis asmatik
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap ambroxol
g. Furosemid
Indikasi Udem yang disebabkan karena penyakit jantung, sirosis hati, gagal
ginjal termasuk sindrom nefrotik, hipertensi ringan sampai sedang
dalam bentuk tunggal/kombinasi.
Kontra Indikasi Anuria, hipersensitif terhadap furosemid dan sulfonamid
Efek samping Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria,
kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati.
Dosis Dewasa : 500mg-1000mg per kali, diberikan tiap 4-6 jam,
maksimum 4 g per hari.
i. Budesonid
Efek samping Iritasi ringan pada tenggorokan, batuk, suara serak, infeksi
kandida pada orofaring, reaksi hipersensitivitas, reaksi kulit
seperti urtikaria, kemerahan, dermatitis, bronkospasme,
angiodema, reaksi anafilaktik, gugup, gelisah,
depresi. Jarang: gejala efek glukokortikoid seperti hipofungsi
kelenjar adrenal, dan berkurangnya kecepatan pertumbuhan
2. Pemeriksaan Labolatorium
Tanggal (Desember 2019)
Pemeriksaan Nilai Normal
20 25
Hematology
Hemoglobin 12-16 g/dL 12,5 g/dl 11,3 g/dl
Hematokrit 35-45% 41 % 34%
Jumlah Leukosit 4000-10.000/mm3 14.800/mm3 8.800/mm3
Jumlah Trombosit 150000-350000/mm3 269.000/mm3 248.000/mm3
Faal Ginjal
Ureum 15-45 mg/dl 38mg/dl 25mg/dl
Kreatinin 0,5-0,9 mg/dl 0,63 mg/dl
Karbohidrat
Glukosa Sewaktu 80-180 mg/dl 150mg/dl 89 mg/dl
Elektrolit
Natrium 135-145 mmol/l 136 mmol/l
Kalium 3,5-5,5 mmol/l 3,7 mmol/l
Kalsium 1,10-1,40 mmol/l 1,32 mmol/l
2. Ketepatan Dosis
Dosis yang
No NamaObat Dosis literature Keterangan
digunakan
Drip 0,5mg/kgBB/jam
Aminophylin (0,5x60kg=30mg/jam
1 Aminopilin 24mg/ml 240mg/10ml =30mgx8 jam Tepat
dalam sediaan =240/8jam)
500 ml Rl
Cefotaxime Epiglotitis: I.V .: 2 g
2 2x1 Amp Tepat
1000mg/1g setiap 4-8 jam
3 Ambroxol 30mg 3x1 tab 2-3x30 mg/hari Tepat
4 Omeprazole 40mg 1x1 vial 1x40 mg/hari Tepat
Dosis Lazim 10-500mg
Injeksi (hanya untuk
dosis hingga 250mg).
Metilprednisolon 125
5 1x1 Amp Persiapan dan admnstra Tepat
mg
rekonstitusi setiap vial
dengan pengencer yang
disediakan
IV langsung murni.
injeksi dapat diberikan
6 Furosemide 20mg 1x2 amp Tepat
dengan kecepatan 40 mg
selama 1-2 menit
demam: Oral 325-650 mg
7 Paracetamol 500mg 3x500 mg Tepat
setiap 4-6 jam
Setiap 8 jam
Meptin (Procaterol . Dosis dewasa 30-50
8 dalam Nacl 0,9 Tepat
HCl Hydrate) 10mcg mcg (0,3-0,5 ml larutan)
% sebanyak 3ml
Setiap 8 jam,
Pulmicort 1mg dalam Nacl 360 mcg dua kali sehari
9 Tepat
(Budesonide) 1 mg 0,9% sebanyak (360/1000=0,35x3=1,08)
3ml 3x sehati
D. PLANING
1. Monitoring terapi pengobatan.
2. Monitoring efektifitas dan efek samping obat.
3. Memberikan konseling mengenai obat yang dibawa ketika pulang seperti
menginformasikan indikasi, aturan pakai dan cara penggunaan obat yang tepat.
4. Merekomendasikan perbaikan gaya hidup.
5. Merekomendasikan olahraga dan istirahat yang seimbang.
6. Kurangi aktivitas fisik berlebihan.
PEMBAHASAN
5.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisa pemantauan terapi obat pada pasien PPOK di
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dapat disimpulkan bahwa
penatalaksanaan pada pasien PPOK sudah cukup baik dan pasien
menunjukkan perkembangan membaik dengan keluhan yang dialami mulai
berkurang.
2. Pasien Ny.I masuk ke RSUD dr. Soekardjo pada tanggal 20 Desember 2019
dengan keluhan sesak, batuk, saat berjalan mudah cape dan lemas.
3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien didiagnosa oleh Dokter
menderita penyakit PPOK akut. Dokter meresepkan RL+Aminophylin,
injeksi cefotaxime, Ambroxol, Omeprazole, Methylprednisolon injeksi,
Pacacetamol (bila perlu), Furosemid injeksi, Nebu (meptin, pulmicort)
sudah tepat dan rasional namun ada reaksi namun masih bisa dimonitoring.
4. Berdasarkan hasil analisa pemantauan terapi obat yang dilakukan tidak ada
Drug Related Problem.
5. Pasien pulang dengan terapi obat oral Retaphyl SR (Theophyline 300mg)
2x1, furosemide 40mg 1x1, Ambroxol 30mg 3x1, Omeprazole 40mg 1x1
5.2. SARAN
1. Untuk RSUD dr.soekardjo pelayanan Farmasinya sudah baik, semoga
bisa lebih ditingkatkan lagi untuk pelayanan farmasi di RSUD
dr.Soekardjo, supaya lebih baik lagi dan mewujudkan pelayanan
paripurna yang maksimal.
2. Dari studi kasus PPOK telah diketahuai bagaimana manifestasi klinis
dan penyebab PPOK, maka dari itu harus mampu menghindari faktor-
faktor yang menyebabkan PPOK.
3. Mampu menjaga pola hidup sehat, aktivitas dan olahraga seimbang
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009,
Drug Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American
Pharmacists Association.
Young RJ, Murphy KR. Review of the 2009 Global initiative for chronic
obstructive lung disease (GOLD) guidelines for the pharmacological
management of chronic obstructive pulmonary disease [Internet]. 2009
[cited 2018 Oct 1]. Available from:
http://advanceweb.com/web/focus_on_copd/article2.html
Swift D. COPD: 3.2 million deaths worldwide in 2015 [Internet]. 2017 [cited
2018 Oct 1] Available from:
https://www.medscape.com/viewarticle/884400_print
Soeroto AY, Suryadinata H. Penyakit paru obstruktif kronik. Ina J Chest Crit
Emerg Med. 2014;1(2):83-8.
Wong CS, Pavord ID, Williams J, Britton JR, Tattersfield AE. Bronchodilator,
cardiovascular, and hypokalaemic effects of fenoterol, salbutamol, and
terbutaline in asthma. Lancet 1991;336(8728):1396-9.
Calverley PM, Anderson JA, Celli B, Ferguson GT, Jenkins C, Jones PW, et al.
Salmeterol and fluticasone propionate and survival in chronic obstructive
pulmonary disease. N Engl J Med. 2007;356(8):775-89.
Vestbo J, Anderson JA, Brook RD, Calverley PM, Celli BR, Crim C, et al.
Fluticasone furoate and vilanterol and survival in chronic obstructive
pulmonary disease with heightened cardiovascular risk (SUMMIT): A
double-blind randomised controlled trial. Lancet. 2016;387(10030):1817-
26. doi: 10.1016/S0140-6736(16)30069-1.
Yang IA, Clarke MS, Sim EH, Fong KM. Inhaled corticosteroids for stable
chronic obstructive pulmonary disease. Cochrane Database Syst Rev
2012;7(7):CD002991
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit: Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit: Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan: Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit: Jakarta.
LAMPIRAN 1
DENAH RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
LAMPIRAN 2 STRUKTUR ORGANISASI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANSISASI IFRS RSUD dr. SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA
LAMPIRAN 4
UNIT PELAYANAN FARMASI RAWAT JALAN RSUD dr. SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
LAMPIRAN 5
2
3
1 5 6
Keterangan :
1. Pintu masuk
2. Loket penerimaan dan meja pengkajian resep
3. Rak obat
4. Loket OK
5. Kulkas
6. Pintu masuk dari ruang OK
LAMPIRAN 9
DENAH GUDANG FARMASI
LAMPIRAN 10
CONTOH SURAT PESANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA