Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LAYANAN KEFARMASIAN KOMUNITAS

Kasus SIO-PIO

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TA 2019/2020
ANGGOTA KELOMPOK

1. Cholistian Aziz S. 155070500111012


2. Laurentia Monica 165070500111015
3. Tantia Eka Wahyuni 165070500111021
4. Jefferson A. P. Galla 175070500111002
5. Nida' Arifatul Insani 175070500111003
6. Adelia Ayu Prityani 175070500111004
7. Cynthia Anggun Lestari 175070500111005
8. Fadilah Maulana Irham A. 175070500111006
9. Sekar Halifullah 175070500111007
10. Diannira Balqis W. 175070500111008
11. M. Ihza Iswahyudi 175070500111009
12. Fidela Febri Arisanti 175070500111010
13. Shindy Ariesta D. 175070500111012
14. Racha Atthaya Tjahya 175070500111013
15. Qonitah 175070500111014
16. Mega Damayanti 175070500111015
17. Ernila Dewi A. 175070500111018
18. Dita Pradinawati 175070500111017
19. Oktaviani Lestyaning Ratri 175070500111019
20. Istiaina Mursyada 175070500111020
21. Rupti Sekar Asri 175070500111021
I. RUMUSAN MASALAH
a. Apa perbedaan dari PIO dan SIO serta regulasi yang mengaturnya?
b. Apa saja SIO yang bisa digunakan dalam PIO?
c. Bagaimana peranan apoteker dalam PIO?
d. Bagaimana tahapan dari SIO dan PIO?
e. Apa saja indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan PIO?
f. Apa saja SIO yang dapat digunakan dalam kasus tersebut?
g. Bagaimana penjelasan yang dapat dilakukan oleh apoteker terkait kasus tersebut?
II. PENGERTIAN SIO
Sumber informasi obat (SIO) merupakan data penemuan, maupun pengelolaan informasi
terkait penggunaan obat-obatan meliputi aspek farmakologis, farmakokinetik, toksikologi,
indikasi terapi, dosis serta efek samping maupun hal lainnya secara ilmiah dan
terdokumentasi. Hal ini membutuhkan informasi kondisi fisiologis tubuh pasien agar
informasi obat digunakan dengan lebih baik. Sumber informasi obat, biasanya digunakan
dalam pengambilan keputusan manajemen penyakit pasien atau sekadar menjawab
pertanyaan terkait obat (Malone dkk., 2014).
III. TAHAPAN SIO
Pencarian SIO dimulai dari sumber tersier, lalu sekunder, baru ke primer.
IV. JENIS-JENIS SIO
Menurut Malone dkk. (2014), terdapat 3 jenis SIO, yaitu:
1. Tersier
 Sumber informasi obat tersier terdiri dari buku teks, ringkasan, ulasan artikel di
jurnal, dan informasi umum lainnya seperti yang dapat ditemukan di Internet.
 Referensi ini sering kali berfungsi sebagai sumber lini pertama yang sangat baik
ketika berhadapan dengan pertanyaan informasi obat.
 Kelebihan : Memberikan gambaran umum yang cukup lengkap dan ringkas tentang
informasi yang tersedia tentang topik tertentu, nyaman, mudah digunakan, dan
familiar bagi kebanyakan praktisi. Sebagian besar informasi yang dibutuhkan oleh
seorang praktisi dapat ditemukan di sumber ini.
 Kelemahan : Jeda waktu yang terkait dengan publikasi, sehingga informasi yang
kurang terkini. Informasi medis berubah begitu cepat sehingga mungkin saja
informasi tersebut sudah ketinggalan zaman. Mungkin juga informasi dalam teks
tersier tidak lengkap karena keterbatasan ruang buku atau pencarian literatur yang
tidak lengkap oleh penulis. Masalah lain yang dapat dilihat dari informasi tersier
termasuk kesalahan dalam transkripsi, bias manusia, interpretasi informasi yang
salah, atau kurangnya keahlian penulis.
 Contoh : Textbooks, Compendia, Review Article, Full-Text Computer Databases
2. Sekunder
 Mengacu pada referensi yang mengindeks atau mengabstraksi literatur primer
dengan tujuan mengarahkan pengguna ke literatur utama.
 Kelebihan : memungkinkan pengguna menjelajahi informasi baru.
 Kekurangan : Sebagian besar sumber daya sekunder digunakan terutama dalam
format elektronik, meskipun beberapa mungkin masih dalam bentuk cetak. Sumber
sekunder tercetak sering kali membutuhkan lebih banyak waktu daripada format
elektronik, karena kebutuhan untuk melihat beberapa edisi dan indeks (mungkin
daftar tahunan atau triwulanan). Selain itu, sumber tercetak juga hanya dapat dicari
oleh satu pengguna dalam satu waktu.
 Contoh : Inpharma, International Pharmaceutical Abstract (IPA), Medline,
Pharmline
3. Primer
 Terdiri dari studi dan laporan penelitian klinis, baik yang diterbitkan maupun tidak.
Jenis publikasi yang dianggap utama, termasuk uji coba terkontrol, studi kohort, seri
kasus, dan laporan kasus.
 Kelebihan : informasi detail tentang suatu topik dan lebih baru
 Kelemahan : kesimpulan yang menyesatkan berdasarkan hanya satu percobaan tanpa
konteks penelitian lain, kebutuhan untuk memiliki keterampilan yang baik dalam
evaluasi literatur medial, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
banyaknya literatur yang tersedia.
 Contoh : artikel orisinil termasuk hasil penelitian, laporan kasus, juga studi evaluatif,
dan laporan deskriptif
V. PENGERTIAN PIO
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan
lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas,
dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan
penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat, dan lain-lain (PERMENKES, 2016).
VI. TAHAPAN PIO

Alur menjawab pertanyaan dalam PIO menurut Depkes (2006) adalah sebagai berikut:
a. Menerima pertanyaan
Pertanyaan dapat berasal langsung dari pasien maupun tenaga kesehatan lain.
b. Identifikasi penanya
Identitas penanya dan alasan mereka mengajukan pertanyaan perlu diketahui segera
karena hal ini akan mempengaruhi petugas dalam mengambil langkah selanjutnya.
c. Identifikasi masalah
Apoteker harus membuat kondisi sedemikian rupa agar penanya mengemukakan
masalahnya secara ringkas tapi jelas. Kemudian dengan segera mengetahui sumber
daya dan keahlian yang tersedia untuk memutuskan apakah permintaan informasi dapat
diterima atau harus dirujuk ke sumber informasi lain yang lebih tepat.
d. Menerima permintaan informasi
Apoteker berperan dalam menerima permintaan informasi dan mengajukan pertanyaan
kepada penanya jika dirasa perlu dilakukan konfirmasi.
e. Informasi latar belakang penanya
 Informasi ini bersifat dasar yaitu mencangkup
 Informasi umum : identitas penanya, tujuan permintaan, rindian permintaan,
urgensi permintaan.
 Informasi pasien : nama pasien, ruang rawat, demografi pasien, riwayat penyakit,
riwayat pengobatan.
 Informasi latar belakang bersifat spesifik
 Reaksi obat yang tidak diinginkan.
 Keracunan, overdosis, dan akibat bisa binatang.
f. Tujuan permintaan informasi
Untuk menentukan skala prioritas, memberikan respon secara rinci dan tepat sesuai
dengan harapan dan dapat dipahami sipenanya.
g. Penelusuran pustaka dan memformulasikan jawaban
 Pengumpulan data dan analisa : Untuk menjawab suatu permintaan informasi yang
sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan pustaka baku, sedang untuk
menjawab pertanyaan yang lebih kompleks diperlukan penelusuran data yang lebih
khusus dan rinci, misalnya dari abstrak, artikel, data studi in vitro atau hewan
percobaan. Data tersebut harus diinterpretasi dan dievaluasi, untuk itu memerlukan
pengetahuan seperti farmakologi, patofisiologi, statistik dan lain-lain.
 Formulasi jawaban : Apoteker harus menyiapkan suatu rangkuman secara singkat,
relevan dan logis serta mencatat hal-hal penting yang akan disampaikan kepada
penanya. Jawaban dapat diberikan secara verbal, tertulis, berupa tanggapan, terdapat
kesimpulan, dan referensi yang sesuai standar.
h. Menyampaikan informasi kepada pihak lainnya
Dalam hal tertentu jawaban yang diberikan juga perlu disampaikan pada pihak lain
yang terkait seperti apoteker di ruang rawat, Panitia/Komite Farmasi dan Terapi dan
pihak terkait lainnya.
i. Manfaat informasi
Seluruh jawaban yang diberikan oleh Pelayanan Informasi Obat harus
didokumentasikan sebagai catatan dari kegiatan yang dilakukan maupun sebagai
informasi yang berguna bagi pertanyaan berikutnya dan evaluasi terhadap kegiatan
pelayanan informasi obat dan program jaminan mutu.
 Umpan balik
Permintaan informasi sebaiknya ditinda lanjuti baik secara langsung maupun melalui
mekanisme umpan balik. Hal ini dapat membantu dalam menentukan hasil dan
apakah informasi yang diberikan telah mengenai sasaran. Informasi umpan balik
penting sebagai ukuran jaminan mutu serta dalam kaitan dengan tanggung jawab
profesional.
 Kerahasiaan informasi
Informasi yang diberikan oleh industri farmasi termasuk data formulasi, data efek
samping atau data obat investigasi yang diberikan untuk kenyamanan pasien harus
bersifat rahasia. Informasi obat seperti ini hanya digunakan untuk kondisi yang
memungkinkan untuk dipublikasikan atau tidak. Apoteker informasi obat
mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan sumber informasi rahasia kepada
penanya.
j. Publikasi
Penyebaran informasi secara aktif ini harus melibatkan staf di Pelayanan Informasi
Obat dalam bentuk publikasi. Contohnya pembuatan buletin farmasi, leaflet informasi
untuk pasien, jurnal atau artikel, informasi mini untuk tim pelayanan kesehatan di
rumah sakit, atau bentuk publikasi lain yang menunjang penggunaan obat yang rasional
ataupun berkaitan dengan kebijakan penggunaan obat serta perkembangan terakhir
yang mempengaruhi pemilihan obat.
k. Mendukung panitia komite farmasi dan terapi
Pelayanan informasi obat terlibat dalam kegiatan penyusunan formularium rumah sakit
dengan menyiapkan monografi obat dan melakukan evaluasi/pengkajian dari studi yang
relevan. Hasil pengkajian ini secara tertulis merupakan dasar bagi diskusi Panitia/
Komite Farmasi dan Terapi dalam memutuskan obat obatan yang akan dimasukkan ke
atau dikeluarkan dari formularium rumah sakit secara objektif.
VII. REGULASI PIO
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal
108 yaitu :
Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, pasal 3 ayat (3) menyebutkan salah satu pelayanan
farmasi klinik adalah Pelayanan Informasi Obat (PIO).
VIII. JENIS-JENIS PIO
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014, PIO dapat diberikan pada
pasien instalasi farmasi rawat jalan dan instalasi rawat inap. Untuk jenis PIO yang dapat
diberikan pada pasien rawat jalan adalah dapat dilayani di bagian penyerahan obat dan di
ruang konsultasi obat. Untuk informasi yang dapat diberikan di ruang konsultasi obat pada
umumnya adalah informasi tambahan yang tidak sempat diberikan dibagian penyerahan
obat. Sedangkan untuk informasi dibagian penyerahan obat sedikit berbeda pada saat
melakukan visite untuk pasien rawat inap dikarenakan jumlah pasien di instalasi farmasi
rawat jalan sangat banyak dan waktu yang tersedia cukup terbatas.
Sedangkan untuk PIO yang dapat diberikan pada pasien rawat inap adalah dalam
bentuk visite. Visite merupakan kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh apoteker secara
mandiri atau bersama tenaga kesehatan yang lain untuk mengamati kondisi klinis pasien
secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat
yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan
informasi kepada dokter, pasien serta tenaga kesehatan lainnya.
IX. PERBEDAAN SIO DAN PIO
Perbedaan mengenai Sumber Informasi Obat (SIO) dan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) dapat dilihat dari berbagai aspek. Aspek pertama adalah cakupan lingkup dari SIO
dan PIO. Hal ini dapat dilihat bahwa SIO yaitu Sumber Informasi obat mencakup berbagai
dokumen terkait dengan Pustaka farmasi dan kedokteran. Pustaka tersebut terbagi menjadi
tiga jenis yaitu Pustaka primer, sekunder, dan juga tersier. Pada pembagian tersebut
dokumen yang dapat ditelusuri untuk memberikan informasi obat adalah berupa buku
cetak, laporan penelitian, review artikel, dan juga kompendia. Berbeda dengan Sumber
Informasi Obat, Pelayanan Informasi obat memiliki cakupan yang lebih luas, dimana
bukan hanya menjelaskan mengenai SIO itu sendiri, namun juga mencakup proses
pelayanan dan penyiapan media untuk pemberian informasi. Pelayanan informasi obat
meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian dan pengawasan mutu data atau informasi
obat. Selain itu Pelayanan Informasi Obat juga mencakup proses administrasi dan juga
bukti dokumentasi dari pelayanan itu sendiri (Siregar, 2006).
Aspek kedua adalah dalam sisi pelaksana. Pada sumber informasi obat, pelaksanaan
proses ini harus dilaksanakan oleh apoteker, hal ini dikarenakan dengan keahlian apoteker
dalam mencari informasi dan juga bukti yang kuat serta memahami penjelasan mengenai
obat dengan baik. Sementara untuk pelayanan informasi obat, tidak harus dilakukan oleh
apoteker dalam segala aspek, dimana pada proses pelayanan informasi obat terdapat
proses administrasi, pembuatan media, dan juga proses dokumentasi yang dapat dilakukan
oleh tenaga non-kesehatan (Siregar, 2006).
X. ANALISIS KASUS: PENGGUNAAN SUPLEMEN UNTUK COVID-19
Bisa digunakan suplemen yang mengandung vitamin dan mineral seperti di bawah ini
dengan indikasinya :
 Vitamin A  Suplementasi untuk mengurangi level selama infeksi
 Vitamin B  Efek anti-inflamasi
 Vitamin C  Merangsang produksi IFN, yang memasok proliferasi limfosit dan
meningkatkan kemampuan fagositik neutrofil
 Vitamin D  Imunomodulator dan menginduksi sekresi peptida antimikroba
 Vitamin E  Efek antioksidan dan imunomodulator
 Zinc  Efek antiviral yang penting untuk fungsi kekebalan
 Selenium  Efek antioksidan dengan meningkatkan jumlah sel T, meningkatkan
respon limfosit mitogenik, meningkatkan sekresi sitokin IL-2, meningkatkan aktivitas
NK cell dan mengurangi resiko infeksi
 Asam lemak omega-3  Efek antiviral
PUSTAKA: SEKUNDER
Contoh produk suplemen :
 Enervon-C Tablet
 Kandungan : Vitamin C 500 mg - Niasinamide 50 mg - Kalsium Pantotenat 20 mg -
Vitamin B1 50 mg - Vitamin B2 25 mg- Vitamin B6 10 mg - Vitamin B12 5 mcg
(MIMS, 2020).
 Indikasi : Menjaga daya tahan tubuh, serta kombinasi Vit C dan B kompleks berguna
untuk memulihkan kondisi setelah sakit (Medscape, 2020).

 Imboost
 Kandungan : Echinacea purpurea 250 mg dan Zinc Picolinate 10 mg (MIMS, 2020).
 Indikasi : Membantu memelihara sistem imun.
DOKUMENTASI
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
No: 3 Tgl: 28 Oktober 2020 Waktu: 13.00 Metode: Email
1. Identitas Penanya
Nama: Tn. A
Status: Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK)
No. Telp: 081234567891
2. Data Pasien
Umur: - Berat: - kg Jenis Kelamin:-
Kehamilan: -
Menyusui : - Umur Bayi: -
3. Pertanyaan
Uraian Permohonan
Meminta penjelasan mengenai suplemen untuk COVID-19 (mencegah dan
penyembuhan setelah sakit)
Jenis Permohonan
o Identifikasi Obat o Dosis
o Antiseptik o Interaksi Obat
o Stabilitas o Farmakokinetik/Farmakodinamik
o Kontraindikasi o Keracunan
 Ketersediaan Obat o Penggunaan Terapetik
o Harga Obat o Cara Pemakaian
o ESO  Lain-lain : Info tentang suplemen
COVID-19

4. Jawaban
Bisa digunakan suplemen yang mengandung vitamin dan mineral seperti di
bawah ini :
 Vitamin A  Suplementasi untuk mengurangi level selama infeksi
 Vitamin B  Efek anti-inflamasi
 Vitamin C  Merangsang produksi IFN, yang memasok proliferasi
limfosit dan meningkatkan kemampuan fagositik neutrofil
 Vitamin D  Imunomodulator dan menginduksi sekresi peptida
antimikroba
 Vitamin E  Efek antioksidan dan imunomodulator
 Zinc  Efek antiviral yang penting untuk fungsi kekebalan
 Selenium  Efek antioksidan dengan meningkatkan jumlah sel T,
meningkatkan respon limfosit mitogenik, meningkatkan sekresi sitokin
IL-2, meningkatkan aktivitas NK cell dan mengurangi resiko infeksi
 Asam lemak omega-3  Efek antiviral
Contoh suplemen :
 Enervon-C tablet, dengan kandungan Vitamin C 500 mg - Niasinamide 50
mg - Kalsium Pantotenat 20 mg - Vitamin B1 50 mg - Vitamin B2 25 mg-
Vitamin B6 10 mg - Vitamin B12 5 mcg. Indikasinya untuk menjaga daya
tahan tubuh, serta kombinasi Vit C dan B kompleks berguna untuk
memulihkan kondisi setelah sakit
 Imboost, dengan kandungan Echinacea purpurea 250 mg dan Zinc
Picolinate 10 mg. Indikasinya untuk membantu memelihara sistem imun.
5. Referensi
 Michienzi SM, Badowski ME. 2020. Can vitamins and/or supplements
provide hope against coronavirus? Drugs in Context; 9 : 5-7.
 Shakoor, Hira, et al. 2020. Immune-boosting role of vitamins D, C, E,
zinc, selenium and omega-3 fatty acids: Could they help against COVID-
19? Maturitas; 143 : 1-9.
 https://www.mims.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020.
 www. medscape.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020.
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam
Apoteker yang menjawab : Apt. B., S.Farm., M.Farm.
Tanggal : 26 Oktober 2020
Waktu : 13.00
Metode Jawaban : Email
XI. ANALISIS KASUS: PENGGUNAAN OBAT HERBAL UNTUK COVID-19
Literatur saat ini membawa bukti kuat yang mendukung terapi diet dan pengobatan
herbal sebagai antivirus yang berpotensi efektif melawan SARS-CoV-2 dan agen
pencegahan terhadap COVID-19. Prospek terapi pengobatan herbal dapat digunakan untuk
melawan COVID-19 dengan empat cara berikut: (1) obat atau suplemen untuk pencegahan
infeksi dan penguatan kekebalan; (2) aplikasi sebagai agen antivirus pada masker; (3) agen
desinfeksi udara untuk menghentikan penularan virus melalui aerosol; dan (4) agen
sanitizer permukaan untuk disinfeksi (Khanna et al., 2020).

Tanaman herbal yang cocok digunakan selama pandemi COVID-19, di antaranya :


a. Glycyrrhiza glabra (Akar Manis) → Kandungan glicyrrhetinic acid bermanfaat sebagai
antimikroba dan meningkatkan sistem imun (Panyod and Sheen, 2020). Dosis yang
digunakan 380 mg ekstrak/hari 3dd1. Akar manis dapat meningkatkan tekanan darah
sehingga harus diwaspadai penggunaannya pada pasien hipertensi (WHO, 2002).
b. Echinaceae → Kandungan polifenol/flavonoid memiliki aktivitas sebagai
imunostimulan (↑ sistem imun). Dosis yang digunakan 1 gr ekstrak 3dd1, relatif aman
digunakan tetapi kurang direkomendasikan penggunaannya untuk ibu hamil (WHO,
2002).
c. Citrus sp. (Jeruk) → Kandungan hersperidin diketahui memiliki aktivitas antivirus dan
juga polifenol/flavonoidnya berfungsi sbg imunomudulator dan antioksidan (Khanna et
al., 2020). Dosis yg digunakan 100- 340 mg/hari setelah makan (WHO, 2009).
d. Zingiber officinalis (Jahe) → Kandungan zingiberen diketahui dapat membantu
menginaktivasi replikasi SARS COV-2 dan memiliki efek antiinflamasi (Khanna et al,
2020; Luo et al., 2020). Dosis yang digunakan 500 mg ekstrak 2-3dd1, relatif aman
digunakan (WHO, 2009).
Tanaman herbal lainnya yang dapat digunakan untuk COVID-19 diantaranya Allium
sativum (bawang putih), Curcuma sp (temulawak).
PUSTAKA: TERSIER

PUSTAKA: SEKUNDER

PUSTAKA: PRIMER
DOKUMENTASI
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
No: 3 Tgl: 26 Oktober 2020 Waktu: 13.00 Metode: email
1. Identitas Penanya
Nama: Tn. A
Status: Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK)
No. Telp: 081234567891
2. Data Pasien
Umur: - Berat: - kg Jenis Kelamin:-
Kehamilan: -
Menyusui : - Umur Bayi: -
3. Pertanyaan
Uraian Permohonan
Meminta penjelasan mengenai tanaman herbal covid-19 yang beredar
Jenis Permohonan
 Identifikasi Obat  Dosis
o Antiseptik o Interaksi Obat
o Stabilitas o Farmakokinetik/Farmakodinamik
 Kontraindikasi o Keracunan
 Ketersediaan Obat o Penggunaan Terapetik
 Harga Obat  Cara Pemakaian
 ESO  Lain-lain : macam tanaman herbal
untuk COVID-19

4. Jawaban
Berdasarkan SIO yang didapatkan, tanaman herbal yang cocok digunakan
selama pandemi COVID-19, diantaranya:
• Glycyrrhiza glabra (Akar Manis) → Kandungan glicyrrhetinic acid
bermanfaat sebagai antimikroba dan meningkatkan sistem imun (Panyod
and Sheen, 2020). Dosis yang digunakan 380 mg ekstrak/hari 3dd1. Akar
manis dapat meningkatkan tekanan darah sehingga harus diwaspadai
penggunaannya pada pasien hipertensi (WHO, 2002).
• Echinaceae → Kandungan polifenol/flavonoid memiliki aktivitas sebagai
imunostimulan (↑ sistem imun). Dosis yang digunakan 1 gr ekstrak 3dd1,
relatif aman digunakan tetapi kurang direkomendasikan penggunaannya
untuk ibu hamil (WHO, 2002).
• Citrus sp. (Jeruk) → Kandungan hersperidin diketahui memiliki aktivitas
antivirus dan juga polifenol/flavonoidnya berfungsi sbg imunomudulator dan
antioksidan (Khanna et al., 2020). Dosis yg digunakan 100- 340 mg/hari
setelah makan (WHO, 2009).
• Zingiber officinalis (Jahe). Kandungan zingiberen diketahui dapat
membantu menginaktivasi replikasi SARS COV-2 dan memiliki efek
antiinflamasi (Khanna et al, 2020; Luo et al., 2020). Dosis yang digunakan
500 mg ekstrak 2-3dd1, relatif aman digunakan (WHO, 2009).
Tanaman herbal lainnya yang dapat digunakan untuk COVID-19 diantaranya
Allium sativum (bawang putih), Curcuma sp (temulawak)
5. Referensi
 Panyod S., Ho C.T., and Sheen L.Y. Dietary therapy and herbal medicine
for COVID-19 prevention: A review and perspective . Journal of
Traditional and Complementary Medicine. 2020, (10): 420-427.
 Khanna K., Kohli S.K., Kaur R., Bhardwaj A., Bhardwaj V., Ohri P.,
Sharma A., et al. Herbal immune-boosters: Substantial warriors of
pandemic Covid-19 battle. Phytomedicine. 2020, 1 (4): 12-20.
 Luo L., Jiang J., Wang C., Fitzgerald M., Wu F., Zhou Z., Zhang H., et al.
Analysis on herbal medicines utilized for
 treatment of COVID-19. Acta Pharmaceutica Sinica B . 2020, 10 (7): 1192-
1204.
 WHO (World Health Organization). 2002. WHO Monographs on Selected
Medical Plants, Volume 2. Geneva: World Health Organization.
 WHO (World Health Organization). 2009. WHO Monographs on Selected
Medical Plants, Volume 4. Geneva: World Health Organization.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelayanan
Informasi Obat di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
6. Penyampaian Jawaban : Segera dalam 24 jam
Apoteker yang menjawab : Apt. B., S.Farm., M.Farm.
Tanggal: 26 Oktober 2020 Waktu: 13.00
Metode Jawaban: Email
XII. ANALISIS KASUS: PERKEMBANGAN VAKSIN UNTUK COVID-19
PUSTAKA: SEKUNDER

Berdasarkan abstrak dalam sumber sekuner tersebut disebutkan bahwa pandemi


COVID-19 saat ini telah mendorong komunitas ilmiah di dunia internasional untuk
menemukan terapi dan vaksin untuk mengendalikan SARS-CoV-2. Investigasi pada
SARS-CoV dan MERS telah mengajarkan pelajaran tentang strategi vaksinasi untuk virus
corona baru ini. Hal ini dikaitkan dengan fakta bahwa SARS-CoV-2 menggunakan
reseptor yang sama dengan SARS-CoV pada sel inang, yaitu Angiotensin Converting
Enzyme 2 (hACE2) manusia dan secara genetik sekitar 79% mirip dengan SARS-CoV.
Nantinya vaksin COVID-19 yang berhasil akan memerlukan validasi yang hati-hati atas
kemanjuran dan reaktivitas yang merugikan karena populasi target vaksin termasuk
individu berisiko tinggi di atas usia 60, terutama mereka dengan kondisi penyakit penyerta
kronis, petugas layanan kesehatan garis depan dan mereka yang terlibat. di industri
penting. Tersedia berbagai platform untuk pengembangan vaksin yaitu: vaksin vektor
virus, vaksin subunit protein, vaksin genetik, vaksin inaktivasi dan antibodi monoklonal
untuk imunisasi pasif SARS-CoV-2 yang masing-masing memiliki manfaat dan target
tersendiri (Kaur and Gupta, 2020).
PUSTAKA: PRIMER
Berdasarkan jurnal tersebut, dinyatakan bahwa vaksin yang aman dan efektif
diperlukan sebagai meningkatkan respon imun manusia. Lebih dari 120 kandidat vaksin di
seluruh dunia berada dalam berbagai uji praklinis dan klinis pada fase 1 hingga 3 yang
mencakup vaksin tidak aktif, live-attenuated, viral-vectored replicating and non-
replicating, protein- and peptide-based, dan pendekatan asam nukleat. Jurnal tersebut juga
meninjau pendekatan vaksin utama yang diambil dan masalah yang harus diselesaikan
dalam pencarian vaksin untuk mencegah penyakit virus corona 2019. Dalam studi ini,
peneliti memindai database PubMed dari tahun 1963 hingga 2020 untuk semua publikasi
menggunakan istilah pencarian berikut di berbagai kombinasi: SARS, MERS, COVID-19,
SARS-CoV-2, vaksin, uji klinis, coronavirus, pandemi, dan pengembangan vaksin.
Berikut terlampir 2 vaksin yang akan diimport menuju Indonesia yaitu Vaksin Sinovac dan
Vaksin Cansino. Untuk Vaksin Advent SLR bukan merupakan vaksin yang akan diimport menuju
Indonesia, namun vaksin tersebut merupakan kandidat yang berada dalam fase uji klinis tertinggi
yaitu fase 2 atau 3.
No Registrasi Nama Vaksin Tipe Vaksin Target Fase
NCT04383574 Sinovac Alum- Entire virus uji klinis trial
adjuvanted, test 1/2
formalin
inactivated
vaccine : Vero
cell.
NCT04341389 Cansino Vectored Spike protein uji klinis trial
vaccine test 2
adenovirus type
5
NCT04400838 Advent SLR Vectored Spike protein uji klinis trial
vaccine: test 2/3
chimpanzee
adeno virus,
ChAdOx1

Berdasarkan jurnal tersebut sebagai sumber primer menyatakan bahwa vaksin dibutuhkan
untuk melindungi dari SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Vaksin yang menyebabkan
sejumlah besar antibodi penawar virus dapat secara optimal mencegah infeksi dan menghindari
efek yang tidak diinginkan. Uji coba vaksinasi memerlukan manajemen klinis yang tepat serta
dilengkapi dengan evaluasi rinci tentang keamanan dan respons imun. Dalam jurnal tersebut juga
disebutkan beberapa mekanisme aksi dari vaksin terhadap sistem imunitas tubuh dan
perkembangan vaksin di beberapa negara. Dalam jurnal tersebut terdapat salah satu kandidat
vaksin yang juga diimport menuju Indoensia yaitu Vaksin Sinopharm yang berada pada uji klinis
fase 1 atau 2 yang didesain memiliki target entire virus pada SARS-CoV-2.
No Registrasi Nama Vaksin Tipe Vaksin Target Fase
ChiCTR2000031809 Sinopharm inactivated Entire virus uji klinis
vaccine trial 1/2
DOKUMENTASI
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT
No: 3 Tgl: 26 Oktober 2020 Waktu: 13.00 Metode: email
1. Identitas Penanya
Nama: Tn. A
Status: Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK)
No. Telp: 081234567891
2. Data Pasien
Umur: - Berat: - kg Jenis Kelamin:-
Kehamilan: -
Menyusui : - Umur Bayi: -
3. Pertanyaan
Uraian Permohonan
Meminta penjelasan mengenai vaksin covid-19 yang beredar
Jenis Permohonan
o Identifikasi Obat o Dosis
o Antiseptik o Interaksi Obat
o Stabilitas o Farmakokinetik/Farmakodinamik
o Kontraindikasi o Keracunan
 Ketersediaan Obat o Penggunaan Terapetik
o Harga Obat o Cara Pemakaian
o ESO  Lain-lain: info perkembangan vaksin

4. Jawaban
 Tersedia berbagai platform untuk pengembangan vaksin yaitu: vaksin vektor virus,
vaksin subunit protein, vaksin genetik, vaksin inaktivasi dan antibodi monoklonal
untuk imunisasi pasif SARS-CoV-2 yang masing-masing memiliki manfaat dan
target tersendiri (Kaur and Gupta, 2020).
 Jenis vaksin yang akan diimport ke Indonesia:
 NCT04383574: Sinovac (uji klinis trial test 1/2) >> Tipe vaksin: Alum-
adjuvanted, formalin inactivated vaccine: Vero cell. Target: Entire virus
 NCT04341389: Cansino (uji klinis trial test 2) >> Tipe vaksin: Vectored
vaccine adenovirus type 5. Target: Spike protein
 ChiCTR2000031809: Sinopharm (uji klinis trial 1/2) >> Tipe vaksin:
inactivated vaccine. Target: Entire virus
 Jenis vaksin yang paling terbaru
 NCT04400838: Advent SLR (uji klinis trial test 2/3) >> Tipe vaksin: Vectored
vaccine: chimpanzee adeno virus, ChAdOx1. Target: Spike protein (Poland et
al., 2020) & (Speiser and Bachmann, 2020).
5. Referensi
 Kaur, Simran Preet and Gupta, Vandana. 2020. COVID-19 Vaccine: A
comprehensive status report.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7423510/. Diakses pada 26
Oktober 2020
 Poland, G. A., Ovsyannikova, I. G., Crooke, S. N., & Kennedy, R. B. (2020).
SARS-CoV-2 Vaccine Development: Current Status. Mayo Clinic Proceedings,
95(10), 2172–2188.
 Speiser, D. E., & Bachmann, M. F. (2020). COVID-19: Mechanisms of
Vaccination and Immunity. Vaccines, 8(3), 404.
6. Penyampaian Jawaban : dalam 1 minggu
Apoteker yang menjawab : Apt. B., S.Farm., M.Farm.
Tanggal : 26 Oktober 2020
Metode Jawaban : Email
Waktu : 13.00 WIB
XIII. ANALISIS KASUS: PHBS TERHADAP UNTUK COVID-19

Adapun Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dapat dilakukan untuk pencegahan
COVID-19 antara lain :
a) Menerapkan etika batuk dan bersin  menutup mulut dan hidung dengan tisu bersih
atau menggunakan sisi dalam siku.
b) Menerapkan social distancing dan menghindari berjabat tangan
Social distancing dirancang untuk mengurangi interaksi antar individu dalam komunitas
yang lebih luas, di mana individu mungkin sudah terinfeksi tetapi belum diidentifikasi
sehingga belum diisolasi. Karena COVID-19 ditularkan melalui droplet, social
distancing dapat diterapkan mengurangi penularan.
c) Menjauhi keramaian.
d) Menghindari memegang mata, hidung dan mulut terlalu sering.
e) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20 detik  gunakan hand
sanitizer ketika jauh dengan air dan sabun.
f) Menggunakan masker ketika berada di ruang public.
g) Menjaga kebersihan dengan desinfeksi secara rutin benda-benda yang sering dipegang
seperti meja, kursi, gagang pintu, dan lain-lain dengan menggunakan desinfektan yang
mengandung larutan pemutih encer (yaitu, 1 bagian pemutih untuk 99 bagian air).
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Güner, R., İmran Hasanoğlu, and Firdevs Aktaş. 2020. COVID-19: Prevention and Control
Measures in Community. Turkish Journal of Medical Science, 50: 571-577.
Kaur, S. P. and Gupta, V. 2020. COVID-19 Vaccine: A Comprehensive Status Report.
Online, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7423510/. Diakses pada
tanggal 26 Oktober 2020.
Khanna, K., Kohli, S. K., Kaur, R., Bhardwaj, A., Bhardwaj, V., Ohri, P., Sharma, A., et al.
2020. Herbal Immune-Boosters: Substantial Warriors of Pandemic COVID-19
Battle. Phytomedicine, 1 (4): 12-20.
Luo, L., Jiang, J., Wang, C., Fitzgerald, M., Wu, F., Zhou, Z., Zhang, H., et al. 2020.
Analysis on Herbal Medicines Utilized for Treatment of COVID-19. Acta
Pharmaceutica Sinica B, 10 (7): 1192-1204.
Malone, P. M., dkk. 2014. Drug Information: A Guide for Pharmacists. McGraw-Hill,
Medical Pub. Division.
Michienzi, S. M. and Badowski, M. E. 2020. Can Vitamins and/or Supplements Provide
Hope Against Coronavirus? Drugs in Context, 9: 5-7.
Panyod, S., Ho, C. T., and Sheen, L. Y. 2020. Dietary Therapy and Herbal Medicine for
COVID-19 Prevention: A Review and Perspective. Journal Of Traditional And
Complementary Medicine, (10): 420-427.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
Poland, G. A., Ovsyannikova, I. G., Crooke, S. N., and Kennedy, R. B. 2020, SARS-CoV-2
Vaccine Development: Current Status. Mayo Clinic Proceedings, 95(10): 2172–
2188.
Shakoor, H., et al. 2020. Immune-boosting Role of Vitamins D, C, E, Zinc, Selenium, and
Omega-3 Fatty Acids: Could They Help Against COVID-19? Maturitas,143: 1-9.
Siregar, C. 2006. Farmasi Klinik, Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC.
Speiser, D. E. and Bachmann, M. F. 2020. COVID-19: Mechanisms of Vaccination and
Immunity. Vaccines, 8(3): 404.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
WHO (World Health Organization). 2002. WHO Monographs on Selected Medical Plants,
Volume 2. Geneva: World Health Organization.
WHO (World Health Organization). 2009. WHO Monographs on Selected Medical Plants,
Volume 4. Geneva: World Health Organization.
www.mims.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020.
www. medscape.com. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai