Anda di halaman 1dari 30

SKRINING FITOKIMIA LANJUTAN

Mata Kuliah Fitokimia

Apt.Andini Nur Fatimah.,M.Farm


Akademi Farmasi Al-Ishlah
2021
◦ Skrining fitokimia merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk
mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, yang
biasanya punya aktivitas biologi, secara tepat dan teliti.
◦ Karena tujuannya untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang
terkandung dalam sampel, maka untuk ekstraksi awal harus digunakan pelarut
yang dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat, polar, semipolar,
maupun nonpolar.
◦ Pelarut yang digunakan untuk melakukan ekstraksi awal adalah etanol 80%
atau metanol 80%. Kedua pelarut tersebut bersifat polar sehingga dapat
melarutkan senyawa baik yang bersifat polar, semipolar, maupun nonpolar.
Preparasi ekstrak utk skrining
◦ Masukkan 100 g simplisia kering kdlm
erlenmeyrer 500 ml
◦ Tambahkan etanol 80% atau metanol 80%
◦ Panaskan diatas w.b. selama 1 jam, utk mencegah
penguapan tutup dg kapas
◦ Dinginkan pd suhu kamar dan saring kdlm labu
erlenmeyer 500 ml
◦ Tekan simplisia dg beker sampai etanol atau
metanol habis, catat volume yg diperoleh. Volume
ini digunakan utk ekivalensi dg berat simplisia
Skrining utk gol alkaloid
◦ 1. 1. Preparasi sampel
◦ 1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah 5 ml HCl 2N, dipanaskan di atas
penangas air selama 2 -3 menit, sambil diaduk.
◦ 2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
◦ 3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai
larutan IA, IB, dan IC.
1.2. Reaksi pengendapan

1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah


dengan pereaksi Wagner dan larutan IC dipakai sebagai
blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya
alkaloid

Ada beberapa macam pereaksi pengendapan utk alkaloid.


Krn sensivitas yg berbeda-beda, disimpulkan ada alkaloid
bila positif thd 2 pereaksi. Idealnya, positif thd 4 – 5
pereaksi

.
Macam-macam pereaksi
pengendapan alkaloid
◦ Bouchardat
◦ Dragendorf
◦ Mayer
◦ Wagner
◦ Valser
◦ Ecolle
◦ Gold chloride
◦ Hager
◦ Kraut
◦ Marme
◦ Platinum chloride
Senyawa yg memberikan positif palsu thd
pereaksi alkaloid
◦ Protein
◦ Glikosida dan karbohidrat tertentu
◦ Betain
◦ Kholin
◦ Purin
◦ Tanin
◦ Garam-garam amoniak
◦ Amin yg termetilasi
◦ Derivat pyron : yangoin, kawain, dihidrokawain, methysticin
◦ Seny orgnk yg memiliki gugus karbonil yg terkonjugasi atau
gugus fungsi lakton
1.3. Kromatografi lapis tipis
1. Larutan IC ditambah NH4OH 28% sampai larutan
menjadi basa, kemudian diekstraksi dengan 5 ml
kloroform bebas air, lalu disaring

2. Filtrat diuapkan sampai kering, kemudian dilarutkan


dalam metanol dan siap untuk pemeriksaan dengan
KLT
◦ Fase diam : Kiesel gel GF 254
◦ Fase gerak : Etil asetat - metanol - air (100 :
16,5 :13,5)
◦ Pada praktikum ini perband. eluen (6 : 4 : 2)
◦ Penampak noda: Pereaksi Dragendorf
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya
alkaloid dalam ekstrak.
Skrining utk gol glikosida saponin
◦ 2.1. Uji buih
◦ 1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah
air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat selama kira-kira 30 detik.
◦ 2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil selama
lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas permukaan cairan.
2.2. Reaksi warna
◦ 0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml etanol, lalu
dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 5 ml,
disebut sebagai larutan IIA, IIB, dan IIC

Uji Liebermann-Burchard
1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIB
sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat
dan 1 tetes H2SO4 pekat, lalu dikocok perlahan dan
diamati terjadinya perubahan warna.
2. Terjadinya warna hijau biru menunjukkan adanya
saponin steroid, warna merah ungu menunjukkan
adanya saponin triterpenoid dan warna kuning muda
munjukkan adanya sapogenin jenuh.

Uji Salkowski
1. Larutan IIA digunakan sebagai blanko, larutan IIC
sebanyak 5 ml ditambah 1 - 2 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung reaksi.
2. Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya
cincin warna merah.
2.3. Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid
1. Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2 N, didihkan dan tutup dengan
corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk menghidrolisis saponin.
2. Setelah dingin, netralkan dengan ammonia, kemudian ekstraksi dengan 3 ml n-
heksana sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml, totolkan pada pelat
KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak : n-heksana – etil asetat (4 : 1)
Penampak noda: - Anisaldehida asam sulfat
- Antimon klorida
3. Adanya sapogenin ditunjukkan dengan terjadinya warna :
- merah ungu (ungu) atau kuning utk
anisaldehida asam sulfat
- merah muda utk antimon klorida
2.4. Identifikasi terpenoid/steroid bebas secara KLT

1. Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes n-heksana,


diaduk sampai larut, totolkan pada fase diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
◦ Fase diam : Kiesel gel GF 254
◦ Fase gerak : n-heksana - etil asetat (4 : 1)
◦ Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat
Skrining utk gol flavonoid
3.1. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali sampai ekstrak
n-heksana tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam etanol dan dibagi menjadi 4 bagian, masing-masing
disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
3.2. Reaksi warna
Uji Bate-Smith dan Metcalf
1. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah
0,5 ml HCl pekat dan diamati perubahan warna
yang terjadi, kemudian dipanaskan di atas penangas
air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi.

2. Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang


atau ungu menunjukkan adanya senyawa
leukoantosianin (dibandingkan dengan blanko).
◦ Uji Wilstater

1. Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah


0,5 ml HCl pekat dan 4 potong magnesium.

2. Diamati warna yang terjadi, diencerkan dengan air


suling, kemudian ditambah 1 ml butanol.

3. Diamati warna yang terjadi di setiap lapisan.


Perubahan warna merah jingga menunjukkan
adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya
flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavanon.
3.2. Kromatografi lapis tipis
1. Larutan IIID ditotolkan pada fase diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : lapisan tipis selulosa
(diganti Kiesel Gel GF 254)
Fase gerak : butanol- asam asetat glasial-air
(4 : 1 : 5)
Penampak noda : - pereaksi sitrat borat atau
- uap amonia
3. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda
berwarna kuning intensif.
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia
akan hilang secara perlahan ketika amonianya
menguap meninggalkan noda.
5 Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh
pereaksi sitrat-borat sifatnya permanen.
Fase gerak tsb. biasa disebut BAW (Butanol, Acetic
acid, Water). BAW dibuat dengan cara mencampur
ketiga komponen tsb. dengan perbandingan B : A : W
= 4 : 1 : 5, maka akan terjadi 2 lapisan. Lapisan atas
diambil dan dipakai sebagai fase gerak untuk
mengeluasi senyawa gol. flavonoid.
Skrining utk gol. polifenol & tanin
4.1. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak ditambah 10 ml akuades panas,
diaduk dan dibiarkan sampai temperatur kamar,
lalu tambahkan 3 – 4 tetes 10% NaCl, diaduk, dan
disaring.

2. Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing + 4


ml dan disebut sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.
4.2. Uji gelatin
1. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, larutan IVB
ditambah dengan sedikit larutan gelatin dan 5 ml
larutan NaCl 10%.
2. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin.

4.3. Uji ferriklorida


1. Sebagian larutan IVC diberi beberapa tetes larutan
FeCl3, kemudian diamati terjadinya perubahan warna.
2. Jika terjadi warna hijau kehitaman menunjukkan
adanya tanin.
3. Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan tetapi setelah
ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru
hingga hitam, menunjukkan adanya senyawa polifenol.

FeCl3 positif, uji gelatin positif  tanin (+)


FeCl3 positif, uji gelatin negatif 
polifenol (+)
FeCl3 negatif  polifenol (-), tannin (-)
4.4. Kromatografi lapis tipis
Sebagian lar. IVC digunakan utk pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : Kloroform - Etil asetat – Asam
formiat ( 0,5 : 9 : 0,5 )
Penampak noda : Pereaksi FeCl3
Jika timbul warna hitam menunjukkan adanya polifenol dalam sampel.
Skrining utk gol. antrakinon
5.1. Reaksi warna
Uji Borntrager
1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml
akuades, saring, lalu filtrat diekstraksi dengan 5 ml
benzena dalam corong pisah.
(Benzena diganti dg. toluena)
2. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian
fase benzena dikumpulkan dan dibagi menjadi dua
bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB.
3. Larutan VA sebagai blanko. larutan VB ditambah
amonia dan dikocok.
4. Warna merah menunjukkan adanya senyawa
antrakinon.
Uji modifikasi Borntrager
1. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH
0,5 N dan 1 ml H2O2 encer.
2. Dipanaskan dan disaring, filtrat ditambah asam asetat
glasial, kemudian diekstraksi dengan benzena (benzena
diganti dg. toluena)
3. Fase benzena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai
larutan VIA dan VIB.
4. Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah
amonia. Warna merah atau merah muda pada lapisan
alkalis menunjukkan adanya antrakinon.
5.2. Kromatografi lapis tipis
1. Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi
lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : benzena - etil asetat - asam
asetat glasial (75 : 24 : 1)
Dalam praktikum benzena diganti dg. toluena
Penampak noda : larutan 10% KOH dalam metanol.
2. Timbulnya noda berwarna kuning, kuning coklat,
merah ungu atau hijau ungu menunjukkan adanya
senyawa antrakinon.
Glikosida sianohidrin
adalah : Seny nitril atau organik sianida yg terdistribusi
luas pada tanaman. Struktur umumnya sbb :
O – – glikosil
l
R - C - CN
l
R’
Pd hidsrolisis enzimatik tdk diperoleh aglikon, tetapi
asam sianida. Proses ini dikatalisis oleh 2 mcm enzim
yi : glikosidase dan oksinitrilase. Pembentukan
asam sianida terjadi bila tanaman terluka/jaringan
pecah, tapi asam sianida tdk akan terbentuk bila pd
tanaman tdk tdpt kedua enzim diatas
O – – glikosil OH O
l l ll
R - C - CN -----> R - C – CN -----> R - C – R’ + HCN
l l
R’ R’

Scr mdh pembentukan asam sianida bisa diketahui sbb :


1. Patah-patahkan simplisia segar, masukkan kdlm tabung
reaksi bertutup
2. Masukkan kertas saring yg telah dicelupkan kdlm asam
pikrat yg sdh dibasakan
3. Warna kuning akan berubah menjadi merah bila
terdapat asam sianida
Skrining utk gol.Glikosida Sianohidrin

Reaksi Warna
Tes Grignard
2-5 gram serbuk ditambah air secukpnya,
kemudian ditambahkan 1 mL CHCl3. kemudian
ditutupi gabus dengan diselipi kertas pikrat. Kertas
pikrat tidak boleh menyentuh cairan kemudian
dipanaskan pada suhu 35o – 40o C atau didiamkan
selam 3 jam kemudian diamati perubahan warna pada
kertas pikrat.
Positif bila terjadi bayangan merah pada kertas
pikrat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai