Anda di halaman 1dari 43

Identifikasi golongan dan

reaksi-reaksi khusus
dari senyawa
Your company information
Identifikasi golongan
senyawa organik

Your company information


Sifat khas senyawa nitrogen

• Nitrogen terdapat dalam bentuk


1) Nitrat dan nitrit
2) Senyawa nitro dalam ikatan dengan senyawa
karbon
3) Amin primer, sekunder, atau tersier yang bersifat
basa
4) Ammonium kuarterer
5) Golongan amin aromatik
6) Asam amida netral
7) Garam ion zwitter seperti asam amino;
8) Dan dalam bentuk lain.
Pemeriksaan nitrat

• Semua nitrat laut dalam air


• Dengan FeSO4 dan H2SO4 pekat terbentuk cincin
berwarna coklat.
Pemeriksaan senyawa nitro aromatik

• Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 3 mL etanol. Sesudah


pemberian 3 mL HCl encer, 4 mL air, dan 200 mg Zn,
campuran dipanaskan di penangas air selama 10 menit.Lalu 2
mL filtratnya direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I.
Selanjutnya larutan dituangkan ke dalam 2 mL pereaksi Diazo
II; terbentuk warna jingga atau endapan, misalnya pada
niklosamida, nitrazepam, dan kloramfenikol.
• Pereaksi Diazo I : 10 g NaNO2 dalam 100 mL air suling
• Pereaksi Diazo II : 0,25 g β – naftol dalam 100 mL NaOH 3N
Pemeriksaan senyawa basa amin

• Dengan pereaksi Meyer senyawa basa amin membentuk


endapan kekuning-kuningan.

• Caranya: ke dalam larutan zat yang jernih, yang bersifat asam


lemah akibat penambahan asam sulfat, ditambahkan beberapa
tetes pereaksi. Reaksi tidak sama untuk semua senyawa basa
amin. Morfin dan efedrin hanya memberikan sedikit endapan
atau sama sekali tidak.

• Pereaksi Meyer: 1,35 g HgCl2 dalam 100 mL larutan KI 5%


Pemeriksaan amin alifatik primer (reaksi Senfol)

• Larutan amin dalam etanol dituangi kabondisulfida sama banyak,


dipanaskan sampai karbondisulfida yang berlebih menguap. Pada sisa
larutan ditambahkan beberapa tetes larutan raksa (II) klorida 5%;
tercium bau khas mustard jika ada amin alifatik primer.
Pemeriksaan amin aromatik primer (reaksi Diazo)

• Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 1 mL HCl 3N. Larutan


direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I kemudian dituangkan ke
dalam 2 mL peraksi Diazo II; terbentuk warna merah jingga atau
endapan.

• Reaksi positif untuk benzokain, etrakridin, PAS, prokain, dan


sulfonamide.
• Etakridin (merah) dan imipramin (biru) ketika ditambahan
Diazo I.
• Reaksi juga positif jika zat dipanaskan dulu dengan HCl 3N
selama 5-15 menit dan kemudian didinginkan, misalnya untuk
klordizepoksida, furosemida, hidroklorotiazida, oksazepam,
fenazetin.
Pemeriksaan amin sekunder

• Zat dilarutkan dalam 2 mL HCl 3N, didinginkan pada 5oC, kemudian


direaksikan dengan 2 mL larutan NaNO2 1%. Kemudian diencerkan
dengan 5 mL air dan dikocok 2 kali dengan 5 mL eter. Larutan eter
dicuci, dan akhirnya diuapkan sampai kering. Sisa penguapan
ditambahkan 50 mg fenol, dipanaskan sebentar, didinginkan dan
direaksikan dengan 1 mL H2SO4; terbentuk warna biru-hijau pekat.
• Bila dituangkan ke dalam air berubah menjadi merah.

• Jika dibasakan, warna hijau-biru semula timbul lagi


(percobaan nitrosamine dan Libermann)
Pemeriksaan amin alifatik primer dan amin aromatik
(reaksi Isonitril)

• Sedikit zat dilarutkan dalam etanol, direaksikan dengan


beberapa tetes kloroform dan basa alkali dalam etanol,
kemudian dipanaskan dengan api kecil. Tercium bau
khas Isonitril.
Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin)

• Ke dalam 1 mL larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes


larutan ninhidrin 1% dalam air, kemudian dipanaskan sampai
mendidih.Terbentuk warna ungu kemerah-merahan, atau
biru.
• Reaksi positif untuk:

1. efedrin (merah),

2. tolbutamida (ungu),

3. antazolin (ungu),

4. oksedrin (merah-coklat sampai ungu),

5. asam askorbat (merah tua).


Pemeriksaan golongan Guanidine (reaksi Sakaguchi)

• Ke dalam larutan 1 mg zat dalam 5 mL air ditambahkan 1 mL


larutan NaOH 10% dan 1 mL larutan α – naftol 0,05% dalam
etanol. Campuran didinginkan pada ±15oC lalu ditambahkan 3
tetes larutan natrium hipobromit (2 g NaOH dalam 7,5 mL air
+ 0,5 mL brom ,ditambahkan air sampai 10 mL), terbentuk
warna merah ungu (streptomisin)
Pemeriksaan turunan piridin

a. Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium


karbonat kering tercium bau pirimidin. Hal ini terjadi
pada sebagian besar turunan piridin.

b. Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan10 mg


1-klor-2,4-dinitrobenzol, lalu dilumerkan sebentar.
Lumeran yang sudah dingin dilarutkan dalam 2 mL KOH-
etanol 0,5N. Terbentuk warna merah tua (nikotinamida).
B. Pemeriksaan senyawa pereduksi

a. Reaksi Fehling

• Ke dalam 1 mL campuran pereaksi Fehling I dan Fehling II sama


banyak ditambahkan 20 mg zat, lalu dipanaskan 30 menit di
penangas air. Bila ada reduksi terbentuk endapan tembaga (I)
oksida berwarna merah bata.

• Positif pada suhu kamar: asam askorbat


• Positif pada pemanasan: isoniasida, gula pereduksi
hidrokortisin, sorbitol yang sebelumnya dioksidasikan dengan
KMnO4, sakarosa setelah dihidrolisis dengan asam.

• Pereaksi Fehling I: larutan CuSO45H20 7%

• Pereaksi Fehling II: 35 g K-Na tartrat + 10 g NaOH + air sampai


100 mL.
b. Percobaan kalium permanganat
• Dalam larutan netral atau asam.
 Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam
asetat) ditambahkan larutan KMnO4 0,1% dalam air atau dalam
aseton.
 Warna semula yang hilang pada suhu kamar kemudian berubah
menjadi coklat; terjadi pada asam askorbat, isoniazida, oleifin.
 Pada pemanasan, warna semula (warna KMnO4) hilang; terjadi
pada asam sitrat, asam tartrat, asam oksalat, asam mandelat,
asam salisilat, asam benzoate, gula pereduksi (sakarosa setelah
dihidrolisa oleh asam, sorbitol.
 Apabila ada basa, percobaan harus dilakukan dalam suasana asam
sulfat,
• Dalam larutan basa (percobaan Bayer terhadap ikatan tak jenuh
olefin)

 Tata kerja seperti butir a, tetapi reaksi dilakukan setelah ke dalam


zat asal ditambahkan natrium karbonat. Perlu pemeriksaan blanko
(misalnya amitriptilin).
Reaksi adisi dengan Brom

• Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 2 mL asam asetat, lalu


ditambahkan tetes demi tetes air brom (1,0 g Br atau 0,3 mL Br2/100
mL asam asetat). Apabila ada ikatan tak jenuh, warna brom hilang.
Senyawa aromatic, seperti asam salisilat mengganggu karena terjadi
subtitusi.
C. Pemeriksaan asam organik

• 100 mg zat dipanaskan dengan 6 tetes tionilklorida di penangas air


sampai terbentuk gas yang baunya menusuk yang kemudian hilang,
atau sampai ada sisa kering. Tambahkan 1 mL larutan hidroksilamin
HCl 7% dalam methanol yang mengandung timoftalein 002%.
Campuran direaksikan dengan KOH 2N dalam methanol sampai
terbentuk warna biru. Tambahkan 5 tetes basa (berlebih). Dididihkan
sebentar, didinginkan, lalu direaksikan dengan HCl 3N sampai warna
biru hilang. Setelah ditambahkan beberapa tetes larutan besi (III)
klorida 10% dan HCl berlebih, terbentuk warna merah (kompleks besi
hidroksamat).
D. Pemeriksaan ester (reaksi asam hidroksamat)

• Sejumlah 50-100 mg zat direaksikan dengan 1 mL larutan


hidroksilaminklorida 7% dalam methanol. Kemudian
dilakukan cara serupa seperti pada pemeriksaan asam organik
di atas. Asam amida dan asam anhidrida memberikan reaksi
yang sama.
E. Pemeriksaan aldehida (Reaksi Schiff)

• Zat dilarutkan atau disuspensikan dalam air, diasamkan dengan HCl


3N sampai pH mencapai kurang dari 3, laluditambahkan peeaksi
Schiff yang tak berwarna dengan volume banyak. Setelah beberapa
waktu terbentuk warna merah sampai ungu. Reaksi blanko terhadp
pereaksi perlu dilakukan.


• Pereaksi Schiff: 100 mg rosanilinklorida dilarutkan dalam 50
mL air dengan cara dipanaskan. Setelah ditambahkan 1,25 g
natrium sulfite dan 20 mL HCl 6N, diencerkan sampai 100 mL.
Jika setelah didiamkan selama 12 jam warna belum hilang,
larutan dikocok dengan karbon, lalu disaring. Pereaksi tahan
selama 4 minggu.
F. Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (reaksi asam
kromotropat)

• Pemerksaan hasil urai formaldehid dilakukan dengan


menambahkan 10 mg zat ke dalam 2 mL asam sulfat pekat yang
mengandung 2-3 mg natrium kromatropat, kemudian
dipanaskan beberapa menit dengan hati-hati. Terbentuk warna
biru sampai ungu.
• Ungu : Natrium noramidopirin metan sulfonat,
metamizol, karbokromen,
hidroklorotiazida, dan asam etakrinat
• Biru : Fenoksimetilpenisilin
• merah-ungu : Indometasin
• merah : Etakridin laktat
• merah coklat : Triheksifenidil
• Reaksi diganggu oleh zat yang mengarang
G. Pemeriksaan gugus aktif metilen (-CH2-CO-)

• Ke dalam larutan zat dalam etanol ditambahkan beberapa


butir kristal 1,3 dinitrobenzol dan beberapa tetes larutan basa
alkial 15%.

• Terbentuk warna merah : diazepam, hidromorfin,


hidrokodon, oksikodon.
H. Reaksi iodoform

• Sejumlah 10 mg zat dipanaskan dengan 2 mL NaOH 3N dan


beberapa tetes air iodium (1,0 g I2, 20 g KI, 100 mL H2O).

• Bau iodoform tercium jika ada aseton, etanol, isopropanol,


asam laktat, atau benzokain (turunan etilester) dan warfarin.
I. Reaksi besi (III) klorida

• Sejumlah 5 mg zat dilarutkan dalam air, dinetralkan dengan NaHCO3


atau HCl, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCl3 1% yang dibuat
segar. Warna merah sampai ungu terbentuk jika ada asam hidroksi
aromatik, fenol, enol, pirazolon, atau fenotiazin, misalnya pada zat
berikut ini:
• Asam asetilsalisilat : warna ungu baru terbentuk setelah campuran
dimasak sebentar dan kemudian dinginkan
• Asam askorbat : pada pH 8
• Aminofenazon, Fenazon
• Asam p-aminosalisilat
• Klorpromazin, Promazin
• Asam mefenamat
• Morfin : warna kebiru-biruan
• Nipagin : warna ungu baru terbentuk setelah
campuran dimasak sebentar dan kemudian didinginkan
• Metamizol : biru-ungu lemah
• Promazin, Perazin
• Piridoksin
• Tetrasiklin
• Rutodisa : warna hijau yang dengan NaOH berubah
menjadi merah-coklat
J. Reaksi Milon

• Larutan zat dan pereaksi Milon dalam jumlah yang sama


banyak dipanaskan. Warna merah terbentuk pada fenol,
misalnya pada nipagin, simpatomimetika. Pada metamizol
sepintas lalu berwarna biru.
• Pereaksi Millon: sejumlah 10 g air raksa dilarutkan dengan
pendinginan dalam 10 g asam nitrat berasap. Larutan
tersebut diencerkan dengan 20 g air dingin, lalu diidamkan.
Kristal yang terbentuk dipisahkan dengan cara menuangkan
larutan (didekantasi).
K. Reaksi gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi
• Sejumlah 10 mg zat dilarutkan dalam 1 mL NaOH 3N.
Tambahkan campuran segar yang terdiri atas larutan asam
sulfat dan larutan naNO2 10% sama banyak. Warna merah
terbentuk pada zat yang mudah digabungkan seperti fenol
dan imidazol, mizalnya:
• Tetrasiklin : merah tua
• Piridoksin : kuning-jingga yang menjadi merah
dengan asam asetat
• Histidin, Parasetamol : merah
• Teofilin : warna merah-ungu terbentuk setelah
campuran dipanaskan dengan NaOH 3N
• Larutan asam sulfanilat: sejumlah 0,5 g asam
sulfanilat digerus halus, dilarutkan dalam 70 mL air
tampa pemanasan. Larutan direaksikan dengan 6,0
mL HCl 6N kemudian ditambahkan air sampai 100
mL.
Reaksi-reaksi khusus
1. Reaksi Murexid

• Sejumlah 10 mg zat ditambah 1,5 mL hydrogen peroksida dan


5 tetes asam sulfat pekat, kemudian dipanaskan di penangas
air sampai kering. Sisa diberi beberapa tetes NH3 6N. Bila ada
senyawa purin (etofilin, kofein, teobromin, teofilin) terbentuk
warna merah ungu. Sewaktu menguap, warna sudah
terbentuk, yang kemudian diperkuat oleh oksidasi
2. Reaksi Zwikker

• 10 mg zat di plat tetes ditambahkan pereaksi Zwikker I dan 2


tetes pereaksi Zwikker II menimbulkan warna ungu. Isoniazida
mengganggu reaksi.

• Reaksi Zwikker positif untuk barbiturate, glutetimida,


hidantoin (fenitoin), beberapa sulfonamide (sulfatiazol,
sulfanilamide), dan purin.
• Basa hidroklorida atau basa fosfat membentuk warna biru-
hijau yang setelah ditambah pereaksi Zwikker II berubah
menjadi biru tua atau ungu. Reaksi ini terutama positif untuk
furosemida (biru kuat), mefrusida (biru-kelabu), nipagin-M,
hidroklorotiazid, dan Na-sakarin (warna biru hanya dengan
pereaksi Zwikker I)

• Pereaksi Zwikker I: kobal (II) nitrat 1% dalam methanol

• Pereaksi Zwikker II: piridin 10% dalam metanol


3. Reaksi Vitali-Morin

• Sejumlah 5 mg zat dan 0,5 mL asam nitrat berasap diuapkan


di penangas air sampai kering. Sesudah dingin, sisa kering
yang berwarna kuning dilarutkan dalam 5 mL aseton dan
ditetesi kira-kira 1 mL KOH-etanol 0,1N sampai timbul warna.
Tabel 2. Reaksi warna Vitali – Morin dengan beberapa senyawa obat

Warna yang timbul Senyawa

Biru-ungu Atropine, skopolamin-N-butilbromida, meklozin


Merah-ungu Tetrakain, strikhnin, amitriptilin
Merah-darah Bamipin, imipramin, asam mefenamin
Merah Niklosamin,fenprokumon, desipramin
Merah-coklat Antazolin, alprenolol, trimetoprim, fenazon,warfarin
Merah karmin tua (merah Propifenazon, tolbutamida
muda seelah beberapa
menit)
Merah-jingga Fisosigmin, perazin, promazin
Endapan merah-jingga Asam salisilat, salisilat
Jingga Prometazin, klorpromazin, karbokromen
Endapan jingga-coklat Fenoksimetilpenisilin
Hijau Lidokain
ungu→hijau→jingga Propanolol
4. Senyawa kompleks berwarna dengan krompentoksida
yang larut dalam benzol

• Larutan 10 mg zat dalam air direaksikan dengan 5 tetes asam


sulfat 3N, 1mL hidrogenperoksida 3%, 5 mL kalium bikromat,
dan 1 mL benzol. Pada pengocokan, lapisan benzol berwarna
biru-ungu apabila terdapat pilokarpin (reaksi Helch), fenazon,
pentetrazol, prifenazon, dan klotrimazol.
5. Senyawa kompleks berwarna dengan larutan tembaga sulfat
dalam basa alkali

• Sejumlah 10 mg zat dilarutkan dalam 1 mL air dan 3 tetes HCl


3N. Tambahkan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat 2% dan 1-2
mL NaOH 3N sampai bereaksi basa.

• Terbentuk warna biru sampai ungu bila ada etanolamin, asam


amino, dan beberapa sulfonamide. Setelah dikocok dengan 1
mL eter, lapisan eter berwarna merah jika ada efedrin,
sementara lapisan air tetap biru (reaksi Chen-Kao)
6. Reaksi steroida

• Reaksi Salkowski. Kepada beberapa mg zat dalam 2-3 mL


kloroform ditambahkan 3-5 mL asam sulfat pekat; lapisan
koroform berwarna merah.

• Reaksi Liberman-Buchard. Beberapa mg zat dilarutkan dalam


2-3 mL kloroform, lalu ditambahkan 10 tetes asam asetat
anhidrida dan 2-3 tetes asam sulfat pekat; terbentuk warna
biru sampai hijau.

Anda mungkin juga menyukai