Senyawa polifenol adalah suatu senyawa yang berasal dari tumbuhan, dimana salah satu cirinya adalah
mengandung cincin aromatik yang tersubstitusi oleh dua atau lebih gugus fenol. Dua gugus fenol,
hidrolisis dan terkondensasi terdiri dari tanin yang merupakan suatu zat yang penting secara ekonomi
sebagai agen untuk menghaluskan kulit dan juga penting untuk tujuan kesehatan. Baru – baru ini
ditemukan adanya fakta – fakta yang mendukung nilai potensialnya sebagai sitotoksik dan atau sebagai
agen antineoplastic.
Tanin dapat berfungsi sebagai astringent dan memiliki kemampuan untuk menyamak kulit. Secara kimia,
tanin adalah ester yang dapat dihidrolisis oleh pemanasan dengan larutan asam sampai menghasilkan
senyawa fenol, biasanya merupakan derivate atau turunan dari asam garlic dan gula.
Untuk identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan
cara reaksi warna dan juga melalui kromatografi lapis tipis.
Pada identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin yang pertama dilakukan adalah dengan
mencampurkan ekstrak sebanyak 0,3 gram dengan 10 ml aquadest panas. Proses ini dilakukan untuk
mempercepat reaksi dengan adanya pemanasan. Kemudian larutan tersebut diaduk dan dibiarkan
sampai suhu kamar. Kemudian ditambahkan 4 tetes 10% NaCl, kemudian diaduk dan disaring.
Penambahan NaCl bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan protein, sehingga mencegah terjadinya
negatif palsu pada uji warna. Filtrat kemudian dibagi menjadi tiga bagian masing – masing ± 4 ml dan
disebut sebagai larutan IVA, IVB, dan IVC.
Kemudian dilakukan uji ferriklorida, yaitu larutan IIIA digunakan sebagai blanko dan larutan IIIC yang
ditambahkan dengan beberapa tetes ferriklorida (FeCl3) ± 2-3 tetes maka akan terjadi perubahan warna
menjadi warna hijau kehitaman. Warna hijau kehitaman tersebut merupakan endapan tanin yang
dihasilkan oleh penambahan ferriklorida sehingga terjadi reaksi kimia antara ferriklorida dan gugus fenol
dari tanin. Oleh karena itu pada uji ferriklorida ini menunjukkan hasil yang positif. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dalam ekstrak D mengandung tanin.
Untuk mengetahui lebih jelas apakah ekstrak D mengandung tanin atau polifenol maka dilanjutkan
dengan uji gelatin. Larutan IVA digunakan sebagai blanko, kemudian larutan IVB ditambahkan dengan
sedikit larutan gelatin dan 5 ml larutan NaCl 10%. Jika terjadi endapan putih menunjukkan adanya tanin.
Hal tersebut terjadi karena gelatin maupun dengan reagen garam-gelatin merupakan indikasi adanya
tanin. Dasar untuk reaksi ini adalah terbentuknya endapan antara protein / gelatin dan tanin, dimana
reaksi menjadi lebih sensitif dengan penambahan NaCl untuk meningkatkan “salting out” dari kompleks
protein-tanin. Tapi pada praktikum yang telah dilakukan, dengan uji gelatin ini tidak menunjukkan
adanya endapan berwarna putih. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ekstrak D tidak mengandung
polifenol.
Ekstrak D positif mengandung polifenol karena pada uji ferriklorida menunjukkan hasil yang positif dan
uji gelatin menunjukkan hasil yang negatif.
Uji selanjutnya adalah kromatografi lapis tipis. Sebagian larutan IVA digunakan untuk pemeriksaan KLT.
Larutan IVA ditotolkan pada lempeng KLT ± 4 μl. Pada uji dengan KLT ini digunakan fase diam kiesel gel
GF 254. Dan fase gerak berupa larutan kloroform-etil asetat ( 1 : 9 ) dan pereaksi penampak noda dengan
pereaksi FeCl3. Melihat fase diam dan fase gerak yang digunakan dalam identifikasi ini, fase KLT yang
digunakan adalah normal phase, karena sifat silika gel adalah polar, sedangkan fase geraknya bersifat
non polar. Lempeng yang telah ditotolkan larutan IVA dan standar dieluasi dengan fase gerak. Setelah
eluasi selesai, lempeng KLT dikeringkan dan diberi pereaksi FeCl. Pemberian penampak noda FeCl
menimbulkan warna hitam. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak D mengandung polifenol. Data ini juga
diperkuat dari uji ferriklorida yang menunjukkan hasil yang positif.
Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antarkuinon merupakan zat warna
penting dan yang lainnya sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah
Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae.
Untuk mengidentifikasi senyawa antrakuinon dilakukan uji borntrager. Awalnya ekstrak ditambah air
suling untuk melarutkan senyawa yang terkandung didalamnya lalu disaring untuk memisahkan senyawa
pengotornya. Filtrat yang diperoleh di ekstrak dengan toluena dan dikocok kuat sehingga senyawa
antrakinon akan terlarut dalam fase toluennya. Hasil ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu larutan VA dan
VB. Larutan VA digunakan sebagai blanko. Dan larutan VB ditambah amoniak dan dikocok. Warna merah
menunjukkan adanya senyawa antrakinon. Tapi dari hasil percobaan yang dilakukan pada uji borntrager
ini tidak didapatkan larutan menjadi berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak D tidak
mengandung antrakinon.
Selanjutnya dilakukan uji modifikasi borntrager. Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 1 ml
KOH 5N dan 1 ml H2SO4 encer. KOH berfungsi sebagai pemberi suasana basa dan berfungsi untuk
menghidrolisis glikosida dan mengoksidasi antron atau antranol menjadi antrakinon. Sedangkan
H2SO4 berfungsi sebagai pemberi suasana asam. Sehingga didapatka senyawa dengan suasana netral
dengan adanya penmbahan H2SO4. Kemudian larutan tersebut dipanaskan dan disaring. Filtrat
kemudian ditambahkan asam asetat glasial 1 – 2 tetes, kemudian di ekstraksi dengan 3 mL toluena.
Ekstraksi bertujuan untuk menghidrolisis antrakuinon, yaitu memisahkan antara glikon dan aglikonnya.
Fase toluen diambil dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu larutan VIA dan VIB. Larutan VIA digunakan
sebagai blanko. Larutan VIB ditambahkan ammoniak. Ammoniak berfungsi untuk memberikan suasana
basa. Warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukkan adanaya antrakinon. Tetapi pada
hasil praktikum ini tidak terjadi perubahan warna menjadi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak d tidak mengandung senyawa antrakinon.
Selanjutnya dilakukan uji KLT. Fase diam yang digunakan adalah kiesel gel GF 254, dengan fase gerak
toluena-etil asetat-asam asetat ( 75 : 24 : 1 ) dan dengan penampak noda larutan KOH 10% dalam
metanol. Sampel yang ditotolkan merupakan larutan VA yang digunakan sebagai blanko pada uji
borntrager. Larutan ditotolkan sampai tampak warna, tetapi tidak terlalu pekat, yang dalam hal ini
ditotolkan ± 2 μl. Kemudian lempeng dieluasi dalam chamber yang berisi eluen. Setelah selesai eluasi,
lempeng diambil dan dikeringkan. Setelah kering diberi penampak noda dengan disemprotkan larutan
KOH 10% dalam metanol untuk menampakkan noda, dan noda yang timbul berwarna kuning. Hal itu
menunjukkan adanya antrakuinon. Tapi dalam praktikum yang dilakukan tidak didapatkan noda
berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak D tidak mengandung antakuinon.
· KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini, diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak D yang merupakan ekstrak buah kenitu
mengandung :
Ø Polifenol
Dari hasil ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa buah kenitu mengandung polifenol. Tapi
pada praktikum ini juga didapatkan bahwa buah kenitu mengandung terpenoid atau steroid bebas. hasil
ini dimungkinkan adanya positif palsu. Yang dikarenakan adanya pengganggu dalam percobaan. Dan
kesalahan dalam percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Uraian Bahan
Kegunaan : pereaksi
warna jingga dari garam nitrat yang telah terpengaruhi oleh kelembaban.
Kegunaan : pereaksi
Kegunaan : pereaksi
Nama : METANOL
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang .
Kelarutan : Larutan yang sangat encer masih bereaksi dengan asam
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian air asap dan bau hilang
terurai
Pemerian : Serbuk hablur atau granul hablur, putih atau hampir
Kelarutan : sangat mudah larut dengan air, mudah larut dealam
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, bau seperti eter lemah
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
Berat molekul : 711,12
Kelarutan : Larut dalam air, dapat campur dengan etanol, kloroform, minyak lemak dan
minyak atsiri.
Kelarutan : Praktis tidak dalam pelarut basa,larut dalam larutan tembaga ( II ) klorida amonia
p
Kegunaan : Pembalut
Etil Asetat Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus empiris CH3COOC2H5. Senyawa ini
merupakan ester dari ethanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki
aroma khas. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun,
dan tidak higroskopis.
Antimon triklorida adalah padatan kristal tak bewarna. Itu dikirim sebagai larutan padat atau cair. Ini
diuraikan perlahan oleh air menjadi asam klorida dan antimon oksiklorida. Antimon oksiklorida larut
dalam asam klorida tetapi tidak larut dalam air. Ini korosif terhadap logam dan jaringan.
RM/BM:SbCl3/228,11
Larutan KOH 10% dalam methanol dibuat dengan cara melarutkan KOH 10 gram dalam 100 mL
methanol. Pengujian fitokimia dilakukan dengan cara mengamati perubahan warna filtrat yang sudah
ditambahkan larutan KOH 10% dalam methanol. Warna filtrat berubah menjadi kuning coklat.
Pengamatan dilakukan selama lebih kurang 5 menit. Warna filtrat kuning coklat mengindikasikan bahwa
daun mengkudu positif mengandung senyawa antrakuinon.
Uji Polifenol
Uji polifenol dilakukan dengan cara memanaskan serbuk daun jati cina yang ditambah
dengan air sebanyak 10 ml ke dalam penangas air mendidih selama 10 menit. Pemanasan
ini berfungsi untuk melarutkan polifenol agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel.
Larutan disaring panas – panas yang bertujuan untuk mendapatkan senyawa polifenol yang
lebih banyak dan mencegah senyawa polifenol bercampur kembali dengan serbuk simplek.
Setelah dingin, ditambah dengan FeCl3 terbentuk warna hijau tua. Terbentuknya warna
hijau tua karena FeCl3 berfungsi untuk membentuk kompleks. FeCl3 ditambahkan saat
larutan dingin agar tidak teroksidasi. Berarti daun jati cina positif mengandung polifenol.
Uji Antrakinon
Uji antrakinon dilakukan dengan serbuk daun jati cina ditambah dengan kalium hidroksida
dan larutan hidrogen peroksida dan didihkan selama 2 menit. Penambahan KOH dan
hidrogen peroksida bertujuan untuk melarutkan senyawa antrakinon yang ada di dalam
serbuk daun jati cina. Pemanasan ini berfungsi untuk melarutkan antrakinon agar terpisah
dari bagian serbuk simpleks. Setelah itu didinginkan agar senyawa antrakinon yang
diperoleh lebih stabil. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dengan ampas atau
pengotor lainnya yang terdapat dalam larutan. Filtrat ditambahkan asam asetat untuk
melarutkan senyawa antrakinon dan ditambahkan toluen untuk membentuk dua lapisan
yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang berbeda sesuai dengan kepolarannya. Lapisan
bawah dibuang dan lapisan atas yang digunakan untuk pengujian karena antrakinon larut
pada lapisan atas. Lapisan atas ditambahkan KOH 0,5 N yang berfungsi untuk
menghidrolisis glikosida dan mengoksidasi antranol menjadi antrakinon sehingga terbentuk
larutan berwarna merah.
Tetapi hasil praktikum, daun jati cina menunjukkan negatif antrakinon karena larutan tetap
bening. Hal ini tidak sesuai dengan pustaka seharusnya daun jati cina positif mengandung
antrakinon karena bermanfaat sebagai laxative. Kesalahan dalam hasil pengujian ini
kemungkinan disebabkan karena waktu pemanasan yang tidak tepat 2 menit, penyaringan
larutan belum terlalu dingin atau penambahan jumlah reagen yang tidak tepat.
Fraksinasi Ekstrak kental metanol merupakan campuran yang sangat komplek karena di dalamnya
terkandung berbagai komponen senyawa yang bersifat polar, semi polar, dan non polar. Fraksinasi
meliputi proses partis, kromatografi vakum cair (KVC) dan kromatografi kolom tekan (KKT). Partisi Partisi
didasarkan pada kemampuan zat terlarut untuk terdistribusi antara dua pelarut yang tidak saling campur.
Partisi bertujuan untuk memperoleh campuran yang lebih sederhana. Proses partisi ini dilakukan
menggunakan pelarut yaitu dimulai dari pelarut yang bersifat non polar (n-heksana), hingga yang lebih
polar (kloroform). Ekstrak kental metanol kemudian dipartisi menggunakan pelarut dengan tingkat
kepolaran yang berbeda. Pertama menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, dan metanol. Kemudian
hasil partisi dipekatkan menggunakan rotary evaporator sehingga dihasilkan fraksi n-heksana, fraksi
kloroform, fraksi metanol.